Anda di halaman 1dari 7

PROSIDING SNMPM 2017

PENINGKATAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
MAHASISWA MELALUI PROBLEM
BASED LEARNING (PBL)
Dina Octaria Eka Fitri Puspa Sari
FKIP Universitas PGRI FKIP, Universitas PGRI
Palembang, Indonesia Palembang, Indonesia
dinaoctaria@univpgri-palembang.ac.id ekafitrips@univpgri-palembang.ac.id

Abstrak-Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Arslan dan Altun (Napitupulu, 2011)
peningkatan kemampuan pemecahan masalah mengatakan bahwa rendahnya kemampuan
matematis (KPMM) mahasiswa setelah mendapat model pemecahan masalah disumbang oleh minimnya
pembelajaran problem based learning (PBL) dan pengetahuan dasar matematis yang seharusnya
pembelajaran konvensional ditinjau. Penelitian ini
dimiliki anak, dan tidak terampilnya anak memilih
menggunakan metode kuasi-eksperimen dengan desain
kelompok kontrol pretes dan postes nonekuivalen. dan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya
Subyek penelitian ini adalah mahasiswa semester IV untuk menyelesaikan tugas memecahkan masalah.
Tahun ajaran 2016/2017 pada program studi Program linier merupakan mata kuliah wajib
pendidikan matematika di Universitas PGRI Palembang tempuh bagi mahasiswa di Program Studi
yang berjumlah 62 orang. Berdasarkan pembelajaran, Pendidikan Matematika. Melalui mata kuliah ini,
subyek penelitian dibedakan atas dua kelas yaitu kelas mahasiswa diharapkan mampu merumuskan
eksperimen yang mendapatkan pembelajaran PBL dan masalah secara kuantitatif. Pengamatan yang
kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran dilakukan peneliti selama mengajar beberapa tahun
konvensional (PK). Instrumen dalam penelitian ini
pada mata kuliah program linier, serta berdasarkan
menggunakan tes KPMM. Data dalam penelitian ini
dianalisis menggunakan uji-t. Dari hasil analisis data penelitian sebelumnya diperoleh bahwa mahasiswa
diperoleh bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masih banyak kesulitan dalam menyelesaikan
masalah matematis mahasiswa yang mendapat persoalan terutama dalam membuat pemodelan
pembelajaran PBL lebih baik daripada mahasiswa yang matematika dari soal cerita dan melakukan
mendapat pembelajaran konvensional ditinjau dari perhitungan (Octaria, 2016).
keseluruhan maupun KAM (tinggi, sedang, rendah). Salah satu usaha perbaikan proses
pembelajaran di atas adalah memilih strategi
Keywords- problem based learning (PBL), pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam
kemampuan pemecahan masalah
pembelajaran matematika di perguruan tinggi.
Strategi pembelajaran yang diduga dapat digunakan
I. PENDAHULUAN untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar
adalah Problem Based Learning (PBM). Menurut
Kemampuan pemecahan masalah merupakan Islahul (2015) problem based learning, dirancang
kemampuan matematika yang harus dimiliki siswa. terutama untuk membantu siswa (1)
Pemecahan masalah sering dikatakan jantungnya mengembangkan keterampilan berpikir, pemecahan
matematika, hal ini dikarenakan sangat pentingnya masalah, dan intelektual; (2) belajar peran-peran
kemampuan pemecahan masalah dalam orang dewasa dengan menghayati peran-peran itu
pembelajaran matematika. NCTM (2000) melalui situasi-situasi nyata atau yang
mengatakan bahwa pemecahan masalah disimulasikan; dan (3) menjadi mandiri maupun
mempunyai dua fungsi dalam pembelajaran siswa otonom.
matematika. Pertama pemecahan masalah adalah Model problem based learning (PBL) dapat
alat penting mempelajari matematika. Kedua melatihkan keterampilan pemecahan masalah pada
pemecahan masalah dapat membekali siswa dengan siswa berdasarkan ciri-ciri dan sintaksnya. PBL
pengetahuan dan alat sehingga siswa dapat mempunyai ciri-ciri yaitu: (1) mengajukan
memformulasikan, mendekati, dan menyelesaikan pertanyaan atau masalah; (2) berfokus pada
masalah. interdisiplin; (3) penyelidikan otentik; (4)

