Anda di halaman 1dari 10

Praktikum Fisiologi Olahraga

DISUSUN OLEH:
RATTA BILLA BAGGI SUPNI
20601244073
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
PRAKTIKUM 2
PENGUKURAN AMBANG BATAS ANAEROBIK

Conconi mengembangkan suatu metode yang memungkinkan kita menetapkan ambang batas
anaerobik tanpa mengukur laktat, dan dengan demikian tanpa mengambil sampel darah, yakni
cara penentuan ambang batas anaerobik yang noninvasif yang disebut metode Conconi. Ambang
batas anaerobik (ABA) dapat digambarkan sebagai berikut : ABA adalah intensitas. Misal
kecepatan lari tertinggi yang dapat dipertahankan untuk suatu periode tertentu dari VO2 mdks,
ketika persentase ini terlampaui, akumulasi asam laktat terjadi. Karena asidosis ini, eksersi tidak
dapat dipertahankan pada tingkat yang tinggi untuk waktu yang lama.
Metode conconi adalah uji lapangan dia menentukan korelasi antara kecepatan lari dan
kecepatan denyut nadi. Hubungan antara kecepatan lari (KL) dan kecepatan denyut nadi (DN)
sebagian adalah linear dan sebagian lagi, nonlinear. Kecepatan dimana korelasi linear antara KL
dan DN lenyap disebut velositas defleksi (Vd). Waktu yang diperlukan oleh DN untuk
menyesuaikan diri dengan kecepatan lari yang baru adalah 10 sampai 20 detik.
Untuk praktikum ini kita menggunakan metode modifikasi Conconi yang dibuat oleh dr Tjaliek
Soegiardo, beban kerja dengan naik turun bangku dan penghitungan denyut nadi, hal ini sama
bahwa kenaikan beban diikuti dengan kenaikan DN secara inear tetapi pada titik tertentu antara
kenaikan beban dengan DN tidak linear, ketidak linear ini sering disebut dengan titik defleksi
(pembengkokan).
Catatlah : kenaikan irama metronom dan kenaikan denyut nadi.
Denyut Jantung

27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63
LAPORAN PRAKTIKUM AMBANG BATAS ANAEROBIK

1. Nama Probandus Umur Ratta Billa Baggi Supni

Tinggi Badan/berat badan Jenis Kelamin / laki laki

2. Tinggi Bangku 170 / 48 kg

3. Denyut Nadi Istirahat (38) / menit

4. Irama Metronom Irama langkah 5. Denyut Nadi

72 27 4,61

80 30 3,76

88 33 3,52

96 36 3,42

104 39

112 42 3,24

120 45

128 48 3.00

136 51

144 54 3,33

152 57

160 60

168 63

6. Denyut nadi pada Waktu defleksi 3,00

7. Beban Kerja terakhir

8. Masukkan data pada grafik.

Pengawas Praktikum, 18 sep ,2021

SAHRUL NUR .H Ratta Billa Baggi Supni

20601244073
Keterangan : Beban yang dibebankan kepada orang coba sebagai berikut : Misal orang coba dengan
berat badan 60 kg. Naik turun bangku 18 kali/menitdengan tingi bangku 40 em, besarnya intensitas
kerja adalah: 60 kg X 0,4 m X 18/menit = 432 kgm/menit (70 watt). 18/menit dari hasil 27 langkah naik
turun bangku (irama metronom 72) dikali 1 menit dibagi satu setengah menit ( 27 x 60/90 =18 )

48 kg x 0,4 x18 = 356

ULASAN

Walaupun perubahan-perubahan fungsi kardiovaskuler belum dapat dipastikan apakah akibat


proses penuaan atau kurangnya gerakan namun Hasenin (1989) mengemukakan, dengan latihan
teratur orang tua dapat mempertahankan fungsi kardiovaskulernya lebih lama dibandingkan kelompok
umur yang sama tetapi kurang gerak. Mulai anak-anak sampai sekitar 20 tahun, daya tahan
kardiovaskuler meningkat mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun. Kemudian berbanding terbalik
dengan usia, sehingga pada yang berusia 70 tahun diperoleh daya tahan 50% dari yang dimilikinya pada
usia 17 tahun. Hal ini disebabkan oleh penurunan faal organ transport akibat bertambahnya usia.
Tetapi curamnya penurunan dapat berkurang bila tetap melakukan olahraga aerobik.

Penurunan kapasitas kerja dari sistem syaraf pusat menyebabkan kelelahan. Dengan adanya
kelelahan berarti menurunkan daya tahan (Lamb, 1984).

Penuaan adalah merupakan suatu proses yang terjadi secara normal dan akan terus berlanjut.
Selama proses penuaan akan terjadi peningkatan isi secara keseluruhan pada tendon, kapsul, dan otot
sepanjang luas penampang serabut kolagen. Peningkatan stabilitas serabut kolagen merupakan
perwujudan kematangan serta perkembangan yang lebih banyak pada cross link intermuskuler di
antara molekul-molekul kologen. “Apabila kelentukan sudah mulai menurun, pengaruhnya akan
dirasakan pada penurunan stabilitas, mobilitas, power, dan penurunan daya tahan terhadap beban
atau kekuatan otot.” Letzelter H. (1988:67). Selanjutnya dikatakan “kelentukan yang baik, akan
meningkatkan kemampuan jaringan dalam mengakomodasi stres, meredam impact kejutan dan
memperbaiki kinerja.” Reischl SR. (1986:28), seterusnya Garret (1980: 38) menyatakan “otot dapat
berkontraksi dengan kuat dan efektif, khususnya dirancang untuk meredam gaya dan perubahan
bentuk serta mengurangi risiko cedera.”

Anda mungkin juga menyukai