Anda di halaman 1dari 5

Kriuk, Kriuk…, Laba Gurih dari Camilan Ndeso

Tak dinyana, usaha kecil singkong goreng Tela Tela asal Yogyakarta berhasil
menyebar ke seluruh Indonesia. Cukup dengan modal Rp 6 juta, tak sampai enam
bulan terwara- laba bisa balik modal.

Jangan anggap remeh penganan tradisional. Singkong goreng, contohnya. Camilan


ndeso yang nikmat disantap sore-sore bersama teh hangat itu bisa juga, lo,
dikemas jadi jajanan populer, laiknya kentang goreng.

Nyatanya, sekelompok anak muda asal Yogyakarta sukses mengembangkan usaha


kecil-kecilan mereka yang berlabel Tela Tela. Tela atau ketela atau singkong ini
mereka olah menjadi camilan singkong goreng dengan berbagai macam rasa.

Kini, Tela-Tela telah menjadi perusahaan waralaba dengan sekitar 700 gerai yang
tersebar dari barat sampai ke timur Indonesia. Kisah Tela Tela berawal dua tahun
lalu. Empat mahasiswa berniat berjualan setiap minggu pagi di kawasan Bunderan,
Universitas Gadjah Mada (UGM). “Modal awalnya patungan Rp 1,5 juta. Itu pun
ngutang dari kartu kredit,” kisah Febri Triyanto, salah satu pemilik sekaligus
Manajer Pemasaran Tela Tela Indonesia.

Sayang, rencana itu gagal lantaran mereka keburu diusir aparat keamanan. Tak
putus harapan, mereka pindah lokasi ke pinggir jalan dekat kontrakan rumah
mereka. Kebetulan, tempat itu memang berada di sekitar kampus UPN, Babarsari.

Sebulan pertama, dagangan mereka masih sepi. Tapi lama-kelamaan, Tela Tela
mampu memikat hati para mahasiswa. Maklum, jajanan baru ini murah meriah.
Sudah begitu, singkongnya terasa empuk, dengan kulit luar yang crispy bertabur
bumbu.Rezeki Tela Tela semakin bersinar ketika ikut acara pameran makanan
tradisional di sebuah kampus. “Hari itu kami menghabiskan 450 kilogram singkong.
Pembeli sampai mengantre panjang hanya buat beli singkong goreng,” imbuh Febri.

Dari situ, Tela Tela makin populer berkat promosi dari mulut ke mulut. Banyak
teman dan kenalan mereka yang ingin bekerjasama membuka usaha tersebut di
lokasinya masing-masing. Dus, gerai demi gerai pun bertambah.

“Tapi baru pada September 2006, kami punya sistem waralaba yang jelas,” kata
Fath Aulia Muhammad, salah satu pemilik sekaligus Direktur Utama Tela Tela
Indonesia.

Kala itu, Tela Tela sudah memiliki 21 outlet. Dalam waktu setahun, 700 gerobak
merah kuning berlabel Tela Tela sudah tersebar dari Aceh hingga Sorong. Dari
jumlah itu, 100 memadati Jogja.Dan saat ini jumlah gerai di seluruh Indonesia telah
mencapai 1650 outlet.Luar Biasa!!!

Bahkan, di kota asalnya itu, marak pula gerobak lain yang menjajakan penganan
serupa. “Merek Tela Tela yang asli tidak memiliki embel-embel angka maupun kata
di belakangnya,” kata Febri.

Agen wilayah dapat sebagian royalty fee


Tela Tela menyediakan dua pilihan bagi Anda yang ingin ikut membeli waralabanya.

Pertama, menjadi agen wilayah. Agen wilayah ini semacam master franchise yang
menguasai lisensi Tela Tela di area tertentu. Syaratnya, Anda kudu membuka
minimal dua gerai Tela Tela senilai Rp 14juta. Tentu saja, kalau di daerah itu belum
ada agen lain.Sebelum memulai usaha, agen wilayah akan mendapatkan aneka
pelatihan, mulai dari pemilihan singkong, produksi, sistem keuangan, sampai
manajerial. Soalnya, si agen wilayah ini yang bertugas mengembangkan waralaba
Tela Tela di wilayah kerjanya.

