Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

DISTORSIA BAHU

DISUSUN OLEH :

Tata Ilmi Kharisma 1511B0056


Joviniano Linus Jotta Coa 1511B0027
Hermanto Ndara Londo 1511B0024

PRODI PENDIDIKAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SURYA MITRA HUSADA

KEDIRI

2017

KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji penulis panjatkan kepadaTuhan Yang MahaEsa.Tuhan semestaalam,
karena dengan rahmat dan karuniaNYA lah penulis mendapat kesehatan dan kekuatan fisik serta
fikiran sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi
tugas“ASKEB” untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman tentang mata kuliah ini.
Tidak lupa pula pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah ”ASKEB”.Yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini .Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih terdapat kekurangan, Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

Kediri , 25 September 2017

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................ i

Daftar Isi.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang................................................................................ 1

1.2  Rumusan Masalah........................................................................... 2

1.3  Tujuan............................................................................................. 2

1.4  Manfaat .......................................................................................... 3

1.5  Ruang Lingkup ............................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Distosia Bahu........................................................... 4

BAB III KONSEP TEORI

3.1 Pengertian Distosia Bahu............................................................... 6

3.2 Etiologi Distosia Bahu................................................................... 6

3.3 Diagnosis Distosia Bahu................................................................ 8

3.4 Patofisiologi Distosia Bahu............................................................. 8

3.5 Manifestasi Klinis Distosia Bahu ................................................... 8

3.6 Komplikasi Distosia Bahu............................................................... 9

3.7 Klasifikasi Distosia Bahu ............................................................... 9

3.8 Penatalaksanaan Distosia Bahu....................................................... 10

3.9 Asuhan Keperawatan Distosia Bahu ............................................... 11

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 17

4.2 Saran................................................................................................ 17
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umumya dapat digunakan

sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu

bangsa. Selain itu, angka kematian ibu dan bayi di suatu negara mencerminkan tingginya

resiko kehamilan dan persalinan. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup dan angka

kematian bayi sebesar 34/1000 kelahiran hidup umumnya kematian terjadi pada saat

melahirkan. Namun hasil SDKI 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai

turun perlahan bahwa tercatat sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka

kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup

Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu saat proses

persalinan. Distosia bahu adalah suatu  keadaan diperlukannya manuver obstetrik oleh karena

dengan tarikan ke arah belakang kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan kepala bayi.

Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan

dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut.

Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala

(Prawirohardjo, 2009).

Angka kejadian distosia bahu tergantung pada kriteria diagnosa yang digunakan. Salah

satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervaginam untuk

melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus seperti traksi curam bawah dan

episiotomi.
Gross dkk (1987) Dengan menggunakan kriteria diatas menyatakan bahwa dari 0.9%

kejadian distosia bahu yang tercatat direkam medis, hanya 0.2% yang memenuhi kriteria

diagnosa diatas.

Spong dkk (1995) menggunakan sebuah kriteria objektif untuk menentukan adanya distosia

bahu yaitu interval waktu antara lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal interval

waktu antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik , pada

distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila interval

waktu tersebut lebih dari 60 detik.

American College of Obstetrician and Gynecologist (2002) : angka kejadian distosia bahu

bervariasi antara 0.6 – 1.4%.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari distosia bahu ?

2. Apa penyebab distosia bahu ?

3. Apa diagnosis dari distosia bahu ?

4. Apa saja patofisiologis dari distosia bahu ?

5. Apa penyebab komplikasi dari distosia bahu ?

6. Bagaimana penatalaksanaan serta asuhan kebidanan pada kasus distosia bahu ?

1.3  Tujuan

a. Tujuan Umum : Mengetahui kejadian Distosia bahu dalam proses persalinan.


b. Tujuan Khusus :
1. Mengetahui pengertian dari distosia bahu.
2. Mengetahui penyebab dari distosia bahu.
3. Mengetahui diagnosis dari distosia bahu.
4. Mengetahui patofisiologis dari distosia bahu.
5. Mengetahui penyebab komplikasi dari distosia bahu.
6. Mengetahui penatalaksanaan dari distosia bahu.
1.4  Manfaat
Karya tulis ini bermanfaat bagi penulis sebagai bahan pembelajaran Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan neonatal. Serta dapat dijadikan sebagai acuan dalam
bidang ilmu kesehatan.
1.5  Ruang Lingkup : Penulis melibatkan ibu hamil sebagai objek penelitian distosia bahu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Distosia Bahu

Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan maneuver obstetric oleh

karena dengan tarikan biasa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk

melahirkan bayi. (Sarwono Prawirohardjo, 2008).

Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral

promontory karena itu tidak bias lewat masuk kedalam panggul, atau bahu tersebut bias lewat

promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). (Anik Maryunani,

2013).

Distosia bahu merupakan kegawatdaruratan obstetri karena terbatasnya waktu persalinan,

terjadi trauma janin, dan komplikasi pada ibunya. Kejadiannya sulit diperkirakan setelah

kepala lahir, kepala seperti kura-kura, dan persalinan bahu mengalami kesulitan (Manuaba,

2001).

