Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri kimia melibatkan rangkaian proses untuk menghasilkan suatu produk.
Salah satu proses yang memegang peranan penting adalah proses pemisahan.
Sejalan dengan hal itu, berbagai teknologi pemisahan telah diaplikasikan dan
memiliki keunggulan masing–masing.
Dalam Kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk
mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa
kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan dialam dalam keadaan yang tidak
murni. Biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan
senyawa lain. Untuk beberapa keperluan seperti sintesis senyawa kimia yang
memerlukan bahan baku senyawa kimia dalam keadaan murni atau proses produksi
suatu senyawa kimia dengan kemurnian tinggi, proses pemisahan perlu dilakukan.
Proses pemisahan sangat penting dalam bidang teknik kimia. Proses pemisahan
suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode pemisahan yang
dipilih bergantung pada fasa komponen penyusun campuran. Suatu campuran dapat
berupa campuran homogen (satu fasa) atau campuran heterogen (lebih dari satu
fasa). Untuk memberikan gambaran tentang proses-proses pemisahan diindustri,
akan dibahas secara singkat sejumlah proses pemisahan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu teknologi pemisahan pada industri kimia?
2. Apa manfaat dari proses pemisahan?
3. Apa saja proses pemisahan yang terdapat pada industri kimia?
4. Apa saja yang mempengaruhi proses pemisahan tersebut?

1.3 Tujuan Masalah


1. Agar mengetahui pengertian dari teknologi pemisahan pada industri kimia
2. Agar mengetahui manfaat dari proses pemisahan
3. Agar mengetahui berbagai macam proses pemisahan yang terdapat pada
industri kimia
4. Agar mengetahui hal apa saja yang berpengaruh dalam proses pemisahan
BAB II

1
2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Proses Pemisahan Campuran


Campuran merupakan gabungan antara dua jenis zat atau lebih yang
dijadikan menjadi satu. Campuran memiliki dua jenis, yakni campuran heterogen dan
homogen. Secara serdehana. pemisahan campuran dapat diartikan sebagai proses
memisahan antara dua jenis zat atau lebih agar zat-zat tersebut terpisah dan
menjadi zat tunggal dengan melakukan tindakan secara fisika maupun kimia.
Proses pemisahan sendiri dapat diklasifikasikan menjadi proses pemisahan
secara mekanis atau kimiawi. Pemilihan jenis proses pemisahan yang digunakan
bergantung pada kondisi yang dihadapi. Pemisahan secara mekanis dilakukan
kapan pun memungkinkan karena biaya operasinya lebih murah dari pemisahan
secara kimiawi. Untuk campuran yang tidak dapat dipisahkan melalui proses
pemisahan mekanis, proses pemisahan kimiawi harus dilakukan. Proses pemisahan
suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode pemisahan yang
dipilih bergantung pada fasa komponen penyusun campuran. Suatu campuran dapat
berupa campuran homogen (satu fasa)) atau campuran heterogen (lebih dari satu
fasa). Suatu campuran heterogen dapat mengandung dua atau lebih fasa: padat-
padat, padat-cair, padat-gas, cair-cair, cairgas, gas-gas, campuran padat-cair-gas,
dan sebagainya.

2.2 Metode Pemisahan Campuran


Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan
atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang mempunyai
susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium
maupun skala industri. Metode pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni
atau beberapa zat murni dari suatu campuran, sering disebut sebagai pemurnian dan
juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu sampel.
Berdasarkan tahap proses pemisahan, metode pemisahan dapat dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu:
2.2.1 Metode Pemisahan Sederhana
Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan cara satu
tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang relatif
sederhana.
3

