Anda di halaman 1dari 103

EVALUASI KETERSEDIAAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN TETES

TELINGA PADA PENGUNJUNG APOTEK PELENGKAP KIMIA


FARMA RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
PERIODE JUNI-JULI 2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Linda Kurniasari

NIM : 078114043

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
EVALUASI KETERSEDIAAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN TETES
TELINGA PADA PENGUNJUNG APOTEK PELENGKAP KIMIA
FARMA RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
PERIODE JUNI-JULI 2010

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Linda Kurniasari

NIM : 078114043

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010

ii
EVALUATION OF AVALAIBILITY AND USEAGE BEHAVIOUR OF
EAR DROPS OF YOGYAKARTA Dr. SARDJITO HOSPITAL KIMIA
FARMA PHARMACY CUSTOMERS IN JUNE – JULY OF 2010 PERIOD

SKRIPSI

Presented as Partitial Fulfilment of the Requirement


to Obtain Sarjana Farmasi (S.Farm)
In Faculty of Pharmacy

By:
Linda Kurniasari
NIM : 078114043

FACULTY OF PHARMACY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2010

iii
SKRIPSI

EVALUASI KETERSEDIAAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN TETES


TELINGA PADA PENGUNJUNG APOTEK PELENGKAP KIMIA
FARMA RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
PERIODE JUNI-JULI 2010

Skripsi yang diajukan oleh :


Linda Kurniasari
NIM : 078114043

telah disetujui oleh:

tanggal: 29 November 2010

iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus


Sahabat, Penghibur yang tak pernah membiarkan aku “down”...
Papa-Mama tercinta sebagai ungkapan rasa hormat dan baktiku
Kokoku tercinta
Sahabat-sahabatku serta almamaterku
Segenap dosen dan karyawan USD
Semua yang sedang membaca skripsi ini....

vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 29 November 2010


Penulis,

Linda Kurniasari

vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Linda Kurniasari

Nomor Mahasiswa : 078114043

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Tetes Telinga pada


Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Periode Juni-Juli 2010

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 29 November 2010

Yang menyatakan

Linda Kurniasari

viii
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul

“Evaluasi Ketersediaan Dan Perilaku Penggunaan Tetes Telinga Pada

Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode Juni-Juli 2010” dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan

baik materiil, moral maupun spiritual dan dukungan yang berupa bimbingan,

dorongan, sarana maupun fasilitas dari berbagai pihak . Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, waktu, semangat, saran, dan kritik dalam proses penyusunan

skripsi.

3. Ipang Djunarko, S.Si, M.Sc, Apt selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.

4. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran kepada penulis.

5. Drs. Nurtjahjo Walujo Wibowo, Apt. selaku apoteker pengelola apotek Kimia

Farma RSUP Dr. Sardjito yang telah memberikan ijin untuk melakukan

penelitian.

6. Manager Apotek Kimia Farma Yogyakarta, Bapak Soemarsono,Apt yang

yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian.

ix
7. Dian Shintari,S.Si,Apt; Gina Arifah S.Farm,Apt; Sari Rahmawati, S.Farm,

Apt selaku Apoteker Apotek Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito,Yogyakarta

dan seluruh karyawan Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito

yang telah memberikan bimbingan selama proses pengambilan data di Apotek

Kimia Farma Sardjito.

8. Papa dan Mama yang selalu setia memberikan cinta, doa, semangat dan

dukungan.

9. Diana, Aming, Ayu Tegal, dan Indri atas kerjasama dan kebersamaan selama

proses penelitian dan penyusunan skripsi.

10. Sahabat-sahabatku Dewi, Novi, Nuki, Bella, Santi, Siwi, Afni, Lina, Paulina,

Pia atas dukungan dan bantuan yang selalu diberikan kepada penulis.

11. Teman-teman FKK A 2007 atas kerjasama selama proses perkuliahan.

12. Pdt. Yos Hartono, Kak Delima, Om Edwin, Om Oldy, dan Kak Yudi atas doa

dan dukungannya.

13. Teman-teman di REEF’ers atas persaudaraan dan dukungan doa.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Akhirnya penulis berharap

semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak

yang membutuhkan.

Yogyakarta, 29 November 2010

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………... i

HALAMAN JUDUL………………………………………………..………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………….………… iii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………......... v

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………. vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................... vii

PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………………………………... viii

PRAKATA………………………………………………………………….. ix

DAFTAR ISI………………………………………………………………... xi

DAFTAR TABEL…………………………………………………………... xvi

DAFTAR GAMBAR……………………………….………………………. xviii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xix

