Anda di halaman 1dari 4

1.

Yang menyebabkan kondisi ekonomi di Indonesia pada masa demokrasi liberal sangat buruk

 Setelah kedaulatan, Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan sebagai akibat
ketentuan-ketentuan KMB yang sangat merugikan Indonesia
 Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk Uni Indonesia-Belanda ini membuat
Indonesia berhutang dari KMB ini
 Beban utang luar negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam negeri 2.8 Triliun rupiah.
Selain itu juga devisit yang di tanggung oleh pemerintah waktu itu 5,1 Milyar rupiah. Gara-gara
KMB ini secara tidak langsung mempengaruhi perekonomian Indonesia karena hasil atau
keputusan yang ada KMB ini sangat merugikan Indonesia.
 Ekspor masih bergantung kepada beberapa jenis perkebunan aja jadi Indonesia Cuma
mengandalkan satu jenis ekspor yaitu hasil bumi seperti pertanian, perkebunan jadi kalau
ekspor atau hasil dari barang ekspor itu menurun atau permintaan ekspor itu berkurang , pasti
memukul perekonomian Indonesia karena Cuma itu yang diandalkan oleh Indonesia
 Produksi barang-barang ekspor ini masih dibawah produksi sebelum perang dunia ke II
 Masalah jangka pendek yang dihadapi oleh Indonesia:
Masalah jangka pendek tentang beredarnya uang yang mana pada akhirnya mengakibatkan
tidak seimbangnya antara beredarnya uang dengan barang-barang yang di butuhkan akibatnya
barang-barang yang dibutuhkan itu harganya sangat mahal
 Masalah jangka panjang:
Masalah jangka panjang tentang pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang tidak seimbang
dengan pertumbuhan ekonomi, akibatnya kesejahteraan bangsa Indonesia itu tidak mengalami
suatu peningkatan sehingga dalam hal ini Indonesia berupa untuk mengatasinya dengan
berbagai cara

2. Usaha-Usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi ekonomi buruk pada masa demokrasi
liberal

 Gunting Syafrudin
Syafrudin ini adalah seorang menteri keuangan yang mana mempunyai suatu kebijakan untuk
menggunting nilai mata uang, nah caranya yaitu uang kertas yang senilai 2,50 keatas itu
diperlakukan separuhnya, tujuannya untuk menanggulangi deficit anggran sebesar Rp 5,1
Milyar. Hasilnya pemerintah RI mendapat pinjaman wajib dari rakyat sebesar Rp 1.6 Milyar.
Selain itu, pemerintah juga mengurangi jumlah uang yang beredar. Dalam hal ini yang
mengalami kerugian besar yaitu golongan menengah ke atas yang sebagaian besar memiliki
mata uang 2,5 keatas sedangkan rakyat kecil tidak di rugikan karena tidak memiliki mata uang
2,5 keatas.

 Sistem ekonomi gerakan benteng


Tujuannya untuk mengubah struktur ekonomi colonial menjadi struktur ekonomi nasional. Kita
ketahui bahwa para pengusaha-pengusaha pribumi itu tidak mempunyai suatu keterampilan
atau suatu pengetahuan dalam hal perekonomian sehingga pada akhirnya Indonesia atau
pemerintah Indonesia berusaha untuk memberikan suatu bantuan yang bantuannya dalam hal
ini adalah berupa suatu kredit ataupun berupa pelatihan tapi dalam hal ini juga mengalami
kegagalan-kegagalan karena pengusaha pribumi ini banyak yang menyalah gunakan bantuan
atau kredit yang diberikan oleh pemerintah dan para pengusaha pribumi ini banyak yang
bersifat konsumtif sehingga mengalami suatu kegagalan.

 Nasionalisasi De Javasche Bank


Nasionalisasinya sendiri artinya mengubah kepemilikan yang sebelumnya adalah dimiliki oleh
Belanda yang kemudian diubah kepemilikaanya oleh Indonesia.
Tujuannya dari nasioanl de javasche bank untuk menaikan pendapatan dan menurunkan biaya
ekspor serta melakukan penghematan secara drastis. Cara yang dilakukan adalah pemerintah
berdasarkan keputusan pemerintah RI nomor 122 dan 123 pemerintah menghentikan Dr.
Houwing ( Presiden De Javasche Bank ) yang kemudian mengangkat Mr. Syafruddin
Prawiranegara sebagai presiden De Javasche Bank yang baru. Pada tanggal 15 Desember 1951
diumumkan undang-undang no. 24 tahun 1951 tentang kepengubahan kepemilikan beberapa
perusahaan Belanda mejadi perusahaan milik Indonesia .

 Sistem Ekonomi Ali-Baba


Sistem ekonomi ali baba adalah Ali ini perumpamaan yang artinya pengusaha pribumi
sedangkan Baba pengusaha asing, yang mana antara pengusaha pribumi atau pengusaha asing
ini diharapkan adanya muncul suatu kerjasama, baba ( pengusaha asing ) bisa memberikan
suatu pelatihan kepada pengusaha pribumi yaitu pengusaha ali.
Tujuan dalam hal ini adalah:
a. Untuk memajukan pengusaha pribumi

b. Agar para pengusaha pribumi bekerjasama memajukan ekonomi nasional.

c. Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam rangka


merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.

d. Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi dan non
pribumi.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah,

 Mendirikan perusahaan-perusahaan negara.


 Memberikan kredit dan izin baru bagi perusahaan swasta nasional.
 Memberi perlindungan terhadap perusahaan nasional.
 Menghapus pengusaha asing untuk memberikan jabatan penting kepada tenaga bangsa
pribumi.
Program ini tidak berjalan dengan baik dikarenakan pengusaha pribumi kurang
pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari
pemerintah. Indonesia menerapkan sistem liberal sehingga lebih mengutamakan
persaingan bebas, dan pengusaha pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas.

 Persetujuan Finansial Ekonomi (Finek)

 Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)

Rencana pengmangunan lima tahun yang dilaksanakan pada masa cabinet Ir. Juanda
yang menekankan pada program pembangunan ekonomi jangka pendek yang kemudian
dibentuk badan perancang pembangunan nasional yang disebut Biro perencang negara.
Pada bulan mei 1956 biro ini menyusun RPLT yang mana dalam RPLT ini juga
mengalami suatu kegagalan karena tidak adanya kriteria yang ditetapkan .
 Musyawarah Nasional Pembangunan
Pada masa Kabinet Djuanda terjadi ketegangan hubungan antara pusat dan daerah. Masalah
tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi dengan Musyawarah Nasional Pembangunan
(Munap). Tujuan diadakannya Munap adalah untuk mengubah rencana pembangunan agar dapat
dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang.

Namun, rencana pembangunan tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik dikarenakan
adanya kesulitan dalam menentukan skala prioritas, terjadi ketegangan politik yang tidak dapat
diredakan, timbul pemberontakan PRRI/Permesta dan memuncaknya ketegangan politik
Indonesia-Belanda menyangkut masalah Irian Barat.

Anda mungkin juga menyukai