Full
Full
SKRIPSI
Oleh :
Linda Kurniasari
NIM : 078114043
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
EVALUASI KETERSEDIAAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN TETES
TELINGA PADA PENGUNJUNG APOTEK PELENGKAP KIMIA
FARMA RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
PERIODE JUNI-JULI 2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Linda Kurniasari
NIM : 078114043
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
EVALUATION OF AVALAIBILITY AND USEAGE BEHAVIOUR OF
EAR DROPS OF YOGYAKARTA Dr. SARDJITO HOSPITAL KIMIA
FARMA PHARMACY CUSTOMERS IN JUNE – JULY OF 2010 PERIOD
SKRIPSI
By:
Linda Kurniasari
NIM : 078114043
FACULTY OF PHARMACY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2010
iii
SKRIPSI
iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Linda Kurniasari
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Dibuat di Yogyakarta
Yang menyatakan
Linda Kurniasari
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
baik materiil, moral maupun spiritual dan dukungan yang berupa bimbingan,
dorongan, sarana maupun fasilitas dari berbagai pihak . Oleh karena itu, penulis
2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
skripsi.
3. Ipang Djunarko, S.Si, M.Sc, Apt selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.
4. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah
5. Drs. Nurtjahjo Walujo Wibowo, Apt. selaku apoteker pengelola apotek Kimia
Farma RSUP Dr. Sardjito yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penelitian.
ix
7. Dian Shintari,S.Si,Apt; Gina Arifah S.Farm,Apt; Sari Rahmawati, S.Farm,
dan seluruh karyawan Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito
8. Papa dan Mama yang selalu setia memberikan cinta, doa, semangat dan
dukungan.
9. Diana, Aming, Ayu Tegal, dan Indri atas kerjasama dan kebersamaan selama
10. Sahabat-sahabatku Dewi, Novi, Nuki, Bella, Santi, Siwi, Afni, Lina, Paulina,
Pia atas dukungan dan bantuan yang selalu diberikan kepada penulis.
12. Pdt. Yos Hartono, Kak Delima, Om Edwin, Om Oldy, dan Kak Yudi atas doa
dan dukungannya.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Akhirnya penulis berharap
semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………... i
HALAMAN JUDUL………………………………………………..………. ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………......... v
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………. vi
PRAKATA………………………………………………………………….. ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………... xi
INTISARI………………………………………….………………………... xx
ABSTRACT………………………………………….……………………..... xxi
BAB I. PENGANTAR…………………………………………………….... 1
A. Latar Belakang…………………………………………………….... 1
1. Perumusan masalah…...…………………………………….…... 3
2. Keaslian karya…………………………………………………... 3
3. Manfaat penelitian………………………………………………. 4
B. Tujuan Penelitian…………………………………………………... 5
xi
A. Pengertian dan Penggolongan Obat…………………………….…. 6
B. Obat Tetes………………………………………………..………..... 7
C. Anatomi Telinga……………………………………………………. 7
D. Tetes telinga………………………………………………………… 9
G. Konsep Perilaku…………………….…………………….………... 12
a. Pengetahuan…………………………………………………….. 13
b. Sikap…………………………………………………………….. 13
c. Tindakan…………………………………….….………..……… 13
H. Keterangan Empiris…………………………………..……………... 13
C. Definisi Operasional………………………..………………………. 16
D. Subjek Penelitian……………………………………………………. 18
E. Bahan Penelitian……………………………………………………. 19
F. Instrumen Penelitian……………………………………………….. 19
G. Tempat Penelitian………………………………………………….. 20
a. Proses perijinan……………………………………………... 21
b. Analisis situasi……………………………………………… 21
xii
c. Pembuatan kuisioner dan wawancara terstruktur…………… 22
J. Analisis Hasil……………………………….………….…..……….. 27
1. Karakteristik pasien……………………………..………………. 27
a. Usia…………………………………………………………. 27
b. Jenis kelamin…………………………….………………….. 27
c. Tingkat pendidikan…………………….…………………… 28
d. Pekerjaan……………………………………………………. 28
2. Karakteristik obat…………………………….……….………… 29
4. Wawancara Apoteker…………………………………………… 29
K. Kesulitan Penelitian…….…………………………………………... 30
xiii
1. Karakteristik responden………………….….………………...... 35
a. Usia…………………………………………………………. 35
b. Jenis kelamin……………………………………….……….. 36
c. Tingkat pendidikan……………………………….………… 36
d. Pekerjaan……………………………………………………. 37
a. Aspek pengetahuan……………………..…………………... 41
b. Aspek sikap…….…………………….……………...……… 45
c. Aspek tindakan……..…………….…………………………. 49
Apoteker………………………………………………………… 57
A. KESIMPULAN……………………………………………………... 60
B. SARAN……………………………………………………………... 61
xiv
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 62
LAMPIRAN………………………………………………………………… 65
BIOGRAFI PENULIS……………………………………………………… 82
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Aspek Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan Tetes
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Telinga……………….…………………………….……. 8
Terstruktur ………………………………………….…………….. 26
Undang…………………………………………………...………... 33
Gambar 8. Salah Satu Jenis Tetes Telinga di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito
xvii
Gambar 13. Karakteristik Responden di Loket IRJ RSUP Dr. Sardjito
Berdasarkan Pekerjaan…………………………………………... 37
Kuisioner…….……………………….……………………………. 52
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
INTISARI
Kata kunci : infromasi, penggunaan, tetes telinga, aspek sikap, aspek pengetahuan,
aspek tindakan
xx
ABSTRACT
xxi
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
penyakit. Dalam prinsip dasar ini diterangkan bahwa manfaat klinik obat yang
dan bermutu, tetapi jika tidak digunakan dengan benar, maka tetap akan dapat
menimbulkan berbagai masalah. Oleh karena itu, pengetahuan yang benar tentang
(Anonim, 2004).
apotek. Sebagian besar pembeli di apotek merupakan pasien rawat jalan sehingga
lengkap dan jelas tentang cara penggunaan obat akan membuat hasil terapi kurang
maksimal karena salah dalam penggunaan akan membuat obat tidak akan
Tetes telinga merupakan obat luar, yang oleh sebagian masyarakat tidak
obat yang diminum seperti tablet dan sirup. Tetes telinga yang beredar di
1
2
Indonesia sebagian besar adalah obat keras yang boleh diserahkan oleh apoteker
tanpa resep dokter (Obat Wajib Apotek), sehingga peranan apoteker dalam hal ini
sangat berpengaruh dan salah satu peran apoteker di apotek adalah memberikan
informasi obat.