INTISARI………………………………………….………………………... xx

ABSTRACT………………………………………….……………………..... xxi

BAB I. PENGANTAR…………………………………………………….... 1

A. Latar Belakang…………………………………………………….... 1

1. Perumusan masalah…...…………………………………….…... 3

2. Keaslian karya…………………………………………………... 3

3. Manfaat penelitian………………………………………………. 4

B. Tujuan Penelitian…………………………………………………... 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA……………………………………... 6

xi
A. Pengertian dan Penggolongan Obat…………………………….…. 6

B. Obat Tetes………………………………………………..………..... 7

C. Anatomi Telinga……………………………………………………. 7

D. Tetes telinga………………………………………………………… 9

E. Peranan Apoteker di Apotek…………………………...................... 10

F. Pelayanan Informasi Obat………………..…………….…………… 11

G. Konsep Perilaku…………………….…………………….………... 12

a. Pengetahuan…………………………………………………….. 13

b. Sikap…………………………………………………………….. 13

c. Tindakan…………………………………….….………..……… 13

H. Keterangan Empiris…………………………………..……………... 13

BAB III. METODE PENELITIAN……………………………..………….. 14

A. Jenis dan Rancangan Penelitian…………………………………….. 14

B. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………... 15

C. Definisi Operasional………………………..………………………. 16

D. Subjek Penelitian……………………………………………………. 18

E. Bahan Penelitian……………………………………………………. 19

F. Instrumen Penelitian……………………………………………….. 19

G. Tempat Penelitian………………………………………………….. 20

H. Tata Cara Penelitian………………………………………………… 21

1. Tahap pra penelitian…………………………………………… 21

a. Proses perijinan……………………………………………... 21

b. Analisis situasi……………………………………………… 21

xii
c. Pembuatan kuisioner dan wawancara terstruktur…………… 22

d. Penyusunan informed consent………………………..……... 23

e. Uji bahasa kuisioner………………….……………………... 23

2. Tahap pengumpulan data…………………………..…………… 23

3. Tahap pengolahan data……………………..…………………… 24

I. Skema Jalannya Penelitian……………...…………………………... 25

J. Analisis Hasil……………………………….………….…..……….. 27

1. Karakteristik pasien……………………………..………………. 27

a. Usia…………………………………………………………. 27

b. Jenis kelamin…………………………….………………….. 27

c. Tingkat pendidikan…………………….…………………… 28

d. Pekerjaan……………………………………………………. 28

e. Frekuensi penggunaan tetes telinga……..……….…………. 28

f. Frekuensi pembelian obat di Loket IRJ ……………………. 28

g. Responden yang pernah berkonsultasi obat dengan Apoteker

di Loket Apotek KF RSUP Dr. Sardjito…………...……….. 29

2. Karakteristik obat…………………………….……….………… 29

3. Pengolahan hasil kuisioner…………………..……….…………. 29

4. Wawancara Apoteker…………………………………………… 29

K. Kesulitan Penelitian…….…………………………………………... 30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………... 32

A. Ketersediaan Tetes Telinga….……………………………………… 32

B. Penggunaan Tetes Telinga Berdasarkan Kuisioner………………..... 34

xiii
1. Karakteristik responden………………….….………………...... 35

a. Usia…………………………………………………………. 35

b. Jenis kelamin……………………………………….……….. 36

c. Tingkat pendidikan……………………………….………… 36

d. Pekerjaan……………………………………………………. 37

e. Frekuensi penggunaan tetes telinga………………...………. 38

f. Frekuensi pembelian obat…………………………….…….. 39

g. Responden yang pernah berkonsultasi dengan Apoteker di

Loket IRJ (Instalasi Rawat Jalan)………………...………… 39

2. Perilaku penggunaan tetes telinga berdasarkan kuisioner…….… 40

a. Aspek pengetahuan……………………..…………………... 41

b. Aspek sikap…….…………………….……………...……… 45

c. Aspek tindakan……..…………….…………………………. 49

C. Informasi yang Diberikan Oleh Apoteker Berdasarkan Wawancara.. 55

1. Durasi pemberian obat kepada pasien……….….….…………… 55

2. Sumber informasi yang digunakan…………….……………….. 56

3. Informasi yang diberikan Apoteker……………….……………. 56

4. Teknik pemberian informasi penggunaan tetes telinga oleh

Apoteker………………………………………………………… 57

5. Kendala yang dihadapi selama pemberian informasi obat…...…. 58

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………. 60

A. KESIMPULAN……………………………………………………... 60

B. SARAN……………………………………………………………... 61

xiv
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 62

LAMPIRAN………………………………………………………………… 65

BIOGRAFI PENULIS……………………………………………………… 82

xv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Aspek Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan Tetes

Telinga di Loket IRJ Apotek KF RSUP Dr. Sardjito…………. 43


Tabel II.
Aspek Sikap Responden Terhadap Penggunaan Tetes Telinga

di Loket IRJ Apotek KF RSUP Dr. Sardjito…………………... 47


Tabel III.
Aspek Tindakan Responden Terhadap Penggunaan Tetes

Telinga di Loket IRJ Apotek KF RSUP Dr. Sardjito..………… 50

xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Telinga……………….…………………………….……. 8

Gambar 2. Cara Penggunaan Tetes Telinga pada Dewasa dan Anak-Anak..... 10

Gambar 3. Bagan Ruang Lingkup Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan

Penggunaan Sediaan Obat Pada Pengunjung Apotek Pelengkap

Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito Periode Juni-Juli 2010…….…… 15

Gambar 4. Bagan Cara Kerja Pra Penelitian……………………….…………. 25

Gambar 5. Bagan Cara Kerja Pembuatan Kuisioner dan Wawancara

Terstruktur ………………………………………….…………….. 26

Gambar 6. Bagan Cara Kerja Pengambilan Subyek Penelitian…….……….... 26

Gambar 7. Persentase Klasifikasi Tetes Telinga yang Ada di Apotek KF

RSUP Dr. Sardjito Berdasarkan Golongan Obat Menurut Undang-

Undang…………………………………………………...………... 33

Gambar 8. Salah Satu Jenis Tetes Telinga di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito

yang Merupakan Obat Keras………………….………...………… 33

Gambar 9. Persentase Klasifikasi Tetes telinga Berdasarkan Kelas Terapi

yang Tersedia di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito…………...….…. 34

