Anda di halaman 1dari 17

BAB I

KONSEP DASAR
1. Definisi Penyakit
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak
pada tiga kesempatan yang berbeda (Corwin, 2009).
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas
140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg (Smeltzer, 2010).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah
diastoliknya ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antiHipertensi
(Mansjoer, 2007).
Kesimpulan; Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi pada arteri yang
persisten menetap dan abnormal diatas 140 mmhg sistolik dan 90 mmhg diastolik.
2. Etiologi
Penyebab terjadinya Hipertensi menurut Corwin (2009), antara lain :
a. Kecepatan denyut jantung
b. Volume sekuncup
c. Asupan tinggi garam
d. Vasokontriksi arterio dan arteri kecil
e. Stres berkepanjangan
f. Genetik
Sedangkan menurut Tambayong, (2007) etiologi dari Hipertensi adalah sebagai
berikut :
a. Usia
Insidens Hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.
b. Kelamin
Pada umumnya insidens pada pria lebih tinggi daripada wanita.
c. Ras
Hipertensi pada orang yang berkulit hitam dua kali lebih besar daripada
orang berkulit putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada ras kulit
hitam.
d. Pola hidup

1
Faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor  pola hidup lain telah
diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, dan kehidupan atau
pekerjaan  yang penuh stres agaknya berhubungan dengan insidens
Hipertensi yang lebih tinggi
e. Diabetes Militus
Hubungan antara diabetes melitus dan Hipertensi kurang jelas, namun
secara statistik nyata ada hubungan antara Hipertensi dan penyakit arteri
koroner.
f. Hipertensi sekunder
Seperti dijelaskan sebelumnya, Hipertensi dapat terjadi dengan akibat yang
tidak diketahui. Bila faktor penyebab dapat diatasi, tekanan darah dapat
kembali normal.

3. Klasifikasi
Adapun berikut klasifikasi menurut WHO, JNC 7, dan PHI :

Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

KATEGORI SISTOL (mmHg) DIASTOL (mmHg)

Optimal <120 <80

Normal <130 <85

Tingkat 1 (Hipertensi ringan) 140-159 90-99

Tingkat 2 (Hipertensi sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (Hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi > 140 <90

Tabel 2 Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

KATEGORI SISTOL(mmHg) DAN/ATAU DIASTOLE(mmHg)

Normal <120 Dan <80

Pre Hipertensi 120 - 139 Atau 80 - 89

Hipertensi 140 - 159 Atau 90 - 99

2
tahap1

Hipertensi
>160 Atau >100
tahap2

Tabel 3 Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi


Indonesia

SISTOL(mmHg) DAN/ATAU DIASTOLE(mmHg)


KATEGORI

Normal < 120 Dan < 80

Pre Hipertensi 120 - 139 Atau 80 - 89

Hipertensi tahap
140 - 159 Atau 90 -99
1

Hipertensi tahap
> 160 Atau > 100
2

Hipertensi sistol
> 140 Dan < 90
terisolasi

4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
impuls saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medula spinalis  ke ganglia simpatis  di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui sistem saraf simpatis  ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilapaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat  mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor.

3
Individu dengan Hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada
saat  bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai rangsang respons emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonsriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriksi striktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldesteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan
keadaan Hipertensi (Smeltzer, 2010).
5. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pederita Hipertensi
menurut Corwin (2009), antara lain :
a. Sakit kepala serta pegal di bagian tengkuk saat terjadi kadang-kadang
disertai mual dan muntah, yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan darah
intrakranium.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan Hipertensif pada retina.
c. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
d. Nokturia yang disebabkan oleh peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada Hipertensi menurut Corwin (2009), antara
lain :
a. Stroke
b. Infark miokard
c. Gagal ginjal