2.2.2 Metode Pemisahan Kompleks


Metode pemisahan kompleks memerlukan beberapa tahapan kerja,
diantaranya penambahan bahan tertentu, pengaturan proses mekanik alat, dan
reaksi-reaksi kimia yang diperlukan. Metode ini biasanya menggabungkan dua atau
lebih metode sederhana. Contohnya, pengolahan bijih dari pertambangan
memerlukan proses pemisahan kompleks.
Keadaan zat yang diinginkan dan dalam keadaan campuran harus
diperhatikan untuk menghindari kesalahan pemilihan metode pemisahan yang akan
menimbulkan kerusakan hasil atau melainkan tidak berhasil. Beberapa faktor yang
perlu diperhatikan antara lain :
1. Keadaan zat yang diinginkan terhadap campuran, apakah zat ada di dalam sel
makhluk hidup, apakah bahan terikat secara kimia, dan sebagainya.
2. Kadar zat yang diinginkan terhadap campurannya, apakah kadarnya kecil atau
besar.
3. Sifat khusus dari zat yang diinginkan dan campurannya, misalnya zat tidak
tahan panas, mudah menguap, kelarutan terhadap pelarut tertentu, titik didih,
dan sebagainya.
4. Standar kemurnian yang diinginkan. Kemurnian 100% memerlukan tahap
yang berbeda dengan 96%.
5. Zat pencemar dan campurannya yang mengotori beserta sifatnya.
6. Nilai guna zat yang diinginkan, harga, dan biaya proses pemisahan

2.3 Dasar-dasar Metode Pemisahan


Suatu zat dapat dipisahkan dari campurannya karena mempunyai perbedaan
sifat. Hal ini dinamakan dasar pemisahan. Beberapa dasar pemisahan campuran
antara lain sebagai berikut :
1. Ukuran partikel
Bila ukuran partikel zat yang diinginkan berbeda dengan zat yang tidak
diinginkan (zat pencampur) dapat dipisahkan dengan metode filtrasi (penyaringan).
Jika partikel zat hasil lebih kecil daripada zat pencampurnya, maka dapat dipilih
penyaring atau media berpori yang sesuai dengan ukuran partikel zat yang
diinginkan. Partikel zat hasil akan melewati penyaring dan zat pencampurnya akan
terhalang.
2. Titik didih
4

Bila antara zat hasil dan zat pencampur memiliki titik didih yang jauh berbeda
dapat dipishkan dengan metode destilasi. Apabila titik didih zat hasil lebih rendah
daripada zat pencampur, maka bahan dipanaskan antara suhu didih zat hasil dan di
bawah suhu didih zat pencampur. Zat hasil akan lebih cepat menguap, sedangkan
zat pencampur tetap dalam keadaan cair dan sedikit menguap ketika titik didihnya
terlewati. Proses pemisahan dengan dasar perbedaan titik didih ini bila dilakukan
dengan kontrol suhu yang ketat akan dapat memisahkan suatu zat dari campurannya
dengan baik, karena suhu selalu dikontrol untuk tidak melewati titik didih campuran.
3. Kelarutan
Suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu zat
mungkin larut dalam pelarut A tetapi tidak larut dalam pelarut B, atau sebaliknya.
Secara umum pelarut dibagi menjadi dua, yaitu pelarut polar, misalnya air, dan
pelarut nonpolar (disebut juga pelarut organik) seperti alkohol, aseton, methanol,
petrolium eter, kloroform, dan eter. Dengan melihat kelarutan suatu zat yang berbeda
dengan zat-zat lain dalam campurannya, maka kita dapat memisahkan zat yang
diinginkan tersebut dengan menggunakan pelarut tertentu.
4. Pengendapan
Suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbeda dalam suatu
campuran atau larutan tertentu. Zat-zat dengan berat jenis yang lebih besar daripada
pelarutnya akan segera mengendap. Jika dalam suatu campuran mengandung satu
atau beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang berbeda dan kita hanya
menginginkan salah satu zat, maka dapat dipisahkan dengan metode sedimentasi
atau sentrifugasi. Namun jika dalam campuran mengandung lebih dari satu zat yang
akan diinginkan, maka digunakan metode presipitasi. Metode presipitasi biasanya
dikombinasi dengan metode filtrasi.
5. Difusi
Dua macam zat berwujud cair atau gas bila dicampur dapat berdifusi
(bergerak mengalir dan bercampur) satu sama lain. Gerak partikel dapat dipengaruhi
oleh muatan listrik. Listrik yang diatur sedemikian rupa (baik besarnya tegangan
maupun kuat arusnya) akan menarik partikel zat hasil ke arah tertentu sehingga
diperoleh zat yang murni. Metode pemisahan zat dengan menggunakan bantuan
arus listrik disebut elektrodialisis. Selain itu ada juga istilah elektroforesis, yaitu
pemisahan zat berdasarkan banyaknya nukleotida (satuan penyusun DNA) dapat
5