Distosia ialah kesulitan dalam jalannya persalinan atau dapat didefenisikan Distosia ialah
persalinan atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan
lima faktor persalinan, yaitu :

1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang efektif atau akibat upaya mengedan
ibu (kekuatan power).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir / passage)

3. Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi, bayi besar dan

jumlah bayi (penumpang/passenger).

4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan


5. Respons psikologi ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman,

budaya dan warisannya sistem pendukung.

Dalam kepustakaan tercatat ada janin yang dapat dilahirkan secara pervaginam tetapi

meninggal yaitu seberat 11,3 Kg (Belcher) dan 11 Kg (Moss). Dan janin yang lahir dan

hidup tercatat seberat 10,8 Kg (Barnes) tetapi anak ini hanya hidup kira-kira 11 jam

(Rustam, 1998).

Klasifikasi :
1. Distosia karena kelainan tenaga
2. Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin.
3. Distosia karena kelainan panggul
4. Distosia karena kelainan traktus genitalis (Hanifah, 2006).

Distosia bahu ada hubungannya dengan obesitas ibu, pertambahan berat badan yang
berlebihan, bayi berukuran besar, riwayat saudara kandung yang besar dan diabetes pada ibu
(Hakimi, 2003).
BAB II

KONSEP TEORI

3.1 Definisi Distosia


Distosia bahu didefinisikan sebagai impaksi (hambatan) lahirnya bahu bayi setelah lahirnya
kepala dan berkaitan dengan peningkatan insidensi morbiditas dan mortalitas bayi akibat
cedera pleksus brachialis dan asfiksia. Diagnosis ini harus dipikirkan ketika dengan traksi
kebawah yang memadai tidak dapat melahirkan bahu. Tanda distosia bahu lainnya adalah
jika setelah kepala melalui serviks kemudian tampak kepala kembali tertarik balik ke dalam
(turtle sign)
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai
kondisi yang berhubungan dengan lima factor persalinan. (Bobak, 2004 : 784)
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang timbul
akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan sebagai berikut:
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat
upaya
mengedan ibu (kekuatan/power)
2.  Perubahan struktur pelvis (jalan lahir)
3.  Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan jumlah
bayi
4.  Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan
5.  Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman,
persiapan, budaya, serta sistem pendukung
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral
promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa
lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih
mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat
dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
Salah satu kriteria diagnosis distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervagina
untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus. Spong dkk (1995) menggunakan
sebuah kriteria objektif untuk menentukan adanya distosia bahu yaitu interval waktu antara
lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal interval waktu antara persalinan kepala
dengan persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik , pada distosia bahu 79 detik. Mereka
mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila interval waktu tersebut lebih dari 60 detik.
American College of Obstetrician and Gynecologist (2002) menyatakan bahwa angka
kejadian distosia bahu bervariasi antara 0.6 – 1.4% dari persalinan normal.
3.2 Etiologi

  Distosia dapat disebabkan oleh :


1. Kelainan tenaga/ power
2. Kelainan jalan lahir/ passage
3. Kelainan letak dan bentuk janin/ passager
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk
“melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan
persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat
menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui
pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat
masuk ke dalam panggul.
3.3 Diagnosis Distosia Bahu
Spong dkk (1995) menggunakan sebuah kriteria objektif untuk menentukan adanya
distosia bahu yaitu interval waktu antara lainnya kepala dengan seluruh tubuh .
a. Nilai normal interval waktu antara persalinan kepala persalinan dengna persalinan
seluruh tubuh adalah 24 detik, pada distosia bahu 79 detik.
b. Mereka mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila interval waktu tersebut lebih dari
60 detik.
American College of Obstetrician and Gynocologist (2002) menyatakan bahwa angka
kejadian distosia bahu bervariasi antara 0,6- 1,4 % dari persalinan normal.
Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya :
1. Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan.
2. Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dan kencang.
3. Dagu tertarik dan menekan perineum.
4.  Tarikan pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di kranial
Simfisis pubis.
3.4 Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala
berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada
sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan
meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis
sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.
3.5 Manifestasi Klinis
a) Dapat dilihat dan diraba, perut terasa membesar kesamping.
b) Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan.
c) Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan.
d) Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan letak dada,
teraba bagian – bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas pada
dada.

3.6 Komplikasi

Fetal/Neonatal
-  Kematian
-  Hypoxia/Asphyxia Dan Sequelae
-  Perlukaan kelahiran
-  Faktur klavikula-humerus
-  Kelumpuhan plexus brakhialis
Maternal
-  Perdarahan postpartum
-  Atoni
-  Laseasi jalan lahir
-  Ruptur uteri
3.7 Klasifikasi Distosia
1. Persalinan Disfungsional ( Distosia karena Kelainan Kekuatan )
Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang menghambat kemajuan
dilatasi serviks normal, kemajuan pendataran/effacement (kekuatan primer), dan atau
kemajuan penurunan (kekuatan sekunder).

