Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGURANGAN RISIKO BENCANA


(STRUKTURAL DAN NON-STRUKTURAL)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Geografi bencana
dan Mitigasi yang di ampu oleh dosen pengampu :

Dr.Dwi Wahyuni Nurwihastuti.M.Sc


Mhd Farouq Ghazali Matondang S.Pd,M.Sc
Disusun Oleh :

Kelompok 3
Ayu Dearmas Purba
Jason Offhel Hutabarat
Nazwa Annisa Syahla Saragih

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen., selaku dosen
pengampu mata kuliah Geografi Bencana dan mitigasi yang telah memberikan
kami kesempatan untuk bekerja sama dalam menyusun makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat tantangan untuk mencari
sumber informasi sesuai materi yang diberikan. Akan tetapi, atas kerja sama dari
setiap anggota, tantangan tersebut teratasi. Oleh karena itu, kami menyusun
makalah ini sebaik mungkin. Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami maupun kepada para pembaca.
Kami juga mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan atau
penulisan makalah ini. Kami senantiasa mengharapkan masukan, baik berupa
saran atau kritik demi penyempurnaan makalah ini.

Medan, September 2021

Kelompok 3

1|Page
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..........................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
BAB I.....................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................3
A. Latar Belakang............................................................................................................3
B. Tujuan.........................................................................................................................3
C. Manfaat.......................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................5
BAB III................................................................................................................................10
PENUTUP...........................................................................................................................10
A. Kesimpulan...............................................................................................................10
B. Saran.........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negeri yang rawan bencana. Berbagai bencana telah memakan korban jiwa
dan kerugian yang besar. Di samping faktor alam, kompleksnya kondisi masyarakat
Indonesia dari segi demografi/Kependudukan dan ekonomi telah menambah tingginya
kerentanan terhadap peristiwa bencana. Penggundulan hutan, pengikisan area perbukitan,
pembakaran lahan, dan perusakan lingkungan merupakan contoh nyata yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat di berbagai daerah.

Banyaknya kerugian dan korban jiwa tersebut diantaranya disebabkan oleh rendahnya
tingkat kesiapsiagaan dan pengetahuan tentang bencana (Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar Dan Menengah , Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta 2010),
sehingga perlu:

 kebijakan pemerintah terutama di bidang pendidikan penanggulangan bencana


 upaya-upaya integrasi pendidikan kebencanaan dan pengurangan risiko bencana ke
dalam kegiatan dan kurikulum pendidikan 

Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana menjadi wahana yang sangat penting untuk
mewujudkan budaya siap dan siaga serta kesadaran dalam menghadapi ancaman bencana,
sekaligus sebagai perwujudan dari Education for Sustainable Development (Pendidikan
Untuk Pembangunan yang berkelanjutan) dan Sekolah tetap dipercaya sebagai wahana
efektif untuk membangun budaya bangsa, termasuk membangun kesiapsiagaan bencana
warga negara pada usia anak, pendidik, dan tenaga pendidik serta para pemangku
kepentingan termasuk masyarakat luas.

B. Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan agar para pembaca makalah ini dapat
memahami dan mengetahui cara pengurangan resiko bencana secara struktural
dan non struktural

C. Manfaat
Makalah ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai
cara pengurangan resiko bencana secara struktural dan non struktural
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengurangan Risiko Bencana


Pengurangan risiko bencana (mitigasi) adalah konsep dan praktek mengurangi risiko
bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengurangi faktor-faktor
penyebab bencana. Mengurangi paparan terhadap bahaya, mengurangi kerentanan manusia
dan properti, manajemen yang tepat terhadap pengelolaan lahan dan lingkungan, dan
meningkatkan kesiapan terhadap dampak bencana merupakan contoh pengurangan risiko
bencana.

Pengurangan risiko bencana meliputi disiplin seperti manajemen bencana, mitigasi


bencana dan kesiapsiagaan bencana, tetapi PRB juga merupakan bagian dari pembangunan
berkelanjutan. Agar kegiatan pembangunan dapat berkelanjutan mereka juga harus
mengurangi risiko bencana.

Pengurangan Risiko bencana (PRB) merupakan suatu kegiatan jangka panjang,


sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dengan cara menggunakan pengetahuan,
dan inovasi untuk membangun budaya selamat dan tangguh pada semua satuan pendidikan
(Fajri, 2019). Melalui bidang pendidikan diharapkan upaya mengurangi resiko bencana
dapat disebarkan secara menyeluruh dan diperkenalkan sejak dini kepada seluruh peserta
didik, tenaga pengajar, dan masyarakat sekolah baik di dalam kurikulum sekolah maupun
dalam kegiatan ekstrakurikuler. Pengetahuan mengenai pengurangan risiko bencana secara
khusus belum masuk ke dalam kurikulum di Indonesia (Wardani, 2019). Pendidikan untuk
pengurangan risiko bencana alam telah diidentifikasi sebagai masalah inti. Dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 32 ayat 2, juga
telah mengakomodasi kebutuhan pendidikan bencana dalam terminologi pendidikan
layanan khusus, yakni pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang,
masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan
tidak mampu dari segi ekonomi.
B. Jenis Pengurangan Risiko Bencana

Pemerintah telah memiliki sistem penanggulangan bencana alam yang komprehensif


dimana sistem tersebut telah tercantum pada Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Semua telah di jelaskan dalam
peraturan tersebut termasuk di dalamnya tahapan penanggulangan bencana, hak dan
kewajiban masyarakat serta pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana.

Mitigasi bencana dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi resiko dampak


bencana bagi masyarakat yang berada didaerah rawan bencana maupun yang sedang
dilanda bencana (Tunggali A.P.P.W, Rasyid E, & Rahmawati W, 2019). Mitigasi bencana
dapat dilakukan secara struktural dan non-struktural

Pengurangan Risiko bencana (PRB) merupakan suatu kegiatan jangka panjang,


sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dengan cara menggunakan pengetahuan,
dan inovasi untuk membangun budaya selamat dan tangguh pada semua satuan pendidikan
(Fajri, 2019). Melalui bidang pendidikan diharapkan upaya mengurangi resiko bencana
dapat disebarkan secara menyeluruh dan diperkenalkan sejak dini kepada seluruh peserta
didik, tenaga pengajar, dan masyarakat sekolah baik di dalam kurikulum sekolah maupun
dalam kegiatan ekstrakurikuler. Pengetahuan mengenai pengurangan risiko bencana secara
khusus belum masuk ke dalam kurikulum di Indonesia (Wardani, 2019). Pendidikan untuk
pengurangan risiko bencana alam telah diidentifikasi sebagai masalah inti. Dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 32 ayat 2, juga
telah mengakomodasi kebutuhan pendidikan bencana dalam terminologi pendidikan
layanan khusus, yakni pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang,
masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan
tidak mampu dari segi ekonomi.

Tujuan dari pengurangan risiko bencana sendiri adalah mengurangi kerugian pada saat
terjadinya bahaya di masa mendatang, mengurangi risiko kematian dan cedera terhadap
penduduk, mencakup pengurangan kerusakan dan kerugian-kerugian ekonomi yang
ditimbulkan terhadap infrastruktur sektor publik. Pengurangan risiko bencana dibagi
menjadi 2 jenis, yakni pengurangan risiko bencana struktural dan yakni pengurangan risiko
bencana non-struktural.
1. Pengurangan risiko bencana struktural.

Mitigasi strukural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana yang dilakukan


melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan pendekatan teknologi,
seperti pembuatan kanal khusus untuk pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung
berapi, bangunan yang bersifat tahan gempa, ataupun Early Warning System yang
digunakan untuk memprediksi terjadinya gelombang tsunami. Mitigasi struktural adalah
upaya untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana dengan cara rekayasa
teknis bangunan tahan bencana. Bangunan tahan bencana adalah bangunan dengan struktur
yang direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan tersebut mampu bertahan atau
mengalami kerusakan yang tidak membahayakan apabila bencana yang bersangkutan
terjadi. Rekayasa teknis adalah prosedur perancangan struktur bangunan yang telah
memperhitungkan karakteristik aksi dari bencana.

2. Pengurangan Risiko Bencana Non Struktural


Mitigasi non struktural merupakan suatu upaya dalam mengurangi dampak bencana melalui
kebijakan dan peraturan. Contohnya, UU PB atau Undang-Undang Penanggulangan
Bencana, pembuatan tata ruang kota, atau aktivitas lain yang berguna bagi penguatan
kapasitas warga.

Mitigasi non –struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana selain dari upaya
tersebut diatas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu
peraturan. Undang-Undang Penanggulangan Bencana (UU PB) adalah upaya non-struktural
di bidang kebijakan dari mitigasi ini. Contoh lainnya adalah pembuatan tata ruang kota,
capacity building masyarakat, bahkan sampai menghidupkan berbagai aktivitas lain yang
berguna bagi penguatan kapasitas masyarakat, juga bagian dari mitigasi ini. Ini semua
dilakukan untuk, oleh dan di masyarakat yang hidup di sekitar daerah rawan bencana.

 Kebijakan non struktural meliputi legislasi, perencanaan wilayah, dan asuransi. Kebijakan
non struktural lebih berkaitan dengan kebijakan yang bertujuan untuk menghindari risiko
yang tidak perlu dan merusak. Tentu, sebelum perlu dilakukan identifikasi risiko terlebih
dahulu. Penilaian risiko fisik meliputi proses identifikasi dan evaluasi tentang kemungkinan
terjadinya bencana dan dampak yang mungkin ditimbulkannya.
 Kebijakan mitigasi baik yang bersifat struktural maupun yang bersifat non struktural harus
saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Pemanfaatan teknologi untuk
memprediksi, mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya suatu bencana harus
diimbangi dengan penciptaan dan penegakan perangkat peraturan yang memadai yang
didukung oleh rencana tata ruang yang sesuai. Sering terjadinya peristiwa banjir dan tanah
longsor pada musim hujan dan kekeringan di beberapa tempat di Indonesia pada musim
kemarau sebagian besar diakibatkan oleh lemahnya penegakan hukum dan pemanfaatan tata
ruang wilayah yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar. Teknologi yang
digunakan untuk memprediksi, mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya suatu
bencana pun harus diusahakan agar tidak mengganggu keseimbangan lingkungan pada
masa depan. 

c. strategi Pengurangan Bencana

Adapun Strategi Yang Dapat Dilakukan Agar Upaya Mitigasi Bencana Dapat Terkoordinir
Dengan Baik Adalah Sebagai Berikut.

PEMETAAN
Pemetaan Menjadi Hal Terpenting Dalam Mitigasi Bencana, Khususnya Bagi Wilayah
Yang Rawan Bencana. Hal Ini Dikarenakan Sebagai Acuan Dalam Membentuk Keputusan
Antisipasi Kejadian Bencana. Pemetaan Akan Tata Ruang Wilayah Juga Diperlukan Agar
Tidak Memicu Gejala Bencana. Sayangnya Di Indonesia Pemetaan Tata Ruang Dan Rawan
Bencana Belum Terintegrasi Dengan Baik, Sebab Memang Belum Seluruh Wilayahnya
Dipetakan, Peta Yang Dihasilkan Belum Tersosialisasi Dengan Baik, Peta Bencana Belum
Terintegrasi Dan Peta Bencana Yang Dibuat Memakai Peta Dasar Yang Berbeda Beda
Sehingga Menyulitkan Dalam Proses Integrasinya.

PEMANTAUAN
Pemantauan Hasil Pemetaaan Tingkat Kerawanan Bencana Pada Setiap Daerah Akan
Sangat Membantu Dalam Pemantauan Dari Segi Prediksi Terjadinya Bencana. Hal Ini Akan
Memudahkan Upaya Penyelamatan Saat Bencana Terjadi. Pemantauan Juga Dapat
Dilakukan Untuk Pembangunan Infrastruktur Agar Tetap Memperhatikan AMDAL.
PENYEBARAN INFROMASI
Penyebaran Informasi Dilakukan Antara Lain Dengan Cara Memberikan Poster Dan Leaflet
Kepada Pemerintah Kabupaten Atau Kota Dan Provinsi Seluruh Indonesia Yang Rawan
Bencana, Tentang Tata Cara Mengenali, Mencegah Dan Penanganan Bencana. Tujuannya
Untuk Meningkatkan Kewaspadaan Terhadap Bencana Geologi Di Kawasan Tertentu.
Koordinasi Pemerintah Daerah Sangat Berperan Dalam Penyebaran Informasi Ini
Mengingat Wilayah Indonesia Yang Sangat Luas.

