Anda di halaman 1dari 30

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan”. Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus
adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute
insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Fatimah
2015)
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau
berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin
dependent diabetes mellitus (Fatimah 2015).
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya
hiperglikemia yang disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ pancreas
untuk memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target
tersebut. Abnormalitas pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
ditemukan pada penderita penyakit diabetes mellitus terjadi dikarenakan
kurangnya aktivitas insulin pada sel target (Antari dan Esmond. 2017)

B. Etiologi
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2,
berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah,
faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain.
1. Obesitas (kegemukan) Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan
kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 1
2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak
tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam
tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus Seorang yang menderita Diabetes
Mellitus diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes
merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen
resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus.
4. Dislipedimia Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikankan dari lemak
darah (Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan
plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada
pasien Diabetes.
5. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus
adalah > 45 tahun.
6. Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi >
4000 gram
6. Faktor Genetik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental Penyakit
ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko
emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2
7. Alkohol dan Rokok
Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan
frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan
dengan peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak aktifan fisik, faktor-
faktor lain yang berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional
kelingkungan kebarat- baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam
konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan dalam peningkatan DM tipe 2.

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 2
Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah terutama pada penderita
DM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan
tekanan darah. Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila
mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60 ml/hari yang setara dengan 100 ml
proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml.
Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan
menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah
misalnya umur, faktor genetik, pola maka yang tidak seimbang jenis
kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik,
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh (Fatimah,
2015).

C. Patofisiologi
1. Diabetes tipe I
Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan  (polifagia), akibat menurunnya

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 3
simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan
glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada
penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan
lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan
terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi
badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh
apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual,
muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian
insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki
dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan
kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
2. Diabetes Type II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu,
keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 4
meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa
akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan
lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan
masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik
hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang
berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan
diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami
pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama
sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar
glukosanya sangat tinggi) (Antari dan Esmond, 2017).
D. Manifestasi klinis
Seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila ia
menderita dua dari tiga gejala. Gejala-gejala yang dikenal dengan “keluhan
trias” ini adalah banyak kencing (dalam istilah medis dikenal dengan istilah
poliuria), banyak minum (polidipsi), dan penurunan berat badan. Selain ketiga
gejala utama tersebut, ada beberapa gejala lain yang juga sering muncul pada
penderita diabetes, di antaranya banyak makan (polifagi), air seni dikerumuni
semut karena gula keluar bersama urine (glukosuria), kadang-kadang ada
keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal,
penglihatan menjadi kabur, dan luka sukar sembuh.

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 5
Menurut Khasanah (2012), berikut penjelasan bagi munculnya beberapa
gejala tersebut.
1. Gula Keluar Bersama Urine (Glukosuria): Glukosa akan turut terbawa
aliran urine ketika kadar glukosa dalam darah meningkat. Peningkatan
kadar glukosa darah menyebabkan jumlah yang disaring melalui ginjal
melebihi kemampuan ginjal untuk menyerapnya kembali ke dalam tubuh.
Karena glukosa rasanya manis, maka kandungan glukosa dalam air
kencing dapat mengundang semut untuk mengerumuni urine tersebut.
Inilah yang kemudian membuat penyakit diabetes mellitus disebut juga
penyaking kencing manis.
2. Banyak Kencing (Poliuria): Sehubungan dengan sifat glukosa yang
menyerap air, maka jumlah air yang dikeluarkan tubuh juga akan turut
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah glukosa yang dikeluarkan
melalui urine. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air
tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang.
Karena ginjal menghasilkan air kemih daam jumlah berlebihan, maka
penderita diabetes mellitus sering berkemih dalam jumlah yang banyak
(poliuria).
3. Banyak Minum (Polidipsi): Dampak dari banyak kencing adalah tubuh
akan mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. Kondisi ini akan
menimbulkan rasa haus yang terus-menerus, sehingga penderita diabetes
mellitus menjadi banyak minum.
4. Penurunan Berat Badan: Pada penderita diabetes mellitus, proses
penyerapan glukosa ke dalam jaringan tubuh akan terganggu. Tubuh tidak
dapat memenuhi kebutuhan energinya, sehingga memecah jaringan lemak
tubuh untuk diubah menjadi energi. Jika hal ini terus terjadi dalam jangka
waktu lama, maka penderita akan mengalami penurunan berat badan.
5. Banyak Makan (Polifagi): Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tubuh
penderita diabetes mellitus tetap kekurangan energi meskipun kadar
glukosa dalam darah tinggi. Hal ini karena tubuh tidak mampu menyerap
kadar gula dalam darah, sehingga tidak dapat digunakan tubuh. Karena

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 6
tubuh kekurangan energi, tubuh akan memberika sinyal ke otak untuk
merangsang rasa lapar, sehingga menimbulkan banyak makan (Antari dan
Esmond, 2017).
E. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang
1. Kadar glukosa darah
Berikut ini gambar tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa
dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring:

2. Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan:
a. Glukosa plasma sewaktu>200 mg/dl (11,1 mmol/L).
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L).
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemusian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (oo)>200
mg/dl).
3. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostic,
tes pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
4. Tes saring pada DM adalah
a. GDP, GDS
b. Tes glukosa urin
5. Tes diagnostic
Tes-tes diagnostic pada DM adalah GDP, GDS, GD2PP (Glukosa
Darah 2 jam post prandial), glukosa jam ke-2 TTGO.
6. Tes monitoring terapi
a. GDP : plasma vena, darah kapiler

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 7
b. GD2PP : plasma vena
c. A1c : darah vena, darah kapiler
7. Tes mendeteksi komplikasi
a. Mikroalbuminuria : urin
b. Ureum, kreatinin, asam urat
c. Kolesterol total : plasma vena (puasa)
d. Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
e. Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
f. Trigliserida : plasma vena (puasa) (Amin Huda Nurarif, 2015).

F. Komplikasi
Kadar gula darah yang tinggi juga dapat menimbulkan komplikasi jika
tidak dikendalikan. Peningkatan kadar gula darah dalam waktu yang lama bisa
merusak pembuluh darah, jantung, otak, mata, ginjal, saraf, kulit, dan jaringan
tubuh lainnya. Menurut Khasanah (2012), beberapa komplikasi diabetes
mellitus tersebut sebagai berikut.
1. Hipertensi dan Penyakit Jantung: Gula yang terlalu tinggi dalam darah
dapat menempel pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah
menebal. Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan
kadar lemak dalam darah meningkat. Hal ini akan memepercapat
terjadinya penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, tekanan darah
meningkat dan terjadilah hipertensi.
2. Katarak: Katarak dalah penyalit atau kerusakan pada mata yang
menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh,
sehingga cahaya tidak dapat menembusnya. Kaitannya dengan penyakit
diabetes mellitus, katarak merupakan efek sekunder yang timbul dari
penyakit ini.
3. Gagal Ginjal: terjadi ketika kedua ginjal mengalami kerusakan permanen
dan tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya, yaitu untuk
menyaring darah. Kaitannya dengan penyakit diabetes mellitus, kadar gula

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 8
darah yang tinggi akan memperberat kerja ginjal dalam menyaring darah.
Jika keadaan ini terus berlanjut, maka dapat menyebakan gagal ginjal.
4. Gangguan pada Saraf: Jika saraf yang terhubung ke tangan, tngkai, dan
kaki mengalami kerusakan, maka penderita akan sering mengalami sensasi
kesemutan atau nyeri, seperti terbakar, dan terasa lemah pada lengan dan
tungkai. Kerusakan saraf juga dapat menyebabkan kulit lebih sering
mengalami cedera, karena penderita dapat merasakan perubahan tekanan
maupun suhu.
5. Luka yang Susah Sembuh dan Gangren: Berkurangnya aliran darah ke sel-
sel kulit juga bisa menyebabkan penderita mudah luka dan proses
penyembuhan luka berjalan lambat. Luka di kaki bisa sangat dalam dan
rentan mengalami infeksi, karena masa penyembuhannya agak lama.
Dalam beberapa kasus, sebagian tungkai si penderita harus diamputasi
untuk menyelamatkan jiwanya (Antari dan Esmond, 2017).
G. Penatalaksanaan
Secara umum, pengendalian DM dimasukkan untuk mengurangi gejala,
membentuk berat badan ideal, dan mencegah akibat lanjut atau komplikasi.
Dengan demikian, prinsip dasar manejemen pengendalian atau penanganan
DM meliputi:
1. Pengaturan makanan; yang pertama dan kunci manejemen DM, yang
sekilas tampaknya mudah tapi kenyataannya sulit mengendalikan diri
terhadap nafsu makan.
2. Latihan jasmani
3. Perubahan perilaku risiko
4. Obat anti diabetic
5. Intervensi bedahh: sebagai pilihan terakhir, kalau memungkinkan dengan
cangkok pankreas.