2. Distosia karena Kelainan struktur Pelvis


Distosia pelvis dapat terjadi bila ada kontraktur diameter pelvis yang mengurangi kapasitas
tulang panggul, termasuk pelvis inlet (pintu atas panggul), pelvis bagian tengah,pelvis outlet
(pintu bawah panggul),  atau kombinasi dari ketiganya.
Disproporsi pelvis merupakan penyebab umum dari distosia. Kontraktur pelvis mungkin
disebabkan oleh ketidak normalan kongenital, malnutrisi maternal, neoplasma atau kelainan
tulang belakang. Ketidakmatangan ukuran pembentukan pelvis pada beberapa ibu muda
dapat menyebabkan distosia pelvis.
Ø  Kesempitan pada pintu atas panggul
Kontraktur pintu atas panggul terdiagnosis jika diagonal konjugata kurang dari 11,5 cm.
Insiden pada bentuk wajah dan bahu meningkat. Karena bentuk interfere dengan engagement dan
bayi turun, sehingga beresiko terhadap prolaps tali pusat.
Ø  Kesempitan panggul tengah
Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten
atau posisi kepaladalam posisi lintang tetap.
Ø  Kesempitan pintu bawah panggul
Agar kepala janin dapat lahir, diperlukan ruangan yang lebih besar pada bagian belakang pintu
bawah panggul. Dengan distansi tuberum bersama dengan diameter sagittalis posterior kurang
dari 15 cm, timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran normal.
3. Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin
a. Kelainan letak, presentasi atau posisi
Ø  Posisi oksipitalis posterior persisten
Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu atas panggul
dengan sutura sagittalis melintang atau miring sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri
melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan belakang. Namun
keadaan ini pada umumnya tidak akan terjadi kesulitan perputarannya kedepan, yaitu bila
keadaan kepala janin dalam keadaan fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran normal.
Penyebab terjadinya posisi oksipitalis posterior persisten ialah usaha penyesuaian kepala
terhadap bentuk dan ukuran panggul.
Ø  Presentasi puncak kepala
Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat defleksinya maka dapat
terjadi presentasi puncak kepala, presentasi dahi atau presentasimuka. Presentasi puncak kepala
(presentasi sinsiput) terjadi apabila derajat defleksinya ringan sehingga ubun-ubun besar berada
dibawah. Keadaan ini merupakan kedudukan sementara yang kemudian berubah menjadi
presentasi belakang kepala.
Ø  Presentasi muka
Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal sehingga muka bagian terendah.
Kondisi ini dapat terjadi pada panggul sempit atau janin besar. Multiparitas dan perut gantung
juga merupakan faktor yang menyebabkan persentasi muka.
Ø  Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat, sehingga dahi merupakan
ba`elakang kepala. Penyebab terjadinya kondisi ini sama dengan presentasi muka.
Ø  Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong berada dibawah cavum uteri. Beberapa jenis letak sungsang yakni :
-  Presentasi bokong : Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
terangkat keatas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Sehingga
pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
-  Presentasi bokong kaki sempurna : disamping bokong dapat diraba kedua kaki.
-  Presentasi bokong kaki tidak sempurna : Hanya terdapat satu kaki disamping bokong
sedangkan kaki yang lain terangkat keatas.
-  Presentasi kaki : Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
Ø  Presentasi ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan,
lengan/kaki, atau keadaan dimana disamping bokong janin dijumpai tangan.
b. Kelainan bentuk janin
Ø  Pertumbuhan janin yang berlebihan
Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Kepala dan bahu
tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis, selain itu distensi uterus oleh janin yang besar
mengurangi kekuatan kontraksi selama persalinan dan kelahirannya. Pada panggul normal, janin
dengan berat badan 4000-5000 gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam
melahirkannya.
Ø  Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan  cairan serebrospinal dalam ventrikel
otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun.
Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvic

Ø  Kelainan bentuk janin yang lain


-    Janin kembar melekat(double master)
Torakopagus(pelekatan pada dada) merupakan janin kembar melekat yang paling sering
menimbulkan kesukaran persalinan.
-    Janin dengan perut besar
Pembesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat dari asites atau tumor hati, limpa, ginjal
dan ovarium jarang sekali dijumpai.
Ø  Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin didalam
jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi kepala, prolaksus funikuli sangat berbahaya
bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan
lahir dengan akibat gangguan oksigenasi.
Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat disebabkan oleh gangguan adaptasi bagian bawah
janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin.
4. Distosia karena kelainan posisi ibu
Posisi bisa menimbulkan dampak positif dan negatif pada persalinan, dimana efek gravitasi
dan bagian tubuh memiliki hubungan yang penting untuk kemajuan proses persalinan. Misalnya
posisi tangan dan lutut, posisi oksiput posterior lebih efektif dari pada posisi lintang. Posisi
duduk dan jongkok membantu mendorong janin turun dan memperpendek proses kala II (Terry
et al, 2006). Posisi recumbent dan litotomy bisa membantu pergerakan janin ke arah bawah.
Apabila distosia karena kelainan posisi ibu ini terjadi, tindakan yang harus segera dilakukan pada
proses persalinan adalah seksio sesaria atau vakum.
5. Distosia karena respon psikologis
Stress yang diakibatkan oleh hormon dan neurotransmitter (seperti catecholamines) dapat
menyebabkan distosia. Sumber stress pada setiap wanita bervariasi, tetapi nyeri dan tidak adanya
dukungan dari seseorang merupakan faktor penyebab stress.
Cemas yang berlebihan dapat menghambat dilatasi servik secara normal, persalinan
berlangsung lama, dan nyeri meningkat. Cemas juga menyebabkan peningkatan level strees yang
berkaitan dengan hormon (seperti: β endorphin, adrenokortikotropik, kortisol, dan epinephrine).
Hormon ini dapat menyebabkan distosia karena penurunan kontraksi uterus.