SOSIALISASI, PENYULUHAN, PENDIDIKAN


Beberapa Lapisan Masyarakat Mungkin Ada Yang Tidak Dapat Mengakses Informasi
Mengenai Bencana. Oleh Karenanya Menjadi Tugas Aparat Pemerintahan Untuk
Melakukan Sosialisasi Ke Masyarakat. Adapun Bahan Penyuluhan Hampir Sama Dengan
Penyebaran Informasi. Pelatihan Difokuskan Kepada Tata Cara Pengungsian Dan
Penyelamatan Jika Terjadi Bencana. Tujuan Latihan Lebih Ditekankan Pada Alur Informasi
Dari Petugas Lapangan, Pejabat Teknis Dan Masyarakat Sampai Ke Tingkat Pengungsian
Dan Penyelamatan Korban Bencana. Dengan Pelatihan Ini Kesiagaan Tinggi Menghadapi
Bencana Akan Terbentuk

PERINGATAN DINI
Peringatan Dini Untuk Memberitakan Hasil Pengamatan Kontinyu Di Suatu Daerah Yang
Rawan Bencana, Dengan Tujuan Agar Masyarakatnya Lebih Siaga. Peringatan Dini
Tersebut Disosialisasikan Kepada Masyarakat Melalui Pemerintah Daerah Dengan Tujuan
Memberikan Kesadaran Masyarakat Dalam Menghindarkan Diri Dari Bencana. Peringatan
Dini Dan Hasil Pemantauan Daerah Rawan Bencana Berupa Saran Teknis, Pengalihan Jalur
Jalan (Sementara Atau Seterusnya), Pengungsian Dan Saran Penanganan Lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mitigasi bencana juga berfungsi sebagai bentuk kesiapsiagaan dan peringatan dini
bagi masyarakat dalam menghadapi bencana (Tunggali A.P.P.W, Rasyid E, & Rahmawati
W, 2019). Menurut UU No.24 tahun 2007, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana dilakukan
sebagai upaya untuk mengurangi resiko dampak bencana bagi masyarakat yang berada
didaerah rawan bencana maupun yang sedang dilanda bencana (Tunggali A.P.P.W, Rasyid
E, & Rahmawati W, 2019). Mitigasi bencana dapat dilakukan secara struktural dan non-
struktural yaitu, mitigasi dengan melakukan perbaikan secara fisik dan melakukan
peningkatan kesiapsiagaan. Mitigasi bencana struktural merupakan upaya untuk
meminimalkan bencana yang dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan
pendekatan teknologi, contoh mitigasi struktural meliputi pembuatan kanal khusus untuk
pencegahan bencana banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, dan bangunan yang
bersifat tahan gempa, sedangkan mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak
bencana dalam lingkup pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan, contoh
dari mitigasi non-struktural antara lain pembuatan tata ruang kota, dan capitaly building
masyarakat. Kapasitas kesiapsiagaan menghadapi bencana tidak serta-merta ada dan
memiliki nilai yang baik pada setiap peserta didik namun perlu waktu dan usaha. Selama ini
peningkatan kesiapsiagaan dan upaya mitigasi bencana telah dilakukan dalam proses
pembelajaran. Namun hasil evaluasi tingkat kesiapsiagaan peserta didik menujukan bahwa
peserta didik masih belum siap dalam menghadapi bencana dan tidak berpartisipasi dalam
kegiatan mitigasi

B. Saran
Dengan semua isi dari pada makalah ini maka penulis tak lupa menyarankan bahwa isi
dari pada makalah ini sangat jauh dari penyempurnaan. oleh karena itu penulis minta agar
para saudara pembaca tidak tersingung pada makalah ini. Dan penulis pun selalu menanti
saran dari para saudara agar memperbaiki tulisan makalah yang sempurna di masa yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gramedia.com/literasi/mitagasi-bencana/
http://bbrvbd.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=195

Anda mungkin juga menyukai