Penggunaan yang merupakan titik kritis pada sediaan tetes telinga terutama cara
penetesan dan cara penyimpanan. Cara penetesan penting pada sediaan tetes
telinga karena dalam meneteskan tetes telinga membutuhkan teknik khusus, jika
obatnya keluar atau tidak benar cara meneteskannya maka tetes telinga tidak akan
memberikan efek terapi (Anonim, 2010a). Cara penyimpanan juga penting karena
tetes telinga merupakan sediaan cair yang sangat rentan untuk ditumbuhi
mikrorganisme jadi penyimpanan dengan baik untuk tetes telinga akan sangat
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito merupakan rumah sakit yang
kefarmasian. Apotek Pelengkap Kimia Farma (Apotek KF) merupakan salah satu
apotek penunjang pelayanan medik yang berada di RSUP Dr. Sardjito di bawah
memiliki jumlah pengunjung yang membeli obat di Loket KF rata-rata per hari
sebanyak 40-50 orang, khusus untuk loket yang beroperasi selama 24 jam bisa
mencapai 130 orang. Selain itu pengunjungnya tidak hanya berasal dari
dapat memberi gambaran yang memadai untuk penggunaan obat secara umum
terhadap penggunaan tetes telinga pada pengunjung apotek dan apa saja informasi
yang diberikan apoteker pada saat menyerahkan obat untuk dievaluasi lebih lanjut.
1. Perumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Berapa macam tetes telinga yang ada di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito?
2. Keaslian Karya
RSUP Dr. Sardjito belum pernah dilakukan. Adapun beberapa penelitian yang
Perforata di Poliklinik THT RSUD Dr. Saiful Anwar Malang oleh Rus
Suheryanto (2000).
(2001).
Penelitian yang dilakukan penulis ini berbeda dalam hal subyek penelitian,
metode penelitian dan tempat penelitian. Subyek dalam penelitian ini yaitu
pengunjung apotek. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah non
perilaku penggunaan tetes telinga dan informasi obat yang diberikan di Apotek.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
kesehatan, klinik dan komunitas sebagai sumber kajian mengenai tetes telinga
b. Manfaat praktis
telinga.
2. acuan bagi Apoteker atau Farmasis untuk memberi informasi dan edukasi
pada masyarakat terkait penggunaan tetes telinga secara benar dan tepat.
5
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
2. Tujuan khusus :
Sardjito.
PENELAAHAN PUSTAKA
semua makhluk hidup untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah,
1. Menurut Surat edaran dari Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan
Dep.Kes.RI. No. 02469/A/VI/1983 tentang obat yang boleh dijual di toko obat
berijin, yaitu obat bebas dan obat bebas terbatas dan sesuai dengan SK.
Menteri Kesehatan RI. Nomor: 2380/A/SK/VI/83 tanggal 15 Juni 1983
tentang tanda khusus :
a. Lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam, yaitu tanda khusus
untuk obat bebas.
b. Lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam, yaitu tanda khusus
untuk obat bebas terbatas (Menteri Kesehatan RI,1983).
2. Berdasarkan undang-undang obat keras (ST. No. 419 tanggal 22 Desember
1949), obat keras yaitu obat-obatan yang tidak digunakan untuk keperluan
tehnik, yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan,
mendesinfeksikan dan lain-lain tubuh manusia, baik dalam bungkusanmaupun
tidak yang ditetapkan oleh Secretaris Van Staat van het department van
Gesondheid, menurut ketentuan pada Pasal 2 (Menteri Kesehatan RI,1949).
3. Menurut UU RI No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika, obat psikotropika
adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (Menteri
Kesehatan RI, 1997).
4. Menurut UU No. 22 tahun 1997, obat narkotika adalah obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan
ketergantungan (Menteri Kesehatan RI, 1997).
5. Menurut Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 obat wajib apotek
adalah obat keras yang dapat dibeli dengan resep dokter atau tanpa resep
dokter dengan jumlah tertentu oleh apoteker di apotek (Menteri Kesehatan RI,
1990).
6
7
B. Obat Tetes
Obat tetes (guttae) adalah sediaan cair yang berupa larutan, suspensi atau
emulsi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, dipakai dengan cara
(Anonim, 1979). Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain: guttae (obat dalam),
guttae oris (tetes mulut), guttae auriculares (tetes telinga), guttae nasales (tetes
Telinga luar terdiri dari daun telinga (yang juga disebut pinna) dan EAC
(External auditory canal), dan ditutup oleh membran timpani (gendang telinga),
yang merupakan bagian dari telinga bagian tengah. Daun telinga ini terdiri dari
lapisan tipis kulit yang memiliki banyak pembuluh darah yang erat terikat untuk
tulang rawan. Adiposa atau jaringan subkutan, yang akan melindungi pembuluh
darah, tidak ada kecuali dalam lobus tersebut. Lobus ini memiliki pembuluh darah
yang lebih sedikit dan terdiri terutama dari jaringan lemak. Potongan tulang rawan
berbentuk segitiga yang berada di depan dari saluran telinga sampai dengan pipi
bagian dalam atau bagian osseous. Pada anak-anak memiliki EAC yang lebih
pendek, lurus dan datar, daripada orang dewasa, yang cenderung untuk
8
memperpanjang kanal dan membentuk sebuah "S" bentuk. Pada saat yang sama,
saluran eustasius orang dewasa (bagian dari telinga bagian dalam) memanjang ke
menaikkan drainase dan menghambat masuknya isi faring dan hidung ke telinga
tengah. Hal inilah yang menjelaskan mengapa anak-anak menderita infeksi telinga
Kulit yang menutupi daun telinga ini, rentan terhadap pendarahan saat
lemak subkutan dan pasokan darah besar ke area tersebut. Kulit jauh ke dalam
EAC lebih tebal dan berisi kelenjar apokrin dan eksokrin serta folikel rambut.
Kulit di kanal tersebut berlanjut dengan lapisan luar membran timpani (Anonim,
2004).
susu dari kelenjar apokrin membentuk cerumen, yang muncul pada permukaan
luar kulit pada setengah dari bagian luar EAC. Cerumen meminyaki kanal,
menahan debu dan benda asing, dan menyediakan penghalang yang tahan air
9
untuk masuknya patogen. Cerumen ini juga mengandung berbagai zat antimikroba
yang normal adalah halus, transparan, dan berwarna abu-abu mutiara. Membran
ini berbentuk cekung dan oval dengan ketebalan rata-rata 0,0074 mm dan terdiri
Lapisan kulit yang berlanjut dari EAC membentuk lapisan luar membran
timpani. Lapisan tengah adalah jaringan ikat, dan lapisan internal merupakan
selaput lendir berlanjut dengan lapisan telinga bagian tengah. Membran timpani
tengah. Pertahanan alami dari saluran telinga adalah lapisan kulit dengan lapisan
pelindung atas cerumen, pH asam, dan rambut yang garis luar setengah dari kanal.
Bersama-sama, mereka melindungi terhadap cedera dari bahan asing dan infeksi
(Anonim, 2004).