42
PROSIDING SNMPM 2017
menghasilkan karya nyata dan memamerkan. PBL mahasiswa agar terbiasa menghadapi berbagai
memiliki beberapa sintaks pembelajaran yang masalah yang semakin kompleks, baik pada masalah
meliputi: (1) mengorientasikan siswa kepada matematika maupun di luar matematika. Di sinilah
masalah; (2) mengorganisasikan siswa untuk peran matematika sebagai alat pemecah masalah
belajar; (3) membantu penyelidikan mandiri dan (tools of problem solving). Dalam NCTM (2000: 52)
kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan dikatakan, pemecahan masalah adalah bagian
hasil karya serta memamerkannya; (5) menganalisis integral dari semua pembelajaran matematika.
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Menurut Polya (Gunantara dkk, 2014:4)
Penerapan PBL juga dianjurkan oleh Dasna & kemampuan pemecahan masalah adalah ―proses
Sutrisno (2007) dalam pembelajaran karena: (1) yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan
akan terjadi pembelajaran bermakna, (2) mahasiswa masalah yang dihadapinya sampai masalah itu tidak
dapat mengintegrasikan pengetahuan dan lagi menjadi masalah baginya‖. Sedangkan
keterampilan secara simultan serta mengaplikasikan Gunantara dkk (2014:5) dalam penelitiannya
dalam konteks yang relevan, dan (3) PBL dapat mendefinisikan ―kemampuan pemecahan masalah
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, merupakan kecakapan atau potensi yang dimiliki
menumbuhkan inisiatif mahasiswa dalam bekerja, siswa dalam menyelesaikan permasalahan dan
motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari‖.
mengembangkan hubungan interpersonal dalam Berdasarkan uraian di atas, maka kemampuan
kerja kelompok. pemecahan masalah adalah kemampuan atau
Berpedoman pada latar belakang diatas, potensi yang dimiliki seseorang dalam
permasalahan dalam penelitian ini adalah ―Apakah menyelesaikan masalah serta mengaplikannya
peningkatan kemampuan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari sampai masalah itu
matematis mahasiswa yang mendapat model tidak lagi menjadi masalah baginya.
problem based learning (PBL) lebih baik daripada Menurut Polya (Hoseana, 2012:4), indikator
mahasiswa yang mendapat pembelajaran KPMM mencakup(1) memahami permasalahan,
konvensional ditinjau dari (a) keseluruhan (2) merancang suatu strategi penyelesaian masalah,
mahasiswa; dan (b) KAM (tinggi, sedang, dan (3) melaksanakan strategi atau melakukan
rendah)‖? perhitungan, (4) meninjau kembali atau
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada mengembangkan.
penelitian ini adalah mengkaji secara komprehensif
: peningkatan kemampuan pemecahan masalah Problem Based Learning (PBL)
matematis mahasiswa setelah mendapat model Menurut Ronis (2008), pembelajaran biasa
problem based learning (PBL) dan pembelajaran (konvensional) jelas tidak jeleksehingga tidak harus
konvensional ditinjau dari : (a) keseluruhan dibuang akan tetapi tidak membuat siswa unggul
mahasiswa, dan (b) KAM (tinggi, sedang, dan dalamkemampuan mempertahankan
rendah). pengetahuannya (retension) dan sering membuat
siswakesulitan mengalihkannya (transfer of
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis knowledge) ke dalam situasi baru. Oleh karenaitu
Menurut Arthur (2008) pemecahan masalah para peneliti, antara lain Arends (2008) dan Tan
merupakan bagian dari berpikir. Sebagai bagian (2003) mengusulkan PBL yang merupakan
dari berpikir, latihan pemecahan masalah dapat pembelajaran inovatif berbasis konstruktivisme
meningkatkan kemampuan berpikir sebagai proses untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran
kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi biasa.
dan kontrol lebih dari keterampilan rutin atau dasar. Barrow (Barret, 2005) mendefinisikan PBL
Pendapat ini mengisyaratkan bahwa dalam sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang
memecahkan masalah, seseorang tidak hanya menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
memerlukan keterampilan rutin atau dasar, tetapi konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang
juga berbagai keterampilan lainnya untuk mengatur cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
semua proses berpikirnya agar dapat memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
masalah yang dihadapi.Pengaturan dimaksud dapat konsep yang esensial dari materi pelajaran. Dari
dilakukan dengan mengontrol semua pengetahuan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PBL adalah
yang dimilikinya terkait dengan masalah tersebut dan suatu pembelajaran yang mengarahkan mahasiswa
memilahnya agar dapat menemukan cara terbaik untuk berpikir dan memecahkan suatu
untuk memecahkannya. permasalahan melalui interaksi dengan
Kecepatan dan ketepatan dalam memilih dan lingkungannya sehingga pengetahuan dan konsep
memilah pengetahuan yang relevan sangat terbangun dengan baik pada diri mahasiswa.
menentukan dalam memecahkan masalah. Ada beberapa karakteristik PBL. Liu (2005)
Kemampuan seperti ini penting dimiliki setiap mengidentifikasikan lima karakteristik sebagai