4
d. Ensefalopati (kerusakan otak)
e. Kejang
f. Retinopati

7. Pemeriksaan Diagnostik
Jenis pemeriksaan diagnostik pada penyakit Hipertensi menurut Corwin (2009)
antara lain :
a. Pengukuran diagnostik pada tekanan darah menggunakan sfigmomanometer
akan memperlihatkan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik diatas batas
normal.
Untuk menunjang pemeriksaan diagnostik biasanya dokter akan
mengintruksikan pemeriksaan penunjang, diantaranya :
a. Dijumpai proteinuria pada wanita preklamsia.
b. BUN/ Kreatinin untuk mengetahui keadaan perfusi ginjal
c. Kalsium serum Hiperkalsemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama sebagai penyebab utama yang menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kolesterol dan triliserin serum peningkatan kadar dapat mengidentifikasikan
pencetus untuk adanya pembentukan plak. Ateromosa (efek kardiovakuler).
e. Pemeriksaan tiroid, Hipertrioidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan
Hipertensi.
f. EKG dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
kondusi, peningkatan gelombang P adalah salah satu tanda diri penyakit
jantung Hipertensi.
g. Urinalisasi, memperhatikan protein sel darah merah, atau sel darah putih.
Glukosa menyisyaratkan disfungsi ginjal atau adanya diabetes
8. Penatalaksanaan Medik
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efektifitas setiap

5
program ditentukan oleh derajat Hipertensi, komplikasi biaya perawatan, dan
kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis,
termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau;
latihan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap
terapi anti-Hipertensi. Apabila  pada penderita Hipertensi ringan berada dalam
risiko tinggi (pria perokok) atau bila tekanan darah  diastoliknya menetap, diatas
85 atau 95 mmHg dan siastoliknya diatas 130 sampai diatas 139 mmHg, maka
perlu dimulai terapi obat-obatan (Smeltzer, 2010).

6
BAB II
WOC

Umur, Jenis Kelamin, Gaya hidup, Obesitas

Hipertensi

Otak Ginjal Pembuluh darah

Resistensi pemb. Kurang informasi Vasokonstriksi pemb. Darah Koroner jantung

Darah otak
Defisit
Tek. Pembuluh pengetahuan Rangsangan aldosteron Infark miokard
(D.0111)
darah otak Meningkat Retensi Na
Nyeri akut
(D.0077)
Nyeri Kepala Risiko
ketidakseimbang
Gangguan rasa an cairan
nyaman (D.0074) (D.0036)

Gambar 1. Pathway hipertensi menurut Smeltzer, 2010

7
BAB III

PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pada pemeriksaan riwayat kesehatan pasien, biasanya didapat adanya riwayat


peningkatan tekanan darah, adanya riwayat keluarga dengan penyakit yang
sama, dan riwayat meminum obat antihipertensi.
2. Dasar-dasar Pengkajian
a) Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton. Tanda :
frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, dan takipnea.

b) Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan
penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi serta perspirasi.
Tanda : kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dan kenaikan tekanan
darah) diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Hipotensi postural mengkin
berhubungan dengan regimen obat.
Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaaan denyut seperti
denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis/brakhialis,
denyut (popliteal, tibialis posterior, dan pedialis) tidak teraba atau lemah.
Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi primer)
Kulit pucat, sianosis, dan diaphoresis (kongesti, hipoksemia).Bisa juga kulit
berwarna kemerahan (feokromositoma).
c) Integritas Ego

8
Gejala : riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euporia, atau marakronik (dapat
mengindikasikan kerusakan serebral). Selain ini juga ada faktor-faktor
multiple, seperti hubungan, keuangan, atau hal-hal yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan
yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar
mata)., gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, dan peningkatan pola bicara.
d) Eliminasi
Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau yang telah lalu, seperti
infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
e) Makanan atau cairan
Gejala : Makanan yang disukai dapat mencakup makaan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan digoreng, keju, telur), gula-gula yang
berwarna hitam, dan kandungan tinggi kalori, mual dan muntah, penambahan
berat badan (meningkat/turun), riwayat penggunaan obat diuretic.
Tanda : Berat badan normal, bisa juga mengalami obesitas. Adanya edema
(mungkin umum atau edema tertentu); kongesti vena, dan glikosuria (hampir
10% pasien hipertensi adalah penderita diabetes).
f) Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital. (Terjadi
saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
g) Nyeri/ ketidaknyamanan
1) Angina ( penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung).

2) Nyeri hilang timbul pada tungkai atau klaudikasi (indikasi


arteriosklerosis pada arteriekstremitas bawah).
3) Sakit kepala oksipital berat, seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen/massa (feokromositoma).

h) Pernapasan
Secara umum, gangguan ini berhubungan dengan efek kardiopulmonal, tahap
lanjut dari hipertensi menetap/berat.