Gambar 10. Karakteristik Responden di Loket IRJ RSUP Dr. Sardjito

Berdasarkan Usia ………………………………………..……….. 35

Gambar 11. Karakteristik Responden di Loket IRJ RSUP Dr. Sardjito

Berdasarkan Jenis Kelamin………….……………………………. 36

Gambar 12. Karakteristik Responden di Loket IRJ RSUP Dr. Sardjito

Berdasarkan Tingkat Pendidikan…………..……………………... 37

xvii
Gambar 13. Karakteristik Responden di Loket IRJ RSUP Dr. Sardjito

Berdasarkan Pekerjaan…………………………………………... 37

Gambar 14. Persentase Frekuensi Penggunaan Tetes Telinga oleh Responden

di Loket IRJ Apotek KF RSUP Dr. Sardjito……………...……... 38

Gambar 15. Persentase Frekuensi Pembelian Obat oleh Responden di Loket

IRJ Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito.….…..… 39

Gambar 16. Persentase Jumlah Responden yang Berkonsultasi di Loket IRJ

Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito ……..…..…. 40

Gambar 17. Perilaku Penggunaan Tetes Telinga pada Responden di Apotek

KF RSUP Dr. Sardjito Berdasarkan Rata-Rata Jawaban

Kuisioner…….……………………….……………………………. 52

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian…………………………..………….. 65

Lampiran 2 Gambaran Karakteristik Responden……………………… 67

Lampiran 3 Gambaran Karakteristik Tetes Telinga…………………… 68

Lampiran 4 Contoh Kuisioner…………………………………………. 69

Lampiran 5 Kunci Jawaban Kuisioner …………...…………….……... 73

Lampiran 6 Wawancara Terstruktur untuk Responden dan Apoteker… 75

Lampiran 7 Jawaban Kuisioner Responden…………………………… 76

Lampiran 8 Hasil Wawancara Dengan Apoteker…..…….……………. 80

xix
INTISARI

Pemberian informasi pada penggunaan tetes telinga sangat penting.


Penggunaan yang merupakan titik kritis pada sediaan tetes telinga terutama cara
penetesan dan cara penyimpanan. Pemberian informasi yang kurang lengkap dan
jelas tentang cara penggunaan obat akan membuat hasil terapi kurang maksimal
karena salah dalam penggunan akan membuat obat tidak akan mencapai efek
terapi yang dinginkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi ketersediaan
dan perilaku penggunaan tetes telinga pada pengunjung Apotek Pelengkap Kimia
Farma Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito. Penelitian ini termasuk
dalam penelitian survei yang termasuk dalam jenis penelitian observasi dan
rancangan penelitiannya adalah deskriptif.
Tetes telinga yang tersedia di Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP dr.
Sardjito adalah 50% obat keras, 37,5% OWA , dan 12,5% obat bebas sedangkan
menurut kelas terapi, antiinfeksi & antiseptik (25%); antiseptik telinga dengan
kortikosteroid (37,5%); antibiotikum (25%); preparat telinga lain (12,5%).
Informasi yang diberikan oleh apoteker pada saat menyerahkan tetes telinga
adalah aturan penggunaan meliputi sehari dipakai berapa kali, berapa tetes yang
perlu digunakan, telinga sebelah mana yang perlu diteteskan, dan berapa lama
harus didiamkan. Penggunaan tetes telinga pada pengunjung Apotek Pelengkap
Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito berdasarkan kuisioner dan wawancara adalah
aspek pengetahuan (70,4% benar) aspek sikap (78% benar) aspek tindakan (75,8%
benar)

Kata kunci : infromasi, penggunaan, tetes telinga, aspek sikap, aspek pengetahuan,
aspek tindakan

xx
ABSTRACT

Provision of information on the use of ear drops is really important. The


critical point of using ear drops is the instilling way and the storage method.The
incomplete and clear information provide about how to use the drug will affect the
theraupeutic results because it will not achieve the optimal use if that effect of
therapy.
This study aims to collect the information from visitors of the Complement
Pharmacy of Kimia Farma of Dr. Sardjito Hospital in orders to identify and
evaluate the availability and the use of ear drops. This research applies in the
survey method and the study design is descriptive.
Ear drops that are available at the Complement Pharmacy of Kimia Farma
of Dr. Sardjito Hospital are 50% of prescription, 37,5% OWA and OTC drugs
12.5%, while according to therapeutic class, anti-infective and antiseptic (25%);
antiseptic ear with corticosteroids (37.5%); antibiotic (25%); other preparats
(12,5%).
Information provided by the pharmacist while delivering the ear drops is the
direction namely how many times is used a day, how many drops to be used,
which side of ears that need to be dropped, and how long you should stay after
instilling. Based on questionnaires and interviews results from visitors of the
Complement Pharmacy of Kimia Farma of Dr. Sardjito Hospital, the researcher
finds that aspect of knowledge (70.4% correct) ; aspect of attitude (78% correct);
aspects of action (75.8% correct).

Keywords: information, use, ear drops, aspects of attitude, aspect of knowledge,


aspect of action

xxi
BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Prinsip dasar pengobatan adalah menghilangkan gejala serta

menyembuhkan penyakit dan jika memungkinkan dapat mencegah timbulnya

penyakit. Dalam prinsip dasar ini diterangkan bahwa manfaat klinik obat yang

diberikan harus melebihi risiko yang mungkin terjadi sehubungan dengan

pemakaiannya (Anonim, 2007a).

Walaupun obat yang tersedia di pasaran sekarang sudah aman, berkhasiat

dan bermutu, tetapi jika tidak digunakan dengan benar, maka tetap akan dapat

menimbulkan berbagai masalah. Oleh karena itu, pengetahuan yang benar tentang

obat dan cara penggunaannya akan mempengaruhi ketepatan penggunaan obat

(Anonim, 2004).

Cara penggunaan yang tepat tidak lepas dari pemberian informasi di

apotek. Sebagian besar pembeli di apotek merupakan pasien rawat jalan sehingga

monitoring penggunaan obat sulit dikontrol. Pemberian informasi yang kurang

lengkap dan jelas tentang cara penggunaan obat akan membuat hasil terapi kurang

maksimal karena salah dalam penggunaan akan membuat obat tidak akan

mencapai efek terapi yang diinginkan (Handayani, 2004).