43
PROSIDING SNMPM 2017
berikut: (1) Learning is student-centered, proses pembelajaran konvensional ditinjau dari KAM
pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan sedang.
kepada mahasiswa. Oleh karena itu, PBL didukung 4. Mahasiswa yang mendapat problem based
juga oleh teori konstruktivisme dimana mahasiswa learning (PBL) memperoleh peningkatan
didorong untuk dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis
pengetahuannya sendiri; (2) Authentic problems lebih baik daripada mahasiswa yang mendapat
form the organizing focus for learning, masalah pembelajaran konvensional ditinjau KAM
yang disajikan kepada mahasiswa adalah masalah rendah.
yang autentik sehingga mahasiswa dengan mudah
memahami masalah tersebut serta dapat II. METODE
menerapkannya dalam kehidupannya; (3) New Penelitian ini merupakan penelitian Quasi-
information is acquired through self-directed Eksperimentalkarena subjek tidak dikelompokkan
learning, dalam proses pemecahan masalah secara acak, tetapi diterima apa adanya (Ruseffendi,
mahasiswa berusaha untuk mencari sendiri melalui 2005).
beberapa sumber, baik dari buku atau informasi Desain penelitian yang digunakan adalah desain
lain; (4) Learning occurs in small groups, agar kelompok kontrol pretes dan postes non-ekivalen
terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam atau Nonequivalent Pre-Test and Post-Test
usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif, Control-Group Design (Creswell, 2012). Secara
maka PBL dilaksanakan dalam kelompok kecil; dan ringkas desain eksperimen tersebut dapat
(5) Teachers act as facilitators, dosen hanya digambarkan sebagai berikut.
berperan sebagai fasilitator. Namun, dosen harus O X O
selalu memantau perkembangan aktivitas
mahasiswa dan mendorong mahasiswa agar O O
mencapai target yang hendak dicapai. Keterangan:
Barret (2005) mengemukakan langkah-langkah O : pretes/postes tentang pemecahan
pelaksanaan PBL sebagai berikut: (1) Mahasiswa masalah
diberi permasalahan oleh dosen atau permasalahan X : Perlakuan berupa problem based
diungkap dari pengalaman mahasiswa; (2)
learning (PBL)
Mahasiswa melakukan diskusi dalam kelompok
kecil; (3) mahasiswa melakukan kajian secara Data dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif
independen berkaitan dengan masalah yang harus yang diperoleh melalui analisis terhadap jawaban
diselesaikan; (4) mahasiswa kembali kepada mahasiswa pada tes KAM dan tes KPMM yang
kelompok PBL semula untuk melakukan tukar dilakukan sebelum (pretes) dan sesudah (postes)
informasi, pembelajaran teman sejawat, dan kegiatan pembelajaran. Data kuantitatif ditabulasi
bekerjasama dalam menyelesaikan masalah; (5) dan dianalisis melalui tiga tahap, yaitu:
mahasiswa menyajikan solusi yang mereka 1. Tahap pertama: melakukan analisis deskriptif
temukan; dan (6) mahasiswa dibantu oleh dosen data dan menghitung gain ternormalisasi
melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh (normalized gain) pretes dan postes.
kegiatan pembelajaran. 2. Tahap kedua: menguji persyaratan analisis
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori statistik parametrik yang diperlukan sebagai
diatas,dapat dibuat rumusan hipotesis-hipotesis dasar dalam pengujian hipotesis. Pengujian
dalam penelitian ini yaitu: persyaratan analisis dimaksud adalah uji
1. Mahasiswa yang mendapat problem based normalitas data dan uji homogenitas varians
learning (PBL) memperoleh peningkatan keseluruhan data kuantitatif.
kemampuan pemecahan masalah matematis 3. Tahap ketiga: menguji keseluruhan hipotesis.
lebih baik daripada mahasiswa yang mendapat Secara umum, uji hipotesis yang digunakan
pembelajaran konvensional ditinjau dari dalam penelitian ini adalah uji t, dan uji
keseluruhan. ANAVA dua jalur
2. Mahasiswa yang mendapat problem based Data hasil tes kemampuan pemahaman konsep
learning (PBL) memperoleh peningkatan matematis mahasiswa dianalisis dengan
kemampuan pemecahan masalah matematis menggunakan statistik inferensial. Untuk
lebih baik daripada mahasiswa yang mendapat mengetahui besarnya peningkatan kemampuan
pembelajaran konvensional ditinjau KAM pemahaman konsep matematika mahasiwa
tinggi. dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus
3. Mahasiswa yang mendapat problem based gain ternomalisasi (n-gain) dari [13], dengan
learning (PBL) peningkatan kemampuan interpretasi kategori n-gain seperti pada Tabel 1.
pemecahan masalah matematis lebih baik
daripada mahasiswa yang mendapat