9
Gejala:
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja.
2) Takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal parok-sismal.
3) Batuk dengan atau tanpaa pembentukan sputum.
4) Riwayat merokok.

Tanda:

1) Distress respirasi atau penggunaan otot aksesori pernapasan.


2) Bunyi napas tambahan (krakles atau mengi).
3) Sianosis.
i) Keamanan
1) Gangguan koordinasi/cara berjalan.
2) Episode parestesia unilateral transient.
3) Hipotensi postural.

j) Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : faktor risiko keluarga; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM, penyakit ginjal, factor risiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon
(Padila, 2012).
3. Pemeriksaan Diagnostik
a) Hemoglobin/hematokrit, bukan pemeriksaan diagnostik tetapi mengkaji
hubungan sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan mengindikasikan
factor-faktor risiko, seperti hiperkoakuliginiras.
b) BUN/kreatinin; memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c) Glukosa; hiperglikema (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
d) Kalium serum; hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab)atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e) Kalsium serum; peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
f) Kolesterol dan trigeliserida serum; peningkatan kadar dapat

10
mengindikasikan adanya pembentukan plak ateromatosa (efek
kardiovaskuler).
g) Pemeriksaan tiroid; hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan
hipertensi.
h) Urinalisa; darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau
adanya diabetes.
i) VMA urine (metabolit katekolamin); kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokromositoma (penyebab). VMA urine 24 jam dapat dilakukan
untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
j) Asam urat; hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko
terjadinya hipertensi.
k) Steroid urine; kenaikkan steroid dalam urine dapat mengindikasikan
hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi piutitari, sindrom cushing.
Kadar pada rennin juga dapat meningkat.
l) IVP; dapat mengidentifkasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim
ginjal dan batu ginjal/batu ureter.
m) Foto dada; dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katup, deposit
pada dan/ atau taktik aorta, serta pembesaran jantung.
n) CT-scan; mengkaji tumor serebral, CSV, ensefralopati, atau
feokromositoma.
o) EKG; dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, dan
gangguan konduksi. Catatan : luas dan peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

(Ardiansyah, Muhamad, 2012).

4. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit (D.0074)
b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0111)

11
5. Rencana Keperawatan
No Diagnosa (SDKI) Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi (SIKI)
(SLKI)
1. Gangguan Rasa Setelah dilakukan Intervensi utama
Nyaman (D.0074) Tindakan keperawatan a. Manajemen nyeri (I.08238)
Penyebabnya : selama 3 x 24 jam 1) Observasi
diharapkan Status a) Identifikasi lokasi,karakteristik,
1. Gejala
kenyamanan meningkat durasi,frekuensi, kualitas, intensitas
penyakit
(L. 08064) dengan nyeri
2. Kurang
kriteria hasil : b) Identifikasi nyeri
pengendalian
1. Keluhan tidak c) Identifikasi respon nyeri non verbal
situasional/lingku
nyaman menurun d) Monitor efek samping penggunaan
ngan
2. Gelisah menurun analgetik
3. Ketidakadeku
3. Kesejahteraan 2) Teraupetik
atan sumber daya
fisik meningkat a) Berikan teknik non farmakologis
mis (mis.
4. Kesejahteraan untuk mengurangi rasa nyeri
dukungan
psikologis b) Kontrol lingkungan yang
finansial, sosial
meningkat memperberat rasa nyeri ( missal
dan pengetahuan)
5. Merintih suhu ruangan, pencahayaan,
4. Kurangnya
menurun kebisingan)
privasi
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
5. Gangguan
3) Edukasi
stimulus
a) Jelaskan penyebab, periode, dan
lingkungan
pemicu nyeri
6. Efek samping
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
terapi (mis.