Agen wilayah pula yang bakal menyeleksi permintaan waralaba baru di sana. Dus,
dia juga bertanggung jawab menyediakan pasokan bahan baku di wilayahnya.
Sebagai buah jerih payahnya, dia akan memperoleh sebagian dari royalty fee, 3%
dari 6% yang dibayarkan tiap terwaralabanya.

Salah satu agen wilayah Tela Tela yang sukses adalah Wayan Sandi. Semula, Wayan
hanya menjadi agen di kawasan Depok. “Saya buka langsung dua gerai,” ujarnya.
Satu gerai di perumahan, satu lagi di depan kantor lurah. Kini, usaha Sandi
berkembang hingga menjadi 15 gerai.

Kemudian, dia mengakuisisi agen wilayah di Jakarta Timur yang sudah tak aktif. “Di
sana saya mengembangkan hingga 12 gerai terwaralaba,” ujarnya.

Mini outlet bisa balik modal dalam 4 bulan

Pilihan kedua, membuka mini outlet Tela Tela. Dengan menyetor Rp 6 juta, Anda
bisa langsung memulai usaha. Prosesnya juga tak lama. Anda bisa menemui agen
Tela Tela di daerah Anda.

Lantas, kalau Anda sudah setuju dengan konsep Tela Tela, agen akan datang
menyurvei lokasi Anda. “Biasanya radius satu gerai ke gerai lainnya antara satu
sampai dua kilometer,” kata Febri.

Adapun lokasi yang cocok buat usaha ini antara lain seputar kampus, sekolah, dan
perumahan. “Atau, di daerah yang banyak pejalan kakinya, juga di sekitar
perempatan jalan,” imbuhnya.

Selanjutnya Anda tinggal meneken kontrak waralaba. “Pembayarannya bisa 50% di


muka dulu,” ujar Sandi. Seminggu kemudian, Anda sudah menerima gerobak plus
segala perlengkapannya. Anda juga akan mendapatkan pelatihan menggoreng,
bahkan agen wilayah akan menemani Anda pada tiga hari pertama berjualan.

Biar cepat laku, terwaralaba sebaiknya melakukan serangkaian promosi untuk


memperkenalkan jajanan baru ini. Di masa awal, Tela Tela akan membantu Anda
berpromosi dengan menyebarkan selebaran ke orang-orang sekitar. Oh, ya, biaya
selebaran ini sudah termasuk paket investasi awal yang Rp 4 juta tadi.

Pada operasionalnya, Tela Tela mewajibkan terwaralaba mengambil bahan baku


singkong setiap hari dari agen wilayah. Berhubung harga singkong di tiap daerah
berbeda, harga jual per bungkus atau per paket bisa berbeda. Di Depok, contohnya,
harga jualnya berkisar Rp 3.000-Rp 4.500.
Terwaralaba juga harus mengorder bumbu dan kemasan dari pusat. Harga
kemasannya Rp 150 per buah. Sedangkan bumbunya terdiri dari 10 macam rasa.
Misalnya, balado, BBQ, ayam, keju, kebab, pizza, pepperoni, jagung pedas, dan
pedas manis.

Menjalankan usaha ini tidak sulit. Kalau tak mau menjaga sendiri, Anda bisa
menggaji satu atau dua pegawai.

Dari hitungan Tela-Tela, seandainya harga tiap paket alias bungkus Rp 3.500, laba
per paket bisa mencapai Rp 805,9. Itu setelah dikurangi seluruh biaya tadi,
termasuk juga royalty fee. “Kalau penjualannya 30-40 paket sehari, bisa balik
modal dalam 4 bulan sampai 6 bulan,” tutur Febri.
Kriuk, Kriuk…, Laba Gurih dari Camilan Ndeso

Tak dinyana, usaha kecil singkong goreng Tela Tela asal Yogyakarta berhasil
menyebar ke seluruh Indonesia. Cukup dengan modal Rp 6 juta, tak sampai enam
bulan terwara- laba bisa balik modal.