44
PROSIDING SNMPM 2017
Tabel1.Kategori N-GAIN(g)
n-Gain (g) Interpretasi Tabel 3
g> 0,7 Tinggi Ringkasan Uji Statistik Data Kemampuan Awal
0, 3< g  0,7 Sedang Mahasiswa
g  0,3 Rendah Uji
Uji
Kelompo Pembel Hom
n Normalit
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa k KAM ajaran ogeni
as
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas tas
PGRI Palembang, sedangkan sampel adalah Keseluru PBL 30 0,379
0,078
mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika han PK 32 0,635
yang mengikuti perkuliahan Program Linier pada PBL 8 0,637
Tinggi 0,185
semester genap, Februari – Mei tahun 2017. Teknik PK 6 0,316
pengambilan sampel yang digunakan adalah PBL 13 0,460
Sedang 0,681
purposive sampling. Berdasarkan teknik tersebut PK 18 0,710
diperoleh sampel yaitu kelas 4B sebagai kelas PBL 9 0,091
Rendah 0,334
eksperimen sebanyak 30 orang dan kelas 4A PK 8 0,072
sebagai kelas kontrol sebanyak 32 orang.
Tabel 3. menunjukkan bahwa secara
III. HASIL DAN PEMBAHASAN keseluruhan nilai probabilitas (sig.) data KAM pada
PBL dan PK lebih besar dari 0,05, berarti hipotesis
Deskripsi Data KAM nol diterima. Artinya secara keseluruhan data KAM
Kemampuan awal mahasiswa (KAM) pada PBL dan PK berdistribusi normal dan
menggambarkan pengetahuan dan keterampilan homogen. Ditinjau dari kelompok KAM tinggi,
mahasiswa tentang matematika. Sebelum dilibatkan sedang dan rendah, nilai probabilitas (sig.) data
sebagai subjek dalam penelitian. Tes KAM selain KAM pada PBL maupun PK lebih besar dari 0,05,
digunakan untukmengetahui kesetaraan subjek yang berarti hipotesis nol diterima. Artinya data
sampel penelitian, juga digunakan untuk kelompok KAM tinggi, sedang dan rendah
mengelompokkan mahasiswa menurut kemampuan berdistribusi normal dan homogen. Sehingga,
matematis yang dimiliki mahasiswa sebelum proses berdasarkan data KAM secara keseluruhan
pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan. Untuk maupun kelompok KAM (tinggi, sedang, rendah)
memperoleh gambaran kualitas KAM mahasiswa untuk setiap pembelajaran (PBL dan PK)
tersebut, data dianalisis secara deskriptif agar dapat menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi
diketahui rata-rata, simpangan baku, nilai yang berdistribusi normal dan homogen.
minimum, dan nilaimaksimum untuk setiap
kelompok KAM, yaitu tinggi (T), sedang (S), dan Tabel 4
rendah (R). Rangkuman hasil analisis deskriptif Uji Perbedaan Rata-rata Kemampuan Awal
data KAM, Pretes, dan Postes Mahasiswa
berdasarkanpembelajaran disajikan pada Tabel Kelompok
berikutini. Statistik t Sig H0
KAM
Diterim
Tabel 2 Keseluruhan -0,477 0,635
a
Statistik Deskriptif Data Kemampuan Awal Diterim
Mahasiswa Tinggi -1,533 0,151
a
Kelomp Skor Rerat Simpan Diterim
Pembe a gan Sedang 0,122 0,904
ok n Min Mak
lajaran Baku a
KAM s
3
Diterim
PBL 1 11 4,93 3,04 Rendah 0,355 0,728
Keselur 0 a
uhan 3
PK 1 10 4,74 2,44
4 Tabel 4. Menunjukkan bahwa hasil uji
PBL 7 8 11 9,28 1,11 perbedaan rata-rata data KAM secara keseluruhan
Tinggi
PK 6 8 10 8,50 0,84 maupun kelompok KAM (tinggi, sedang dan
1
PBL
4
3 7 4,86 1,81 rendah) antara kelas PBL dan PK tidak ada
Sedang perbedaan. Sehingga, penelitian ini diawali dengan
2
PK 3 7 4,80 1,36
0 kondisi KAM yang relatif sama baik ditinjau dari
Rendah
PBL 9 1 2 1,67 0,50 keseluruhan maupun kelompok.
PK 8 1 2 1,75 0,46
Keterangan: Skor Maksimal Ideal = 15