D. Tetes Telinga
Tetes telinga (guttae auriculares) adalah obat tetes yang digunakan untuk
biasanya bukan air, kecuali dinyatakan lain. Cairan tetes telinga biasanya memilki
10
Cara penggunaan tetes telinga adalah tidur dan miringkan kepala sehingga
telinga yang diobati menghadap ke atas. Untuk membuat lubang telinga lurus
sehingga mudah ditetesi maka bagi penderita dewasa telinga ditarik ke atas dan ke
Teteskan tetes telinga pada saluran telinga. Diamkan selama 5 menit sehingga
obat mengalir. Lap ujung penetes dengan tisu yang bersih dan tutup wadah dengan
mengelola sumber daya manusia (SDM) secara efektif, selalu belajar sepanjang
11
perbekalan kesehatan adalah suatu proses kegiatan yang dimulai dari perencanaan,
yang bermutu serta jumlah, jenis dan waktu yang tepat (Anonim, 2006).
kesehatan sesuai dengan jumlah, jenis dan waktu yang tepat. Pengadaan adalah
suatu kegiatan yang bertujuan agar tersedianya sediaan farmasi dengan jumlah
(Anonim, 2006).
informasi dan konsultasi secara tepat, akurat, tidak bias, mudah dimengerti, etis
dan bijaksana (Anonim, 2006). Prosedur tetap dalam pelayanan informasi obat
adalah:
secara sistematis.
2006).
informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis,
bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien setidaknya meliputi: cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta
makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi (Menteri Kesehatan RI,
2004).
G. Konsep Perilaku
menjaga dan memelihara kesehatan agar tidak sakit dan bila sakit untuk
13
macam pengalaman serta interaksi antar manusia yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon
seseorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam
menjadi :
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan
2. Sikap
Sikap adalah respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
3. Tindakan
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas, selain
itu diperlukan juga faktor dukungan dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007).
H. Keterangan Empiris
mengenai penggunaan tetes telinga, serta informasi penggunaan tetes telinga pada
METODE PENELITIAN
cara dan waktu pengambilan sampel, penelitian ini termasuk dalam penelitian
cross-sectional yaitu tiap subyek hanya diobeservasi hanya satu kali. Rancangan
penelitian ini adalah survei deskripif melalui pendekatan kualitatif yang didesain
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah kuota secara non acak.
Cara pengambilan sampelnya yaitu dengan menetapkan dasar jumlah sampel yang
dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan (Riduwan, 2008).
apotek dan Apoteker yang ada di apotek menggunakan alat penelitian dalam
14
15
oleh pegunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma, RSUP Dr. Sardjito merupakan
salah satu penelitian yang diadakan bersama serangkaian penelitian lain, dengan
Obat Oleh Pegunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma, RSUP Dr. Sardjito
C. Definisi Operasional
1. Ketersediaan meliputi:
b. Ketersediaan barang meliputi jenis dan jumlah tetes telinga yang tersedia
3. Penggunaan tetes telinga meliputi cara meneteskan sediaan tetes telinga, lama
4. Tetes telinga yang dimaksud dalam kuisioner penelitian ini adalah tetes
5. Pengunjung apotek adalah pasien rawat jalan dan seluruh masyarakat baik
dari daerah sekitar apotek maupun dari luar daerah tersebut yang datang ke
Apotek KF RSUP Dr. Sardjito untuk pembelian obat tetes telinga dengan
resep ataupun tanpa resep dokter yang memenuhi kriteria inklusi selama
penelitian berlangsung.
6. Pasien rawat jalan adalah pasien yang tidak dirawat secara intensif di rumah
sakit, berobat ke rumah sakit ketika ada keluhan tertentu, secara berkala
7. Loket Instalasi Rawat Jalan (IRJ) adalah salah satu dari lima loket yang
dimiliki Apotek KF RSUP Dr. Sardjito yang letaknya dekat dengan poliklinik
17
tetes mata, tetes telinga, maupun obat tetes hidung lebih banyak dibandingkan
10. Aspek sikap adalah respon evaluatif responden terhadap penggunaan tetes
langsung.
11. Aspek tindakan adalah hal-hal yang dilakukan oleh responden dalam
12. Menurut Pratomo (cit., Ganie, 2009), tingkat pengetahuan, sikap, dan
13. Periode Juni-Juli 2010 yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu tanggal 14
D. Subyek Penelitian
kelamin pria atau wanita yang merupakan pengunjung Apotek KF RSUP Dr.
Sardjito periode Juni-Juli 2010; yang sudah pernah menggunakan tetes telinga;
Kriteria eksklusi adalah pengunjung Apotek KF RSUP Dr. Sardjito yang tidak
Responden yang dijadikan sampel diambil secara non-acak dan dapat diasumsikan
(Sevilla,dkk., 1993).
Penetapan jumlah sampel yang ingin diteliti, untuk populasi kecil atau lebih
N
n = ----------------
1 + N (d)2
Keterangan:
N = besar Populasi ; n = besar Sampel; d = nilai kritis (batas ketelitian) yang
diinginkan (0,05) (Sevilla, dkk., 1993).
Rumus 1. Besar sampel yang akan dilibatkan dalam penelitian.
N = besar populasi pengunjung Apotek KF RSUP Dr. Sardjito loket IRJ yang
membeli tetes telinga selama satu bulan
n = besar sampel penelitian
d = ketepatan yang diinginkan (0,05)
Jumlah sampel di dapatkan dari jumlah pengunjung loket IRJ yang membeli tetes
E. Bahan Penelitian
pasien yang diperoleh pada saat wawancara awal untuk mencari subyek uji seperti
umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Data ini terangkum dalam informed
consent yang telah ditandatangani pasien dan panduan wawancara yang telah
disiapkan.
F. Instrumen Penelitian
Kuisioner adalah pertanyaan terstruktur yang diiisi sendiri oleh responden atau
ragam dan terpencar secara luas. Kuisioner juga digunakan untuk mengumpulkan
menggunakan tetes telinga (sudah berulang kali atau baru satu kali) dan
atau sudah berulang kali) dan pengalaman berkonsultasi pada apoteker di Apotek
G. Tempat Penelitian
survei wawancara dan pemberian kuisioner yang berlokasi di Loket IRJ yang
khusus melayani peresepan bagi pasien rawat jalan dan obat-obat non resep.
21
KF RSUP Dr. Sardjito . Cara kerja yang akan dilakukan secara umum yaitu:
Tahap ini adalah tahap awal jalannya penelitian. Tahap ini meliputi proses
a. Proses perijinan
wilayah Yogyakarta dan Manager Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito. Proses
perijinan berlangsung selama kurang lebih 1 bulan yaitu selama bulan Februari
2010.
b. Analisis situasi
2010. Tahap ini mencakup pengamatan situasi dan kondisi di Apotek KF RSUP
Dr. Sardjito khususnya loket IRJ serta diskusi dengan pihak mitra terkait kasus-
Hasil dari tahap ini digunakan untuk memperkirakan jumlah subyek yang
bulan Maret 2010 yang menggunakan tetes telinga yang ada di apotek. Hasil dari
analisis situasi juga digunakan untuk menetapkan kriteria inklusi subyek uji.
22
pada kuisioner ini terdiri atas dua sifat, yaitu: favourable dan unfavourable.
pernyataan yang berisi hal-hal negatif mengenai suatu objek. Bentuk pertanyaan
awal untuk mengetahui usia dan pernah tidaknya menggunakan sediaan obat
Informed consent dibuat sebagai tanda persetujuan pasien untuk ikut serta
dalam penelitian.
dengan subyek uji. Uji bahasa dilakukan di Loket Unit Gawat Darurat RSUP Dr.