6. Pola persalinan tidak normal


Pola persalinan yang tidak normal diidentifikasi dan diklasifikasikan oleh Riedman (1989)
berdasarkan sifat dilasi servikal dan penurunan janin.
Persalinan normal :
A. Dilasi (pembukaan)  berlanjut
-  Fase laten: <4 cm dan low slope
-  Fase aktif: > 5 cm dan high slope
-  Fase deselerasi: ≥ 9 cm
B. Penurunan: aktif pada dilasi ≥ 9 cm
Persalinan Tidak Normal :
Pola Nulliparas Multiparas
Fase laten prolonged < 20 jam >14 jam
Fase dilasi aktif
< 1.2 cm/jam <1.5 cm/jam
protracted
Secondary arrest: no
≥ 2 jam ≥ 2 jam
change
Protracted descent < 1 cm/jam < 2 cm/jam
Arrest of descent ≥ 1 jam ≥1/2 jam
Persalinan precipitous >5 cm /hari 10 cm/hari

Failure of descent Tidak ada perubahan selama fase deselarasi dan kala II
7.  Distosia karena kelainan traktus genitalis
I. Vulva
Kelainan pada vulva yang menyebabkan distosia adalah edema, stenosis, dan tumor. Edema
biasanya timbul sebagai gejala preeklampsia dan terkadang karena gangguan gizi. Pada
persalinan jika ibu dibiarkan mengejan terus jika dibiarkan dapat juga mengakibatkan edema.
Stenosis pada vulva terjadi akibat perlukaan dan peradangan yang menyebabkan ulkus dan
sembuh  dengan parut-parut yang menimbulkan kesulitan.  Tumor dalam neoplasma jarang
ditemukan. Yang sering ditemukan kondilomata akuminata, kista, atau abses glandula bartholin.
II. Vagina
Yang sering ditemukan pada vagina adalah septum vagina, dimana septum ini memisahkan
vagina secara lengkap atau tidak lengkap dalam bagian kanan dan bagian kiri. Septum lengkap
biasanya tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina yang satu umumnya cukup lebar,
baik untuk koitus maupun untuk lahirnya janin. Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan
turunnya kepala janin pada persalinan dan harus dipotong terlebih dahulu.
Stenosis vagina yang tetap kaku dalam kehamilan merupakan halangan untuk lahirnya bayi,
perlu dipertimbangkan seksio sesaria. Tumor vagina dapat menjadi rintangan pada lahirnya janin
per vaginam
III.Servik uteri
Konglutinasio orivisii externi merupakan keadaan dimana pada kala I servik uteri menipis
akan tetapi pembukaan tidak terjadi, sehingga merupakan lembaran kertas dibawah kepala
janin. Karsinoma servisis uteri, merupakan keadaan yang menyebabkan distosia.
IV. Uterus
Mioma uteri merupakan tumor pada uteri yang dapat menyebabkan distosia apabila mioma
uteri menghalangi lahirnya janin pervaginam, adanya kelainan letak janin yang berhubungan
dengan mioma uteri, dan inersia uteri yang berhubungan dengan mioma uteri.
V. Varium
Distosia karena tumor ovarium terjadi apabila menghalangi lahirnya janin pervaginam.
Dimana tumor ini terletak pada cavum douglas. Membiarkan persalinan berlangsung lama
mengandung bahaya pecahnya tumor atau ruptura uteri atau infeksi intrapartum.
3.8    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ditosia bahu juga harus memperhatikan kondisi ibu dan janin. Syarat-syarat
agar dapat dilakukan tindakan untuk menangani distosia bahu adalah :
a)  Kondisi vital ibu cukup memadai sehingga dapat bekerjasama untuk menyelesaikan persalinan
b)  Masih mampu untuk mengejan
c)  Jalan lahir dan pintu bawah panggul memadai untuk akomodasi tubuh bayi
d)  Bayi masih hidup atau diharapkan dapat bertahan hidup
e)   Bukan monstrum atau kelainan congenital yang menghalangi keluarnya bayi
Karena distosia bahu tidak dapat diramalkan, pelaku praktik obstetric harus mengetahui betul
prinsip-prinsip penatalaksanaan penyulit yang terkadang sangat melumpuhkan ini.
1.  Teknik Penanganan Distosia Bahu
Prinsip utama dalam penanganan distosia bahu adalah melahirkan badan bayi sesegera
mungkin dengan beberapa teknik berikut :
a. Episiotomi : Episiotomi dilakukan dengan tujuan memperluas jalan lahir sehingga bahu
diharapkan dapat lahir.
b. Manuver Mc Robert (1983)
1)  Dengan posisi ibu berbaring, minta ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh mungkin ke
arah dadanya, minta dua asisten (boleh suami atau anggota keluarganya) untuk membantu
ibu.
2)  Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (kearah anus ibu) untuk
menggerakkan bahu anterior di bawah symphisis pubis. Hindari tekanan yang berlebihan
pada bagian kepala bayi karena mungkin akan melukainya.
3)   Secara bersamaan minta salah satu asisten untuk memberikan sedikit tekanan supra pubis
kearah bawah dengan lembut. Jangan lakukan dorongan pada pubis, karena akan
mempengaruhi bahu lebih jauh dan bisa menyebabkan ruptur uteri
c.  Manuver Corkscrew Woods (1943)
1)  Masukkan satu tangan ke dalam vagina dan lakukan penekanan pada bahu anterior, ke arah
sternum bayi, untuk memutar bahu bayi dan mengurangi diameter bahu
2)  Jika perlu, lakukan penekanan pada bahu posterior ke arah sternum.
d.  Teknik Pelahiran Bahu Belakang
1)  Masukkan satu tangan ke dalam vagina dan pegang tulang lengan atas yang berada pada
Posisi posterior
2)  Fleksikan lengan bayi di bagian siku dan letakkan lengan tersebut melintang di dada bayi.
e.  Manuver Rubin (1964)
1)  Pertama dengan menggoyang-goyang kedua bahu janin dari satu sisi ke sisi lain dengan
