Anda di halaman 1dari 29

Perencanaan Pajak

ASPEK FORMAL
Dasar ➢UU Perpajakan yang berlaku
➢PP 74 Tahun 2011
HUKUM
Teori Akuntansi dan
Perpajakan beserta
Aplikasinya
Motivasi Dilakukannya Manajemen Laba
Hipotesis program bonus (the bonus plan hypotesis)
Hipotesis ini menyatakan bahwa perusahaan yang menggunakan bonus plan akan
cenderung untuk menggunakan metode-metode akuntansi yang dapat
meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode berjalan yang merupakan dasar
dalam mengukur keberhasilan kinerja.

Hipotesis perjanjian utang (the debt covenant hypotesis)


Hipotesis ini berkaitan dengan syarat-syarat yg harus dipenuhi
perusahaan di dalam perjanjian utang (debt covenant). Semakin besar
utang perusahaan maka laba kena pajak akan menjadi lebih kecil karena
insentif pajak atas bunga semakin besar.

Teori akuntansi positif (positive accounting


Hipotesis biaya politik (the political cost hypotesis) theory) menjelaskan tiga hipotesis yang
Dalam hipotesis ini dinyatakan bahwa semakin besar biaya dihubungkan oleh tindakan oportunistik yang
politis yang dihadapi oleh perusahaan maka semakin besar pula
kecenderungan perusahaan menggunakan pilihan akuntansi
berhubungan dengan penghindaran pajak
yang dapat mengurangi laba. Jika laba berkurang, maka beban
pajak perusahaan juga ikut berkurang.
Permohonan RESTITUSI dalam SPT
SELAIN WP dgn kriteria WP DENGAN WP YANG MEMENUHI
tertentu dan WP yg memenuhi KRITERIA TERTENTU PERSYARATAN TERTENTU
persyaratan tertentu; (Pasal 17C) (Pasal 17D)
(Pasal 17B)

PEMERIKSAAN PENELITIAN

paling lambat 12 bulan sejak surat paling lambat: 3 bulan sejak


permohonan diterima, harus diterbitkan: permohonan diterima untuk PPh dan
1 bulan untuk PPN, diterbitkan
Surat Ketetapan Pajak Surat Keputusan
tidak berlaku thd WP yg sedang dilakukan Pengembalian Pendahuluan
pemeriksaan bukti permulaan. Kelebihan Pajak (SKPPKP)
Apabila setelah lewat jangka waktu tsb serangkaian kegiatan yang
Dirjen Pajak tidak memberi suatu dilakukan untuk menilai
keputusan, permohonan restitusi dianggap kelengkapan pengisian SPT dan
dikabulkan dan SKPLB harus diterbitkan lampiran-lampirannya termasuk
dalam waktu paling lambat 1 bulan setelah penilaian tentang kebenaran
jangka waktu tersebut berakhir. penulisan dan penghitungannya.
Permohonan RESTITUSI oleh WP SELAIN WP dgn kriteria (Pasal 17B
tertentu dan WP yang memenuhi persyaratan tertentu; UU KUP)

Dirjen Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian


kelebihan pembayaran pajak, selain permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak dari Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C dan
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17D, harus menerbitkan
surat ketetapan pajak paling lama 12 (dua belas) bulan sejak surat
permohonan diterima secara lengkap.
Ketentuan ini tidak berlaku terhadap Wajib Pajak yang sedang dilakukan
pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan.

Apabila pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan tersebut, tidak
dilanjutkan dengan penyidikan; dilanjutkan dengan penyidikan, tetapi tidak dilanjutkan
dengan penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan; atau dilanjutkan dengan penyidikan
dan penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan, tetapi diputus bebas atau lepas dari
segala tuntutan hukum berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, dan dalam hal kepada Wajib Pajak diterbitkan SKPLB, kepada WP
diberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan, dihitung sejak berakhirnya jangka waktu 12 (dua belas) bulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan saat diterbitkan SKPLB, dan bagian
dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
WP dengan kriteria tertentu (Pasal 17C UU
KUP)
meliputi:
a. tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;
b. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak;
c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan
keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama
3 (tiga) tahun berturut-turut; dan
d. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

{Pasal 17C angka 2 UU KUP}

WP tsb tidak dapat diberikan pengembalian pendahuluan pembayaran pajak apabila:


a. thd WP tsb dilakukan tindakan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan;
b. terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak tertentu 2 (dua)
Masa Pajak berturut-turut;
c. terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak tertentu 3 (tiga)
Masa Pajak dalam 1 (satu) tahun kalender; atau
d. terlambat menyampaikan SPT Tahunan. {Pasal 17C angka 6 UU KUP}
PENCABUTAN WAJIB PAJAK KRITERIA TERTENTU

WP dengan kriteria tertentu


17C (3) UU KUP

dicabut penetapannya dalam hal :