Sardjito dimulai pada tanggal 14 Juni 2010 dan dilakukan selama 2 minggu. Uji
bahasa dilakukan untuk menguji apakan kuisioner dibuat telah siap digunakan
sebagai alat penelitian. Uji bahasa ini merupakan bagian dari validitas bahasa.
diri untuk membacakan pernyataan kuisioner. Kuisioner yang telah lengkap diisi
Rawat Jalan. Apabila terdapat kebingungan, subyek uji dapat langsung bertanya.
obat dilakukan di 5 loket Kimia Farma yang terdapat di RSUP Dr. Sardjito yaitu
loket Unit Gawat Darurat, loket Instalasi Rawat Jalan, loket poli, loket bangsal
dan loket induk. Pengumpulan data dilakukan dimulai tanggal 26 Juni-10 Juli
2010.
informasi sediaan tetes telinga. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara
Data pada penelitian ini diperoleh dari lembar kuisioner yang diisi oleh
subyek uji, wawancara terstruktur yang dilakukan kepada pengunjung apotek dan
25
apoteker serta dari daftar sediaan tetes telinga yang terdapat di Apotek KF RSUP
Dr. Sardjito. Karakteristik pasien yang meliputi umur, jenis kelamin, dan tingkat
pendidikan; serta karakteristik obat yang meliputi jenis dan jumlah tetes telinga
yang terdapat di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito. Data yang diperoleh selanjutnya
diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang menggambarkan
oleh pengunjung Apotek KF RSUP Dr. Sardjito. Hasil dari evaluasi ini akan
digunakan untuk mencari cara untuk meningkatkan pemakaian obat yang rasional
yaitu umur, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir. Jumlah total pernyataan dalam
Pengumpulan data pada bulan Juni–Juli 2010 di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito
Populasi pembeli sediaan tetes telinga dalam 1 bulan (Maret) adalah 42 orang
J. Analisis Hasil
persentase rata-rata dan SD, hasil wawancara dipaparkan secara deskriptif. Hasil
data dipaparkan dalam bentuk persentase dan disajikan dalam tabel dan gambar
(Pratiknya, 1993).
1. Karakteristik responden
RSUP Dr. Sardjito dan konsultasi obat yang pernah dilakukan. Semua data
a. Usia
frekuensi Strurgess:
M = 1+3,3 log N
b. Jenis kelamin
dibagi jumlah total seluruh responden pria dan wanita dikali 100%.
28
responden.
c. Tingkat pendidikan
d. Tingkat pekerjaan
kali atau sudah berulang kali menggunakan tetes telinga, dibagi jumlah
kali/ sudah sering membeli obat di Loket Apotek KF RSUP Dr. Sardjito,
2. Karakteristik obat
Pengolahan hasil kuisioner yang terdiri dari aspek pengetahuan, sikap dan
kunci dibagi total responden dikali 100%. Rumus tersebut berlaku untuk
4. Wawancara Apoteker
penelitian.
K. Kesulitan Penelitian
Beberapa kesulitan yang dialami selama penelitian ini antara lain mencari
subyek penelitian. Pada tahap pengambilan data, banyak pengunjung apotek yang
yang tertulis pada kuisioner, terutama jika subyek penelitiannya berusia lanjut,
yang menarik.
pernyataan pada kuisioner tersebut. Kesulitan lain yang menjadi kelemahan dalam
penelitian ini adalah responden yang bersedia mengisi kuisioner, tetapi ketika obat
31
yang ditunggu sudah diterima, responden tersebut terlihat terburu-buru, hal ini
kelemahan penelitian ini adalah adanya bias dimana pemahaman setiap responden
karena pengaruh waktu penggunaannya yaitu ada yang baru menggunakan, ada
berpengaruh pada saat pengisian kuesioner dan wawancara. Disamping itu, ada
dan penggunaan tetes telinga pada pengunjung Apotek KF RSUP Dr. Sardjito.
Pada bab ini akan dipaparkan hasil dari penelitian berupa gambar diagram dan
tabel untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai ketersediaan tetes telinga,
wawancara.
Apotek KF RSUP Dr. Sardjito terbagi menjadi lima loket, yaitu UGD (Unit
Gawat Darurat), IRJ (Instalasi Rawat Jalan), Induk, Poli, dan Bangsal.
Ketersediaan tetes telinga didapat dari mendata jenis tetes telinga yang tersedia di
lima loket yang ada di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito. Terdapat 8 macam tetes
telinga yang tersedia di semua loket. Pada penelitian ini tetes telinga
Obat keras merupakan golongan tetes telinga yang paling banyak tersedia
dari ke lima loket yang ada, berdasarkan gambar 7. Dari 7 macam obat keras yang
32
33
apotek merupakan obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan
RI, 1990).
Gambar 7. Persentase Klasifikasi Tetes telinga yang ada di Apotek KF RSUP Dr.
Sardjito Berdasarkan Golongan Obat Menurut Undang-Undang
MIMS/ ISO, maksudnya adalah bila obat tersebut tidak tercantum pada MIMS
maka klasifikasi obat tersebut diambil dari ISO. Gambar 9 menunjukkan bahwa
Gambar 8. Salah Satu Jenis Tetes Telinga di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito
yang Merupakan Obat Keras
34
Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito
memiliki ketersediaan tetes telinga dengan kelas terapi yang cukup lengkap.
Dikatakan cukup lengkap karena dari 5 kelas terapi yang ada di MIMS/ISO
Apotek KF RSUP Dr. Sardjito memiliki 4 macam kelas terapi. Faktor inilah yang
mendorong pasien rumah sakit untuk datang membeli tetes telinga di Apotek KF
RSUP Dr. Sardjito. Kelengkapan kelas terapi tetes telinga ini tentunya juga
sakit, maka dari itu Apotek KF RSUP Dr. Sardjito dapat memenuhi kebutuhan
pasien.
dan wawancara, akan lebih baik bila terlebih dahulu mengetahui bagaimana
1. Karakteristik responden
Dalam karakteristik responden ini akan dibahas hal-hal yang terkait kondisi
obat. Karakteristik yang didapatkan dari hasil penelitian antara lain yaitu: usia,
a. Usia
Usia merupakan salah salah satu kriteria inklusi dalam penetapan subyek
yang akan diteliti. Dalam penelitian ini ditetapkan responden yang bisa diteliti
minimal berusia 17 tahun, dimana pada usia ini termasuk kelompok dewasa
persentase kelas usia yang paling besar adalah 34-41 tahun yaitu sebanyak
26%.