memberikan tekanan pada abdomen.
2)  Bila tidak berhasil, tangan yang berada di panggul meraih bahu yang paling mudah di akses,
kemudian mendorongnya ke permukaan anterior bahu. Hal ini biasanya akan menyebabkan
abduksi kedua bahu kemudian akan menghasilkan diameter antar-bahu dan pergeseran bahu
depan dari belakang simfisis pubis.
f.  Manuver Hibbard (1982)
Menekan dagu dan leher janin ke arah rectum ibu dan seorang asisten menekan kuat fundus saat
bahu depan dibebaskan. Penekanan fundus yang dilakukan pada saat yang salah akan
mengakibatkan bahu depan semakin terjepit (Gross dkk., 1987)
g.  Posisi Merangkak
1)  Minta ibu untuk berganti posisi merangkak
2)  Coba ganti kelahiran bayi tersebut dalam posisi ini dengan cara melakukan tarikan perlahan
pada bahu anterior ke arah atas dengan hati-hati.
3)  Segera setelah lahir bahu anterior, lahirkan bahu posterior dengan tarikan perlahan ke arah
bagian bawah dengan hati-hati.
h.  Manuver Zavanelli (Sandberg, 1985)
1)  Mengembalikan kepala ke posisi oksiput anterior atau posterior bila kepala janin telah
berputar dari posisi tersebut
2)  Memfleksikan kepala dan secara perlahan mendorongnya masuk kembali ke vagina yang
diikuti dengan pelahiran secara sesar.
3)  Memberikan terbutaline 250 mg subkutan untuk menghasilkan relaksasi uterus.
i.   Fraktur Klavikula : Mematahkan klavikula dengan cara menekan klavikula anterior terhadap
ramus pubis dapat dilakukan untuk membebaskan bahu yang terjepit.
j.   Kleidotomi : Kleidotomi yaitu memotong klavikula dengan gunting atau benda tajam lain,
biasanya dilakukan pada janin mati (Schram, 1983)
k. Simfisiotomi
Simfisotomi yaitu mematahkan simfisis pubis untuk mempermudah persalinan juga dapat
diterapkan dengan sukses (Hartfield, 1986). Namun Goodwin dkk. Melaporkan bahwa tiga kasus
yang mengerjakan simfisiotomi, ketiga bayi mati dan terdapat morbiditas ibu signifikan akibat
cedera traktus urinarius.
2.  Langkah- langkah Penatalaksanaan Distosia Bahu
a. Asuhan Persalinan Normal 2008
1) melakukan episiotomy,
2)  melakukan manuver McRobert dengan tekanan supra pubik.
Biasanya dengan manuver tersebut janin dengan distosia bahu sudah dapat dilahirkan. Namun
jika bahu tidak lahir direkomendasikan manuver Corkscrew Woods, teknik pelahiran bahu
belakang dan melahirkan dengan posisi merangkak. Sedangkan fraktur klavikula merupakan
pilihan terakhir.
b.   The American College of Obstetrician
Merekomendasikan langkah-langkah berikut ini untuk penatalaksanaan distosia bahu dengan
urut-urutan bergantung pada pengalaman dan pilihan masing-masing operator :
1) Panggil bantuan (mobilisasi asisten, anestesiolog, dan dokter anak). Pada saat ini
Dilakukan upaya untuk melakukan traksi ringan. Kosongkan kandung kemih bila penuh.
2)  Lakukan episiotomy luas (mediolateral) untuk memperluas ruangan posterior
3)  Penekanan suprapubik dilakukan pada saat awal oleh banyak dokter karena alasan
kemudahannya. Hanya dibutuhkan satu asisten untuk melakukan penekanan suprapubik
sementara traksi ke bawah dilakukan pada kepala janin.
4)  Manuver McRobert memerlukan dua asisten, tiap asisten memegangi satu tungkai dan
memfleksikan paha ibu ke arah abdomen.
Manuver-manuver di atas biasanya dapat mengatasi sebagian besar kasus distosia bahu.
Namun, bila manuver ini gagal, langkah-langkah berikut dapat dicoba :
 Manuver Corkscrew Woods
 Pelahiran lengan belakang dapat dicoba, tapi jika lengan belakang dalam posisi ekstensi
sempurna, hal ini biasanya sulit dilakukan.
 Teknik-teknik lain sebaiknya dilakukan bila manuver-manuver lain telah gagal, yang
termasuk teknik ini adalah fraktur klavikula dan manuver Zavanelli.
Asuhan Keperawatan Distosia Bahu
A. Pengkajian
1. Pengkajian umum
a. Identitas Klien
b. Keluhan masa lalu :
 Pengkajian psikologi klien, apakah sering mengalami stres pada saat kehamilan dan
bagaimana persiapan dalam menghadapi persalinannya.
 Kaji kapan terjadi pecah ketuban.
 Tanyakan pada klien gerakan aktif janin dalam 24 jam
c. Keluhan sekarang : “ Klien merasa mulas dan nyeri pada pinggang serta telah mengeluarkan
air pada vaginanya”
2.  Pengkajian pola fungsional
a) Aktifitas/istirahat:Melaporkan keletihan,kurang energi,letargi,penurunan penampilan
b) Sirkulasi: Tekanan darah dapat meningkat,mungkin menerima magnesium sulfat untu
hipertensi karena kehamilan
c) Eliminasi : Distensi usus atau kandng kemih yang mungkin menyertai
d) Integritas ego : Mungkin sangat cemas dan ketakutan
e) Nyeri atau ketidaknyamanan: Mungkin menerima narkotika atau anastesi pada awal proses
kehamilan,kontraksi jarang,dengan intensitas ringan sampai sedang,dapat terjadi sebelum
persalinan atau sesudah persalinan terjadi,fase laten dapat memanjang,
Keamanan: Serviks mungkin kaku atau tidak siap,pemerisaan vagina dapat
menunjukkan janin
e) dalam malposisi,penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada nulipara atau
kurang dari 2 cm/jam pada mutipara bahkan tidak ada kemajuan.,dapat mengalami versi
eksternal setelah getasi 34 minggu dalam upaya untuk mengubah presentasi bokong
menjadi presentasi kepala