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 9
Tabel 1.1 Manajemen Pengendalian Diabetes
Status Diabetes Tindakan Manejemen
1. Publik sehat - Edukasi, Informasi dan Kepedulian
2. Kelompok resiko - Penyaringan
- Perbaikan gaya hidup
3. Prediabetik/Sindrom metabolik - Diagnosa dini
- Pemerikasaan lab
4. Penderita Diabetes - Intervensi diet dan olahraga
-Pengobatan
- Pencegahan kemungkinan komplikasi
- Pemeriksaan khusus
5. DM di rumah sakit -Pengobatan intensif
- Perawatan khusus
- Pencegahan komplikasi
6. Kronik DM - Rehabitasi komplikasi
- Pemeriksaan periodik
Obat anti diabetic (OAD) diberikan sesuai dengan peran masing-masing
obat: (Antari dan Esmond, 2017).
1. Obat yang merangsang ssel-sel beta untuk mengeluarkan insulin (insulin
secretagogue), misalnya sulphonylurea.
2. Obat yang bekerja di perifer pada otot dan lemak, mensentifkan otot
seperti Metformin.
3. Obat yang mencegah penyerapan glukosa di usus dengan menghambat
kerja enzim alpha glucosidase, misalnya Acarbosein.aan pleura.

H. Pencegahan
Pemahaman dan partisipasi pasien juga sangat penting karena tingkat
glukosa darah selalu berubah-ubah. Sebab, kesuksesan menjaga gula darah
dalam batasan normal dapat mencegah komplikasi diabetes. Sementara itu,
faktor lainnya yang dapat mengurangi komplikasi adalah berhenti merokok,
mengoptimalkan kadar kolesterol, menjaga berat tubuh yang stabil, mengontrol
tekanan darah tinggi, dan melakukan olahraga secara teratur (Adib, 2011).
Diabetes tipe 2 merupakan penyakit degeneratif yang dapat dicegah.
Menurut Khasanah (2012), adapun upya-upaya yang dapat dilakukan untuk
pencegahan sebagai berikut:

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 10
1. Mengontrol berat badan atau menghindari obesitas yang merupakan salah
satu pemicu munculnya diabetes. Dengan menjaga berat badan tetap ideal,
maka risiko terkena penyakit diabetes akan turut berkurang.
2. Mengatur asupan lemak. Batasi asupan lemak berleebih dan perhatikan agar
konsukmsi lemak tidak lebih dari 15% dari total kecukupan energi.
3. Membatasi makanan dan minuman manis. Batasi konsumsi gula kurang dari
15 gram sehari (setara 3 sendok makan).
4. Menerapkan pola makan dengan gizi seimbang.
5. Melakukan olahraga secara teratur
6. Jika sudah memasuki usia lanjut, perlu dilakukan pemeriksaan gula darah
secara teratur.