b. Jenis kelamin
Pada penelitian ini jenis kelamin juga dijadikan kriteria inklusi, dimana
jenis kelamin ini terbagi menjadi dua yaitu pria dan wanita. Berdasarkan hasil
pada wanita lebih banyak daripada pria. Jenis kelamin tidak memiliki kaitan
c. Tingkat pendidikan
mulai dari yang paling rendah yaitu tidak bersekolah sampai yang paling
tinggi yaitu sarjana. Tingkat pendidikan tidak dijadikan kriteria inklusi karena
responden dalam penelitian ini bisa dikatakan tinggi karena lebih dari 50 %
d. Pekerjaan
pensiun, ibu rumah tangga, PNS (pegawai negeri), wiraswasta, swasta, dan
38
pelajar/ mahasiswa. Bila dilihat dari segi pekerjaan ternyata yang paling
tinggi adalah responden yang memiliki pekerjaan swasta. Ini dapat terlihat di
menggunakan lebih dari satu kali maka responden tersebut termasuk yang
telinga berulang kali lebih banyak dari pada responden yang baru pertama
kali menggunakan tetes telinga. Hal ini akan mempengaruhi perilaku dan
pertama kali membeli obat dan yang sudah sering membeli obat di Apotek KF
RSUP Dr. Sardjito. Sering membeli obat yang dimaksud adalah sudah lebih
dari satu kali membeli obat di apotek. Responden lebih banyak yang sering
membeli di apotek dari pada yang baru pertama kali membeli obat.
banyak daripada yang pernah berkonsultasi, ini terlihat jelas pada gambar 16.
dengan informasi yang telah diberikan pada saat membeli obat, bahkan ada
yang menjawab cukup dengan membaca brosur yang ada di kemasan obat,
suka berkonsultasi tentang obat pada saat diperiksa dokter sehingga tidak perlu
berkonsultasi lagi pada saat membeli obat. Hal ini juga didukung sebuah
kenyataan bahwa dari 5 loket apotek KF RSUP Dr. Sardjito hanya ada 3 orang
perilaku penggunaan tetes telinga dimana perilaku ini terdiri dari 3 aspek yaitu
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Tiap aspek terdiri dari pernyataan favourble dan
untuk mendukung data kuisioner yang telah diisi oleh responden, sehingga dari
a. Aspek pengetahuan
memuat tidak hanya pengetahuan penggunaan tetes telinga tetapi juga penggunaan
Tabel I memuat persentase jawaban benar dan salah dari 10 pernyataan aspek
pengetahuan disertai dengan rata-rata jawaban benar dan salah dari semua
yang berarti responden lebih banyak mengetahui kalau tidak semua jenis obat
ada responden mengatakan obat dengan jenis antibiotik yang harus digunakan
sampai habis. Ada juga yang mengatakan tergantung dari perintah dokter, bila
dokter menyuruh sampai habis maka obat harus diminum sampai habis. Selain itu
mengatakan bahwa bila obat tidak digunakan sampai habis maka penyakit mereka
tidak sembuh. Tidak semua jenis obat harus digunakan sampai habis. Obat jenis
antibiotik harus digunakan sampai habis agar tidak menimbulkan resistensi pada
bakteri. Resistensi ini akan membuat penyakit lebih parah bila bakteri menyerang
lagi.
benar yang artinya cara penggunaan obat yang benar akan memberikan
kesembuhan pada pasien. Salah dalam penggunan akan membuat obat tidak akan
42
penyimpanan tetes telinga adalah di tempat yang kering, terlindung dari cahaya
dan pada suhu kamar. Penyimpanan tetes telinga harus di suhu kamar, tempat
kering, dan terlindung dari cahaya untuk menjaga agar tetes telinga masih baik
responden tahu bahwa dalam penggunaan tetes telinga harus didiamkan dulu
selama beberapa menit agar obat dapat masuk semuanya ke dalam telinga.
Pendiaman ini dimaksudkan untuk menjaga agar obat yang sudah masuk tidak
keluar lagi. Lama pendiaman obat tergantung dari instruksi produk, namun bila
tidak tertera pada kemasan diamkan paling tidak sekitar 1-2 menit (Anonim,
merasa kesulitan bila menyuruh anaknya untuk diam beberapa menit, sehingga
terkadang anak tersebut langsung disuruh tidur ketika dipakaikan tetes telinga.
penggunaan tetes telinga harus secara tegak lurus dengan lubang telinga.
Pemakaian tegak lurus dengan tujuan agar obat dapat masuk tepat di lubang
memperhatikan apakah tegak lurus atau tidak, bagi mereka yang penting obat
43
tetesnya sudah masuk ke telinga walaupun terkadang obat yang mereka teteskan
menggunakan tetes telinga adalah memastikan bahwa warna cairan obat tidak
berubah dari yang terakhir kali dilihat, perubahan warna merupakan salah satu
indikasi bahwa obat telah kadaluwarsa. Yang kedua adalah kejernihan larutan,
pastikan tidak ada endapan atau sesuatu mengambang di atas. Larutan yang tidak
jernih menandakan obat tidak lagi baik untuk digunakan (Kulkarni, 2010).
responden mengetahui bahwa obat tetes yang masih dapat digunakan kembali
apabila warna, bau dan kejernihan larutan tidak berubah. Responden yang
dalam menentukan apakah tetes telinga masih dapat digunakan kembali atau tidak.
Selain itu sulit bagi mereka untuk memperhatikan warna, bau dan kejernihan obat
tetes telinga. Alasan responden mengatakan tidak boleh menggunakan tetes mata
untuk tetes telinga karena tidak berani dan takut bila terjadi hal-hal yang
merugikan. Terkadang tetes mata dapat digunakan secara aman untuk tetes telinga
karena ada beberapa obat tetes mata secara relatif bisa untuk telinga (Anonim,
2007a).
Ada 84% responden yang menjawab dengan benar pada pernyataan 8 yang
membaca karena menurut mereka yang penting menuruti aturan pakai saja sudah
cukup.
untuk orang dewasa adalah dengan cara menarik daun telinga ke atas lalu ke arah
menggunakan tetes telinga mereka langsung meneteskan obat tanpa menarik daun
telinga dulu. Padahal tujuan penarikan daun telinga ini adalah supaya lubang
sudah tahu pentingnya kebersihan dalam penggunaan tetes telinga. Setelah semua
jawaban benar dan salah responden dirata-rata dapat dikatakan bahwa aspek
tetes telinga sudah baik. Ini terlihat pada gambar 14, rata-rata yang didapat
pengetahuan responden dalam penggunaan tetes telinga adalah sedang atau cukup
dengan tingkat pendidikan responden dimana lebih dari 50% responden memiliki
b. Aspek sikap
sikap, dimana dari sikap inilah yang biasanya akan menentukan tindakan
responden dalam penggunaan tetes telinga. Pada aspek sikap ini juga memuat 3
46
persentase jawaban benar dan salah dari 10 pernyataan yang ada pada aspek sikap
Semua responden menjawab dengan benar pada pernyataan 11, yang artinya
merasa perlu bertanya pada petugas apotek tentang informasi yang kurang jelas
sebagai sumber informasi cara penggunaan obat tetes telinga, namun dari hasil
mengatakan bahwa terkadang mereka juga bertanya pada dokter sebagai sumber
untuk tetes mata jika kegunaannya sama. Sebanyak 78% responden menjawab
bahwa tetes telinga tidak boleh untuk tetes mata walaupun kegunaannya sama.
