Anda di halaman 1dari 7

USHUL FIQH

URF

Di susun oleh :

M. Syakib arsalan asyi


Raudhatul jannah
Silmiah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


AR-RANIRY
2009
1. PENGERTIAN URF

Pengertian urf dan perbedaan urf dengan ijma


Urf atau adat kebiasaan adalah apa-apa yang telah
dibiasakan oleh orang masyarakat dan dijalakan terus
menerus baik berupa perkataan maupun perbuatan.
Kata urf digunakan dengan memandang pada kualitas
perbuatan yang dilakukan yaitu diakui, diketahi dan diterima
Oleh orang banyak. Terlihat ada kemiripan dengan ijma
namun antara keduanya terdapat perbadaan adalah :
1. dari segi ruang lingkupnya, ijma harus diakui dan
diterima semua pihak bila ada sejumlah kecil saja pihak
yang tidak setuju, maka ijma tidak tercapai. Sedangkan
urf sudah dapat tercapai bila ia sudah dilakukan dan
dikanal oleh sebagian besar orang dan tidak mesti
dilakukan semua orang.
2. ijma adalah kesepakatan diantara orang-orang tertntu
yaitu para mujtahid dan yang bukan mujtahid tidak
dihitung kesepakatan atau penolakannya, sedangkan urf
terbentuk bila yang melakukan berulang-ulang atau
yang mengakui dan menerimanya adalah selurh lapisan
manusia baik mujtahid atau bukan.
3. ijma tidak mengalami perubahan sekali ditetapkan ia
tetap berlaku sampai kegenerasi berikutnya yang akan
dating, sedangkan urf meskipun telah biasa diamalkan
oleh seluruh umat Islam namun ia dapat mengalami
perubahan karena berubah-ubah orang yang menjadi
bagian dari umat itu.
4. ijma dibentuk dari persesuaiaan pendapat khusus dari
mujtahid, orang umum tidak ikut dalam pembentukan
tersebut. Sedangkan urf dibentuk dari kebiasaan orang
yang berbeda-beda tingkat mereka.
2. MACAM-MACAM URF

Penggologan macam-macam urf dapat dilihat dari dari


beberapa segi diantaranya :

Dari segi penilaian baik buruknya


1. urf shahih (benar) adalah kebiasaan yang dilakukan
manusia tidak bertentangan dengan dalil-dalil syara’ ,
tidak menghalalkan yang haram dan tidak
membatalkan kewajiban. Contoh :
 adat meminta pekerjaan
 adat membagi mas kawin menjadi dua,
didahulukan dan diakhirkan
 adat seorang istri tidak berbulan madu kecuali
telah menerima sebagiaan mas kawin dari
suaminya
 adat diberikan oleh seorang pelamar (calon suami)
kepada calon istri baik berupa perhiasan maupun
pakaiaan adalah hadiah tidak termasuk mahar.

2. Urf fasid (buruk) adalah adat kebaisaan yang dilakukan


oleh orang-orang yang berlawanan dengan ketentuan
syari’at karena membawa kepada yang menghalalkan
yang haram atuu membatalkan yang wajib. Contoh :
 Kebiasaan dalam akad perjanjian yang bersifat
riba
 Kebiasaan dalam mencari dana dengan
mengadakan macam-macam kupon berhadiah
 Menarik pajak hasil perjudiaan.

Dari segi materi yang biasa dilakukan


1. Urf gauli adalah kebiasaan yang berlaku dalam
penggunaan kata atau ucapan. Contoh :
 Seperti kebiasaan orang menyabut “walad” secara
mutlak yang artinya anak laki-laki.

2. Urf fi’li adalah kebiasan yang berlaku dalam perbuatan


contoh :
 Seperti kebiasaan orang berjual beli dengan cara
tukar menukar secara langsung tanpa ucapan
akad.

Dari segi ruang lingkup penggunaan


1. Urf umum yaitu kebiasaan yang telah umum berlaku
dimana-mana, hampir diseluruh penjuru Dunia
tanpa memandang Negara dan Bangsa. Contoh :
 Dimana-mana bila memasuki tempat
pemandian umum yang memungut bayaran,
orang hanya membayar harga tarif masuk yang
ditentukan tanpa memperhitungkan berapa
banyak air yang dipakainya dan berapa lama ia
menggunakan pemandian tersebut.

2. Urf khusus adalah kebiasaan yang dilakukan


sekelompok orang ditempat tertentu atau pada
waktu tertentu, tidak berlaku di semua tempat dan
disetiap waktu. Contoh :
 Bagi msyarakat tertentu, penggunaan kata
“budak” untuk anak-anak dianggap menghina
karena itu hanya dipakai untuk hamba sahaya,
tetapi bagi msyarakat lainnya kata “budak”
biasa digunakan untuk anak-anak.
3. KEDUDUKAN URF

1. Urf shahih
Urf shahih harus dipelihara oleh seseorang mujtahid
dalam menetapkan hukum-hukum dan oleh seorang hakim
dalam memutuskan perkara, karena apa yang telah
dibiasakan dan dijalankan oleh orang banyak menjadi
kebutuhan dan menjadi muslahat yang diperlukannya.
Selama kebiasaan tersebut tidak berlawanan dengan syari’at,
harus dipeliharanya. Syari’at itu sendiri memelihara adat
kebiasaan orang Arab yang baik dalam menetapkan hukum.
Didalam sebuah kata bijak dikenal istilah :

Artinya :
Yang dikenal menurut kebiasaan seperti halnya ditetapkan
dalam syarat dan yang ditetapkan menurut syarat seperti
ditetapkan menurut nash.

2. Urf fasidal
Urf fasidal harus diperhatikan karena memeliharanya
berarti menentang dalil syara’ atau membatalkan hukum
syara’ oleh karena itu apabila seseorang membiasakan
mengadakan perikatan-perikatan yang fasid seperti
perikatan yang mengundang riba atau mengundang unsur
penipuan maka unsur tersebut tidak mempunyai pengaruh
dalam menghalalkan perikatan tersebut, hanya saja
perikatan ini dapat ditinjau dari segi darurat dengan
demikian dibolehkan mengerjakan perbuatan demikian itu
dengan alasan darurat bukan karena sudah biasa dilakukan
orang banyak.
Berdasarkan hasil seleksi tersebut urf dapat di bagi
kedalam 4 macam yaitu :
1. Urf yang lama secara substansial dan dalam hal
pelaksanaannya mengandumg unsur kemaslahatan
2. Urf lama yang pada prinsipnya secara substansial
mngandung unsur muslahat, namun dalam
pelaksanaanya tidak dianggap baik oleh Islam
3. Urf lama yang pada prisip dan pelaksanaanya
mengandung unsur merusak
4. Urf yang telah berlangsung lama diterima oleh orang
banyak karena tidak mengandung unsur merusak dan
tidak bertentangan dengan dalil-dalil syara’ yang
datang kemudian, namun secara jelas belum terserap
ke dalam syara’ baik secara langsung maupun tidak
langsung.

5. PEMBENTURAN DALAM URF

1. Pembenturan urf dengan syara’ adalah perbedaan


dalam penggunaan suatu ucapan, ditinjau dari segi urf
dan dari segi syara’ . hal ini dipisahkan pada
pembenturan yang berkaitan dengan hukum dan yang
tidak berkitan dengan hokum.
1. Bila pembenturan urf dengan syara’ itu tidak
berkaitan dengan materi hokum maka didahulukan
urf
2. Bila pembenturan urf dengan syara’ dalam
hal yang berhubungaan dengan meteri hukum
maka didahulukan syara’ atas urf.

2. pembenturan antara urf (urf gauli) dalam penggunaan


kata dalam pengertian bahasa. Dalam hal ini terjadi
perbedaan pendapat.
1. menurut QADHI KLUSEIN hakikat
penggunaan bahasa adalah beramal dari bahasa.
Bila pembenturan pengamalan bahasa itu dengan
urf maka didahulukan pengertiaan bahasa

2. Menurut AL-BAQHAWI pengertiaan urf lah yang


harus didahulukan karena urf itu diperhitungkan
dalam segala tindakan apalagi dalam sumpah.

3. Dalam hal ini AL-RAFI’I juga berpendapat


mengenai thalak, bila terjadi pembenturan antara
urf dengan pengertiaan bahasa, namun sebagian
lain menguatkan pengertian urf.

3.Pembenturan urf dengan umum nash yang


berbenturannya tidak menyeluruh. Dalam hal ini ada
dua pendapat :
1. Menurut ulama Hanafi urf dilakukan untuk
mentakhsis umum nash.
2. Menurut ulama Syafi’I yang dikuatkan untuk
mentakhsis nash yang umumitu hanyalah urf gauli
bukan urf fi’li.

4.Pembenturan urf dengan qiyas


Hampir semua ulama berpendapat untuk
mendahulukan urf dengan qiyas karena dalil untuk
menggunakan urf itu adalah kebutuhan dan hasiat orang
banyak, sehingga ia harus dahulukan atas qiyas.
Ulama hanafi yang mengamalkan istihsan yang dalam
istihsan tersebut juga termasuk urf itu sendiri, maka dengan
sendirinya ia mengamalkan dan mendahulukan urf atas qiyas
bila terdapat perbenturan diantara keduanya.

Anda mungkin juga menyukai