g)      Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara,uterus mungkin distensi berlebihan karena
hidramnion,gestasi multipel.janin besar atau grand multiparis.
3.      Pengkajian fisik

Pengkajian dapat dilakukan dengan pengkajian Tanda-tanda vital, pada pengkajian fisik
tekanan darah, denyut jantung, suhu, pernapasan biasanya meningkat, hal ini dipengaruhi oleh
nyeri yang dirasakan oleh klien. Selain itu pengkajian fisik dapat juga dilakukan dengan palpasi
yaitu palpasi letak janin dalam kandungan, apakah normal atau malposisi.

4.      Prosedur diagnostik


a)       Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion,janin besar atau gestasi multipel.
b)      Tes stres kontraksi/tes nonstres : mengkaji kesejahteraan janin.
c)       Ultrasound atau pelvimetri sinar X : mengevaluasi arsitektur pelvis,presentase janin,posisi dan
formasi.
d)      Pengambilan sampel kulit kepala janin : mendeteksi atau mengesampingkan asidosis.

B.     Diagnosa Keperawatan


a.       Cedera, resiko tinggi terhadap maternal (ibu) b/d penurunan tonus otot/pola kontraksi otot,
obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
b.      Cedera resiko tinggi terhadap janin b/d persalinan lama, malpresentasi janin, hipoksia/asidosis
jaringan, abnormalitas pelvis ibu.
c.       Kekurangan volume cairan b/d status hipermetabolik, muntah, diaforesis hebat, pembatasan
masukan oral, diuresis ringan berhubungan dengan pemberian oksitosin.
Rencana Asuhan Keperawatan Distosia Bahu
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
o
1 resiko tinggi Mencegah          Tinjau          Membantu          meninjau S:
Cedera adanya resiko ulang dalam ulang riwayat Klien
terhadap cedera pada riwayat mengidentifikas persalinan,awi mengataka
maternal  ibu persalinan, i kemungkinan tan dan durasi n nyeri
(ibu) b/d awitan dan penyebab, post
penurunan durasi kebutuhan partum
tonus pemeriksaan
otot/pola diagnostik dan O:
kontraksi intervensi yang           tonus
otot, tepat otot
obstruksi                   Kelelahan ibu         dibawah
mekanis pada Evaluasi yang berlebihan mengevaluasi batas
penurunan tingkat menimbulkan tingkat normal
janin, keletihan disfungsi keletihan yang          durasi
keletihan yang sekunder, atau menyertai,sert partus
maternal menyertai, mungkin akibat a aktifitas dan lama
serta dari persalinan istirahat,sebel
aktifitas lama um awitan A:
dan persalinan Tujuan
istirahat,se belum
belum tercapai
awitan
persalinan P:
         Kaji          Disfungsi          mengkaji Intervensi
pola kontraksi dapat pola kontraksi dilanjutka
kontraksi memperlama uterus secara n
uterus persalinan,meni manual atau
secara ngkakan resiko secara
manual komplikasi elektronik
atau secara maternal/janin
elektronik
         Catat          Serviks kaku          mencatat
kondisi atau tidak siap kondisi
serviks.pa tidak akan serviks.pantau
ntau tanda dilatasi, tanda
amnionitis. menghambat amnionitis.cat
catat penurunan at peningkatan
peningkata janin/kemajuan suhu atau
n suhu persalinan. jumlah sel
atau terjadi darah
jumlah sel amniositis putih;catat
darah secara langsung bau dan rabas
putih;catat dihubungkan vagina
bau dan dengan lamanya
rabas persalinan
vagina sehingga
melahirkan
harus terjadi
dalam 24 jam
setelah pecah
ketuban
         Catat          Digunakan          mencatat
penonjolan sebagai penonjolan,po
, posisi indikator dalam sisi janin dan
janin dan mengidentifikas presentase
presentase i persalinan janin
janin yang lama
                  Kandung         
Anjurkan kemih dapat menganjurkan
klien menghambat klien
berkemih aktifitas uterus berkemih
setiap 1-2 dan setiap 1-2
jam. kaji mempengaruhi jam. kaji
terhadap penurunan janin terhadap