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 11
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Identitas penanggung jawab pasien
3. Keuhan utama
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
6. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur
atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi
penyakitnya.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas Atau Istirahat
Gejalnya: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan. Kram otot, tonus
otot menurun. Gangguan tidur atau istirahat
Tanda: Tachicardia dan tachipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas, Letargi atau disorientasi. Koma Penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi.
Gejala: Adanya riwayat HT; IM akut Klaudasi , kebas, dan kesemutan
pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda: Tachicardia, perubahan TD postural: HT Nadi yang menurun
Disritmia Krekes; DVJ (GJK) Kulit panas, kering dan kemerah
merahan; bola mata cekung.
c. Integritas ego
Gejala: stress; tergantung pada orang lain masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda: ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 12
Gejala: perubahan pola berkemih(poliuria), nokturiaRasa nyeri atau
terbakar, kesulitan berkemih(infeksi), ISK baru/berulangNyeri tekan
abdomen, Diare.
Tanda: urine encer, pucat, kuning; poliuria (dapat berkembang menjadi
oliguria/ anuria jika terjadi hipovolemia berat) Urine berkabut, bau
busuk (infeksi)Abdomen keras, adanya asites, Bising usus lemah dan
menurun; hiperaktif (diare).
e. Makanan / Cairan
Gejala: hilang nafsu makan, Mual/muntah, Tidak mengikuti diet;
peningkatan masukan glukosa / karbohidrat, Penurunan berat badan
lebih dari periode beberapa hari/minggu. Haus, Penggunaan diuretik
(tiazid)
f. Neurosensori
Gejala: pusing/pening, Sakit kepala, Kesemutan, kebas, kelemahan
pada otot, parestesia, Gangguan penglihatan.
Tanda : disorientasi; mengantung, letargi, stupor/koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru masa lalu); kacau mental.Reflex tendon dalam
(RTD) menurun (koma)Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala: abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat)
Tanda: wajah mengiris dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati
h. pernafasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk, dengan /tanpa sputum
purulen ( tergantung adanya infeksi / tidak)
Tanda : lapar udara, Batuk, dengan/ tanpa sputum purulen (infeksi),
Frekuensi pernafasan
i. Keamanan
Gejala: kulit kering,gatal, ulkus kulit.
Tanda: Demam, diaforesis, Kulit rusak, lesi/ulserasi, Menurunnya
kekuatan umum/tentang gerak, Parestesia/paralisis otot, termasuk otot-
otot pernapasan (jika kadar kalium menurun cukup tajam).

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 13
j. Seksualitas
Gejala: rabas vagina (cenderung infeksi)
k. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala: faktor resiko keluarga ; DM, penyakit jantung, stoke,
Hipertensi, penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seperti steroid,
diuretik (tiazid); dilantin dan fenobarbarbital.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
Kategori : Nyeri
Sub kategori : Nyeri dan Kenyamanan
Kode : D. 0077
a. Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan (PPNI,2016).
b. Penyebab (PPNI,2016).
1) Agen pencedera fisiologis (mis., inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis., terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016)
1) Subjektif
a) Mengeluh nyeri
2) Objektif
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (mis.,waspada, posisi menghindari nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016)

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 14
1) Subjektif
Tidak tersedia
2) Objektif
a) Tekanan darah meningkat
b) Pola napas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berpikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada dirisendiri
g) Diaforesis
2. Defisit nutrisi
Kategori : Fisiologis
Sub kategori : Nutrisi dan Cairan
Kode : D. 0019
a. Definisi :Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (PPNI,2016)
b. Penyebab (PPNI,2016)
1) Kurangnya asupan makanan
2) Ketidakmampuan menelan makanan
3) Ketidakmampuan mencerna makanan
4) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
5) Peningkatan kebutuhan metabolisme
6) Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
7) Faktor psikologis (mis. stress, keengganan untuk makan)
c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016)
1) Subjektif
(Tidak tersedia)
2) Objektif
a) Berat badan menurun minimal 10% dibawa rentang
ideal
d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016)

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 15
1) Subjektif
a) Cepat kenyang setelah makan
b) Kram/nyeri abdomen
c) Nafsu makan menurun
2) Objektif
a) Bising usus hiperaktif
b) Otot pengunyah lemah
c) Otot menelan lemah
d) Memberan mukosa pucat
e) Sariawan
f) Serum albumin turun
g) Rambut rontok berlebihan
h) Diare
3. Gangguan integritas kulit/jaringan
Kategori : Lingkungan
Sub kategori : Keamanan dan Proteksi
Kode : D. 0129
a. Definisi : kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan
(membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago,
kapsul sendi dan/atau ligament) (PPNI,2016)
b. Penyebab (PPNI,2016)
1) Perubahan sirkulasi
2) Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
3) Kekurangan/kelebihan volume cairan
4) Penurunan mobilitas
5) Bahan kimia iritatif
6) Suhu lingkungan yang ekstrem
7) Faktor mekanis (mis., penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau
faktor elektris (elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi)
8) Efek samping terapi radiasi
9) Kelembaban

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 16
10) Proses penuaan
11) Neuropati perifer
12) Perubahan pigmentasi
13) Perubahan hormonal
14) Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/
melindungi/ integritas jaringan
c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016)
1) Subjektif
Tidak tersedia
2) Objektif
a) Kerusakan jaringan dan/atau lapisankulit
d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016)
1) Subjektif
Tidak tersedia
2) Objektif
a) Nyeri
b) Perdarahan
c) Kemerahan
d) Hematoma
4. Intoleransi aktivitas
Kategori : Fisikologis
Subkategori : Aktivitas dan Istirahat
Kode : D.0056
a. Definisi
Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b. Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 17
c. Gejala dan tanda mayor
Subyektif : Mengeluh Lelah
Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat.
d. Gejala dan tanda minor
Subyektif :
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
Objektif :
4. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
5. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktiivitas
6. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
7. Sianosis
e. Kondisi klinis terkait
1) Anemia
2) Penyakit jantung koroner
3) Gagal jantung kongestif
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruktif kronis
7) Gangguan metabolic
8) Gangguan muskuloskeletal
5. Ansietas
Kategori : Psikologis
Sub kategori : Integrits Ego
Kode : D. 0080
a. Definisi : Kondisi emosional dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya
yang memungkinkan individu mrlakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
b. Penyebab

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 18
1) Krisis situasional
2) Kebutuhan tidak terpenuhi
3) Krisis maturasional
4) Ancaman terhadap konsep diri
5) Ancaman terhadap kematian
6) Kekhawatiran mengalami kegagalan
7) Disfungsi sistem keluarga
8) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9) Faktor keturunan ( tempramen mudah Teragitasi sejak lahir)
10) Penyalahgunaan zat
11) Terpapar lingkungan (mis. Toksin, polutan dan lain-lain)
12) Kurang terpapar informasi
c. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif : Merasa bingun, merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi
2) Objektuf : tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur
d. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif : Mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tak
berdaya.
2) Objektif : frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat,
suara bergetar kontak mata buruk, sering berkemih, berorientasi
pada masa lalu.
e. Kondisi klinis tetkait
1) Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, pentakit autoimun)
2) Penyakit akut
3) Hospitallisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh kembang

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 19
6. Resiko Infeksi
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Kode : D.0142
a. Definisi
Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
b. Faktor resiko
1. Penyakit kronis
2. Efek prosedur invasive
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahan tubuh primer:
a) Gangguan peristaltic
b) Kerusakan integritas kulit
c) Perubahan sekresi pH
d) Penurunan kerja siliaris
e) Ketuban pecah lama
f) Ketuban pecah sebelum waktunya
g) Merokok
h) Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
a) Penurunan haemoglobin
b) Imunosupresi
c) Leukopenia
d) Supresi respon inflamasi
e) Vaksinasi tidak adekuat
c. Kondisi klinis terkait
1. AIDS
2. Luka Bakar
3. Penyakit Paru Obstruktif kronis
4. Diabetes mellitus

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 20
5. Tindakan invasive
6. Kondisi penggunaan terapi steroid
7. Penyalahgunaan obat
8. Ketuban pecah sebelum waktunya
9. Kanker
10. Gagal ginjal
11. Imunosupresi
12. Lymphedema
13. Leukositopenia
14. Gangguan fungsi hati

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut
a. Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam tingkat nyeri menurun
dengan kriteria hasil:
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Kesulitan tidur menurun
4) Frekuensi nadi membaik
b. Intervensi keperawatan
Manajemen Nyeri :
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
R: Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri merupakan hal yang amat penting untuk
memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi
keefektifan dari terapi yang diberikan.
b) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
R: Untuk melihat faktor pencetus yang memicu adanya nyeri

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 21
c) Monitor efek samping penggunaan analgetik
R: Untuk mencegah adanya alergi obat pada pasien
2) Terapeutik
a) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
( mis. hipnosis, akupresur, terapi musik, terapi pijat, aromaterapi,
terknik imajinasi terbimbing, kompres hangat atau dingin).
R: pemberian teknik non farmakologi yntuk mengendalikan dan
meredakan rasa nyeri
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
R: Adanya lingkungan yang nyaman dapat mempengaruhi
kualitas nyeri yang dirasakan dapat berkurang
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
R: Pasien dapat mengetahui penyebab, periode dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
R: Agar pasien mengethaui tindakan yang akan dilakukan ketika
nyeri dirasakan
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
R: Memandirikan pasien dalam mengontrol nyeri
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik
R: pemberian analgetik dengan teratur dapat mengurangi rasa
nyeri
2. Defisit nutrisi
a. Tujuan dan criteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam status nutrisi
membaik dengan kriteria hasil:
1) Porsi makanan yang dihabiskan
2) Nafsu makan membaik.

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 22
b. Intervensi keperawatan
Manajemen Nutrisi :
1) Observasi :
a) Identifikasi status nutrisi
R: Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status nutrisi
pasien sehingga dapat menentukan intervensi yang diberikan.
b) Identifikasi makanan yang disukai
R: membantu pasien untuk memenuhi asupan nutrisi
c) Monitor asupan makanan
R: untuk mengetahui jumlah yang masuk dan jumlah yang keluar.
2) Terapeutik
a) Lakukan oral hygnel sebelum makan
R: Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
3) Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk
R: Posisi duduk memberikan pasien perasaan nyaman saat makan.
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antimetic).
R: Antiemetik dapat digunakan sebagai terapi farmakologis dalam
manajemen mual dengan menghambat sekres asam lambung
b) Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.
R: membantu pasien untuk memenuhi jumlah nutrisi dalam tubuh
Manajemen Berat Badan :
1) Observasi
a) Monitor Berat Badan
R: Pemantauan berat badan membantu dalam memantau
peningkatan dan penurunan status gizi
b) Monitor adanya mual muntah
R: Mengurangi atau menghilangkan penyebab muntah.

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 23
2) Terapeutik
Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan
R: Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan.
3) Edukasi
Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau.
R: Pemberian informasi yang tepat dapat membantu pasien dalam
menentukan makanan yang bergizi tinggi.
3. Gangguan integritas kulit/ jaringan
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam penyembuhan luka
meningkat dengan kriteria hasil:
1) Peradangan luka menurun
2) Nyeri menurun
3) Kerusakan lapisan kulit menurun
4) Kemerahan menurun
5) Tekstur membaik
b. Intervensi keperawatan
a. Perawatan Luka
1) Observasi
a) Monitor karakteristik luka (mis. Drainase, warna, ukuran,
bau).
R: Memberika informasi untuik menetukan intervensi yang
akan diberikan kepada pasien
b) Monitor tanda-tanda infeksi
R: Dapat mengetahui apakah terdapat tanda-tanda infeksi atau
tidak
2) Terapeutik
a) Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
b) Cukur rambut di sekitar luka

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 24
c) Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik
d) Bersihkan jaringan nekrotik
e) Berikan salep yang sesuai kulit
f) Pasung balutan sesuai jenis luka
g) Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
h) Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
i) Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi
pasien
j) Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan
protein 1,25-1,5 g/kg/BB/hari
k) Berikan terapi TENS (Stimulasi Saraf transkutaneous).
3) Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
R: Memberikan informasi untuk menerapkan intervensi yng
akan diberikan kepada pasien
b) Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri.
R: keluarga pasien atau psien dapat melakukan dengan
mandiri dan bisa di praktekkan saat di rumah
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian antibiotik
4. Intoleransi Aktivitas
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam Intoleransi Aktivitas
Membaik dengan kriteria hasil:
1) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
2) Perasaan lemah menurun
3) Keluhan lelah menurun
b. Intervensi Keperawatan
1) Observasi
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 25
R: Dapat memberikan informasi untuk melakukan intervensi
b) Monitor kelelahan fisik dan emosional
R: Mengetahui kondisi fisik dan emosional pasien
c) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
R: Untuk mengetahui ketidaknyamanan pasien selama melakukan
aktivitas
2) Terapeutik
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan).
R: Suasana yang nyaman dapat memberikan rasa aman dan
tenang.
b) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
R: Untuk memberikan rasa nyaman kepada pasien
3) Edukasi
a) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
R: Agar pasien dapat melakukan aktivitas yang diberikan
b) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
R: Untuk mengurangi adanya tanda dan gejala kelelahan
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.
R: Untuk mengetahui kebutuhan kalori dan nutrien
5. Ansietas
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam tingkat ansietas
menurun dengan kriteria hasil:
1) Perilaku gelisah menurun
2) Perilaku tegang menurun
3) Pola tidur membaik
b. Intervensi keperawatan