Mereka takut terjadi efek yang tidak diinginkan. Tetes telinga jangan sekalipun
digunakan untuk tetes mata karena jaringan mata lebih sensitif dari pada jaringan
sebanayak 90% responden. Ini berarti responden yakin setelah segel obat dibuka
maka pemakaian obat tetes harus memperhatikan warna, bau, kejernihan dari obat
Tabel II. Aspek Sikap Responden Terhadap Penggunaan Tetes Telinga di Loket
IRJ Apotek KF RSUP Dr. Sardjito
Aspek Sikap
Pernyataan Kuisioner Jawaban Jawaban % %
Benar Salah Jawaban Jawaban
Benar Salah
11 Saya merasa perlu menggunakan 50 0 100 0
obat tetes telinga sesuai petunjuk
penggunaan
12 Saya merasa perlu bertanya pada 38 12 76 24
petugas apotek tentang informasi
obat yang kurang jelas mengenai
cara penggunaan obat.
13 Saya memilih petugas apotek 31 19 62 38
sebagai sumber informasi cara
penggunaan obat.
14 Saya yakin penggunaan tetes 39 11 78 22
telinga bisa digunakan untuk tetes
mata jika mempunyai kegunaan
yang sama. *)
15 Saya yakin setelah segel obat 45 5 90 10
dibuka maka pemakaian obat tetes
harus memperhatikan warna, bau,
kejernihan dari obat tetes
meskipun belum kadaluwarsa.
16 Saya merasa dalam penggunaan 27 23 54 46
obat tetes, bagian ujungnya boleh
mengenai bagian tubuh yang akan
diobati. *)
17 Saya merasa perlu mencuci tangan 35 15 70 30
terlebih dahulu sebelum
menggunakan obat tetes.
18 Saya merasa penggunaan obat 47 3 94 6
tetes dengan benar akan
mengurangi resiko yang tidak
dikehendaki.
19 Saya merasa informasi 43 7 86 14
penggunaan obat tetes yang benar
akan mempengaruhi kesembuhan
saya
20 Saya merasa semakin banyak 35 15 70 30
meneteskan obat tetes, maka akan
semakin cepat sembuh. *)
Rata-rata 78 22
Keterangan : *) pernyataan unfavorable
48
dalam penggunaan tetes, bagian ujungnya tidak boleh menyentuh bagian tubuh.
Sebanyak 46% responden yang menjawab kalau ujung obat tetes telinga boleh
menyentuh telinga. Seharusnya ujung obat tetes telinga tidak boleh menyentuh
telinga karena ujung obat tetes tersebut akan mengkontamintasi atau melukai
sebelum menggunakan tetes telinga. Sekitar 30% responden merasa tidak perlu
mencuci tangan terlebih dahulu. Alasan responden yang merasa tidak perlu
mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menggunakan tetes telinga adalah karena
tangan mereka hanya menyentuh botolnya saja dan tidak menyentuh telinga, jadi
penggunaan tetes telinga yang benar akan mengurangi resiko yang tidak
Ada 14% responden yang merasa, walaupun informasi yang mereka terima
sudah benar tapi bila mereka tidak melakukannya dengan benar maka mereka
tidak akan sembuh. Pada pernyataan 20 yang berisi tentang semakin banyak
reponden meneteskan obat maka akan semakin cepat sembuh ada sekitar 30%
benar adalah supaya mereka cepat sembuh maka harus banyak meneteskan obat
tetes telinga, jadi mereka tidak perlu berobat lagi ke dokter. Responden yang
menjawab kalau semakin banyak meneteskan obat tetes belum tentu akan semakin
49
cepat sembuh mengatakan bahwa mereka tidak berani meneteskan obat banyak-
banyak, mereka lebih memilih menuruti aturan yang dianjurkan oleh dokter.
c. Aspek tindakan
Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan, maka aspek
tindakan ini perlu ditinjau untuk mengetahui perilaku dari seseorang. Pada tabel
pernyataan favourable.
Tabel III juga memamparkan secara jelas persentase jawaban responden yang
benar dan salah bersama rata-rata jawaban dari aspek tindakan. Pernyataan nomor
mencuci tangan lebih banyak yaitu 70%. Ini menunjukkan bahwa antara sikap dan
tindakan belum tentu sejalan, dimana jika sikap mengatakan benar belum tentu
dalam tindakannya juga benar. Hasil yang berbeda dengan pernyataan 22, ada
sebanyak 86% responden akan bertanya pada petugas apotek bila tidak jelas cara
penggunaan obat tetes telinga dan bila dilihat dari aspek sikap jauh lebih rendah
untuk responden yang merasa perlu bertanya pada petugas apotek yaitu 76%.
50
menutup rapat obat tetes telinga dengan rapat setelah menggunakannya yakni
selalu memperhatikan aturan penggunaannya ada 70% pada pernyataan nomor 24.
Ini lebih rendah bila dibandingkan dengan jawaban responden pada aspek sikap
dimana semua responden yang merasa perlu mengunakan tetes telinga sesuai
tanggal kadaluwarsa yang tercantum pada kemasan obat pada pernyataan nomor
26. Alasan mereka beraneka ragam, ada yang menjawab biasanya setelah sembuh
obat langsung dibuang jadi tanggal kadaluwarsa tidak perlu diperhatikan. Ada
atau label pada kemasan obat tetes telinga meskipun sudah diberi informasi obat.
diberikan, oleh karena itu mereka tetap membaca etiketnya walaupun sudah diberi
informasi.
selalu menyimpan obat tetes pada suhu kamar, tempat yang kering dan terlindung
cahaya ada sebanyak 70%. Jumlah ini sama persis dengan jawaban responden
tetes telinga harus pada suhu kamar, tempat yang kering dan terlindung dari
cahaya.
52
sebanyak 60%. Pada pernyataan terakhir yaitu nomor 30, sebanyak 84%
tetes telinga sudah baik. Dari ketiga aspek tersbut, rata-rata jawaban yang benar
Berdasarkan hasil rata-rata jawaban yang benar dan salah dari aspek
pengetahuan, sikap, dan tindakan (perilaku) terdapat pada gambar 16 dapat dilihat
telinga secara benar. Penelitian ini sudah memberikan gambaran yang cukup jelas
jawaban responden tetapi bila dilihat secara mendalam dari tiap pernyataan, masih
cukup banyak responden yang belum mengetahui penggunaan tetes telinga yang
benar. Ini terlihat pada aspek pengetahuan pernyataan nomor 7 dan 9 lebih dari
aspek sikap juga merupakan pernyataan spesifik penggunaan tetes telinga tapi
cukup banyak juga yang salah yakni sebesar 46%. Pada aspek tindakan
pernyataan nomor 21, 26, dan 29 sekitar 40 % responden menjawab salah dimana
responden yang membeli tetes telinga di apotek pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito
menyatakan bahwa informasi yang mereka dapatkan pada saat membeli tetes
telinga oleh apoteker adalah berapa tetes yang perlu diberikan selama satu hari,
telinga sebelah mana yang perlu diteteskan, berapa lama mereka harus
benar sehingga responden merasa kesulitan dalam memasukkan obat secara tepat
membeli tetes telinga di loket IRJ dari informasi yang diberikan oleh apoteker
adalah responden menjadi tahu aturan penggunaan tetes telinga yang mereka beli.
tidak berani menggunakan tetes telinga miliki orang lain yaitu sebanyak 39
obat tetes telinga yang masih belum habis maka mereka akan tetap menyimpan
jika penyakitnya kambuh, maka obat tersebut dapat digunakan kembali asalkan
Tanggal kadaluwarsa yang tertera pada kemasan obat biasanya tidak berlaku
lagi setelah segel obatnya dibuka, kecuali ada keterangan lain. Pada obat tetes
telinga, sebaiknya tidak digunakan lagi setelah 4 minggu dari pertama kali botol
yang benar pada tetes telinga tidak sepenuhnya dipahami oleh masyarakat
terutama cara penetesan yang benar seperti perlu menarik daun telinga sebelum
meneteskan agar lubang telinga lebih terbuka sehingga obat lebih mudah masuk.