dilakukan dengan elektroforesis menggunakan suatu media agar yang disebut gel
agarosa.
6. Adsorbsi
Adsorbsi merupakan penarikan suatu zat oleh bahan pengadsorbsi secara
kuat sehingga menempel pada permukaan dari bahan pengadsorbsi. Penggunaan
metode ini diterapkan pada pemurnian air dan kotoran renik atau organisme.

2.4 Jenis-jenis Metode Pemisahan


2.4.1 Filtrasi
Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisahkan
zat padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring). Dasar
pemisahan metode ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat
terlarutnya. Penyaring akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel
lebih besar dari pori saringan dan meneruskan pelarut.
Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk larutan
atau berwujud cair kemudian disaring. Hasil penyaringan disebut filtrat sedangkan
sisa yang tertinggal dipenyaring disebut residu (ampas). Metode ini dimanfaatkan
untuk membersihkan air dari sampah pada pengolahan air, menjernihkan preparat
kimia di laboratorium, Penyaringan dilaboratorium dapat menggunakan kertas saring
dan penyaring buncher.
Contoh alat yang digunakan dalam filtrasi adalah filtrasi pasir.

Prinsip kerja dari filter pasir yaitu cairan yang akan disaring mengalir dari atas
ke bawah menembus lapisan pasir karena gaya filtrasi. Partikel padat yang akan
dipisahkan tertahan dalam pasir. Media filter ini dapat dibersihkan dengan cara
menyemprotnya dengan air dan udara bertekanan secara periodik.
Misalnya, pada pembuatan santan kelapa. Santan kelapa dibuat dengan cara
memisahkan campuran santan, air, dan ampas kelapa dengan menggunakan
saringan.
6

Dengan menggunakan saringan yang berpori-pori kecil, santan kelapa dapat


melewati lubang saringan dan ampas kelapa tertahan dalam saringan.
Daya filtrasi (jumlah cairan atau gas yang menerobos per satuan waktu)
dipengaruhi oleh:
1. Luas Permukaan Filter
Jumlah filtrat per satuan waktu berbanding langsung dengan luas permukaan
media filter. Semakin besar luas media tersebut, semakin besar pula daya
filtrasinya.
2. Viskositas Cairan
Semakin kecil viskositas cairan, semakin besar daya filtrasinya. Viskositas
dapat dikurangi dengan meningkatkan suhu, namun sering mengakibatkan
penggembungan (swelling) media filter, terjadinya proses korosi yang lebih
cepat atau pelarutan kembali kristal-kristal.
3. Debit filtrasi
Dimana debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya filter
secara efisien. Sehingga proses filtrasi tidak dapat terjadi dengan
sempurna, akibat adanya aliran air yang terlalu cepat dalam melewati
rongga diantara butiran media pasir. Hal ini menyebabkan berkurangnya
waktu kontak antara permukaan butiran media penyaring dengan air yang
akan disaring. Kecepatan aliran yang terlalu tinggi saat melewati rongga
antar butiran menyebabkan partikel–partikel yang terlalu halus yang
tersaring akan lolos.
7

2.4.2 Kristalisasi
Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang
terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu
pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi dapat terjadi sebagai pembentukan
partikel-partikel padat dalam uap seperti pada pembentukan salju sebagai
pembekuan lelehan cair. Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan
atau kondisi lewat jenuh (supersaturated). Kondisi tersebut terjadinya karena pelarut
sudah tidak mampu melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah
melebihi kapasitas pelarut. Sehingga kita dapat memaksa agar kristal dapat
terbentuk dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya, sehingga kondisi lewat jenuh
dapat dicapai. Kristalisasi dapat memisahkan suatu campuran tertentu dari larutan
multi komponen sehingga didapat produk dalam bentuk kristal.

Proes kristalisasi dimulai dengan menambahkan senyawa yang akan


dimurnikan dengan pelarut panas sampai kelarutan senyawa tersebut berada pada
level super jenuh. Pada keadaan ini, bila larutan tersebut didinginkan, maka mlekul-
molekul senyawa terlarut akan saling menempel, tumbuh menjadi kristal-kristal yang
akan mengendap di dasar wadah. Sementara kotoran-kotoran yang terlarut tidak ikut
mengendap.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Kristalisasi
1. Kecepatan Kristalisasi
Kecepatan kristalisas meliputi pembentukan inti kristal. Terjadinya inti kristal
dapat dipertinggi dengan :
a. pendinginan yang cepat
b. pengadukan yang baik
c. memakai larutan yang murni
d. temperature yang tinggi
e. konsentrasi yang tinggi
8

2. Hasil Kristalisasi
Apabila proses kristalisasi berjalan cepat maka Kristal yang terjadi halus.
Sebaliknya bila proses kristalisasi berjalan lambat maka Kristal yang terbentuk
kasar (besar).
3. Kemurnian dan Ukuran Kristal
Pada proses kristalisasi harus dihindarkan adanya pencucian Kristal yang
dihasilkan. Hal ini terutama bagi Kristal yang mudah larut dan Kristal yang
bersifat hidroskopis. Lebih baik larutan yang dihasilkan dibuat semurni
mungkin sehingga pada kristalisasi akan diperoleh Kristal yang lebih bersih.
4. Uniformity (Keseragaman Ukuran)
Kristal yang uniform diperoleh dengan menambahkan Kristal halus pada
larutan lewat jenuh. Kristal yang uniform akan memberikan keseragaman
terhadap kristal. Disamping itu, Kristal yang uniform menunjukkan bahwa
proses pembuatannya sangat teliti sehingga akan lebih menarik.

2.4.3 Destilasi
Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan yang
berwujud cair yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai titik
didih yang berbeda. Destilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan
uap tersebut didinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi destilasi merupakan
metode yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponennya yang terdapat
dalam salah satu larutan atau campuran dan bergantung pada distribusi komponen-
komponen tersebut antara fasa uap dan fasa cair. Syarat utama dalam operasi
pemisahan komponen-komponen dengan cara destilasi adalah komposisi uap harus
berbeda dengan komposisi cairan dengan terjadi keseimbangan larutan-larutan,
dengan komponen-komponennya cukup dapat menguap.
9

Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan campuran dipanaskan pada


suhu diantara titik didih bahan yang diinginkan. Dengan cara distilasi, komponen zat
penyusun campuran yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih
dahulu, uap dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor). Uap yang mencair
ditampung dalam wadah. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan
sisanya disebut residu. Contoh destilasi adalah proses penyulingan minyak bumi,
pembuatan minyak kayu putih, dan memurnikan air minum.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi diantaranya yaitu suhu atau
pemanasan, tekanan, kelelahan alat, kesalahan kalibrasi dan lain – lain. Faktor yang
paling berpengaruh dalam proses distilasi adalah suhu atau pemanasan. Jika
pemanasan terlalu besar dikhawatirkan akan terjadi flooding (banjir). Ciri
dari flooding itu sendiri adalah tertahannya cairan di atas kolom, pada saat
terjadi flooding transfer massa yang dihasilkan tidak maksimal. Ketika terjadi
flooding, cairan tidak dapat mengalir ke bawah lagi, tetapi akan terakumulasi atau
bahkan dapat ikut terbawa ke atas oleh uap, sehingga proses distilasi harus segera
dihentikan. Apabila pemanasan kecil proses pemisahan akan berlangsung lama,
akan tetapi hasil atau konsentrasi yang diperoleh akan lebih baik dan mendekati
sempurna dikarenakan proses pemisahan dan pendinginan berlangsung sempurna.

2.4.4 Evaporasi (Penguapan)


Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut
sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan
dari evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut
yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kebanyakan
proses evaporasi , pelarutnya adalah air. Evaporasi tidak sama dengan pengeringan,
dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair, kadang-kadang zat cair yang
sangat viskos, dan bukan zat padat. Pada proses penguapan, larutan dipanaskan
sampai zat pelarutnya (air) menguap dan meninggalkan zat terlarut (garam). Proses
pemisahan dengan cara penguapan ini dapat terjadi karena zat terlarut (garam)
memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada zat pelarutnya (air).
Faktor yang mempengaruhi dari proses evaporasi adalah sebagai berikut:
1. Suhu
Walaupun cairan dapat dievaporasi di bawah suhu titik didihnya, namum
proses penguapannya akan lebih cepat bila suhu di sekitarnya lebih tinggi bila
10

dibandingkan dengan titik didihnya. Hal ini terjadi karena evaporasi akan
menyerap kalor laten yang ada disekelilingnya.
2. Kelembaban udara
Semakin kering udara (sedikitnya kandungan air dalam udara) maka proses
penguapan akan lebih cepat terjadi.
3. Sifat cairan
Cairan yang memiliki titik didih yang rendah akan lebih cepat terevaporasi jika
dibandingkan dengan cairan yang memiliki titik didih yang tinggi.
4. Tekanan
Semakin besar tekanan yang dialami maka proses evaporasi akan lebih
lambat, begitu juga sebaliknya.

2.4.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan
yang lainnya pelarut organik.

Beberapa tahap dalam ekstraksi yaitu


Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling
berkontak. Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada
bidang antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi ekstraksi
yang sebenarnya yaitu pelarutan ekstraksi. Memisahkan larutan ekstrak dari
rafinat, kebanyakan dengan cara penjernihan atau filtrasi. Mengisolasi ekstrak
dari larutan dan mendapatkan kembali pelarut, umumnya dilakukan dengan
menguapkan pelarut. Dalam hal-hal tertentu, larutan ekstrak dapat langsung
diolah lebih lanjut atau dioalh setelah dipekatkan.
11

Faktor-faktor yang harus diperhatikan sebagai berikut:


1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal. Semakin
kecil ukurannya, semakin besar luas permukaan antara padat dan cair
sehingga laju perpindahannya menjadi semakin besar.
2. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan
pelarut pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar
dapat dapat bersikulasi dengan mudah.
3. Temperatur
Kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di dalam pelarut akan
naik bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk memberikan laju
ekstraksi yang lebih tinggi.
4. Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut penting karena akan menaikkan proses
difusi, sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel
ke zat pelarut.

BAB III
CONTOH APLIKASI

3.1 Pemanfaatan Metode Pemisahan


Pada proses pemisahan suatu campuran ada yang memerlukan metode
pemisahan, ada pula yang dikombinasi lebih dari satu jenis metode. Berikut ini
beberapa contoh pemanfaatan metode pemisahan dengan menggunakan metode
pemisahan tertentu.
3.1.1 Proses Pembuatan Kopi Instan
12

1. Sortasi
Buah kopi yang sudah diproses menjadi biji kopi akan disortasi lagi menurut
bobot dan ukuran.
2. Penyimpanan
Biasanya, tempat penyimpanan biji kopi harus kedap udara dan disimpan di
tempat sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya. Karena Udara, kelembapan,
panas, dan cahaya merupakan faktor-faktor lingkungan yang dapat merusak
cita rasa kopi.
3. Penggorengan atau penyangraian
13

Proses sangrai diawali dengan penguapan air dan diikuti dengan reaksi
pirolisis. Secara kimiawi, proses ini ditandai dengan evolusi gas CO2 dalam
jumlah banyak dari ruang sangria. Secara fisik, pirolisis ditandai dengan
perubahan warna biji kopi yang semula kehijauan menjadi kecoklatan. Proses
ini dimulai saat suhu di bagian dalam biji kopi mencapai sekitar 200 derarat
Celcius. Selama roasted, juga terjadi proses karamelisasi akibat panas yang
memecah pati dalam biji, yang mengubahnya menjadi gula sederhana,
kemudian berubah warna menjadi cokelat.

4. Pencampuran 
Untuk mendapatkan cita rasa dan aroma yang khas, kopi bubuk bisa
diperoleh dari campuran berbagai jenis biji kopi atas dasar jenisnya.

5. Ekstraksi
Ekstraksi menggunakan pelarut air. Ekstraksi bubuk kopi dilakukan secara
batch dalam kolom. Sisa bubuk hasil pelarutan dikempa secara manual untuk
mengekstrak komponen kopi yang masih tertinggal. Sisa bubuk kopi
merupakan limbah untuk diolah menjadi biogas. 
6. Filtrasi
Penyaringan dilakukan untuk memisahkan bagian tidak larut pada proses
ekstraksi.
7. Sentrifugasi
14

Aroma kopi dipertahankan dengan cara reverse osmosis menggunakan


membran filtasi. Selain itu, proses ekstraksi dengan panas juga akan
mempengaruhi aroma, untuk itu pasca ekstraksi proses berikutnya adalah
pendinginan ekstrak hingga suhu di bawah nol derajat celcius.
8. Evaporasi
Fungsinya adalah untuk mendapatkan kadar ekstrak ideal.
9. Pemisahan
a. Spray Drying
Prinsipnya adalah untuk menghilangkan air, dengan cara ekstrak dilewatkan
dalam sebuah kolom, temperatur tinggi dalam kolom tersebut akan
menguapkan air hingga didapatkan bubuk kopi.
b. Aglomerasi
Bubuk kopi spray dried direbus lagi untuk mendapatkan gumpalan antar
partikel bubuk yang lebih besar, fungsinya adalah untuk mendapatkan rasa
yang lebih kaya dan aroma yang lebih kuat.

3.1.2 Pembuatan Garam Dapur dari Air Laut dan Pembuatan Gula Putih dari
Tebu
Proses kristalisasi dapat dijumpai pada proses pembuatan garam dapur dari
air laut. Mula-mula air laut ditampung dalam suatu tambak, kemudian dengan
bantuan sinar matahari dibiarkan menguap. Setelah proses penguapan, dihasilkan
garam dalam bentuk kasar dan masih bercampur dengan pengotornya, sehingga
untuk mendapatkan garam yang bersih diperlukan proses rekristalisasi
(pengkristalan kembali).
Contoh lain adalah pembuatan gula putih dari tebu. Pabrik gula juga
melakukan proses kristalisasi, tebu digiling dan dihasilkan nira, nira tersebut
selanjutnya dimasukkan kedalam alat vacuum evaporator. Dalam alat ini dilakukan
pemanasan sehingga kandungan air di dalam nira menguap, dan uap tersebut
dikeluarkan dengan melalui pompa, sehingga nira kehilangan air berubah menjadi
kristal gula. Kristal ini kemudian dikeringkan sehingga diperoleh gula putih atau gula
pasir.