penuhan penuhan
kandung kandung
kemih kemih diatas
diatas simfisis pubis
simfisis
pubis
                  Ambulasi         
Tempatkan dapat membantu menempatkan
klien pada kekuatan klien pada
posisireku gravitasi dalam posisirekumbe
mben merangsang n lateral dan
lateral dan pola persalinan anjurkan tirah
anjurkan normal dan baring atau
tirah dilatasi serviks ambulasi
baring atau sesuai tolerans
ambulasi
sesuai
toleransi
         Bantu          Melahirkan          membantu
dengan seksio sesari dengan
persiapan segera persiapan
seksio diindifikasikan seksio sesaria
sesaria untuk cincin sesuai indikasi
sesuai bandl untuk untuk
indikasi distres janin malposisi,
untuk karena CPD CPD atau
malposisi, cincin bandl
CPD atau
cincin
bandl
         Siapkan         Melahirkan         
untuk secara forsep menyiapkan
melahirkan dilakukan pada untuk
dengan ibu yang lelah melahirkan
forsep berlebihan dan dengan forsep
(bila perlu) tidak mampu (bila perlu)
untuk mengedan
lagi

2 Cedera Mencegah          Kaji          Bradikardi          mengkaji S:


resiko tinggi adanya resiko denyut dan takikardi denyut
terhadap cedera pada jantung pada janin dapat jantung janin O:
janin b/d bayi janin disebabkan oleh secara manual          durasi
persalinan secara stres, hipoksia, dan persalinan
lama, manual asidosis, atau elektronik,dan lama
malpresentasi dan sepsis kaji irama          
janin, elektronik, jantung janin bradikardi
hipoksia/asid dan kaji pada janin
osis jaringan, irama
abnormalitas jantung A:
pelvis ibu janin Tujuan
                  Tekanan dan          belum
Perhatikan kontraksi yang memperhatika tercapai
tekanan besar dapat n tekanan
uterus menggangu uterus selama P :
selama oksigenasi istirahat dan Intervensi
istirahat dalam ruang fase kontraksi dilanjutka
dan fase intravilos melalui n
kontraksi kateter
melalui tekanan
kateter intrauterus
tekanan bila tersedia
intrauterus
bila
tersedia
                  Kontraksi         
Perhatikan yang terjadi memperhatika
frekuensi setiap 2 menit n frekuensi
kontaksi atau kurang kontaksi
uterus. tidak uterus. Beri
Beri tahu memungkinkan tahu dokter
dokter bila oksigenasi bila frekuensi
frekuensi adekuat dari dua menit atau
dua menit ruang kurang
atau intravilous
kurang
         Kaji          Menentukan          mengkaji
malposisi pembaringan malposisi
dengan janin,posisi,dan dengan
mengguna persentase dapat menggunakan
kan mengidentifikas manuver
manuver i faktor-faktor Leopold dan
Leopold yang temuan
dan memperberat pemeriksaan
temuan disfungsional internal.tinjau
pemeriksa persalinan ulang hasil
an USG
internal.tin
jau ulang
hasil USG
         Pantau          Penurunan          memantau
penurunan jalan lahir penurunan
janin pada merupakan janin pada
jalan lahir tanda CPD atau jalan lahir
dalam malposisi dalam
hubungann hubungannya
ya dengan dengan
kolumna kolumna
vertebralis vertebralis
iskial iskial
                  Kelebihan         
Perhatikan cairan amnion memperhatika
warna dan yang berlebihan n warna dan
jumlah menyebabkan jumlah cairan
cairan distensi uterus amnion bila
amnion dihubungkan pecah ketuban
bila pecah dengan anomali
ketuban janin
                  Infeksi         
Perhatikan asenden dan memperhatika
bau dan sepsis disertai n bau dan
perubahan dengan perubahan
warna takikardia dapat warna cairan
cairan terjadi pada amnion pada
amnion pecah ketuban pecah ketuban
pada pecah lama lama.
ketuban Dapatkan
lama. kultur bila
Dapatkan temuan
kultur bila abnormal
temuan
abnormal
         Berikan         Mencegah         
antibiotik /mengatasi memberikan
pada klien infeksi asenden antibiotik
sesuai dan juga akan pada klien
indikasi melindungi sesuai indikasi
janin

         Siapkan         Melahirkan         


untuk janin dalam menyiapkan
melahirkan posisi posterior untuk
pada posisi mengakibatkan melahirkan
posterior,b insiden lebih pada posisi
ila janin tinggi dari posterior,bila
gagal laserasi janin gagal
memutar maternal memutar dari
dari oksiput
oksiput posterior ke
posterior anterior
ke anterior
         Siapkan         Untuk          Siapkan
untuk menghindari untuk
kelahiran cedera pada kelahiran
secara kolumna secara sesaria
sesaria bila vertebralis bila bila presentasi
presentasi melahirkan bokong terjadi
bokong pervagina dari
terjadi bokong
3 Kekurangan mempertahan         Pantau          Untuk          memantau S:
volume kan masukan membandingkan masukan dan Klien
cairan b/d keseimbanga dan apakah keluaran mengataka
status n cairan dan keluaran pemasukan dan cairan n tidak
hipermetabol bebas dari cairan pengeluaran dehidrasi
ik, muntah, komplikasi seimbang
diaforesis sehingga tidak O:
hebat, terjadi dehidrasi           turgor
pembatasan                            melakukan kulit
masukan Lakukan Ketidakadekuat tes urine normal
oral, diuresis tes urine an masukan untuk          
ringan untuk glukosa mengetahui pemasuka
mengetahu mengakibatkan adanya keton
i adanya pemecahan
keton lemak dan
adanya keton
pada urin
         Pantau          Peningkatan          memantau
tanda vital. frekuensi nadi tanda vital.
Catat dan suhu ,dan Catat laporan
laporan perubahan pusing pada
pusing tekanan darah perubahan
pada ortostatik dapat posisi
perubahan menandakan
posisi penurunan
volume sirkulasi

         Kaji          Kulit yang          mengkaji


elastisitas tidak elastis elastisitas
kulit menandakan kulit
terjadi dehidrasi
         Kaji          Membran          mengkaji
bibir dan mukosa atau bibir dan
membran bibir yang membran
mukosa kering dan mukosa oral
oral dan penurunan dan derajat
berhubungan derajat saliva adalah saliva n cairan
dengan saliva indikator lanjut adekuat
pemberian dari dehidrasi           TTV
oksitosin                   Dapat          dalam
Perhatikan menunjukkan memperhatika batas
respon efek dehidrasi n respon normal
denyut maternal dan denyut
jantung penurunan jantung janin A:
janin yang perfusi yang Tujuan
abnormal abnormal tercpai
namun
         Berikan         Mengurangi          butuh
masukan dehidrasi memberikan kajian
cairan masukan ulang
adekuat cairan adekuat
melalui melalui P:
pemberian pemberian intervensi
minuman minuman dilanjutka
> 2500 >2500 liter n
liter
         Berikan         Larutan         
cairan parenteral memberikan
secara mengandung cairan secara
intravena elektrolit dan intravena
glukosa dapat
memperbaiki
atau mencegah
ketidakseimban
gan maternal
dan janin serta
apat
menurunkan
keletihan
maternal
         Tinjau          Peningkatan          meninjau
ulang Ht menunjukkan ulang
hemoglobi dehidrasi hemoglobin
n dan dan
hematokrit hematokrit
         Tinjau          Kadar          meninjau
ulang elektrolit serum ulang kadar
kadar mendeteksi elektrolit
elektrolit terjadinya serum dan
serum dan ketidakseimban glukosa serum
glukosa gan elektrolit,
serum kadar glukosa
serum
mendeteksi
hipoglikemia
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat
berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima factor persalinan. (Bobak, 2004 : 784)

Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang
timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan sebagai berikut:

1.      Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya
mengedan ibu (kekuatan/power)
2.      Perubahan struktur pelvis (jalan lahir)
3.      Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan jumlah bayi
4.      Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan
5.      Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman,
persiapan, budaya, serta sistem pendukung
Daftar Pustaka

Bulechek,Gloria M, dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). United States of


America: Mosby
Chandranita, ida ayu, dkk. 2009. Buku ajar patologi obstetric untuk mahasiswa kebidanan.
Jakarta:EGC
Chandranita, ida ayu, dkk. 2009. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta:EGC
Doenges, Marilyn E dan Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi.
Jakarta:EGC.
Farrer, Helen. 2001. Perawatan meternitas edisi II. Jakarta: EGC
Mckinney, Emily Slone, dkk. 2009. Maternal Child Nursing. Canada: Library of Congress
Catologing in Publication Data
Prawirohardjo, sarwono. 1997. Ilmu kebidanan edisi 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Perry, Shannon E, dkk. 2010. Maternal child nursing care edisi 4. Canada: Mosby elseveir

Stright, Barbara R. 2004. Keperawatan ibu-bayi baru lahir edisi 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai