DISTORSIA BAHU
DISUSUN OLEH :
KEDIRI
2017
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji penulis panjatkan kepadaTuhan Yang MahaEsa.Tuhan semestaalam,
karena dengan rahmat dan karuniaNYA lah penulis mendapat kesehatan dan kekuatan fisik serta
fikiran sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi
tugas“ASKEB” untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman tentang mata kuliah ini.
Tidak lupa pula pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah ”ASKEB”.Yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini .Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih terdapat kekurangan, Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan............................................................................................. 2
BAB IV PENUTUP
4.2 Saran................................................................................................ 17
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umumya dapat digunakan
bangsa. Selain itu, angka kematian ibu dan bayi di suatu negara mencerminkan tingginya
resiko kehamilan dan persalinan. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup dan angka
kematian bayi sebesar 34/1000 kelahiran hidup umumnya kematian terjadi pada saat
melahirkan. Namun hasil SDKI 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai
turun perlahan bahwa tercatat sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka
Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu saat proses
persalinan. Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya manuver obstetrik oleh karena
dengan tarikan ke arah belakang kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan kepala bayi.
Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan
dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut.
Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala
(Prawirohardjo, 2009).
Angka kejadian distosia bahu tergantung pada kriteria diagnosa yang digunakan. Salah
satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervaginam untuk
melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus seperti traksi curam bawah dan
episiotomi.
Gross dkk (1987) Dengan menggunakan kriteria diatas menyatakan bahwa dari 0.9%
kejadian distosia bahu yang tercatat direkam medis, hanya 0.2% yang memenuhi kriteria
diagnosa diatas.
Spong dkk (1995) menggunakan sebuah kriteria objektif untuk menentukan adanya distosia
bahu yaitu interval waktu antara lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal interval
waktu antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik , pada
distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila interval
American College of Obstetrician and Gynecologist (2002) : angka kejadian distosia bahu
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan maneuver obstetric oleh
karena dengan tarikan biasa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral
promontory karena itu tidak bias lewat masuk kedalam panggul, atau bahu tersebut bias lewat
promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). (Anik Maryunani,
2013).
terjadi trauma janin, dan komplikasi pada ibunya. Kejadiannya sulit diperkirakan setelah
kepala lahir, kepala seperti kura-kura, dan persalinan bahu mengalami kesulitan (Manuaba,
2001).
Distosia ialah kesulitan dalam jalannya persalinan atau dapat didefenisikan Distosia ialah
persalinan atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan
lima faktor persalinan, yaitu :
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang efektif atau akibat upaya mengedan
ibu (kekuatan power).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir / passage)
3. Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi, bayi besar dan
Dalam kepustakaan tercatat ada janin yang dapat dilahirkan secara pervaginam tetapi
meninggal yaitu seberat 11,3 Kg (Belcher) dan 11 Kg (Moss). Dan janin yang lahir dan
hidup tercatat seberat 10,8 Kg (Barnes) tetapi anak ini hanya hidup kira-kira 11 jam
(Rustam, 1998).
Klasifikasi :
1. Distosia karena kelainan tenaga
2. Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin.
3. Distosia karena kelainan panggul
4. Distosia karena kelainan traktus genitalis (Hanifah, 2006).
Distosia bahu ada hubungannya dengan obesitas ibu, pertambahan berat badan yang
berlebihan, bayi berukuran besar, riwayat saudara kandung yang besar dan diabetes pada ibu
(Hakimi, 2003).
BAB II
KONSEP TEORI
3.6 Komplikasi
Fetal/Neonatal
- Kematian
- Hypoxia/Asphyxia Dan Sequelae
- Perlukaan kelahiran
- Faktur klavikula-humerus
- Kelumpuhan plexus brakhialis
Maternal
- Perdarahan postpartum
- Atoni
- Laseasi jalan lahir
- Ruptur uteri
3.7 Klasifikasi Distosia
1. Persalinan Disfungsional ( Distosia karena Kelainan Kekuatan )
Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang menghambat kemajuan
dilatasi serviks normal, kemajuan pendataran/effacement (kekuatan primer), dan atau
kemajuan penurunan (kekuatan sekunder).
Failure of descent Tidak ada perubahan selama fase deselarasi dan kala II
7. Distosia karena kelainan traktus genitalis
I. Vulva
Kelainan pada vulva yang menyebabkan distosia adalah edema, stenosis, dan tumor. Edema
biasanya timbul sebagai gejala preeklampsia dan terkadang karena gangguan gizi. Pada
persalinan jika ibu dibiarkan mengejan terus jika dibiarkan dapat juga mengakibatkan edema.
Stenosis pada vulva terjadi akibat perlukaan dan peradangan yang menyebabkan ulkus dan
sembuh dengan parut-parut yang menimbulkan kesulitan. Tumor dalam neoplasma jarang
ditemukan. Yang sering ditemukan kondilomata akuminata, kista, atau abses glandula bartholin.
II. Vagina
Yang sering ditemukan pada vagina adalah septum vagina, dimana septum ini memisahkan
vagina secara lengkap atau tidak lengkap dalam bagian kanan dan bagian kiri. Septum lengkap
biasanya tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina yang satu umumnya cukup lebar,
baik untuk koitus maupun untuk lahirnya janin. Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan
turunnya kepala janin pada persalinan dan harus dipotong terlebih dahulu.
Stenosis vagina yang tetap kaku dalam kehamilan merupakan halangan untuk lahirnya bayi,
perlu dipertimbangkan seksio sesaria. Tumor vagina dapat menjadi rintangan pada lahirnya janin
per vaginam
III.Servik uteri
Konglutinasio orivisii externi merupakan keadaan dimana pada kala I servik uteri menipis
akan tetapi pembukaan tidak terjadi, sehingga merupakan lembaran kertas dibawah kepala
janin. Karsinoma servisis uteri, merupakan keadaan yang menyebabkan distosia.
IV. Uterus
Mioma uteri merupakan tumor pada uteri yang dapat menyebabkan distosia apabila mioma
uteri menghalangi lahirnya janin pervaginam, adanya kelainan letak janin yang berhubungan
dengan mioma uteri, dan inersia uteri yang berhubungan dengan mioma uteri.
V. Varium
Distosia karena tumor ovarium terjadi apabila menghalangi lahirnya janin pervaginam.
Dimana tumor ini terletak pada cavum douglas. Membiarkan persalinan berlangsung lama
mengandung bahaya pecahnya tumor atau ruptura uteri atau infeksi intrapartum.
3.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ditosia bahu juga harus memperhatikan kondisi ibu dan janin. Syarat-syarat
agar dapat dilakukan tindakan untuk menangani distosia bahu adalah :
a) Kondisi vital ibu cukup memadai sehingga dapat bekerjasama untuk menyelesaikan persalinan
b) Masih mampu untuk mengejan
c) Jalan lahir dan pintu bawah panggul memadai untuk akomodasi tubuh bayi
d) Bayi masih hidup atau diharapkan dapat bertahan hidup
e) Bukan monstrum atau kelainan congenital yang menghalangi keluarnya bayi
Karena distosia bahu tidak dapat diramalkan, pelaku praktik obstetric harus mengetahui betul
prinsip-prinsip penatalaksanaan penyulit yang terkadang sangat melumpuhkan ini.
1. Teknik Penanganan Distosia Bahu
Prinsip utama dalam penanganan distosia bahu adalah melahirkan badan bayi sesegera
mungkin dengan beberapa teknik berikut :
a. Episiotomi : Episiotomi dilakukan dengan tujuan memperluas jalan lahir sehingga bahu
diharapkan dapat lahir.
b. Manuver Mc Robert (1983)
1) Dengan posisi ibu berbaring, minta ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh mungkin ke
arah dadanya, minta dua asisten (boleh suami atau anggota keluarganya) untuk membantu
ibu.
2) Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (kearah anus ibu) untuk
menggerakkan bahu anterior di bawah symphisis pubis. Hindari tekanan yang berlebihan
pada bagian kepala bayi karena mungkin akan melukainya.
3) Secara bersamaan minta salah satu asisten untuk memberikan sedikit tekanan supra pubis
kearah bawah dengan lembut. Jangan lakukan dorongan pada pubis, karena akan
mempengaruhi bahu lebih jauh dan bisa menyebabkan ruptur uteri
c. Manuver Corkscrew Woods (1943)
1) Masukkan satu tangan ke dalam vagina dan lakukan penekanan pada bahu anterior, ke arah
sternum bayi, untuk memutar bahu bayi dan mengurangi diameter bahu
2) Jika perlu, lakukan penekanan pada bahu posterior ke arah sternum.
d. Teknik Pelahiran Bahu Belakang
1) Masukkan satu tangan ke dalam vagina dan pegang tulang lengan atas yang berada pada
Posisi posterior
2) Fleksikan lengan bayi di bagian siku dan letakkan lengan tersebut melintang di dada bayi.
e. Manuver Rubin (1964)
1) Pertama dengan menggoyang-goyang kedua bahu janin dari satu sisi ke sisi lain dengan
memberikan tekanan pada abdomen.
2) Bila tidak berhasil, tangan yang berada di panggul meraih bahu yang paling mudah di akses,
kemudian mendorongnya ke permukaan anterior bahu. Hal ini biasanya akan menyebabkan
abduksi kedua bahu kemudian akan menghasilkan diameter antar-bahu dan pergeseran bahu
depan dari belakang simfisis pubis.
f. Manuver Hibbard (1982)
Menekan dagu dan leher janin ke arah rectum ibu dan seorang asisten menekan kuat fundus saat
bahu depan dibebaskan. Penekanan fundus yang dilakukan pada saat yang salah akan
mengakibatkan bahu depan semakin terjepit (Gross dkk., 1987)
g. Posisi Merangkak
1) Minta ibu untuk berganti posisi merangkak
2) Coba ganti kelahiran bayi tersebut dalam posisi ini dengan cara melakukan tarikan perlahan
pada bahu anterior ke arah atas dengan hati-hati.
3) Segera setelah lahir bahu anterior, lahirkan bahu posterior dengan tarikan perlahan ke arah
bagian bawah dengan hati-hati.
h. Manuver Zavanelli (Sandberg, 1985)
1) Mengembalikan kepala ke posisi oksiput anterior atau posterior bila kepala janin telah
berputar dari posisi tersebut
2) Memfleksikan kepala dan secara perlahan mendorongnya masuk kembali ke vagina yang
diikuti dengan pelahiran secara sesar.
3) Memberikan terbutaline 250 mg subkutan untuk menghasilkan relaksasi uterus.
i. Fraktur Klavikula : Mematahkan klavikula dengan cara menekan klavikula anterior terhadap
ramus pubis dapat dilakukan untuk membebaskan bahu yang terjepit.
j. Kleidotomi : Kleidotomi yaitu memotong klavikula dengan gunting atau benda tajam lain,
biasanya dilakukan pada janin mati (Schram, 1983)
k. Simfisiotomi
Simfisotomi yaitu mematahkan simfisis pubis untuk mempermudah persalinan juga dapat
diterapkan dengan sukses (Hartfield, 1986). Namun Goodwin dkk. Melaporkan bahwa tiga kasus
yang mengerjakan simfisiotomi, ketiga bayi mati dan terdapat morbiditas ibu signifikan akibat
cedera traktus urinarius.
2. Langkah- langkah Penatalaksanaan Distosia Bahu
a. Asuhan Persalinan Normal 2008
1) melakukan episiotomy,
2) melakukan manuver McRobert dengan tekanan supra pubik.
Biasanya dengan manuver tersebut janin dengan distosia bahu sudah dapat dilahirkan. Namun
jika bahu tidak lahir direkomendasikan manuver Corkscrew Woods, teknik pelahiran bahu
belakang dan melahirkan dengan posisi merangkak. Sedangkan fraktur klavikula merupakan
pilihan terakhir.
b. The American College of Obstetrician
Merekomendasikan langkah-langkah berikut ini untuk penatalaksanaan distosia bahu dengan
urut-urutan bergantung pada pengalaman dan pilihan masing-masing operator :
1) Panggil bantuan (mobilisasi asisten, anestesiolog, dan dokter anak). Pada saat ini
Dilakukan upaya untuk melakukan traksi ringan. Kosongkan kandung kemih bila penuh.
2) Lakukan episiotomy luas (mediolateral) untuk memperluas ruangan posterior
3) Penekanan suprapubik dilakukan pada saat awal oleh banyak dokter karena alasan
kemudahannya. Hanya dibutuhkan satu asisten untuk melakukan penekanan suprapubik
sementara traksi ke bawah dilakukan pada kepala janin.
4) Manuver McRobert memerlukan dua asisten, tiap asisten memegangi satu tungkai dan
memfleksikan paha ibu ke arah abdomen.
Manuver-manuver di atas biasanya dapat mengatasi sebagian besar kasus distosia bahu.
Namun, bila manuver ini gagal, langkah-langkah berikut dapat dicoba :
Manuver Corkscrew Woods
Pelahiran lengan belakang dapat dicoba, tapi jika lengan belakang dalam posisi ekstensi
sempurna, hal ini biasanya sulit dilakukan.
Teknik-teknik lain sebaiknya dilakukan bila manuver-manuver lain telah gagal, yang
termasuk teknik ini adalah fraktur klavikula dan manuver Zavanelli.
Asuhan Keperawatan Distosia Bahu
A. Pengkajian
1. Pengkajian umum
a. Identitas Klien
b. Keluhan masa lalu :
Pengkajian psikologi klien, apakah sering mengalami stres pada saat kehamilan dan
bagaimana persiapan dalam menghadapi persalinannya.
Kaji kapan terjadi pecah ketuban.
Tanyakan pada klien gerakan aktif janin dalam 24 jam
c. Keluhan sekarang : “ Klien merasa mulas dan nyeri pada pinggang serta telah mengeluarkan
air pada vaginanya”
2. Pengkajian pola fungsional
a) Aktifitas/istirahat:Melaporkan keletihan,kurang energi,letargi,penurunan penampilan
b) Sirkulasi: Tekanan darah dapat meningkat,mungkin menerima magnesium sulfat untu
hipertensi karena kehamilan
c) Eliminasi : Distensi usus atau kandng kemih yang mungkin menyertai
d) Integritas ego : Mungkin sangat cemas dan ketakutan
e) Nyeri atau ketidaknyamanan: Mungkin menerima narkotika atau anastesi pada awal proses
kehamilan,kontraksi jarang,dengan intensitas ringan sampai sedang,dapat terjadi sebelum
persalinan atau sesudah persalinan terjadi,fase laten dapat memanjang,
Keamanan: Serviks mungkin kaku atau tidak siap,pemerisaan vagina dapat
menunjukkan janin
e) dalam malposisi,penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada nulipara atau
kurang dari 2 cm/jam pada mutipara bahkan tidak ada kemajuan.,dapat mengalami versi
eksternal setelah getasi 34 minggu dalam upaya untuk mengubah presentasi bokong
menjadi presentasi kepala
g) Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara,uterus mungkin distensi berlebihan karena
hidramnion,gestasi multipel.janin besar atau grand multiparis.
3. Pengkajian fisik
Pengkajian dapat dilakukan dengan pengkajian Tanda-tanda vital, pada pengkajian fisik
tekanan darah, denyut jantung, suhu, pernapasan biasanya meningkat, hal ini dipengaruhi oleh
nyeri yang dirasakan oleh klien. Selain itu pengkajian fisik dapat juga dilakukan dengan palpasi
yaitu palpasi letak janin dalam kandungan, apakah normal atau malposisi.
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang
timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan sebagai berikut:
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya
mengedan ibu (kekuatan/power)
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir)
3. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan jumlah bayi
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan
5. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman,
persiapan, budaya, serta sistem pendukung
Daftar Pustaka
Stright, Barbara R. 2004. Keperawatan ibu-bayi baru lahir edisi 3. Jakarta: EGC