55
Hal ini dapat membuat apoteker untuk meningkatkan peranannya sebagai farmasis
masyarakat akan pentingnya penggunaan tetes telinga yang benar tidak sekedar
penyimpanan obat yang benar agar dapat memperoleh hasil pengobatan yang
maksimal.
menyerahkan obat kepada pasien biasanya adalah sekitar satu menit, bahkan
kurang dari satu menit bila jenis obatnya sedikit. Durasi yang cukup singkat ini
dikarenakan jumlah pasien yang cukup banyak sehingga menuntut waktu yang
singkat untuk melayani pasien. Durasi pada pharmaceutical care (konseling) oleh
banyaknya pasien yang mengantri menuntut pelayanan obat yang cepat. Tempat
penyerahan obat hanya berupa loket sehingga tidak adanya tempat khusus
membuat pasien dan apoteker kurang nyaman dalam berkonsultasi terlalu lama.
56
untuk meberikan informasi obat kepada pasien antara lain buku-buku pedoman
yang memuat informasi obat seperti MIMS, panduan kefarmasian dari Depkes
(Departemen kesehatan), pengalaman yang dari orang lain, internet dan brosur
Diantara semua sumber diatas yang paling sering digunakan oleh apoteker
adalah brosur dari kemasan obat. Apoteker menyebutkan sebagian besar informasi
yang didapatkan mengacu pada brosur yang terdapat dalam kemasan obat, karena
menurut apoteker, brosur tersebut sudah memiliki standar tersendiri dari Pabrik
Besar Farmasi (PBF). Selain itu, dari brosur biasanya dapat diketahui antara lain
komposisi obat, indikasi, bagaimana cara kerja obat, dosis, aturan pemakaian,
kontraindikasi, perhatian, efek samping yang mungkin akan terjadi, dan interaksi
Informasi yang diberikan oleh apoteker pada saat memberikan tetes telinga
kepada pasien tidak secara mendetail. Dalam menyerahkan obat, biasanya pasien
yang datang membeli obat ditanya kembali tentang penyakitnya supaya mereka
yakin bahwa obat yang diresepkan oleh dokter adalah tepat dan sesuai untuk
kondisi pasien. Apoteker juga menjelaskan mengenai macam obat yang diterima,
aturan penggunaan dan jika memang ada peringatan seperti antibiotik harus
sampai habis biasanya juga akan diberikan informasi. Indikasi obat tidak selalu
dijelaskan karena terkadang ada beberapa obat yang diberikan oleh dokter dalam
57
resep yang tidak sesuai dengan indikasinya. Ini dikarenakan beberapa obat
aturan pemakaian yaitu sehari dipakai berapa kali, berapa tetes yang perlu
digunakan. Menurut salah satu apoteker, cara penggunaan tetes telinga cukup
diberikan melalui leaflet saja. Selain itu, biasanya dokter juga sudah memberitahu
cara penggunaan tetes telinga pada saat memberikan resep, jadi pasienpun tidak
salah satu apoteker cara penyimpanan tetes telinga tidak perlu. Pasien juga jarang
penyediaan dan pemberian informasi obat yang bersifat aktif atau pasif. Teknik
obat dengan tidak menunggu pertanyaan dari pasien, namun secara aktif
dan lain sebagainya. Teknik bersifat pasif jika apoteker pelayanan informasi obat
memberikan informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima dari
leaflet. Hal ini dapat diartikan bahwa teknik pemberian informasi yang dilakukan
oleh apoteker bersifat aktif. Menurut apoteker penggunaan tetes telinga secara
detail akan lebih mudah dipahami oleh pasien bila pasien membaca sendiri
brosur/ leaflet tentang cara penggunaan tetes telinga. Selain itu, Apoteker juga
menuliskan pada etiket kemasan obat tentang aturan penggunaan agar pasien tidak
lupa.
adalah pasien ditanya sakitnya apa, pasien diberi tahu ada berapa macam obat
yang diberikan oleh dokter, pasien diberi tahu aturan pakai, peringatan,dan yang
terakhir diberi tahu indikasi obat (jarang dilakukan). Terkadang pasien disuruh
disini yang dimaksudkan adalah bahasa jawa yang biasanya digunakan oleh orang
tua, ini merupakan kendala utama bagi salah satu apoteker yang tidak terbiasa
dengan bahasa jawa. Waktu dan kebersediaan pasien menjadi kendala yang utama
bagi apoteker dalam memberikan informasi obat. Pasien cenderung ingin cepat
informasi menjadi singkat. Informasi yang bisa diberikan saat menyerahkan obat
hanya sedikit karena kendala tersebut, maka apoteker akan menuliskan etiket pada
59
kemasan obat secara jelas sebagai salah satu cara memberikan informasi yang
lebih efektif.
BAB V
A. Kesimpulan
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Juni- Juli 2010”, kesimpulanya adalah :
1. Tetes telinga yang tersedia di Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr.
Sardjito adalah :
a. menurut golongan obat: 50% obat keras, 37,5% OWA, dan 12,5% obat
bebas.
(12,5%).
2. Informasi yang diberikan oleh apoteker pada saat menyerahkan tetes telinga
adalah aturan penggunaan meliputi sehari dipakai berapa kali, berapa tetes
yang perlu digunakan, telinga sebelah mana yang perlu diteteskan, dan berapa
60
61
B. Saran
2. Penyerahan obat di setiap loket Apotek Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito
Anonim, 2008b, Informasi Spesialite Obat, Volume 43, Penerbit Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia, Jakarta.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1983, Surat Edaran dari
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Dep.Kes.RI. No.
02469/A/VI/1983, Obat yang Boleh Dijual di Toko Obat Berijin,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
62
63
Hartini, Y.S., Sulasmono, 2007, Apotek, Edisi Revisi, Penerbit Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Menteri Kesehatan RI, 1949, ST. No. 419 Tanggal 22 Desember 1949, Undang-
Undang Obat Keras, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, 89, 92, Rineka Cipta,
Jakarta
Sugiyono, 2006, Statistika untuk Penelitian, 27, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.
65
66
67
F. Data Responden yang membeli obat di Loket Apotek Kimia Farma RSUP Dr.
Sardjito
(Jumlah Responden = 50 orang)
Jumlah % Responden
Responden
Pertama kali membeli obat di Loket 22 44
Apotek Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito
Sering membeli obat di loket Apotek 28 56
Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito
G. Data Responden yang pernah berkonsultasi obat di Loket Apotek Kimia Farma
RSUP Dr. Sardjito
(Jumlah Responden = 50 orang)
Konsultasi Obat Jumlah Responden % Responden
Pernah 8 16
Tidak Pernah 42 84
Jenis Tetes Telinga Yang Tersedia Di Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr.