3.1.3 Proses Penyulingan Minyak Kayu Putih


15

Proses untuk mendapatkan minyak atsiri secara umum dikenal dengan cara
menyuling atau destilasi terhadap tanaman penghasil minyak. Didunia industri,
metode destilasi/penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan dengan 3 cara, antara
lain :
1. Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation) 
2. Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation)
3. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)
Penerapan penggunaan metode tersebut didasarkan atas beberapa
pertimbangan seperti jenis bahan baku tanaman, karakteristik minyak, proses difusi
minyak dengan air panas, dekomposisi minyak akibat efek panas, efisiensi produksi
dan alasan nilai ekonomis serta efektifitas produksi.

1. Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation)


Cara penyulingan dengan sistem ini adalah dengan memasukkan bahan baku,
baik yang sudah dilayukan, kering ataupun bahan basah ke dalam ketel penyuling
yang telah berisi air kemudian dipanaskan. Uap yang keluar dari ketel dialirkan
dengan pipa yang dihubungkan dengan kondensor. Uap yang merupakan campuran
uap air dan minyak akan terkondensasi menjadi cair dan ditampung dalam wadah.
Selanjutnya cairan minyak dan air tersebut dipisahkan dengan separator pemisah
minyak untuk diambil minyaknya saja.

2. Penyulingan dengan Air dan Uap (Water and Steam Distillation)


Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan sistem kukus. Cara
ini sebenarnya mirip dengan sistem rebus, hanya saja bahan baku dan air tidak
bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air. Cara ini yang
paling banyak dilakukan pada dunia industri karena cukup membutuhkan sedikit air
sehingga bisa menyingkat waktu proses produksi. Metode kukus ini biasa dilengkapi
sistem kohobasi yaitu air kondensat yang keluar dari separator masuk kembali
secara otomatis ke dalam ketel agar meminimkan kehilangan air.
Disisi lain, sistem kukus kohobasi lebih menguntungkan karena terbebas dari
proses hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri dan proses difusi minyak dengan
air panas. Selain itu dekomposisi minyak akibat panas akan lebih baik dibandingkan
dengan metode uap langsung (Direct Steam Distillation). Metode penyulingan
16

dengan sistem kukus ini dapat menghasilkan uap dan panas yang stabil karena
tekanan uap yang konstan.

3. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)


Pada sistem ini bahan baku tidak kontak langsung dengan air maupun api
namun hanya uap bertekanan tinggi yang difungsikan untuk menyuling minyak.
Prinsip kerja metode ini adalah membuat uap bertekanan tinggi didalam boiler,
kemudian uap tersebut dialirkan melalui pipa dan masuk ketel yang berisi bahan
baku. Uap yang keluar dari ketel dihubungkan dengan kondensor. Cairan kondensat
yang berisi campuran minyak dan air dipisahkan dengan separator yang sesuai berat
jenis minyak. Penyulingan dengan metode ini biasa dipakai untuk bahan baku yang
membutuhkan tekanan tinggi pada proses pengeluaran minyak dari sel tanaman,
misalnya gaharu, cendana, dll.

BAB IV
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari makalh ini adalah sebagai berikut:
1. Campuran merupakan gabungan antara dua jenis zat atau lebih yang
dijadikan menjadi satu.
17

2. pemisahan campuran dapat diartikan sebagai proses memisahan antara dua


jenis zat atau lebih agar zat-zat tersebut terpisah dan menjadi zat tunggal
dengan melakukan tindakan secara fisika maupun kimia.
3. Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisahkan
zat padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring). Dasar
pemisahan metode ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan
zat terlarutnya.
4. Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang
terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam
suatu pelarut dan perbedaan titik beku.
5. Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan yang
berwujud cair yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai
titik didih yang berbeda.
6. Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut
sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi.
Tujuan dari evaporasi yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat
terlarut yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap.
7. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai