KONSEP MEDIS
A. Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan”. Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus
adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute
insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Fatimah
2015)
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau
berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin
dependent diabetes mellitus (Fatimah 2015).
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya
hiperglikemia yang disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ pancreas
untuk memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target
tersebut. Abnormalitas pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
ditemukan pada penderita penyakit diabetes mellitus terjadi dikarenakan
kurangnya aktivitas insulin pada sel target (Antari dan Esmond. 2017)
B. Etiologi
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2,
berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah,
faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain.
1. Obesitas (kegemukan) Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan
kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.
C. Patofisiologi
1. Diabetes tipe I
Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya
F. Komplikasi
Kadar gula darah yang tinggi juga dapat menimbulkan komplikasi jika
tidak dikendalikan. Peningkatan kadar gula darah dalam waktu yang lama bisa
merusak pembuluh darah, jantung, otak, mata, ginjal, saraf, kulit, dan jaringan
tubuh lainnya. Menurut Khasanah (2012), beberapa komplikasi diabetes
mellitus tersebut sebagai berikut.
1. Hipertensi dan Penyakit Jantung: Gula yang terlalu tinggi dalam darah
dapat menempel pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah
menebal. Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan
kadar lemak dalam darah meningkat. Hal ini akan memepercapat
terjadinya penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, tekanan darah
meningkat dan terjadilah hipertensi.
2. Katarak: Katarak dalah penyalit atau kerusakan pada mata yang
menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh,
sehingga cahaya tidak dapat menembusnya. Kaitannya dengan penyakit
diabetes mellitus, katarak merupakan efek sekunder yang timbul dari
penyakit ini.
3. Gagal Ginjal: terjadi ketika kedua ginjal mengalami kerusakan permanen
dan tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya, yaitu untuk
menyaring darah. Kaitannya dengan penyakit diabetes mellitus, kadar gula
H. Pencegahan
Pemahaman dan partisipasi pasien juga sangat penting karena tingkat
glukosa darah selalu berubah-ubah. Sebab, kesuksesan menjaga gula darah
dalam batasan normal dapat mencegah komplikasi diabetes. Sementara itu,
faktor lainnya yang dapat mengurangi komplikasi adalah berhenti merokok,
mengoptimalkan kadar kolesterol, menjaga berat tubuh yang stabil, mengontrol
tekanan darah tinggi, dan melakukan olahraga secara teratur (Adib, 2011).
Diabetes tipe 2 merupakan penyakit degeneratif yang dapat dicegah.
Menurut Khasanah (2012), adapun upya-upaya yang dapat dilakukan untuk
pencegahan sebagai berikut:
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Identitas penanggung jawab pasien
3. Keuhan utama
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
6. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur
atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi
penyakitnya.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas Atau Istirahat
Gejalnya: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan. Kram otot, tonus
otot menurun. Gangguan tidur atau istirahat
Tanda: Tachicardia dan tachipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas, Letargi atau disorientasi. Koma Penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi.
Gejala: Adanya riwayat HT; IM akut Klaudasi , kebas, dan kesemutan
pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda: Tachicardia, perubahan TD postural: HT Nadi yang menurun
Disritmia Krekes; DVJ (GJK) Kulit panas, kering dan kemerah
merahan; bola mata cekung.
c. Integritas ego
Gejala: stress; tergantung pada orang lain masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda: ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
Kategori : Nyeri
Sub kategori : Nyeri dan Kenyamanan
Kode : D. 0077
a. Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan (PPNI,2016).
b. Penyebab (PPNI,2016).
1) Agen pencedera fisiologis (mis., inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis., terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016)
1) Subjektif
a) Mengeluh nyeri
2) Objektif
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (mis.,waspada, posisi menghindari nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016)
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut
a. Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam tingkat nyeri menurun
dengan kriteria hasil:
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Kesulitan tidur menurun
4) Frekuensi nadi membaik
b. Intervensi keperawatan
Manajemen Nyeri :
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
R: Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri merupakan hal yang amat penting untuk
memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi
keefektifan dari terapi yang diberikan.
b) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
R: Untuk melihat faktor pencetus yang memicu adanya nyeri
Antari dan Esmond. 2017. Diabetes Melitus Tipe 2. Dalam Rangka Menjalani
Kepaniteraan Klinik Madya Di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rsup Sanglah
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Davey, Patrick. 2015. Manifestasi Klinik dan Penyakit Medis. Jakarta
Fatimah, Restyana Noor. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2 Medical Faculty,
Lampung UniversityJ MAJORITY | Volume 4 Nomor 5