Tetes telinga merupakan obat luar, yang oleh sebagian masyarakat tidak

begitu diperhatikan dalam penggunaannya dibandingkan dengan obat dalam atau

obat yang diminum seperti tablet dan sirup. Tetes telinga yang beredar di

1
2

Indonesia sebagian besar adalah obat keras yang boleh diserahkan oleh apoteker

tanpa resep dokter (Obat Wajib Apotek), sehingga peranan apoteker dalam hal ini

sangat berpengaruh dan salah satu peran apoteker di apotek adalah memberikan

informasi obat.

Pemberian informasi pada penggunaan tetes telinga sangatlah penting.

Penggunaan yang merupakan titik kritis pada sediaan tetes telinga terutama cara

penetesan dan cara penyimpanan. Cara penetesan penting pada sediaan tetes

telinga karena dalam meneteskan tetes telinga membutuhkan teknik khusus, jika

obatnya keluar atau tidak benar cara meneteskannya maka tetes telinga tidak akan

memberikan efek terapi (Anonim, 2010a). Cara penyimpanan juga penting karena

tetes telinga merupakan sediaan cair yang sangat rentan untuk ditumbuhi

mikrorganisme jadi penyimpanan dengan baik untuk tetes telinga akan sangat

penting (Kulkarni, 2010).

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito merupakan rumah sakit yang

menyediakan apotek penunjang dalam pelayanan kesehatan di bidang

kefarmasian. Apotek Pelengkap Kimia Farma (Apotek KF) merupakan salah satu

apotek penunjang pelayanan medik yang berada di RSUP Dr. Sardjito di bawah

tanggung jawab PT. Kimia Farma Apotek.

Apotek KF RSUP Dr. Sardjito dipilih sebagai tempat penelitian karena

memiliki jumlah pengunjung yang membeli obat di Loket KF rata-rata per hari

sebanyak 40-50 orang, khusus untuk loket yang beroperasi selama 24 jam bisa

mencapai 130 orang. Selain itu pengunjungnya tidak hanya berasal dari

Yogyakarta saja, tapi daerah-daerah sekitar Yogyakarta seperti Tegal, Magelang,


3

Temanggung dan daerah lainnya. Pertimbangan lain peneliti untuk mengadakan

penelitian di tempat ini adalah kelengkapan barang di apotek. Berdasarkan

berbagai pertimbangan di atas maka, penelitian di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito

dapat memberi gambaran yang memadai untuk penggunaan obat secara umum

dan khususnya tetes telinga.

Uraian di atas mendorong peneliti untuk melakukan survei langsung

terhadap penggunaan tetes telinga pada pengunjung apotek dan apa saja informasi

yang diberikan apoteker pada saat menyerahkan obat untuk dievaluasi lebih lanjut.

1. Perumusan Masalah

Dari uraian diatas, maka permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Berapa macam tetes telinga yang ada di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito?

b. Informasi apa saja yang diberikan apoteker terhadap pengunjung Apotek

KF RSUP Dr. Sardjito mengenai penggunaan tetes telinga?

c. Bagaimana perilaku penggunaan tetes telinga oleh pengunjung Apotek

KF RSUP Dr. Sardjito berdasarkan kuisioner?

2. Keaslian Karya

Dari penelusuran yang telah dilakukan, penelitian tentang evaluasi

ketersedian dan penggunaan tetes telinga pada pengunjung apotek di Apotek KF

RSUP Dr. Sardjito belum pernah dilakukan. Adapun beberapa penelitian yang

pernah dilakukan berkaitan dengan tetes telinga antara lain :


4

a. Efektifitas Ofloxacin Tetes Telinga pada Otitis Media Purulenta Akuta

Perforata di Poliklinik THT RSUD Dr. Saiful Anwar Malang oleh Rus

Suheryanto (2000).

b. Perbandingan Hasil Guna Klinik Kombinasi Kortikosteroid dan

Kloramfenikol Tetes Telinga Vs Kloramfenikol Tetes Telinga Pada

Pengobatan Lokal Otitis Media Kronika Aktif oleh Maria Kwarditawati

(2001).

Penelitian yang dilakukan penulis ini berbeda dalam hal subyek penelitian,

metode penelitian dan tempat penelitian. Subyek dalam penelitian ini yaitu

pengunjung apotek. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah non

eksperimental berupa observasi yang mengevaluasi ketersediaan tetes telinga dan

perilaku penggunaan tetes telinga dan informasi obat yang diberikan di Apotek.

Tempat penelitian ini adalah Apotek KF RSUP Dr. Sardjito.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber referensi di bidang

kesehatan, klinik dan komunitas sebagai sumber kajian mengenai tetes telinga

dan informasi penggunaan.

b. Manfaat praktis

1. kajian untuk meningkatkan pengetahuan terkait pelayanan informasi tetes

telinga.

2. acuan bagi Apoteker atau Farmasis untuk memberi informasi dan edukasi

pada masyarakat terkait penggunaan tetes telinga secara benar dan tepat.
5

3. acuan bagi Apotek untuk meningkatkan jumlah ketersediaan tetes telinga

serta informasi penggunaannya.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum :

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi

ketersediaan dan perilaku penggunaan tetes telinga pada pengunjung Apotek KF

RSUP Dr. Sardjito.

2. Tujuan khusus :

a. mengetahui ketersediaan tetes telinga yang ada di Apotek KF RSUP Dr.

Sardjito.

b. mengetahui informasi yang diberikan apoteker terhadap pengunjung Apotek

KF RSUP Dr. Sardjito mengenai penggunaan tetes telinga.

c. mengetahui perilaku penggunaan tetes telinga oleh pengunjung apotek KF

RSUP Dr. Sardjito berdasarkan kuisioner.


BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Penggolongan Obat

Obat merupakan semua bahan tunggal maupun campuran yang digunakan

semua makhluk hidup untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah,

meringankan, dan menyembuhkan penyakit (Syamsuni, 2005).

Penggolongan Obat menurut Undang-undang :

1. Menurut Surat edaran dari Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan
Dep.Kes.RI. No. 02469/A/VI/1983 tentang obat yang boleh dijual di toko obat
berijin, yaitu obat bebas dan obat bebas terbatas dan sesuai dengan SK.
Menteri Kesehatan RI. Nomor: 2380/A/SK/VI/83 tanggal 15 Juni 1983
tentang tanda khusus :
a. Lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam, yaitu tanda khusus
untuk obat bebas.
b. Lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam, yaitu tanda khusus
untuk obat bebas terbatas (Menteri Kesehatan RI,1983).
2. Berdasarkan undang-undang obat keras (ST. No. 419 tanggal 22 Desember
1949), obat keras yaitu obat-obatan yang tidak digunakan untuk keperluan
tehnik, yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan,
mendesinfeksikan dan lain-lain tubuh manusia, baik dalam bungkusanmaupun
tidak yang ditetapkan oleh Secretaris Van Staat van het department van
Gesondheid, menurut ketentuan pada Pasal 2 (Menteri Kesehatan RI,1949).
3. Menurut UU RI No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika, obat psikotropika
adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (Menteri
Kesehatan RI, 1997).
4. Menurut UU No. 22 tahun 1997, obat narkotika adalah obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan
ketergantungan (Menteri Kesehatan RI, 1997).
5. Menurut Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 obat wajib apotek
adalah obat keras yang dapat dibeli dengan resep dokter atau tanpa resep
dokter dengan jumlah tertentu oleh apoteker di apotek (Menteri Kesehatan RI,
1990).

6
7

B. Obat Tetes

Obat tetes (guttae) adalah sediaan cair yang berupa larutan, suspensi atau

emulsi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, dipakai dengan cara

meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan

tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan Farmakope Indonesia

(Anonim, 1979). Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain: guttae (obat dalam),

guttae oris (tetes mulut), guttae auriculares (tetes telinga), guttae nasales (tetes

hidung), guttae ophtalmicae (tetes mata) (Sanjoyo, 2010).

C. Anatomi Dan Fisiologi Telinga

Telinga luar terdiri dari daun telinga (yang juga disebut pinna) dan EAC

(External auditory canal), dan ditutup oleh membran timpani (gendang telinga),

yang merupakan bagian dari telinga bagian tengah. Daun telinga ini terdiri dari

lapisan tipis kulit yang memiliki banyak pembuluh darah yang erat terikat untuk

tulang rawan. Adiposa atau jaringan subkutan, yang akan melindungi pembuluh

darah, tidak ada kecuali dalam lobus tersebut. Lobus ini memiliki pembuluh darah

yang lebih sedikit dan terdiri terutama dari jaringan lemak. Potongan tulang rawan

berbentuk segitiga yang berada di depan dari saluran telinga sampai dengan pipi

disebut tragus (Anonim, 2004).

External auditory canal terdiri dari bagian kartilaginosa luar, yang

mencakup sepertiga sampai setengah dari panjangnya, ditambah dengan tubuh

bagian dalam atau bagian osseous. Pada anak-anak memiliki EAC yang lebih

pendek, lurus dan datar, daripada orang dewasa, yang cenderung untuk
8

memperpanjang kanal dan membentuk sebuah "S" bentuk. Pada saat yang sama,

saluran eustasius orang dewasa (bagian dari telinga bagian dalam) memanjang ke

bawah sehingga memasuki rongga hidung. Bentuk ini membantu untuk

menaikkan drainase dan menghambat masuknya isi faring dan hidung ke telinga

tengah. Hal inilah yang menjelaskan mengapa anak-anak menderita infeksi telinga

tengah daripada melakukan orang dewasa (Anonim, 2004).

Gambar 1. Anatomi Telinga (Anonim, 2004).

Kulit yang menutupi daun telinga ini, rentan terhadap pendarahan saat

tergores karena kurangnya fleksibilitas yang biasanya dihasilkan oleh lapisan

lemak subkutan dan pasokan darah besar ke area tersebut. Kulit jauh ke dalam

EAC lebih tebal dan berisi kelenjar apokrin dan eksokrin serta folikel rambut.

Kulit di kanal tersebut berlanjut dengan lapisan luar membran timpani (Anonim,

2004).

Sekresi berminyak dari campuran kelenjar eksokrin dengan cairan, lemak

susu dari kelenjar apokrin membentuk cerumen, yang muncul pada permukaan

luar kulit pada setengah dari bagian luar EAC. Cerumen meminyaki kanal,

menahan debu dan benda asing, dan menyediakan penghalang yang tahan air
9

untuk masuknya patogen. Cerumen ini juga mengandung berbagai zat antimikroba

seperti lysozymes, dan memiliki pH asam,yang membantu menghambat

pertumbuhan bakteri dan jamur (Anonim, 2004).

Cerumen bermigrasi ke luar ketika gerakan rahang (seperti mengunyah dan

berbicara) terjadi. Ini berfungsi sebagai proses pembersihan diri. Cerumen

mungkin tampak kering dan berminyak.Membran timpani atau gendang telinga

yang normal adalah halus, transparan, dan berwarna abu-abu mutiara. Membran

ini berbentuk cekung dan oval dengan ketebalan rata-rata 0,0074 mm dan terdiri

dari tiga lapisan (Anonim, 2004).

Lapisan kulit yang berlanjut dari EAC membentuk lapisan luar membran

timpani. Lapisan tengah adalah jaringan ikat, dan lapisan internal merupakan

selaput lendir berlanjut dengan lapisan telinga bagian tengah. Membran timpani

memancarkan gelombang suara dan bertindak sebagai pelindung di telinga bagian

tengah. Pertahanan alami dari saluran telinga adalah lapisan kulit dengan lapisan

pelindung atas cerumen, pH asam, dan rambut yang garis luar setengah dari kanal.

Bersama-sama, mereka melindungi terhadap cedera dari bahan asing dan infeksi

(Anonim, 2004).

D. Tetes Telinga

Tetes telinga (guttae auriculares) adalah obat tetes yang digunakan untuk

telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Cairan pembawanya

biasanya bukan air, kecuali dinyatakan lain. Cairan tetes telinga biasanya memilki
10

derajat keasaman sekitar 5,0-6,0 (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan

Makanan RI, 1979).

Cara penggunaan tetes telinga adalah tidur dan miringkan kepala sehingga

telinga yang diobati menghadap ke atas. Untuk membuat lubang telinga lurus

sehingga mudah ditetesi maka bagi penderita dewasa telinga ditarik ke atas dan ke

belakang sedangkan bagi anak-anak telinga ditarik ke bawah dan ke belakang

Teteskan tetes telinga pada saluran telinga. Diamkan selama 5 menit sehingga

obat mengalir. Lap ujung penetes dengan tisu yang bersih dan tutup wadah dengan

rapat (Anonim, 2008).

Gambar 2. Cara Penggunaan Tetes Telinga pada Dewasa dan Anak-Anak


(Anonim, 2009).

E. Peranan Apoteker di Apotek

Berdasarkan Kepmenkes No. 1027 tahun 2004, Apotek adalah tempat

tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,

perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Apoteker di apotek harus selalu

memiliki kemampuan menyediakan dan memberi pelayanan yang baik,

mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi,

menempatkan diri sebagai pimpinan dalam sistem multidisipliner, kemampuan

mengelola sumber daya manusia (SDM) secara efektif, selalu belajar sepanjang
11

karier, dan membantu memberi pendidikan dan peluang untuk meningkatkan

pengetahuan (Menteri Kesehatan RI, 2004).

Berdasarkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian

di Apotek, Apoteker berkewajiban melakukan pengelolaan sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan. Yang dimaksudkan pengelolaan sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan adalah suatu proses kegiatan yang dimulai dari perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan penyerahan sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan. Tujuan pengelolaan adalah tersedianya perbekalan farmasi

yang bermutu serta jumlah, jenis dan waktu yang tepat (Anonim, 2006).

Perencanaan adalah kegiatan seleksi sediaan farmasi dan perbekalan

kesehatan sesuai dengan jumlah, jenis dan waktu yang tepat. Pengadaan adalah

suatu kegiatan yang bertujuan agar tersedianya sediaan farmasi dengan jumlah

dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Penyimpanan

merupakan kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menetapkannya

(Anonim, 2006).

Menurut Kepmenkes No. 1027 tahun 2004, pelayanan kefarmasian

(pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung

profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup

pasien (Menteri Kesehatan RI, 2004).

F. Pelayanan Informasi Obat

Berdasarkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian

di Apotek, Pelayanan Informasi Obat (PIO) didefinisikan sebagai kegiatan


12

pelayanan yang harus dilakukan oleh seorang apoteker untuk memberikan

informasi dan konsultasi secara tepat, akurat, tidak bias, mudah dimengerti, etis

dan bijaksana (Anonim, 2006). Prosedur tetap dalam pelayanan informasi obat

adalah:

1. memberikan informasi obat kepada pasien berdasarkan resep atau catatan

pengobatan (medication record) baik secara lisan maupun tertulis.

2. melakukan penelusuran literatur jika diperlukan dan memberikan informasi

secara sistematis.

3. menjawab pertanyaan pasien secara jelas dan mudah dimengerti.

4. menyediakan informasi aktif (brosur, leaflet dll).

5. mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat (Anonim,

2006).

Berdasarkan Kepmenkes No. 1027 tahun 2004, Apoteker harus memberikan

informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis,

bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien setidaknya meliputi: cara

pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta

makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi (Menteri Kesehatan RI,

2004).

G. Konsep Perilaku

Perilaku manusia adalah aktivitas atau kegiatan dari manusia yang

bersangkutan. Perilaku kesehatan merupakan usaha-usaha seseorang untuk

menjaga dan memelihara kesehatan agar tidak sakit dan bila sakit untuk
13

penyembuhan (Notoatmodjo, 2007). Perilaku manusia merupakan hasil segala

macam pengalaman serta interaksi antar manusia yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon

seseorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam

dirinya (Sarwono, 1997).

Benjamin Bloom (1908) membagi perilaku manusia ke dalam 3 domain

menjadi :

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2007).

2. Sikap

Sikap adalah respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007).

3. Tindakan

Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas, selain

itu diperlukan juga faktor dukungan dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007).

H. Keterangan Empiris

Diharapkan dapat memberi gambaran tentang ketersediaan tetes telinga

yang ada di apotek, ketersediaan informasi yang diberikan oleh apoteker

mengenai penggunaan tetes telinga, serta informasi penggunaan tetes telinga pada

pasien pengunjung apotek melalui kuisioner dan wawancara mendalam.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian survei yang termasuk dalam

jenis penelitian observasional, yang didesain untuk mengumpulkan informasi

tentang kedaan-keadaan nyata sekarang atau sementara berlangsung. Berdasarkan

setting tempat, penelitian ini dilakukan di komunitas yaitu Apotek. Berdasarkan

setting waktu penelitian ini termasuk dalam penelitian prospektif Berdasarkan

cara dan waktu pengambilan sampel, penelitian ini termasuk dalam penelitian

cross-sectional yaitu tiap subyek hanya diobeservasi hanya satu kali. Rancangan

penelitian ini adalah survei deskripif melalui pendekatan kualitatif yang didesain

untuk memberi suatu gambaran secara mendalam mengenai fenomena yang

ditemukan serta tidak melakukan analisis terhadap hubungan antar variabel

penelitian (Sevilla, Ochave, Punsalam, Regala, Uriarte, 1993).

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah kuota secara non acak.

Cara pengambilan sampelnya yaitu dengan menetapkan dasar jumlah sampel yang

diperlukan, lalu menetapkan jumlah yang diinginkan dan jumlah tersebut

dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan (Riduwan, 2008).

Metode pengumpulan data dilakukan dengan survei langsung kepada pengunjung

apotek dan Apoteker yang ada di apotek menggunakan alat penelitian dalam

bentuk wawancara terstruktur dan pengisian kuisioner. Penelitian ini juga

melakukan survei terhadap ketersediaan tetes telinga yang beredar di Apotek.

14
15

B. Ruang Lingkup Penelitian

Gambar 3. Bagan Ruang Lingkup Penelitian ” Evaluasi Ketersediaan Dan


Perilaku Penggunaan Sediaan Obat Oleh Pegunjung Apotek Pelengkap Kimia
Farma, RSUP Dr. Sardjito Periode Juni-Juli 2010”.

Penelitian mengenai evaluasi ketersediaan dan penggunaan tetes telinga

oleh pegunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma, RSUP Dr. Sardjito merupakan

salah satu penelitian yang diadakan bersama serangkaian penelitian lain, dengan

ulasan topik tentang ” Evaluasi Ketersediaan Dan Perilaku Penggunaan Sediaan

Obat Oleh Pegunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma, RSUP Dr. Sardjito

Periode Juni-Juli 2010”. Penelitian tersebut terdiri dari 5 pokok bahasan, 5

penelitian sosial. Lima penelitian tersebut dikerjakan bersama-sama oleh 5

peneliti yang berbeda .


16

C. Definisi Operasional

1. Ketersediaan meliputi:

a. Ketersediaan informasi yaitu informasi yang diterima dari pengunjung

Apotek KF RSUP Dr. Sardjito dan yang diberikan oleh Apoteker

mengenai penggunaan tetes telinga.

b. Ketersediaan barang meliputi jenis dan jumlah tetes telinga yang tersedia

di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito.

2. Perilaku penggunaan tetes telinga meliputi aspek pengetahuan, aspek sikap

dan aspek tindakan penggunaan tetes telinga.

3. Penggunaan tetes telinga meliputi cara meneteskan sediaan tetes telinga, lama

pemakaian, dan cara menyimpan.

4. Tetes telinga yang dimaksud dalam kuisioner penelitian ini adalah tetes

telinga apa saja yang sebelumnya pernah dipakai oleh responden.

5. Pengunjung apotek adalah pasien rawat jalan dan seluruh masyarakat baik

dari daerah sekitar apotek maupun dari luar daerah tersebut yang datang ke

Apotek KF RSUP Dr. Sardjito untuk pembelian obat tetes telinga dengan

resep ataupun tanpa resep dokter yang memenuhi kriteria inklusi selama

penelitian berlangsung.

6. Pasien rawat jalan adalah pasien yang tidak dirawat secara intensif di rumah

sakit, berobat ke rumah sakit ketika ada keluhan tertentu, secara berkala

datang ke rumah sakit untuk menerima pengobatan.

7. Loket Instalasi Rawat Jalan (IRJ) adalah salah satu dari lima loket yang

dimiliki Apotek KF RSUP Dr. Sardjito yang letaknya dekat dengan poliklinik
17

mata dan THT (Telinga Hidung Tenggorokan), sehingga ketersediaan obat

tetes mata, tetes telinga, maupun obat tetes hidung lebih banyak dibandingkan

di loket-loket yang lain.

8. Apoteker adalah apoteker pendamping yang sedang bertugas di Apotek KF

RSUP Dr. Sardjito selama penelitian berlangsung.

9. Aspek pengetahuan adalah pemahaman pengunjung apotek sebagai responden

mengenai penggunaan tetes telinga secara tepat yang mereka yakini

kebenarannya dari berbagai sumber yang dinilai dengan pemberian kuisioner

dan wawancara secara langsung.

10. Aspek sikap adalah respon evaluatif responden terhadap penggunaan tetes

telinga yang mereka yakini kebenarannya dari pengetahuan yang mereka

miliki yang dinilai dengan pemberian kuisioner dan wawancara secara

langsung.

11. Aspek tindakan adalah hal-hal yang dilakukan oleh responden dalam

penggunaan tetes telinga yang dinilai dengan pemberian kuisioner dan

wawancara secara langsung.

12. Menurut Pratomo (cit., Ganie, 2009), tingkat pengetahuan, sikap, dan

tindakan dikatakan baik apabila responden mengetahui sebagian besar atau

seluruhnya dengan skor jawaban responden >75%, tingkat pengetahuan,

sikap, dan tindakan dikatakan sedang (cukup baik) apabila responden

mengetahui sebagian dengan skor jawaban responden 40%-75%, tingkat

pengetahuan, sikap, dan tindakan dikatakan kurang baik apabila responden


18

mengetahui sebagian kecil dengan skor jawaban responden <40% (Pratomo,

cit. Ganie, 2009).