1. dilakukan Pemeriksaan Bukper secara
terbuka atau tindakan Penyidikan pidana
pajak;
2. terlambat menyampaikan SPT Masa untuk
suatu jenis pajak tertentu 2 Masa Pajak
berturut-turut;
3. terlambat menyampaikan SPT Masa untuk
suatu jenis pajak tertentu 3 Masa Pajak
dalam 1 tahun kalender; atau
4. terlambat menyampaikan SPT Tahunan.
WP yang memenuhi persyaratan tertentu
Pasal 17D UU KUP)

a. WP orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau


pekerjaan bebas;

b. WP orang pribadi yang menjalankan usaha atau


pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran usaha dan
jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu;

c. WP badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah


lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu; atau

d. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan SPT Masa PPN


dengan jumlah penyerahan dan jumlah lebih bayar
sampai dengan jumlah tertentu.

diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.03/2007 stdd Nomor


54/PMK.03/2009
PKP Persyaratan Tertentu
Pasal 17D UU KUP
PMK Nomor 198/PMK.03/2013 Tanggal 27 Desember 2013 sebagai pengganti PMK No
193/PMK.03/2007 dan PMK No 54/PMK.03/2009

WP yang memenuhi persyaratan tertentu, Pasal 2


• WPOP yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas yang
menyampaikan SPT Tahunan PPh lebih bayar restitusi;
• WPOP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas yang
menyampaikan SPT Tahunan PPh lebih bayar restitusi dengan jumlah
lebih bayar paling banyak Rp 10.000.000,00 ;
• WP badan yang menyampaikan SPT Tahunan PPh lebih bayar restitusi
dengan jumlah lebih bayar paling banyak Rp 100.000.000,00 ; atau
• PKP yang menyampaikan SPT Masa PPN lebih bayar restitusi dengan
jumlah lebih bayar paling banyak Rp 100.000.000,00
PMK NOMOR : 39/PMK.03/2018, TANGGAL 12 APRIL 2018, jo PMK No 117
tahun 2019 tanggal 16 Agustus 2019

WAJIB PAJAK PERSYARATAN TERTENTU MELIPUTI:


1. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas yang menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan lebih bayar
restitusi;
2. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
yang menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan lebih bayar restitusi
dengan jumlah lebih bayar paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah);
3. Wajib Pajak Badan yang menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan
lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah); atau
4. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan SPT Masa Pajak Pertambahan
Nilai lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Sanksi Pajak

Sanksi
Pidana

Sanksi

Sanksi
Administrasi
Pajak
Sanksi Administrasi
1. Bunga (2%/bulan sd tanggal pembayaran)
• Pasal 9(2) UU KUP a u/ setor; b u/ SPT Tahunan
• Pasal 13(2) UU KUP → sd tanggal SKPKB
• Pasal 13(3) UU KUP → sd tanggal STP
Maksimal 24 bulan → 48%
2. Denda
• Pasal 7(1) UU KUP:
• Rp 100.000 (SPT Masa selain PPN; SPT Tahunan OP)
• Rp 500.000 (SPT Masa PPN)
• Rp 1.000.000 (SPT Tahunan Badan)
Sanksi Administrasi (2)
3. Kenaikan
• Pasal 13(3) UU KUP → melalui SKPKB
• 50% dari PPh tidak/kurang bayar
• 100% dari PPh PotPut tidak/kurang bayar
• 100% dari PPN dan PPnBM
Hapusnya
Pembayaran Kompensasi Hutang
Pajak

Kadaluwarsa Penghapusan
PERHATIKAN TANGGAL PENYETORAN DAN
PELAPORAN SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG
BERLAKU UNTUK MENGHINDARU SANKSI PAJAK,
MELIPUTI:
1. PPh Pasal 21
2. PPh Pasal 22
3. PPh Pasal23
4. PPh Pasal 4(2)
5. PPh Pasal 15 dst
6. PPN
CTT : PMK No: 184/PMK.03/2007 JO PMK No: 80/PMK.03/2010 dan
perubahannya
PENYIMPANAN DOKUMEN

Buku, catatan, & dokumen

dokumen lain termasuk


hasil pengolahan data dari
pembukuan yg dikelola
secara elektronik atau 10 tahun
dasar
secara program aplikasi on- pembukuan/
line pencatatan
di Indonesia
Dokumen dan/atau
informasi tambahan untuk
mendukung bahwa
transaksi yg dilakukan dgn
pihak yg mempunyai
hubungan istimewa telah
sesuai dgn prinsip
kewajaran dan kelaziman
usaha
KEWAJIBAN PEMBUKUAN DAN PENCATATAN

sesuai ketentuan yang berlaku


Dasar Hukum PEMBUKUAN

Wajib WP OP & Badan yang melakukan


Ps 28/1 Kegiatan usaha di Indonesia
Wajib menyelenggarakan
pembukuan

UU RI
no 28 tahun 2007
KUP
Pasal 28 1. WP OP yang melakukan kegiatan
Usaha dan diperbolehkan menghitung
Penghasilan neto dengan menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto
Kecuali
Ps 28/2 2. WP OP yang tidak melakukan kegiatan
Usaha atau pekerjaan bebas
KEWAJIBAN PEMBUKUAN dan PENCATATAN /
AKUNTANSI

Wajib
Menyelengarakan
Pembukuan
Badan

Wajib
Pajak

Wajib menyelengarakan pembukuan


Peredaran bruto > Rp 4,8 M
Pribadi
8 Aspek Fundamental Ketentuan Penyelenggaraan
Pembukuan atau Pencatatan

1. Pembukuan harus diselenggarakan dengan itikat baik,


dan mencerminkan keadaan / kegiatan usaha yang
sebenarnya.
2. Pembukuan harus diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau
bahasa asing yang diijinkan oleh Menteri Keungan
3. Pembukuan harus diselenggarakan dengan prinsip taat
azas dan berdasarkan stelsel akrual atau stelsel kas .
4. Perubahan metode pembukuan dan/atau tahun buku
harus mendapat persetujuan dari DirJen Pajak

21
8 Aspek Fundamental Ketentuan Penyelenggaraan
Pembukuan atau Pencatatan

5.Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta,


kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya, serta penjualan dan pembelian,
sehingga dapat ditentukan besarnya pajak terhutang
6. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
Rupiah hanya dapat diselenggarakan oleh WP setelah mendapat ijin Menkeu
7. WP (Ps 28 ayat 2) dikecualikan dari kewajiban untuk menyelenggarakan
pembukuan harus menyelenggarakan pencatatan yang terdiri dari data yang
dikumpulkan secara teratur tentang peredaran bruto sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak terhutang, termasuk penghasilan yang bukan objek
pajak, dan penghasilan yang dikenakan pajak final
8. Buku, catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan
wajib disimpan 10 tahun di Indonesia
MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAJAK

Adalah HAK*)
bagi DIREKTUR JENDERAL PAJAK

untuk menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan
untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
*) Hak ini bersifat terbatas dengan nama KEWENANGAN
KEWENANGAN dan TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK
KEWENANGAN (Pasal 29 ayat 1 UU KUP)
Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK (Pasal 31 UU KUP)
1 Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
2 Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
antaranya mengatur tentang pemeriksaan ulang, jangka waktu
pemeriksaan, kewajiban menyampaikan surat pemberitahuan
hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak, dan hak Wajib Pajak
untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam
batas waktu yang ditentukan.

Peraturan Menkeu Nomor 17/PMK.03/2013, jo PMK No: 184/PMK.03/2015


KEWAJIBAN WAJIB PAJAK YANG DIPERIKSA

OP dan Badan
WP
Memperlihatkan/meminjamkan
buku atau catatan, dokumen paling lama 1 bulan
sejak permintaan
memberikan kesempatan untuk
disampaikan
memasuki tempat atau ruangan
memberikan keterangan lain yang
TIDAK
diperlukan
penghasilan kena
pajaknya dapat Ps. 14 (5) UU PPh
Dirjen dihitung secara jabatan
Pajak Dokumen dari WP
yang
dipertimbangkan saat
menyampaikan memberikan hak hadir clossing terbatas
peredaran usaha atau
SPHP dalam Clossing pada
penghasilan bruto

dokumen kredit pajak


Alur Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan
Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan

Penugasan/ Penerbitan SP2


Perencanaan
Persetujuan/Instruksi dan Peminjaman
Pemeriksaan dan
Pemeriksan Pemberitahuan Dokumen
Audit Program
ke WP

Pelaksanaan
Surat Ketetapan Pengujian
Pajak (Metode & Teknik
Nota Hitung (SKPKB, SKPN, Pemeriksaan)
SKPLB)

Pembahasan
Laporan Hasil Pembahasan Pemberitahuan
dengan Tim QA
Pemeriksaan (LHP) Akhir dengan WP Hasil
(Closing Pemeriksaan
conference) (SPHP)
Berita Acara Hasil
Pembahasan
Akhir
Produk Hukum Pajak
SKPKB SKPKBT
(Pemeriksaan) (Pemeriksaan)

STP SKPN
(Penelitian) (Pemeriksaan)

Produk
Hukum

SKPLB SPPT (SPPOP)


(Pemeriksaan)
Peradilan Administrasi Pajak

➢ Melibatkan 3 pihak (WP,


02 fiskus dan majelis hakim)
➢ Banding

Peradilan Administrasi Tidak Murni Peradilan Administrasi Tidak Murni

➢ Melibatkan 2 pihak (WP


dan fiskus) 01
➢ Keberatan (doleansi)

Anda mungkin juga menyukai