Jangan anggap remeh penganan tradisional. Singkong goreng, contohnya. Camilan


ndeso yang nikmat disantap sore-sore bersama teh hangat itu bisa juga, lo,
dikemas jadi jajanan populer, laiknya kentang goreng.

Nyatanya, sekelompok anak muda asal Yogyakarta sukses mengembangkan usaha


kecil-kecilan mereka yang berlabel Tela Tela. Tela atau ketela atau singkong ini
mereka olah menjadi camilan singkong goreng dengan berbagai macam rasa.

Kini, Tela-Tela telah menjadi perusahaan waralaba dengan sekitar 700 gerai yang
tersebar dari barat sampai ke timur Indonesia. Kisah Tela Tela berawal dua tahun
lalu. Empat mahasiswa berniat berjualan setiap minggu pagi di kawasan Bunderan,
Universitas Gadjah Mada (UGM). “Modal awalnya patungan Rp 1,5 juta. Itu pun
ngutang dari kartu kredit,” kisah Febri Triyanto, salah satu pemilik sekaligus
Manajer Pemasaran Tela Tela Indonesia.

Sayang, rencana itu gagal lantaran mereka keburu diusir aparat keamanan. Tak
putus harapan, mereka pindah lokasi ke pinggir jalan dekat kontrakan rumah
mereka. Kebetulan, tempat itu memang berada di sekitar kampus UPN, Babarsari.

Sebulan pertama, dagangan mereka masih sepi. Tapi lama-kelamaan, Tela Tela
mampu memikat hati para mahasiswa. Maklum, jajanan baru ini murah meriah.
Sudah begitu, singkongnya terasa empuk, dengan kulit luar yang crispy bertabur
bumbu.Rezeki Tela Tela semakin bersinar ketika ikut acara pameran makanan
tradisional di sebuah kampus. “Hari itu kami menghabiskan 450 kilogram singkong.
Pembeli sampai mengantre panjang hanya buat beli singkong goreng,” imbuh Febri.

Dari situ, Tela Tela makin populer berkat promosi dari mulut ke mulut. Banyak
teman dan kenalan mereka yang ingin bekerjasama membuka usaha tersebut di
lokasinya masing-masing. Dus, gerai demi gerai pun bertambah.

“Tapi baru pada September 2006, kami punya sistem waralaba yang jelas,” kata
Fath Aulia Muhammad, salah satu pemilik sekaligus Direktur Utama Tela Tela
Indonesia.
Kala itu, Tela Tela sudah memiliki 21 outlet. Dalam waktu setahun, 700 gerobak
merah kuning berlabel Tela Tela sudah tersebar dari Aceh hingga Sorong. Dari
jumlah itu, 100 memadati Jogja.Dan saat ini jumlah gerai di seluruh Indonesia telah
mencapai 1650 outlet.Luar Biasa!!!

Bahkan, di kota asalnya itu, marak pula gerobak lain yang menjajakan penganan
serupa. “Merek Tela Tela yang asli tidak memiliki embel-embel angka maupun kata
di belakangnya,” kata Febri.

Agen wilayah dapat sebagian royalty fee

Tela Tela menyediakan dua pilihan bagi Anda yang ingin ikut membeli waralabanya.

Pertama, menjadi agen wilayah. Agen wilayah ini semacam master franchise yang
menguasai lisensi Tela Tela di area tertentu. Syaratnya, Anda kudu membuka
minimal dua gerai Tela Tela senilai Rp 14juta. Tentu saja, kalau di daerah itu belum
ada agen lain.Sebelum memulai usaha, agen wilayah akan mendapatkan aneka
pelatihan, mulai dari pemilihan singkong, produksi, sistem keuangan, sampai
manajerial. Soalnya, si agen wilayah ini yang bertugas mengembangkan waralaba
Tela Tela di wilayah kerjanya.

Agen wilayah pula yang bakal menyeleksi permintaan waralaba baru di sana. Dus,
dia juga bertanggung jawab menyediakan pasokan bahan baku di wilayahnya.
Sebagai buah jerih payahnya, dia akan memperoleh sebagian dari royalty fee, 3%
dari 6% yang dibayarkan tiap terwaralabanya.

Salah satu agen wilayah Tela Tela yang sukses adalah Wayan Sandi. Semula, Wayan
hanya menjadi agen di kawasan Depok. “Saya buka langsung dua gerai,” ujarnya.
Satu gerai di perumahan, satu lagi di depan kantor lurah. Kini, usaha Sandi
berkembang hingga menjadi 15 gerai.

Kemudian, dia mengakuisisi agen wilayah di Jakarta Timur yang sudah tak aktif. “Di
sana saya mengembangkan hingga 12 gerai terwaralaba,” ujarnya.

Mini outlet bisa balik modal dalam 4 bulan

Pilihan kedua, membuka mini outlet Tela Tela. Dengan menyetor Rp 6 juta, Anda
bisa langsung memulai usaha. Prosesnya juga tak lama. Anda bisa menemui agen
Tela Tela di daerah Anda.

Lantas, kalau Anda sudah setuju dengan konsep Tela Tela, agen akan datang
menyurvei lokasi Anda. “Biasanya radius satu gerai ke gerai lainnya antara satu
sampai dua kilometer,” kata Febri.

Adapun lokasi yang cocok buat usaha ini antara lain seputar kampus, sekolah, dan
perumahan. “Atau, di daerah yang banyak pejalan kakinya, juga di sekitar
perempatan jalan,” imbuhnya.

Selanjutnya Anda tinggal meneken kontrak waralaba. “Pembayarannya bisa 50% di


muka dulu,” ujar Sandi. Seminggu kemudian, Anda sudah menerima gerobak plus
segala perlengkapannya. Anda juga akan mendapatkan pelatihan menggoreng,
bahkan agen wilayah akan menemani Anda pada tiga hari pertama berjualan.

Biar cepat laku, terwaralaba sebaiknya melakukan serangkaian promosi untuk


memperkenalkan jajanan baru ini. Di masa awal, Tela Tela akan membantu Anda
berpromosi dengan menyebarkan selebaran ke orang-orang sekitar. Oh, ya, biaya
selebaran ini sudah termasuk paket investasi awal yang Rp 4 juta tadi.

Pada operasionalnya, Tela Tela mewajibkan terwaralaba mengambil bahan baku


singkong setiap hari dari agen wilayah. Berhubung harga singkong di tiap daerah
berbeda, harga jual per bungkus atau per paket bisa berbeda. Di Depok, contohnya,
harga jualnya berkisar Rp 3.000-Rp 4.500.

Terwaralaba juga harus mengorder bumbu dan kemasan dari pusat. Harga
kemasannya Rp 150 per buah. Sedangkan bumbunya terdiri dari 10 macam rasa.
Misalnya, balado, BBQ, ayam, keju, kebab, pizza, pepperoni, jagung pedas, dan
pedas manis.

Menjalankan usaha ini tidak sulit. Kalau tak mau menjaga sendiri, Anda bisa
menggaji satu atau dua pegawai.

Dari hitungan Tela-Tela, seandainya harga tiap paket alias bungkus Rp 3.500, laba
per paket bisa mencapai Rp 805,9. Itu setelah dikurangi seluruh biaya tadi,
termasuk juga royalty fee. “Kalau penjualannya 30-40 paket sehari, bisa balik
modal dalam 4 bulan sampai 6 bulan,” tutur Febri.

Anda mungkin juga menyukai