45
PROSIDING SNMPM 2017
Deskripsi data KPMM postes, dan ngain KPMM mahasiswa berdasarkan
Untuk memperoleh gambaran kualitas KPMM pembelajaran, KAM, dan secara keseluruhan.
mahasiswa, data dianalisis secara deskriptif untuk Statistik deskriptif data KPMM mahasiswa
mengetahui rerata dan simpangan baku skor pretes, selengkapnya disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4
Statistik Deskriptif Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kelompok Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) Pembelajaran Konvensional (PK)
KAM n Stat. Pretes Postes <g> N Stat. Pretes Postes <g>
̅ 6,90 17,37 0,55 ̅ 6,94 13,53 0,35
Keseluruhan 30 32
3,09 4,29 0,23 3,71 3,79 0,16
̅ 7,50 22,38 0,81 ̅ 11,83 19,33 0,54
Tinggi 8 6
3,16 3,58 0,17 3,25 4,03 0,22
̅ 6,77 15,00 0,41 ̅ 6,39 12,72 0,31
Sedang 13 18
2,95 2,20 0,15 2,95 1,90 0,11
̅ 6,56 16,33 0,50 ̅ 4,50 11,00 0,30
Rendah 9 8
3,50 3,57 0,16 2,00 2,33 0,12

Skor Maksimal Ideal = 26 Analisis Data Peningkatan KKM

Pada Tabel 4 terlihat bahwa secara keseluruhan Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
mahasiswa yang mendapatkanPembelajaran peningkatan KKM mahasiswa yang mendapatkan
berbasis masalah (PBL) menunjukkan peningkatan pembelajaran reflektif dan mahasiswa yang
KPMM yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional, baik
mendapatkan pembelajaran konvensional. Hasil ditinjau secara keseluruhan maupun berdasarkan
tersebut didukung pula oleh rerata postesnya. Pada pembelajaran dan KAM diajukan hipotesis
tabel tersebut terlihat bahwa mahasiswa yang berikut:
mendapatkanPBL menunjukkan rerata postes yang
lebih besar daripada mahasiswa yang mendapatkan Hipotesis 1:
pembelajaran konvensional. Secara keseluruhan, mahasiswa yang mendapat
Berdasarkan statistik deskriptif data KPMM pembelajaran PBL memperoleh peningkatan
pada Tabel 4 secara umum menunjukkan bahwa: KPMM lebih baik daripada mahasiswa yang
a. Secara keseluruhan rerata peningkatan KPMM mendapat pembelajaran konvensional.
mahasiswa yang mendapat pembelajaran PBL
lebih besar daripada mahasiswa yang mendapat Hipotesis 2:
pembelajaran konvensional. Mahasiswa yang mendapat pembelajaran PBL
b. Rerata peningkatan KPMM mahasiswa memperoleh peningkatan KPMM lebih baik
kelompok KAM tinggi yang mendapat daripada mahasiswa yang mendapat pembelajaran
pembelajaran PBL lebih besar daripada konvensional ditinjau dari KAM tinggi.
mahasiswa kelompok KAM tinggi yang
mendapat pembelajaran konvensional. Hipotesis 3:
c. Rerata peningkatan KPMM mahasiswa Mahasiswa yang mendapat pembelajaran PBL
kelompok KAM sedang yang mendapat memperoleh peningkatan KPMM lebih baik
pembelajaran PBL lebih besar daripada daripada mahasiswa yang mendapat pembelajaran
mahasiswa kelompok KAM sedang yang konvensional ditinjau dari KAM sedang.
mendapat pembelajaran konvensional.
d. Rerata peningkatan KPMM mahasiswa Hipotesis 4:
kelompok KAM rendah yang mendapat Mahasiswa yang mendapat pembelajaran PBL
pembelajaran PBL lebih besar daripada memperoleh peningkatan KPMM lebih baik
mahasiswa kelompok KAM rendah daripada mahasiswa yang mendapat pembelajaran
yangmendapat pembelajaran konvensional. konvensional ditinjau dari KAM rendah.

Sebelum melalukan uji statistik yaitu uji-t, terlebih


dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji
normalitas data dan uji homogenitas varians.

46
PROSIDING SNMPM 2017
Tabel 5
Rangkuman Uji Statistik Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis

Uji Normalitas Uji


Uji Perbedaan
Kelompok KAM Pembelajaran n (Kolmogorov- Homogenitas
Rata-rata
Smirnov) (Uji Levene)
PBL 30 0,563
Keseluruhan 0,084 0,000
PK 32 0,838
PBL 8 0,678 0,021
Tinggi 0,248
PK 6 0,639
PBL 13 0,714 0,038
Sedang 0,105
PK 18 0,575
PBL 9 0,682 0,011
Rendah 0,539
PK 8 0,426

Berdasarkan Tabel 5 di terlihat bahwa terdapat IV. KESIMPULAN


perbedaan yang signifikan antara rerata
peningkatan KPMM mahasiswa yang mendapatkan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
pembelajaran PBL dengan mahasiswa yang kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan
mendapatkan pembelajaran konvensional. pemecahan masalah matematis mahasiswa yang
Selain itu dengan memperhatikan nilai rerata mendapat pembelajaran PBL lebih baik daripada
peningkatan KPMM mahasiswa yang mendapatkan mahasiswa yang mendapat pembelajaran
pembelajaran PBL danmahasiswa yang konvensional ditinjaudari keseluruhan maupun
mendapatkan pembelajaran konvensional, dapat KAM (tinggi, sedang, rendah). Adapun saran
disimpulkan bahwa peningkatan KPMM mahasiswa peneliti terkait dengan hasil penelitian yaitu dosen
yang mendapatkan pembelajaran PBL lebih baik dapat menerapkan pembelajaran PBL upaya untuk
daripada mahasiswa yang mendapat pembelajaran meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
konvensional, baik ditinjau dari keseluruhan, KAM matematis mahasiswa.
tinggi, KAM sedang, maupun KAM reandah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran PBL secara signifikan lebih baik Ucapan Terima Kasih
dalam meningkatkan KPMM. Hasil penelitian ini Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih
menunjukkan bahwa pembelajarn PBL dengan kepada Mentri Riset, Teknologi dan Pendidikan
segala komponen pendukungnya memberikan Tinggi yang telah memberikan sponsor penelitian
kontribusi terhadap peningkatan ini melalui skema Penelitian Dosen Pemula untuk
kemampuanPemecahan masalah matematis tahun anggaran 2017.
mahasiswa.
Berdasarkan temuan-temuan penelitian ini dapat Daftar Pustaka
dinyatakan bahwa factor pembelajaran memberikan Arends, R.I. (2008). Learning to Teach, Belajar untuk Mengajar.
pengaruh terhadap peningkatan KPMM mahasiswa. Edisi Ketujuh Buku Satu.Penerjemah: Helly Prajitno
Temuan ini didukung oleh hasil pengamatan Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto.
aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
berlangsung. Pembelajaran problem based learning Arthur, L. B. (2008). Problem Solving. U.S.: Wikimedia
memfasilitasi mahasiswa agar terlibat aktif Foundation, Inc. [Online]. Tersedia:
dalam proses pembelajaran. Penyajian masalah http://en.wikipedia.org/wiki/ProblemSolving. [9 Maret
matematis yang dikemas dalam 2016].
kegiatan diskusi baik pada kelompok kelompok Bandura. 1997. Self-Efficacy: The Exercise of Control. New
kecil maupun diskusi kelas mampu mendorong York: W.H. Freeman and Company.
mahasiswa untuk berinteraksi melalui kegiatan
saling berdiskusi. Barret, T. (2005). Understanding Problem Based Learning.
Online tersedia :
Hasil evaluasi setelah PBL menunjukkan http://www.nuigalway.ie/celt/pblbook/chapter2.pdf.
bahwa mahasiswa mampu menyelesaikan [08-03-2016]
pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal tes.
Hal ini terlihat dalam perhitungan dan analisa Dasna, I W. & Sutrisno (2007). Pembelajaran Berbasis
Masalah. Online tersedia pada
jawaban yang dilakukan dengan benar oleh http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembel
mahasiswa. ajaran-berbasis-masalah/. Diakses pada tanggal 8
Maret 2016.

47
PROSIDING SNMPM 2017
Gunantara, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif.
Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Surakarta: Yuma Pustaka.
Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V SD
Negeri 2 Sepang. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Sumarmo, U. (2012). Pendidikan Karakter serta Pengembangan
Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD, 2 (1). Berfikir dan Disposisi Matematik dalam
Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan dalam
Hastuti, S. (2012). Self-Efficacy Mahasiswa Terhadap Seminar Pendidikan Matematika di NTT tanggal 26
Matematika. Dalam Prosiding Seminar Nasional Februari 2012.
Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY,
Yogyakarta 10 November 2012. ISBN : 978-979- Tan, O.S. (2003). Problem Based Learning Innovation.
16353-8-7. Singapore: Seng Lee Press.

Islahul, N., Utiya, A. (2015). Implementasi Model Pembelajaran Zimmerman, Barry J., 2000, Self efficacy: An Essential Motive
Berbasis Masalah (PBM) Untuk Melatihkan to Learn, New York: Journal Conemporary Educational
Keterampilan Berpikir Kritis dan Self Efficacy Pada Psychology 25, 82-91.
Materi Pokok Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju
Reaksi Kelas XI SMA Negeri 4 Sidoarjo. UNESA Zeldin, A.L. 2000. Sources and Effects of the Self-Efficacy
Journal of Chemical Education, Vol 4, No.1, PP 62-68 Beliefs of Men with Careers in Mathematics, Science,
January 2015. ISSN : 2252-9454. and Technology. Emory University. Disertasi: tidak
dipublikasikan.[Online]. Tersedia: http://
Karlimah. (2010). Pengembangan Kemampuan Komunikasi dan www.des.emory.edu/mfp/ZeldinDissertation2000.PDF
Pemecahan Masalah serta Disposisi Matematis
Mahasiswa PGSD melalui PBM. Disertasi Pendidikan
Matematika SPS UPI.

Kartono, dkk. (2007). Evaluasi Kualitas Materi Metode Simpleks


Pada Bahan Ajar Program Linier. Jakarta : Universitas
Terbuka.

Kholidi, M dan Sahat Saragih. (2011). Peningkatan Kemampuan


Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
SMA Melalui Pembelajaran Kooperatif. Jurnal
Pendidikan Matematika Paradikma. Vol 5, No 2, hal.
166-185.

Liu, M. (2005). Motivating Students Through Problem-based


Learning. University of Texas : Austin. [online].
Tersedia :
http://corporate.sullivan.edu/hr/training/Training%20Pr
esentations/Problem%20Based%20Learning_Motivatin
g%20Students%20through%20Problem-
Based%20Learning.pdf [08-04-2-15]

Minarni, A. (2012). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah


Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis.
Dalam Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta 10
November 2012. ISBN : 978-979-16353-8-7.

NationalCouncilofTeachersofMathematics.(2000).
PrinciplesandStandards
forSchoolMathematics.Reston,VA:NCTM.

Napitupulu, E. (2011). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah


Atas Kemampuan Penalaran Matematis, Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis, dan Sikap Siswa
Terhadap Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas.
Disertasi pada PPS UPI : Tidak Diterbitkan.

Puji, H., Caturiyati. (2011). Pemanfaatan Excel Solver Dalam


Pembelajaran Pemrograman Linear. Dalam Prosiding
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan
MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta,
14 Mei 2011.

Ronis, D., L. (2008). Problem-based Learning for Math &


Science; Integrating Inquiry and the Internet.
California: Corwin Press.

Ruseffendi. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan


Bidang Non-eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

48

Anda mungkin juga menyukai