12
medikasi, radiasi, c) Anjurkan menggunakan analgetik
kemoterapi) secara tepat
7. Gangguan 4) Kolaborasi
adaptasi a) Kolaborasi pemberian analgetik
kehamilan b. Pengaturan posisi
1) Observasi
a) Monitor status oksigenisasi
sebelum dan sesudah mengubah
posisi
b) Monitor alat traksi agar selalu tepat
2) Teraupetik
a) Atur posisi tidur yang disukai, jika
tidak kontraindikasi
b) Posisikan pada kesejajaran tubuh
yang tepat
c) Berikan bantal yang tepat pada
leher
d) Tinggikan bagian tubuh yang sakit
dengan tepat
e) Motivasi melakukan ROM aktif
atau pasif
f) Hindari menempatkan pada posisi
yang dapat meningkatkan nyeri
g) Ubah posisi setiap 2 jam
h) Posisikan untuk mempermudah
ventilasi/perfusi
3) Edukasi
a) Informasikan saat akan dilakukan
perubahan posisi
b) Ajarkan cara menggunakan postur
yang baik

13
c. Terapi relaksasi
1) Observasi
a) Identifikasi penurunan tingkat
energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi atau gejala lain
yang mengganggu kemampuan
kognitif
b) Periksa ketegangan otot
c) Monitor respons terhadap terapi
relaksasi
2) Terapeutik
a) Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruangan
nyaman, jika memungkinkan
b) Gunakan pakaian longgar
c) Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
d) Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan, manfaat, batasan
dan jenis relaksasi yang tersedia
(missal music, meditasi, nafas
dalam)
b) Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
c) Anjurkan mengambil posisi yang
nyaman

14
d) Anjurkan rileks dan merasakan
sensai relaksasi
e) Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (missal nafas dalam,
peregangan, atau imajinasi
terbimbing)
2. Defisit 2. Edukasi kesehatan (I.12383)
pengetahuan Setelah dilakukan Observasi
(D.0111) tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Penyebabnya : selama 2 x 30 menit menerima informasi
1. Keterbatasan diharapkan Tingkat 2. identifikasi faktor-faktor yang dapat
kognitif pengetahuan meningkatkan dan menurunkan motivasi
(L. 12111) meningkat perilaku hidup bersih dan sehat
2. Gangguan
dengan kriteria hasil :
fungsi kognitif
1. Perilaku sesuai Terapeutik
3. Kekeliruan anjuran meningkat 1. Sediakan materi dan media pendidikan
mengikuti anjuran 2. Pertanyaan tentang kesehatan
4. kurang terpapar masalah yang di 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
informasi hadapi menurun kesepakatan
5. kurang minat 3. Kemampuan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
dalam belajar menjelaskan Edukasi
6. kurang mampu pengetahuan 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
mengingat tentang suatu topic mempengaruhi kesehatan
meningkat 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
1. 4. Pertanyaan tentang 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
masalah yang untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dihadapi menurun dan sehat

6. Aplikasi pemikiran kritis dalam asuhan keperawatan


Kasus dengan masalah hipertensi terus meningkat salah satunya disebabkan
oleh gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup yang suka dengan makanan cepat
saji atau yang sering dijumpai seperti sea food, yang banyak mengandung lemak
jahat atau kolesterol. Makanan yang asin, dan malasnya berolahraga sangat
berdampak berperan dalam menambah jumlah pasien hipertensi (Wahdah, 2011).
Selain itu masih ada banyak lagi penyebab lainnya yang dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi seperti kegemukan (obesitas), stres, merokok, dan
mengkonsumsi alkohol, gaya hidup yang tidak sehat juga dapat memicu
terjadinya hipertensi. Hipertensi yang tidak segera ditangani dengan baik, sangat

15
beresiko tinggi terjadinya komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi akibat
tekanan darah yang tinggi antara lain stroke atau turunnya intensitas kinerja pada
saraf pusat, gagal jantung, gagal ginjal, dan pendengaran menurun. Jika
komplikasi terus berlanjut, ini dapat menyebabkan kematian (Marliani, 2007).

16
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medical Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta :


DIVA Ekspres

Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC. Hal : 45-47.

Black & Hawk. (2014). Medikal Surgical Nursing Clinical Management for
Positive outcomes (Ed. 7). St. Louis : Missouri Elsevier Saunders.

Brunner dan Suddarth. (2007).Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya


Media. Evelyn C, 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, cetakan
34, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Evelyn C, Pearce. (2009). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan tindakan


keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan kriteria


Hasil, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

17

Anda mungkin juga menyukai