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 26
Reduksi Ansietas:
1) Observasi:
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor)
R: Mengetahui tingkat ansietas berubah pada kondisi, waktu
dan stressor
b) Monitor tanda-tanda ansietas
R: Dapat membantu pasien untuk mencegah terjadinya ansietas.
2) Terapeutik:
a) Dengarkan dengan penuh perhatian
R: memdengarkan seksama keluhan pasien dapat mengurangi
ansietas.
b) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
R: perasaan pasien akan berfikir positif jika diberikan motivasi.
3) Edukasi:
a) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
R: Agara pasien tidak merasa tidak diperhatikan dan pasien
merasa nyaman.
b) Latih tekhnik relaksasi
R: Mengurangi tingkat kecemasan dan membuat rileks.
4) Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian terapi antiansietas.
R: Mengurangi perasaan cemas pada pasien.
6. Resiko Infeksi
a. Pencegahan Infeksi
1) Observasi
a) Monitor tanda dan gejala infeksi local
R: Memberikan informasi tentang adanya tanda dan gejala
infeksi untuk diberikan intervensi.

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 27
2) Terapeutik
a) Batasi jumlah pengunjung.
R: Dengan itu dapat meminimalisir penyebaran infeksi
kepada pasien.
b) Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien dan
lingkungan
R: Mencegah terjadinya infeksi
c) Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko infeksi.
d) R: Mencegah terjadinya infeksi dan masuknya
mikroorganisme
3) Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
R: Memberikan informasi kepada pasien tentang resiko
infeksi.
b) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.
R: Mencegah terjadinya Infeksi dan menjaga kebersihan

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 28
DAFTAR PUSTAKA

Antari dan Esmond. 2017. Diabetes Melitus Tipe 2. Dalam Rangka Menjalani
Kepaniteraan Klinik Madya Di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rsup Sanglah
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Davey, Patrick. 2015. Manifestasi Klinik dan Penyakit Medis. Jakarta
Fatimah, Restyana Noor. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2 Medical Faculty,
Lampung UniversityJ MAJORITY | Volume 4 Nomor 5

Nurarif & Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Keperawatan berdasarkan Diagnosa

Medis NANDA NIC-NOC. Jogjakarta. Mediaction Publishing


Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Standar Diagnosis Keperawtan
Indonesia (SDKI) Definisi dan Indikator Diagnostik.Edisi 1.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) .Standar Intervensi Keperawtan
Indonesia (SIKI) Definisi dan Tindakan Keperawatan.Edisi 1 Cetakan II.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Standar Luaran Keperawtan
Indonesia (SLKI) Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan
II.

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 29
PENYIMPANGAN KDM

Faktor genetik, usia, pengrusakan imunologik, infeksi virus


Kerusakan sel beta
Ketidakseimbangan produksi insulin
Gula dalam darah tdk dapat dibawa masuk ke dalam sel

Viskositas darah meingkat Hiperglikemia Anabolisme protein menurun


Aliran darah lambat Batas melibihi ambang ginjal Kerusakan antibodi
Iskemik jaringan Glukosuria Kekebalan tubuh menurun
Pelepasan mediator kimia Diaresis osmotik Neuropatisensori perifer
Ansietas
Dipersepsikan hypothalamus kehilangan elektrolit dalam sel nekrosis luka

Nyeri akut Dehidrasi


Risiko infeksi
Merangsang hipotalamus Luka gangren
Prrotein dan lemak dibakar Polidipsi & polifagi
Penurunan BB Gangguan
Defisit nutrisi integritas
Intoleransi kulit/jaringan
Aktivitas

Sri Eka Wardani, S.Kep (70900119008)


Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XV 30

Anda mungkin juga menyukai