Sardjito Berdasarkan Kelas Terapi menurut MIMS/ISO
No. Klasifikasi menurut Nama Obat Golongan
MIMS/ ISO
1. Antiinfeksi & Antiseptik Kloramfenikol, polymyxin B sulfat OWA
Telinga (Otolin®)
Ofloxacin (Taravid Otic®) Keras
2. Antiseptik telinga dengan Polymyxin B sulfate, neomycin sulfat, OWA
kortikosteroid lidocaine HCl (Otopain®)
Fludrokortison acetate, polymyxin B Keras
sulfate, neomycin sulfate, lidocaine
HCl (Otopraf®)
Fludrocortisone acetate, polymyxin B Keras
sulfate,furaltadone HCl, neomycin
sulfate, lidocaine HCl (Otozambon®)
3. Antibiotikum Framisetin sulfat, gramisidin, Keras
deksametason (Blecidex®)
Kloramfenikol (Erlamycetin®) OWA
4. Preparat telinga lain Natrium dokusat (Forumen®) Bebas
69
( )
71
Aspek Pengetahuan
No Pernyataan Jawaban
1 Semua jenis obat harus digunakan sampai habis. Benar Salah
2 Cara penggunaan obat yang benar akan Benar Salah
mempengaruhi kesembuhan penyakit.
3 Penyimpanan obat tetes telinga harus di suhu Benar Salah
kamar tempat yang kering, dan terlindung cahaya.
4 Setelah meneteskan tetes telinga harus didiamkan Benar Salah
beberapa menit
5 Penggunaan tetes telinga tidak harus secara tegak Benar Salah
lurus.
6 Jika warna, bau dan kejernihan dari larutan obat Benar Salah
sudah berubah, obat tetes masih dapat digunakan
kembali.
7 Penggunaan tetes mata boleh digunakan untuk tetes Benar Salah
telinga jika punya kegunaan yang sama.
8 Pembacaan brosur pada kemasan obat akan Benar Salah
mengurangi resiko yang tidak dikehendaki
9 Cara meneteskan tetes telinga untuk dewasa Benar Salah
dengan menarik daun telinga ke atas lalu ke arah
belakang
10 Kebersihan adalah hal yang penting dalam Benar Salah
penggunaan obat tetes.
Aspek Sikap
No Pernyataan Jawaban
11 Saya merasa perlu menggunakan tetes telinga Benar Salah
sesuai petunjuk penggunaan
12 Saya merasa perlu bertanya pada petugas apotek Benar Salah
tentang informasi obat yang kurang jelas mengenai
cara penggunaan obat tetes.
13 Saya memilih petugas apotek sebagai sumber Benar Salah
informasi cara penggunaan obat tetes.
14 Saya yakin penggunaan tetes telinga bisa Benar Salah
digunakan untuk tetes mata jika mempunyai
kegunaan yang sama.
72
Aspek Perilaku
No Pernyataan Jawaban
21 Saya selalu mencuci tangan sebelum Benar Salah
menggunakan obat tetes.
22 Saya akan bertanya pada petugas apotek bila tidak Benar Salah
jelas cara penggunaan obat tetes.
23 Saya akan langsung menutup rapat tutup obat Benar Salah
setelah menggunakan obat tetes.
24 Dalam menggunakan obat tetes saya tidak Benar Salah
memperhatikan aturan penggunaanya.
25 Saya akan memiringkan kepala sehingga telinga Benar Salah
yang diobati menghadap ke atas.
26 Saya tidak memperhatikan tanggal kadaluarsa Benar Salah
yang tercantum pada obat tetes.
27 Saya tetap memperhatikan label/etiket penggunaan Benar Salah
yang tercantum pada kemasan obat tetes meskipun
sudah diberi informasi obat.
28 Saya selalu menyimpan obat tetes pada suhu Benar Salah
kamar, tempat yang kering dan terlindung cahaya.
29 Saya tidak akan melihat warna, bau dan kejernihan Benar Salah
obat tetes sebelum menggunakannya kembali.
30 Saya selalu meneteskan obat tetes hidung/ telinga Benar Salah
tidak tepat di lubang hidung/ telinga
No Pernyataan Jawaban
1 Semua jenis obat harus digunakan sampai Benar Salah
habis.
2 Cara penggunaan obat yang benar akan Benar Salah
mempengaruhi kesembuhan penyakit.
3 Penyimpanan obat tetes telinga harus di Benar Salah
suhu kamar tempat yang kering, dan
terlindung cahaya.
4 Setelah meneteskan tetes telinga harus Benar Salah
didiamkan beberapa menit
5 Penggunaan tetes telinga tidak harus secara Benar Salah
tegak lurus.
6 Jika warna, bau dan kejernihan dari larutan Benar Salah
obat sudah berubah, obat tetes masih dapat
digunakan kembali.
7 Penggunaan tetes mata boleh digunakan Benar Salah
untuk tetes telinga jika punya kegunaan
yang sama.
8 Pembacaan brosur pada kemasan obat akan Benar Salah
mengurangi resiko yang tidak dikehendaki
9 Cara meneteskan tetes telinga untuk dewasa Benar Salah
dengan menarik daun telinga ke atas lalu ke
arah belakang
10 Kebersihan adalah hal yang penting dalam Benar Salah
penggunaan obat tetes.
No Pernyataan Jawaban
11 Saya merasa perlu menggunakan tetes Benar Salah
telinga sesuai petunjuk penggunaan
12 Saya merasa perlu bertanya pada petugas Benar Salah
apotek tentang informasi obat yang kurang
jelas mengenai cara penggunaan obat tetes.
13 Saya memilih petugas apotek sebagai Benar Salah
sumber informasi cara penggunaan obat
tetes.
14 Saya yakin penggunaan tetes telinga bisa Benar Salah
digunakan untuk tetes mata jika mempunyai
kegunaan yang sama.
74
• Lama durasi pemberian informasi obat kepada pasien adalah 1-3 menit,
tapi tergantung jenis obatnya kalau jenisnya banyak bisa lebih lama. Bila
• Sumber informasi yang biasa digunakan adalah brosur dari obat, MIMS,
• Tempat pemberian informasi adalah loket, tidak ada ruang khusus untuk
berkonsultasi.
• Informasi yang biasanya diberikan tidak detail, yaitu aturan pakai (berapa
kali sehari, berapa tetes, telinga sebelah mana yang perlu diteteskan).
seperti telinga harus ditarik terlebih dahulu dan pemberian leaflet dirasa
ditanya sakitnya apa, pasien diberi tahu ada berapa macam obat yang
diberikan oleh dokter, pasien diberi tahu aturan pakai, peringatan,dan yang
• Bila pasien masih merasa bingung setelah diberi informasi obat, biasanya
adalah waktu dan tempat (pasien biasanya mau cepat mendapat obat),
81
bahasa (terutama orang tua, harus menggunakan bahasa jawa yang halus),
BIOGRAFI PENULIS