Anda di halaman 1dari 2

Referensi UU N0.

16 Tahun 2001 tentang Yayasan


Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan oleh yayasan dalam
menghadapi UU No.16 Tahun 2001 antara lain adalah :
 
1. Yayasan harus memastikan dirinya termasuk sebagai yayasan yang tetap
diakui sebagai badan hukum oleh undang-undang ini. (Lihat Pasal 71 UU
No.16/2001);
2. Yayasan harus menyesuaikan anggaran dasarnya;
3. Yayasan harus merubah struktur organisasinya (Lihat Bab VI UU
No.16/2001);
4. Yayasan harus memastikan badan usaha yang didirikannya memiliki
kegiatan yang sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan;
5. Yayasan harus memastikan penyertaan yang dilakukannya tidak melebihi
25% dari seluruh nilai kekayaan yayasan;
6. Yayasan tidak boleh lagi menggaji organ yayasan;
7. Anggota Pembina, Pergurus, dan Pengawas yayasan dilarang merangkap
sebagai Anggota Direksi atau Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris atau
Pengawas baik pada badan usaha yang didirikan oleh yayasan ataupun pada
badan usaha dimana yayasan melakukan penyertaan;
8. Semua yayasan wajib membuat ikhtisar laporan tahunan dan diumumkan
pada papan pengumuman di kantor yayasan;
9. Bagi Yayasan yang memperoleh bantuan negara, bantuan luar negeri,
atau pihak lain sebesar lima ratus juta rupiah atau lebih; ataumempunyai
kekayaan di luar harta wakaf, sebesar dua puluh milyar rupiah atau
lebih,ikhtisar laporan tahunannya wajib diumumkan dalam surat kabar harian
berbahasa Indonesia dan wajib diaudit oleh Akuntan Publik;
10. Yayasan yang sebagian kekayaannya berasal dari bantuan negara,
bantuan luar negeri dan atau sumbangan masyarakat yang diperolehnya sebagai
akibat berlakunya suatu peraturan perundang-undangan wajib memgumumkan
ikhtisar laporan tahunan pada papan pengumuman yang mencakup
kekayaannya selama 10 (sepuluh) tahun sebelum Undang-undang ini
diundangkan;
11. Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina,
Pengurus, dan Pengawas; dan
12. Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang
diperoleh Yayasan berdasarkan Undang-undang ini, dilarang dialihkan atau
dibagikan secara langsung atau tidak langsung kepada Pembina, Pengurus,
Pengawas, karyawan, atau pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap
Yayasan.
Demikian jawaban dari saya, adapun mengenai permintaan contoh konkret
skema hubungan yayasan dengan badan usaha ataupun lembaga pendidikan
tidak dapat saya berikan karena satu dan lain hal. Namun demikian saya dapat
menggambarkan bahwa kebanyakan skema hubungan antara yayasan dan
badan usaha di Indonesia diwarnai oleh rangkap jabatan. Masih banyak
pengurus yayasan yang merupakan direksi ataupun komisaris pada badan usaha
yang didirikan tersebut, hal mana yang sekarang dilarang dalam UU
No.16/2001.
Eryanto Nugroho, salah satu peneliti di Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai