Promotor
Prof. Dr. H. Hari Setijono, M.Pd.
Co-Promotor
Prof. Dr. H. Nurhasan, M.Kes.
1
ABSTRAK
2
EVALUASI PROGRAM PEMBINAAN PRESTASI CABANG
OLAHRAGA HOCKEY DI JAWA TIMUR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
oleh Balyi, Way, dan Higgs (2013, p. 1). Program pembinaan prestasi yang
sendiri.
event tertinggi di dunia dari mulai olimpiade, Asian Games, SEA Games, dan
(PON).
3
Perkembangan cabang olahraga hockey di Jawa Timur juga dapat
dilihat dari banyaknya kejuaraan yang dilaksanakan baik secara single event
kualifikasi PON XIX kontingen hockey field Jawa Timur dapat dikatakan
gagal total karena pada kejuaraan tersebut tim Jawa Timur dinyatakan tidak
XIV tahun 1996 di Jakarta hingga PON XIX tahun 2016 di Jawa Barat
selama lebih dari dua dasawarsa nampak bahwa prestasi hockey Jawa Timur
4
Berdasarkan kondisi yang memprihatinkan terkait pencapaian prestasi,
maka dipandang perlu untuk diketahui dan dianalisis sebagai dasar untuk
pelatih, profil atlet, dan hasil pembinaan prestasi yang dilakukan akan
memberikan gambaran utuh tentang kondisi nyata di lapangan pada saat ini.
5
Jawa Timur adalah dengan menggunakan model Context, Input, Process,
dengan teknik dan strategi bermain. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
reliabilitas tes menggiring bola pada atlet usia muda. Lalu penelitian dari
Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Amjad, Hussain, dan Asadullah
(2013) yang melihat perbandingan antara long corner dan short corner pada
field hockey. Demikian juga penelitian oleh Ibrahim, Faber, Kingma, dan
Dieen (2016) tentang analisis kinematika pada teknik drag flick pada field
hockey. Serta penelitian yang dilakukan oleh Theilen, Wiebke, Bettink, dan
pemain hockey.
6
evaluasi pelatih bola basket lisensi C anggota pengurus Persatuan Bola
Selatan.
cakupan yang lebih luas (tingkat provinsi). Dengan demikian maka penelitian
ilmu yaitu bidang ilmu evaluasi, bidang ilmu manajemen, dan cabang
lebih efektif dan menyeluruh dari mulai konteks, input, proses, hingga produk
Fokus Penelitian
7
Bagaimanakah context program pembinaan prestasi cabang olahraga
Tujuan Penelitian
8
Manfaat Penelitian
penelitian yang akan didapatkan serta sebagai data awal bagi penelitian
sejenis selanjutnya.
Sebagai salah satu tolok ukur untuk mengungkap kondisi riil terkini
terkait manajemen, kinerja pelatih, dan profil atlet hockey di kota dan
Data dan hasil penelitian ini akan membantu pengurus provinsi FHI Jawa
Jawa Timur.
Dapat mengungkap profil kondisi atlet hockey di Jawa Timur baik dari
9
KAJIAN PUSTAKA
Development (LTAD) yang artinya adalah pembinaan atlet jangka panjang. Istilah
ini tidak saja berkaitan dengan partisipasi dalam olahraga namun hingga
dapat mengembangkan :
Perkumpulan olahraga.
Pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
keolahragaan.
Sentra pembinaan olahraga prestasi.
Pendidikan dan pelatihan tenaga keolahragaan.
Prasarana dan sarana olahraga prestasi.
Sistem pemanduan dan pengembangan bakat olahraga.
Sistem informasi keolahragaan, dan
Melakukan uji coba kemampuan prestasi olahragawan pada tingkat daerah,
nasional, dan internasional sesuai dengan kebutuhan.
(UU SKN, 2005, p. 12)
olahraga tersebut (pengcab). Dan apabila pengcab tersebut menjadi anggota KONI
kota ataupun kabupaten, maka pembinaan prestasi suatu cabang olahraga akan
berada dibawah naungan pemusatan latihan dari KONI masing-masing. Hal ini
10
senada dengan sistem pembinaan olahraga prestasi nasional menurut KONI (2014,
penting tentang apa saja yang dibutuhkan pada tiap tahap perkembangan gerak
aktivitas jasmani, dan untuk mereka yang memiliki bakat, kesempatan untuk
menjadi juara.
Active Start.
Fundamental.
Learn to Train.
Train to Train.
Train to Compete.
Train to Win.
Dari tiap tahapan tersebut yang perlu diperhatikan pada individu adalah
11
kesempatan, periodisasi, kompetisi, sistem yang mendukung dan terintegrasi, serta
karena akan menentukan arah pembinaan prestasi dari awal mulai hingga prestasi
puncak bahkan sampai pada aktifitas lebih lanjut setelah tidak lagi berpestasi.
Pembinaan prestasi yang baik tentunya melibatkan tidak hanya pelatih dan atlet,
namun juga pada para pengemban kebijakan yang berarti adalah adanya support
system yang harus disusun dengan baik yang meliputi penguatan dari sisi
target prestasi yang ingin dicapai. Dengan model LTAD maka organisasi, pelatih,
atlet, dan orang tua atlet dapat mengembangkan literasi gerak pada anak,
pencapaian prestasi kelas dunia, kebiasaan hidup sehat dan bugar serta kehidupan
Evaluasi Program
Kata evaluasi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan hasil
menilai. Hal ini senada dengan pendapat Nurhasan (2006) bahwa evaluasi
merupakan proses pemberian atau penghargaan terhadap data yang diperoleh dari
ataupun menilai, dan proses ini dilakukan untuk menentukan hasil dari kegiatan
12
Stufflebeam dan Shinkfield dalam Widoyoko (2014, p. 3) menyatakan :
tersebut seperti dikatakan oleh Gay dalam Sukardi (2014) bahwa “evaluasi adalah
pengambilan keputusan”
Pada evaluasi terdapat dua jenis evaluasi, yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif yang dinyatakan oleh Sugiyono (2015) bahwa “evaluasi formatif
lebih menekankan dan untuk memperbaiki objek yang diteliti, dengan cara
untuk mengetahui hasil atau outcome dari suatu program” (p, 745).
penilaian karena ketiga hal tersebut merupakan suatu rangkaian dan memiliki
pengertian yang berbeda, namun dalam praktiknya ketiga konsep tersebut sering
digunakan dalam satu rangkaian kegiatan (Putra, 2013). Evaluasi diawali dengan
pengukuran.
13
Evaluasi Model Kirkpatrick.
Evaluasi Model CIPP
Evaluasi Model Wheel dari Beebe
Evaluasi Model Provus (Discrepancy Model)
Evaluasi Model Stake (Countenance Model)
Evaluasi Model Brinkerhoff
Dari beberapa model evaluasi tersebut dipilih model evaluasi CIPP karena
model ini dianggap tepat digunakan karena model evaluasi ini tidak hanya untuk
namun juga program yang lebih luas karena karakteristik evaluasinya lebih
kompleks.
hasil evaluasi yang telah dilakukan nantinya akan berupa konsep model program
pembinaan prestasi berupa skema yang dapat digunakan oleh pemegang kebijakan
Jawa Timur.
Indonesia (PP FHI) yang memiliki 13 pengurus provinsi (pengprov) yang tersebar
14
Sumatera Barat, Riau, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah
Papua, dan Papua Barat (PP FHI, 2015). Di Kota Jakarta, Bandung, dan Surabaya
Dari berbagai teknik dasar tersebut diatas yang paling sering digunakan
adalah push, dribbling, shooting accuracy (Keogh, Weber, dan Dalton, 2003).
Oleh karena itu dalam penelitian ini, untuk memperoleh data profil atlet hockey
dari sisi keterampilan teknik dasar bermain hockey adalah speed dribble, agility
membawa bola maupun tidak (Lemos, Pazi, Maia, Silva, Lima, Castro, dan
Miranda, 2017).
15
Dengan durasi waktu permainan hockey sangat dibutuhkan kondisi fisik
yang prima mengingat hockey termasuk permainan invasif dimana kedua tim
kemampuan merubah arah dengan cepat sangat dominan dalam permainan hockey
antara lain adalah daya tahan, kecepatan, dan daya tahan kecepatan disamping
faktor lainnya. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Stagno, Thatcher, dan
Someren (2005) mengenai profil fisiologi atlet hockey dan Anders and Myer
Untuk melihat profil atlet hockey dari sisi kemampuan fisik akan dilakukan
tes yang meliputi kapasitas vital paru (VO2Max) sebagaimana hasil penelitian
Stagno, Thacker, dan Someren (2005) dimana kapasitas vital paru yang optimal
sangat dibutuhkan mengingat seorang pemain dapat menempuh jarak kurang lebih
kinerja fisik yang mumpuni baik sistem energi aerobik dan anaerobik (Anders and
Myer, 2008, p. 209). Sedangkan aspek kondisi fisik yang lain adalah speed
prima ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara indoor hockey
dengan outdoor hockey (Konarsky dan Strzelczyk, 2009) sehingga pada aspek
16
tingkat kondisi fisik dalam penelitian ini dapat pula diberlakukan pada subjek
Timur yang memiliki 11 pengurus cabang (pengcab) di kota dan kabupaten yang
terdiri atas Pengcab Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Pasuruan, Kabupaten
utamanya masih bertumpu pada keberadaan sekolah dimana para pelatih maupun
timur adalah Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) yang juga sebagai muara
pembinaan tertinggi. Porprov yang diawali tahun 2007 di Surabaya telah menjadi
bidang olahraga.
pertandingan, yaitu nomor putera dan puteri untuk kategori indoor hockey dan
nomor putera dan puteri outdoor hockey dengan memperebutkan total 4 medali
emas. Menjadi juara porprov adalah salah satu indikator keberhasilan program
pembinaan prestasi yang dilakukan oleh suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
17
Dalam penelitian ini indikator program pembinaan prestasi suatu daerah
dilihat dari profil atlet yang meliputi kondisi fisik dan keterampilan dasar bermain
hockey serta hasil kejuaraan yang diikuti dari tahun 2015 (selepas porprov)
18
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Timur. Titik fokus penelitian adalah program yang telah direncanakan dan
Tahapan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai
berikut.
Tabel. 3.1
Tahapan Penelitian.
No Tahap Kegiatan
1. Kajian Context Mengumpulkan data dan menganalisis kondisi
pembinaan prestasi cabang olahraga hockey di Jawa
Timur terkait kebijakan dan dukungan lembaga.
2. Kajian Input Mengumpulkan dan menganalisis data terkait pengurus
dan pelatih.
3. Kajian Process Mengumpulkan dan menganalisis keterlaksanaan
program pembinaan prestasi cabang olahraga hockey di
Jawa Timur.
4. Kajian Product Mengumpulkan data dan menganalisis hasil kejuaraan
yang diikuti pengcab dan profiling kondisi fisik dan
keterampilan dasar atlet.
19
Penelitian tentang evaluasi program pembinaan prestasi cabang
olahraga hockey di Jawa Timur ini diawali dengan membuat kajian teoritis
yang berupa telaah buku, jurnal penelitian, dan studi awal di lapangan untuk
mengetahui secara riil kancah penelitian yang diterjuni oleh peneliti. Dari
ini dengan penyesuaian tata tulis dan kalimat sehingga sesuai untuk
aspek context, input, process, dan product. Analisis data selama di lapangan
dilakukan dengan teknik flow yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman
yang terdiri atas aktivitas pengumpulan data (data collection), reduksi data
20
pengujian dependability dan confirmability dilakukan oleh kedua orang dosen
penelitian.
Subjek Penelitian
untuk ditransfer pada situasi sosial yang menjadi objek penelitian (Djamal,
2015). Dari keseluruhan subyek dalam penelitian ini diambil secara purposif
berdasarkan hasil 3 besar Pekan Olahraga Provinsi Jawa Timur V tahun 2015
situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian.
tahun 2017. Tempat penelitian adalah di kota maupun kabupaten yang telah
terpilih sebagai subjek penelitian yaitu 5 daerah anggota FHI Jawa Timur.
21
Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian
ulang.
bermain hockey diambil menggunakan instrumen tes yang telah baku. Data
profil fisik yang diambil adalah kapasitas vital paru (Stagno, Thacker, dan
22
Rossum, 2002) dan untuk data speed endurance menggunakan instumen
(verifikasi).
23
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari proses pengumpulan data dan analisis data yang telah dilakukan,
maka pada bab IV ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang evaluasi
periode tahun 1996 hingga tahun 2016 selama dua dasawarsa dideskripsikan
Tabel 4.1
Prestasi Tim Hockey Jawa Timur pada PON Tahun 1996-2016
Prestasi
No Tahun Keterangan
Putera Puteri
1. 1996 Juara II Juara II Mendapat medali perak bersama
2. 2000 - - Hockey tidak dipertandingkan
3. 2004 - - Tidak mendapatkan medali
4. 2008 - - Tidak berpartisipasi karena tidak memenuhi target
KONI Jawa Timur
5. 2012 - - Hockey tidak dipertandingkan
6. 2016 - - Tidak berpartisipasi karena tidak memenuhi target
KONI Jawa Timur
(diolah dari berbagai sumber)
Hasil pembinaan prestasi pada PON yang ditunjukkan dalam Tabel 4.1
mendapatkan medali perak bersama antara tim putera dan tim puteri pada PON
XIV tahun 1996, maka setelah itu prestasi hockey di Jawa Timur terus mengalami
penurunan hingga pada periode PON XIX tahun 2016 dan berlanjut pada hasil
kejurnas tahun 2017 dimana pada event tersebut tim putera dan tim puteri bahkan
tidak mampu lolos dari babak penyisihan grup. Pada kejurnas tersebut tiap
24
kategori dibagi menjadi 2 grup yang masing-masing grupnya terdiri atas 4 dan 5
daerah.
Pada PON tahun 2000 di Jawa Timur cabang olahraga hockey tidak
Pada PON XVI tahun 2004 di Palembang tim hockey putera dan puteri
berpartisipasi dan tim putera masih mampu meraih peringkat 4 dari 8 daerah hasil
pra kualifikasi PON pada awal tahun 2004 di Medan sebelumnya. Sedangkan tim
Pada PON XVII di Kalimantan Timur pada tahun 2008 tim hockey Jawa
Timur tidak berpartisipasi karena meskipun lolos pra kualifikasi PON namun oleh
memenuhi target KONI yaitu harus memiliki peringkat 3 besar pada babak pra
kualifikasi PON.
Demikian pula pada PON XIX pada tahun 2016 di Jawa Barat. Sekali lagi
tim hockey Jawa Timur tidak berpartisipasi akibat pada babak pra kualifikasi PON
dianggap gagal karena tidak memenuhi target peringkat 3 besar dari KONI
Terlepas dari PON tahun 2000 dan PON tahun 2012 cabang olahraga
Timur dari tahun ke tahun selama lebih dari dua puluh tahun tidak pernah mampu
meraih podium juara yang membutuhkan solusi agar prestasi cabang olahraga
hockey di Jawa Timur dapat meningkat kembali. Dari fakta tersebut analisis
25
mendalam terhadap pembinaan prestasi cabang olahraga hockey di Jawa Timur
melalui pengcab anggotanya sangat mendesak untuk dilakukan. Hal ini karena
sumber daya bagi pengprov berasal seluruhnya dari pengcab baik kualitas anggota
pengurus, pelatih, dan atlet. Pengcab sebagai pemilik sumber daya memiliki
perkumpulan (club) sebagai dasar tempat pembinaan atlet dan pelatih yang pada
26
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
melalui angket ke ketua dan pelatih ditinjau dari beberapa aspek yang
meliputi (1) Context, (2) Input, (3) Process, dan (4) Product.
a. Context Ketua
Ditinjau dari aspek context data kinerja ketua FHI di Jawa Timur
Context Ketua Tentang Dukungan Kebijakan Terkait Pembinaan Cabang Olahraga Hockey
90%
80%
80%
70%
60% 60%
60%
Persentase
50%
40% 40%
40%
30%
20%
20%
10%
0%
Ada Tidak ada
Gambar 1
Context ketua tentang dukungan kebijakan terkait pembinaan
cabang olahraga hockey
27
b. Context Pelatih
gambar berikut.
Gambar 2
Context pelatih tentang dukungan kebijakan terkait pembinaan
cabang olahraga hockey di Jawa Timur
28
c. Input Ketua
Dari aspek Input untuk Ketua pengurus cabang disajikan dalam gambar
berikut.
Input Ketua Tentang Visi, Misi Dan Tujuan Organisasi Dalam Pembinaan
Cabang Olahraga Hockey Di Jawa Timur
120% 100% 100% 100% 100% 100%
100% 80% 80% 80% 86%
80% 60% 60%
60% 40% 40%
40% 20% 20% 20%
20% 14%
0%
Persentase
Gambar 3
Input ketua tentang visi, misi dan tujuan organisasi dalam
pembinaan cabang olahraga hockey di jawa timur
29
Input Ketua Tentang Kerjasama Terkait Lembaga/Instansi Terhadap
Pembinaan Cabang Olahraga Hockey Di Jawa Timur
120%
100% 100%
100%
80% 80% 80%
80% 66%
60%
60%
40% 34%
40%
20% 20% 20%
20%
0%
Persentase
Gambar 4
Input ketua tentang kerjasama terkait lembaga/instansi terhadap
pembinaan cabang olahraga hockey di Jawa Timur
Input Ketua Tentang Sarana Prasarana Penujang Dalam Pembinaan Cabang
Olahraga Hockey Di Jawa Timur
120%
100%
100%
60%
60%
Persentase
40%
40%
24%
20% 20% 20%
20%
0%
Fasilitas Perpustakaan Perpustakaan Laboratorium Fasilitas Rerata
Lapangan buku hockey elektronik kebugaran akomodasi
hockey (asrama)
Gambar 5
Input ketua tentang sarana prasarana penujang dalam pembinaan
cabang olahraga hockey di Jawa Timur
d. Input Pelatih
sumber daya manusia (SDM) dalam bidang pelatih dan lisensi kepelatihan
30
khusus cabang olahraga hockey di Jawa Timur disajikan dalam gambar
berikut.
Input Pelatih Tentang SDM Pelatih Dalam Pembinaan Prestasi Cabang Olahraga
Hockey Di Jawa Timur
120%
100%
100%
80%
80%
Persentase
60%
60%
40%
40%
20%
20%
0%
SDM Pelatih Lisensi Kepelatihan Rerata
Gambar 6
Input pelatih tentang SDM pelatih dalam pembinaan prestasi cabang
olahraga hockey di Jawa Timur
40%
40%
20% 20% 20%
20%
0%
Kualifikasi latar Pemahaman Pemahaman Pemahaman Rerata
belakang keahlian pelatih terhadap pelatih terhadap pelatih terhadap
pelatih visi puslatcab misi puslatcab tujuan puslatcab
Gambar 7
Input pelatih tentang kualifikasi dan pemahaman pelatih dalam
melakukan pembinaan prestasi cabang olahraga hockey di Jawa
Timur
31
Input Pelatih Tentang Program Latihan Dalam Pembinaan Prestasi Cabang
Olahraga Hockey Di Jawa Timur
120% 100% 100%
100% 80% 80% 80% 80% 80% 80%
80% 60%
60% 40%
40% 20% 20% 20% 20% 20% 20%
20%
0%
Persentase
Gambar 8
Input pelatih tentang program latihan dalam pembinaan prestasi
cabang olahraga hockey di Jawa Timur
32
Input Pelatih Tentang Seleksi Atlet Dalam Pembinaan Prestasi Cabang Olahraga
Hockey Di Jawa Timur
120%
100%
100%
90%
80%
80%
60%
Persentase
40%
20%
20%
10%
0%
Program seleksi calon atlet Seleksi atlet dilakukan oleh Rerata
pelatih beserta tim ahli
Gambar 9
Input pelatih tentang seleksi atlet dalam pembinaan prestasi cabang
olahraga hockey di Jawa Timur
33
e. Process untuk Ketua Pengcab
Gambar 10
Proses untuk ketua dalam penyusunan program pembinaan prestasi
cabang olahraga hockey di Jawa Timur
34
Proses Untuk Ketua Dalam Hal Sarana-Prasarana Penunjang Pelaksanaan
Pembinaan Prestasi Cabang Olahraga Hockey Di Jawa Timur
90%
80%
80%
70%
60%
Persentase
50% Ya
Tidak ada
40%
30%
20%
20%
10%
0%
Sarana/fasilitas indoor dan out door yang mendukung pelaksanaan program pembinaan prestasi
Sarana-prasarana
Gambar 11
sebagai berikut.
60%
60%
50%
40%
40% Ditetapkan
Persentase
Tidak
30%
20%
10%
0%
Tolok Ukur keberhasilan program
Gambar 12
Proses untuk ketua tentang tolok ukur keberhasilan program
35
Sustainabilitas program pembinaan prestasi dijabarkan pada
70%
60%
50%
Persentase
40%
30%
20% 20% 20%
20%
10%
0%
Sustainabilitas program Sustainabilitas program Rerata
pembinaan prestasi berjenjang
Gambar 13
Proses untuk ketua tentang sustainabilitas program pembinaan
prestasi cabang olahraga hockey di Jawa Timur
36
Ditinjau dari aspek ketua dalam melakukan seleksi pemilihan
Proses Untuk Ketua Tentang Seleksi Pelatih Dan Atlet Hockey Di Jawa Timur
90%
80% 80%
80%
70% 65%
60% 60%
60%
50%
40% 40%
40% 35%
30%
20% 20%
20%
Persentase
10%
0%
Gambar 14
Proses untuk ketua tentang seleksi pelatih dan atlet hockey di Jawa
Timur
37
f. Process untuk Pelatih
Gambar 15
Proses pelatih dalam aspek program latihan
38
g. Product untuk Ketua Pengcab
berikut.
Produk Untuk Ketua Tentang Program Dan Hasil Pembinaan Prestasi Cabang
Olahraga Hockey Di Jawa Timur
120%
80%
Persentase
60%
40%
20%
0%
Program pembinaan prestasi Hasil pembinaan prestasi Rerata
Gambar 16
Produk untuk ketua tentang program dan hasil pembinaan prestasi
cabang olahraga hockey di Jawa Timur
39
Sedangkan untuk produk pelatih disajikan dalam gambar berikut.
Produk Untuk Pelatih Tentang Tindak Lanjut Dari Program Latihan Dalam
Pembinaan Prestasi Cabang Olahraga Hockey Di Jawa Timur
120%
100%
100%
80%
Ada
PerSENTASE
Tidak ada
60%
40%
20%
0%
Tindak lanjut dari program latihan
Gambar 17
Produk untuk pelatih tentang tindak lanjut dari program latihan
dalam pembinaan prestasi cabang olahraga hockey di Jawa Timur
Produk pelatih tentang tolok ukur keberhasilan dari program latihan dalam
pembinaan cabang olahraga hockey di Jawa Timur
120%
100% 100%
100%
80%
80% 73%
Persentase
60%
40%
27%
20%
20%
0%
PORPROV Kejurda/Kejurprov Lainnya Rerata
Gambar 18
Produk pelatih tentang tolok ukur keberhasilan dari program
latihan dalam pembinaan cabang olahraga hockey di Jawa Timur
40
Data produk atau hasil pembinaan prestasi untuk tiap-tiap pengcab
dalam kurun waktu tahun 2015 sampai 2017 disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.2
Hasil Pembinaan Prestasi FHI Kabupaten Tulungagung
41
Tabel 4.4
Hasil Pembinaan Prestasi FHI Kota Surabaya
Tabel 4.5
Hasil Pembinaan Prestasi FHI Kabupaten Banyuwangi
Tabel 4.6
Hasil Pembinaan Prestasi FHI Kabupaten Sidoarjo
42
Hasil tes kapasitas vital paru atlet putera dan puteri ditunjukkan
Baik
Kurang
100%
Gambar 19
Baik
Kurang
100%
Gambar 20
43
Komponen kondisi fisik berikutnya adalah kecepatan (speed) yang
Baik
Kurang
90%
Gambar 21
Baik
Kurang
100%
Gambar 22
44
Komponen daya tahan kecepatan (speed endurance) atlet
41%
Baik
Kurang
59%
Gambar 23
Baik
Kurang
100%
Gambar 24
45
Komponen keterampilan dasar kecepatan menggiring bola (speed
Baik
Cukup
Kurang
52%
Gambar 25
Hasil tes kecepatan menggiring bola (speed dribble) pada atlet puteri
31%
Baik
Cukup
55% Kurang
14%
Gambar 26
Hasil tes kecepatan menggiring bola (speed dribble) pada atlet puteri
46
Hasil untuk komponen kelincahan menggiring bola dtunjukkan
Baik
Cukup
Kurang
59%
Gambar 27
33%
Baik
Cukup
Kurang
57%
10%
Gambar 28
47
Pada komponen ketepatan sasaran (shoot accuracy) disajikan
Baik
Cukup
Kurang
92%
Gambar 29
Baik
Cukup
Kurang
96%
Gambar 30
48
DISKUSI HASIL PENELITIAN
A. Context
dan finansial. Peranan lembaga pada aspek context ini sesuai dengan pendapat
Badau, Camarda, Serbaniou, Virgil, Ionescu, & Badau (2010) bahwa pada
materi, sumber daya manusia, dan sikap serta mentalitas pelaku. Tanpa
adanya faktor dukungan baik kebijakan maupun pendanaan serta material dan
sumber daya manusia sesuai yang diinginkan, maka suatu organisasi olahraga
tidak akan dapat berjalan dengan baik, khususnya dalam pencapaian program
pembinaan prestasi.
49
aspek dukungan yang memadai utamanya dari dukungan kebijakan maupun
keuangan.
yang dibutuhkan dari pengprov bisa berupa kebijakan seperti acuan tata
bantuan pendanaan. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Fletcher & Rachel
dengan visi pengprov atau berbagi visi mengingat pengcab adalah pemasok
pelatih dan atlet bagi pengprov yang disiapkan untuk menghadapi kejuaraan
ke depan akan banyak masalah terkait perpindahan atlet (mutasi) antar daerah
50
dan kontrak kerja baik pelatih maupun atlet. Pada dimensi budaya, pengprov
mekanisme umpan balik atau evaluasi. Dalam arti, peranan pengprov selaku
B. Input
Pasa aspek input terlihat bahwa menurut ketua pengcab belum semua
anggota pengurus memahami visi dan misi organisasinya. Hal ini perlu untuk
prestasi karena dengan memahami dan menjalankan visi dan misi organisasi,
masing-masing.
51
komunikasi diantara pengurus sebagaimana yang dikatakan oleh Javier,
Alfonso, & Luis (2015) bahwa pimpinan dari suatu institusi olahraga
dilakukan oleh KONI dan Dispora setempat. KONI di beberapa daerah juga
telah memiliki program jalur prestasi dimana pada program ini siswa yang
52
mendapatkan rekomendasi berupa kemudahan untuk dapat diterima di
lembaga pemberi bantuan lain. Hal ini mestinya mulai dipikirkan mengingat
bantuan pendanaan dari KONI dan Dispora tidak selamanya sesuai atau
lebih tinggi bila dibandingkan dengan dana yang diperoleh. Bagi perusahaan
pembinaan prestasi tidak dapat berjalan dengan baik apabila jumlah maupun
kualitas pelatih tidak memadai. Melihat dari data yang disajikan maka pelatih
53
adalah bahwa pelatih akan mendampingi atlet tidak hanya satu atau dua
tahun, namun bisa terjadi selama bertahun-tahun dari awal pertama atlet
tahun dan terus berlanjut sampai saat ini. Konsekuensinya adalah pelatih
sport science dan kemajuan teknologi dalam dunia olahraga mulai diterapkan.
54
Menyusun program latihan dan struktur kompetisi merupakan
seorang pelatih.
erat kaitannya dengan hubungan antara pelatih dengan atlet karena dari hasil
prestasi atlet.
adanya narasumber atau tenaga ahli yang memahami sport science untuk
pengcab, khususnya dalam komponen latihan fisik, tes dan pengukuran, serta
55
pelatih lebih mudah dalam memantau serta mengamati kemajuan atlet.
Peranan sport science sendiri dalam upaya untuk meningkatkan prestasi atlet
Oleh karena itu adanya pihak ketiga diluar pengcab yang menguasai sport
Dengan adanya kolaborasi antara pelatih dengan pakar dalam bidang sport
metode riset maupun deduktif. Dari hasil solusi tersebut pelatih dapat
melaksanakan seleksi dengan cara melakukan tes fisik dan teknik. Namun
melibatkan tenaga ahli dalam bidang sport science terutama pada tes dan
pengukuran olahraga.
C. Process
secara intern tanpa melibatkan pihak lain (stakeholder) dari luar. Melibatkan
melengkapi program yang akan dibuat terutama secara multi disiplin. Sebagai
56
contoh, melibatkan ahli gizi dalam penyusunan menu pada tahap persiapan
akhir periode latihan sebelum kompetisi sangat penting agar atlet tercukupi
kebutuhan gizinya serta agar atlet tidak over atau under weight. Demikian
pula melibatkan ahli tes dan pengukuran untuk melakukan evaluasi terkait
hasil tes akan memudahkan pelatih merevisi programnya apabila dirasa perlu.
praktik. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pelatih butuh untuk selalu
atlet. Hal ini bukan berarti pelatih tidak mau, namun bisa jadi karena pelatih
belum tau bagaimana cara melakukan evaluasi dengan benar. Pelatih juga
belum mengetahui pentingnya hasil evaluasi yang dilakukan. Oleh karena itu
menjalankan latihan.
57
yang diselenggarakan secara periodik dan berkesinambungan akan
bekal untuk melatih atlet. Apabila kegiatan pelatihan ini dilaksanakan oleh
kemampuan yang relatif sama dan pada akhirnya hasil pembinaan prestasi
dan atlet binaan pengcab pada akhirnya akan menjadi pelatih dan atlet yang
D. Product
bahwa baik ketua maupun pelatih menempatkan porprov sebagai tolok ukur
pada pembinaan atlet untuk usia dibawah 21 tahun. Hal ini wajar mengingat
target tertinggi mereka adalah porprov dimana terdapat batasan usia atlet
dibawah 21 tahun. Dari hasil data kondisi fisik menunjukkan bahwa rata-rata
atlet masih berada pada level kurang jika dibandingkan dengan norma yang
program pembinaan prestasi dari sisi peningkatan kondisi fisik. Hasil ini juga
58
menyiapkan atlet-atletnya untuk dapat terpilih pada kejuaraan yang memiliki
tingkat nasional seperti kejurnas, PON, SEA Games dan event lain diatasnya.
Atlet yang telah melewati usia 21 tahun pun idealnya juga masih harus
sumber daya atlet yang akan diturunkan dalam kejuaraan bersifat nasional.
Hal ini terbukti dari beberapa kali event nasional dimana atlet-atlet Provinsi
porprov saja. Dengan pelaksanaan porprov yang saat ini dilakukan 4 tahun
baik sehingga hasil dari sisik kondisi fisik pun dapat meningkat. Hal ini
selaras dengan hasil penelitian Granacher & Ron (2017) yang menyatakan
mencapai tahap perkembangan atlet muda baik dari sisi phyisical fitness
atlet usia muda akan berpengaruh buruk bagi diri atlet dapat diatasi dengan
59
Muhlbauer, Prieske, Puta, Gollhofer, & Behm, 2016). Pentingnya faktor
kondisi fisik ini karena mau tidak mau dalam permainan hockey sangat
pada akurasi pukulan masih lebih banyak yang kurang. Hasil ini perlu
ditentukan oleh banyaknya gol yang dapat dicetak ke gawang lawan. Oleh
karena itu kebutuhan akan tingkat akurasi pukulan yang tinggi dalam
Diperlukan adanya drilling yang lebih banyak lagi untuk seluruh aspek teknik
Dari hasil yang ditunjukkan dari sisi kondisi fisik dan teknik pada
aspek produk dalam penelitian ini sangat wajar apabila prestasi cabang
olahraga hockey Provinsi Jawa Timur sulit untuk bersaing dengan daerah lain
pada pencapaian prestasi setingkat porprov. Namun apabila dilihat lebih rinci
60
lagi, pada aspek produk terutama pada beberapa pengcab juga terdapat tim
kondisi fisik dan keterampilan teknik ini sangat urgen mengingat beberapa
agenda kejuaraan tingkat nasional sudah menunggu baik itu kejurnas maupun
pra kualifikasi PON yang merupakan batu loncatan agar tim Jawa Timur
dapat berlaga pada PON XX tahun 2020 di Papua dan pada event-event yang
akan datang.
bidang ilmu keolahragaan saja. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan lintas
menggunakan tinjauan ilmu yang relatif dikuasai dan relevan dengan masalah
yang akan dipecahkan tetapi berada diluar keahlian sebagai hasil pendidikan
yaitu aspek organisasi, yang dalam hal ini adalah penguatan tata kelola
61
Dari temuan yang didapatkan, maka peneliti mengembangkan bagan
Pemahaman visi
misi organisasi
Standarisasi
kemampuan
Peningkatan kondisi
fisik
Gambar 32
62
Gambar 32 menunjukkan bahwa konsep LTAD dilaksanakan dengan cara
pembinaan dimulai dari usia dini. Konsep active start dimulai pada usia sekitar 6-
9 tahun pada tahapan fundamental sampai dengan usia diatas 19 tahun pada tahap
train to win sebenarnya selaras dengan target pengcab yang muara pembinaan
prestasi pada atlet berdasarkan kategori usia sesuai secara berjenjang dari mulai
talent identification pada anak usia sekolah dasar hingga melanjutkan program
pelatihannya sampai usia awal perkuliahan yaitu sekitar usia 19 tahun pada tahap
train to win (FHC, 2011). Mengingat hockey adalah cabang olahraga yang
termasuk late stage achievement yaitu pencapaian prestasi puncak dicapai pada
usia dewasa maka untuk pembinaan prestasi atlet usia diatas 19 tahun ditujukan
untuk menghadapi event yang lebih tinggi dari porprov seperti kejurnas dan
dan Dispora serta berusaha untuk mendapatkan dukungan dari Pengprov FHI
Jawa Timur maupun pihak lain seperti dukungan perguruan tinggi guna
63
dimana organisasi olahraga merupakan bagian dari organisasi sosial yang layak
untuk mendapatkan bantuan dari perusahaan melalui program CSR (Filizoz &
Fisne, 2011). Hal ini sebagaimana yang telah dilakukan pada cabang olahraga lain
sebelumnya.
program latihan seyogyanya pelatih melibatkan ahli dari berbagai disiplin ilmu
dibuat. Penerapan sport science dalam program latihan mutlak diberikan dari
masa persiapan umum, persiapan khusus, kompetisi, maupun masa peralihan. Tes
dan pengukuran sebagai dasar melakukan evaluasi harus dilakukan oleh pelatih
adalah adanya peningkatan kualitas pelatih. Untuk meraih tujuan tersebut, maka
keputusan terkait atlet dan memecahkan permasalahan yang muncul pada proses
latihan. Oleh karena itu pelatih butuh untuk mengembangkan diri secara
64
berkelanjutan dalam cabang olahraganya untuk merealisasikan pencapaian
Peningkatan kondisi fisik pada atlet wajib dilakukan mengingat hasil tes
yang masih berada pada kategori kurang dan cukup. Pada atlet usia muda
pemberian materi latihan berupa sprint, strenght, dan agility terbukti dapat
pelatih untuk memberikan dosis latihan fisik yang tepat sesuai dengan usia atlet
berdasarkan prinsip individu atlet yang bersangkutan (Croix, Till, Oliver, &
Williams, 2011).
Keterampilan teknik dasar bermain hockey pada atlet masih perlu untuk
diperbaiki terutama pada akurasi tembakan ke gawang. Hal ini penting karena bila
atlet tidak mampu melakukan tembakan secara akurat, maka tim akan kesulitan
dalam mencetak gol. Dibutuhkan drilling yang tepat dan berkesinambungan dari
berbagai posisi oleh atlet agar dapat menguasai teknik tembakan yang akurat.
program pembinaan prestasi atlet elit. Apabila dalam LTAD digunakan untuk
& Rosa, 2016) dari atlet usia dini (fundamental) sampai pada kebiasaan
65
berolahraga sepanjang hayat (active for life), maka pada konsep high performance
program pencapaian prestasi yang diinginkan tidak lagi bersifat lokal dan regional
melainkan sampai pada prestasi internasional atau world class performance (AFF,
2012).
66
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
sebagai berikut.
1. Dari aspek context yang berupa dukungan kebijakan dan kerjasama terkait
2. Pada aspek input pengcab membutuhkan pemahaman visi, misi dan tujuan
Pada input pelatih tentang SDM pelatih dalam pembinaan prestasi cabang
67
program masih perlu untuk ditetapkan dan seleksi pelatih beserta atlet
4. Pada aspek product pada pengcab tentang program dan hasil pembinaan
prestasi serta pada pelatih terkait tindak lanjut dari program latihan
memiliki kategori baik. Hasil pengukuran kondisi fisik pada atlet putera
kategori kurang. Pada faktor kondisi fisik kecepatan (speed) untuk atlet
putera dan puteri masih sangat kurang. Pada fakor kondisi fisik daya tahan
kurang. Pada atlet putera teknik dasar kecepatan menggiring bola (speed
52.11% kategori cukup, dan 30.98% berada pada kategori kurang. Atlet
puteri 54.90% berada pada kategori baik, 13.73% kategori cukup, dan
pada kategori baik, 59.15% pada kategori cukup, dan 23.94% berada pada
kategori kurang. Atlet puteri sebanyak 56.86% berada pada kategori baik,
9.80% dengan kategori cukup, dan 33.33% berada dalam kategori kurang.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan faktor kondisi fisik dan keterampilan
68
mengingat masih berada jauh dari yang diharapkan. Proses rekrutmen dan
proses latihan atlet harus mendapatkan porsi yang lebih besar untuk
diperhatikan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti sampai pada
suatu kesimpulan bahwa untuk mencapai prestasi yang diharapkan pada level
B. Saran
ini sebatas pada tingkat kondisi fisik pada komponen kapasitas vital
b. Dapat pula dilakukan penelitian pada pengcab yang tidak masuk pada
69
2. Bagi pengguna hasil penelitian
pembinaan prestasi hasil dari penelitian ini sebagai dasar untuk lebih
perguruan tinggi guna bekerjasama dari sisi sport science seperti pemeriksaan
70
berkala tentang kesehatan dan gizi atlet, tes pengukuran, dan tenaga ahli baik
Diperlukan pula kerjasama dengan pihak lain seperti program bapak asuh
maupun sponsorship.
mengikuti workshop dan penataran baik pada jenjang yang lebih tinggi
maupun dikirim ke luar negeri untuk mengikuti studi banding atau pelatihan
pada materi hockey. Pelatih diberi kesempatan untuk melatih sesuai dengan
tim pelatih yang memiliki spesialisasi seperti pelatih khusus fisik, pelatih
dengan baik perlu selalu dievaluasi agar dapat diketahui kelebihan dan
perbaikan seperti perlunya mengadakan kegiatan try in maupun try out yang
belum nampak dalam program pembinaan prestasi yang dibuat oleh pengcab
untuk menambah jam terbang atlet maupun untuk mengetahui kelebihan dan
kelemahan dalam periode waktu latihan tertentu. Dengan adanya tolok ukur
pencapaian prestasi yang jelas dan terukur akan memudahkan pengcab untuk
71
D. Rekomendasi
sebagai berikut.
pengcab anggota.
setingkat provinsi/daerah.
tingkat provinsi
organisasi.
72
b. Mengirim pelatih untuk mengikuti pelatihan dan penataran secara
berjenjang.
atau internasional.
73
DAFTAR PUSTAKA
Amjad, I., Hussain, I., Asadullah, M. (2013). Comparison between long corners
and short corners in field hockey. Rawal Medical Journal. 38 (4). 428-
431.
Anders, E., Myers, S. (2008). Field hockey. Steps to success. Second edition.
Illinois : Human Kinetics.
Anupal, D., Neha, S., Snehangshu, B., Medabala, T., Adhikari, S. (2017). Aerobic
and anaerobic capacity of field hockey players. Sports Research. 7 (3).
12-16.
Badau, D., Serbanoiu, S., Virgil, T., Bondoc I. D., , Badau, A. (2010).
Performance management in sports for all. International Journal of
Education and Information Technologies, 2 (4), 83-90.
Balyi, I., Way, R., Higgs, C. (2013). Long-term athlete development. United State
of America : Human Kinetics.
Bishop, D., Angus, B., Damien, F., Tim, G., Robert, N. (2006). Sport science
roundtable : does sport science research influence practice? International
Journal of Sport Physiology and Performance. 1(2). doi:
10.1123/ijspp.1.2.161.
Bishop, C., Jon, B., Cree, J., Turner, A. (2015). A need analysis and testing
battery for field hockey. Professional Strenght & Conditioning. Issue 36,
15-26.
74
Cholid, A. (2014). Evaluasi pelaksanaan sekolah sepakbola di pengprov PSSI
Jawa Timur. (disertasi yang tidak dipublikasikan). Universitas Negeri
Surabaya.
Croix, M., D., Till, K., Oliver, J., Williams, C., A. (2011). The long-term atlhete
development model: physiological evidence and application. Journal of
Sports Sciences. 29(4). doi: 10.1080/02640404.2010.536849.
Granacher, U., Lesinski, M., Busch, D., Muehlbauer, T., Prieskie, O., Puta, C,
Golhoffer, A., Behm, D. G. (2016). Effects of resistance training in youth
athletes on muscular fitness and athletic performance : a conceptual
model for long-term athlete development. Frontier in Phsycology, 7
(164). doi: 10.3389/fphys.2016.00164.
Granacher, U., Borde, R. (2017). Effect of sport-specific training during the early
stages of long-term athletes development on physical fitness, body
composition, and academic performance. Frontiers in Psychology, 08
(810). doi: 10.3389/fphys.2017.00810.
Half, G.G. (2010). Sport science. Strenght and Conditioning Journal. 32(2), 33-
45.
75
Hanjabam, B., Jyotna, K. (2014). Effect of addition of sprint, strenght, and agility
training on cardiovascular system in young male field hockey players: an
echocardiography based study. IORS Journal of Sport and Physical
Education. 1(4), 25-29.
Haridas, M. P., Ten, H., Raj, L. (2014). Hoki. Kuala Lumpur : Oxford Fajar Sdn.
Bhd.
Ibrahim, R., Faber, G. S., Kingma, I., Dieen, J. H. (2016). Kinematic analysis of
the drag flick in field hockey. Sport Biomechanics. 1-13. doi:
10.1080/14763141.2016.1182207.
Imran, A., Imran, H., Muhammad, A. (2013). Comparison between long corners
and short corners in field hockey. Rawal Medical Journal. 38 (4), 428-
431.
Javier, I. O., Alfonso, Rodrigues, A. C., Luis, J., Miguet, C. (2015). Sport
management, leadership in the organisation. Journal of Physical
Education and Sport Management. 2 (2). doi: 10.15640/jpesm.v2n2a5.
Kilic, K., Ince, M. L. (2015). Use of sport science knowledge by turkish coaches.
International Journal of Exercise Science. 8(1), 21-37.
KONI. (2014). Rencana strategis (RENSTRA) tahun 2014 – 2018. Grand strategi
komite olahraga nasional indonesia. Jakarta : KONI Pusat.
KONI PUSAT. (2015). Jejak langkah KONI 1938 – 2015. Jakarta : KONI Pusat.
76
Kumar, S. M. (2010). Construction of skills tests and computation of norms in
field hockey. (disertasi yang tidak dipublikasikan), Bharathidasan
University.
Lemos, R. S., Pazi, G. A., Maia, M. F., Silva, J. B., Lima, V. P., Castro, J. B. P.,
Miranda, H. (2017). Anthropometric and physical fitness parameters
versus specific performance tests in Brazilian field hockey athletes: a
pilot study. Biomedical Human Kinetics, 9, 57–63. doi: 10.1515/bhk-
2017-0009.
PP FHI. (2015). Laporan hasil pra kualifikasi PON XIX tahun 2015. Tidak
dipublikasikan.
77
Rahayu, S., Subroto, T., Dimyati, R. H, Subekti, F. N. (2014). Evaluasi program
pembinaan prestasi cabang olahraga angkat besi. Jurnal Iptek Olahraga.
Volume 16, Nomor 1, Januari-April 2014. Hal 17-37.
Satlak Prima. (2015). Materi rapat koordinasi teknis. Jakarta : Satlak Prima.
Silva, F., Viera, R., Delgado, N., Cachada, J. M., Rosa, B. A. (2016). “Succes
judokas”- the construction process of the portuguese long term judo
development model. Revista de Artes Marciales Asiaticas. 11(2s), doi:
10.18002/rama.v11i2s.4170.
78
XXVII 2013 Myanmar. Jurnal Iptek Olahraga. Volume 16, Nomor 1,
Januari-April 2014. Hal. 1 – 16.
Tanner, R. K., Gore, C. J. (2012). Physiological tests for elite athlete. Second
edition. Australian Institute of Sport : Human Kinetics.
79