13. Periode Juni-Juli 2010 yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu tanggal 14

Juni 2010 - 10 Juli 2010.

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian meliputi pengunjung apotek dan apoteker seperti yang

telah dijelaskan di definisi operasional. Selanjutnya dalam penelitian ini subyek

penelitian disebut responden. Responden harus memenuhi kriteria-kriteria yang

menjadi batasan dalam penelitian.

Kriteria inklusi adalah responden yang berusia minimal 17 tahun, jenis

kelamin pria atau wanita yang merupakan pengunjung Apotek KF RSUP Dr.

Sardjito periode Juni-Juli 2010; yang sudah pernah menggunakan tetes telinga;

yang bersedia bekerja sama berdasarkan persetujuan dengan informed-consent.

Kriteria eksklusi adalah pengunjung Apotek KF RSUP Dr. Sardjito yang tidak

bersedia bekerja sama untuk memberikan informasi dalam penelitian.

Responden didapat dengan pengambilan sampel kuota secara non-acak.

Responden yang dijadikan sampel diambil secara non-acak dan dapat diasumsikan

bahwa sampel-sampel tersebut sesuai dengan kuota yang telah ditentukan

(Sevilla,dkk., 1993).

Penetapan jumlah sampel yang ingin diteliti, untuk populasi kecil atau lebih

kecil dari 10.000 menurut Notoadmojo (2005) dengan rumus 1.


19

N
n = ----------------
1 + N (d)2

Keterangan:
N = besar Populasi ; n = besar Sampel; d = nilai kritis (batas ketelitian) yang
diinginkan (0,05) (Sevilla, dkk., 1993).
Rumus 1. Besar sampel yang akan dilibatkan dalam penelitian.

Dalam penelitian ini sampel yang akan terlibat sebesar :


42
n = ---------------- = 38
1 + 42 (0,05)2

N = besar populasi pengunjung Apotek KF RSUP Dr. Sardjito loket IRJ yang
membeli tetes telinga selama satu bulan
n = besar sampel penelitian
d = ketepatan yang diinginkan (0,05)

Jumlah sampel di dapatkan dari jumlah pengunjung loket IRJ yang membeli tetes

telinga pada kemasan pada bulan Maret 2010.

Jumlah sampel ditambahkan 30 % untuk mengatasi dropped out menjadi

= 30% x 38 = 11,4 sampel 12 sampel. Jumlah sampel = 50 sampel

E. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data

pasien yang diperoleh pada saat wawancara awal untuk mencari subyek uji seperti

umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Data ini terangkum dalam informed

consent yang telah ditandatangani pasien dan panduan wawancara yang telah

disiapkan.

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan (1). panduan wawancara terstruktur; (2).

Kuisioner. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner.


20

Kuisioner adalah pertanyaan terstruktur yang diiisi sendiri oleh responden atau

diisi oleh pewawancara yang membacakan pertanyaan dan kemudian jawaban

yang diberikan dicatat (Basuki, 2006). Kuisioner dibuat dengan tujuan

mengumpulkan data dari kelompok kelompok besar orang-orang yang beraneka

ragam dan terpencar secara luas. Kuisioner juga digunakan untuk mengumpulkan

data obyektif kuantitatif maupun untuk mencapai keterangan-keterangan yang

bersifat kualitatif (Winardi, 1986).

Kuisioner yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 3 bagian. Bagian

pertama berisi tentang karakteristik responden dan pernyataan kesediaan

responden untuk mengikuti penelitian (informed consent). Karakteristik pasien

meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan responden dan pekerjaan responden.

Bagian kedua memuat pertanyaan mengenai pengalaman pasien dalam

menggunakan tetes telinga (sudah berulang kali atau baru satu kali) dan

pengalaman membeli obat di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito (pengalaman pertama

atau sudah berulang kali) dan pengalaman berkonsultasi pada apoteker di Apotek

KF RSUP Dr. Sardjito (pernah/tidak). Panduan wawancara terstruktur juga

digunakan untuk melakukan wawancara secara langsung kepada apoteker yang

sedang bertugas di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito.

G. Tempat Penelitian

Penelitian dikerjakan di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito untuk kegiatan

survei wawancara dan pemberian kuisioner yang berlokasi di Loket IRJ yang

khusus melayani peresepan bagi pasien rawat jalan dan obat-obat non resep.
21

H. Tata Cara Penelitian

Penelitian ini terdiri dari serangkaian penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui ketersediaan dan penggunaan tetes telinga pada pengunjung Apotek

KF RSUP Dr. Sardjito . Cara kerja yang akan dilakukan secara umum yaitu:

1. Tahap pra penelitian

Tahap ini adalah tahap awal jalannya penelitian. Tahap ini meliputi proses

perijinan, analisis situasi, dan pembuatan kuisioner, wawancara terstruktur serta

penyusunan informed consent.

a. Proses perijinan

Perijinan dilakukan dengan mitra, yaitu Manager Apotek Kimia Farma

wilayah Yogyakarta dan Manager Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito. Proses

perijinan berlangsung selama kurang lebih 1 bulan yaitu selama bulan Februari

2010.

b. Analisis situasi

Analisis situasi dilakukan selama 2 bulan, yaitu pada bulan Maret-April

2010. Tahap ini mencakup pengamatan situasi dan kondisi di Apotek KF RSUP

Dr. Sardjito khususnya loket IRJ serta diskusi dengan pihak mitra terkait kasus-

kasus cara penggunaan sediaan obat dan studi pustaka.

Hasil dari tahap ini digunakan untuk memperkirakan jumlah subyek yang

akan diikutsertakan dalam penelitian berdasarkan jumlah pengunjung apotek pada

bulan Maret 2010 yang menggunakan tetes telinga yang ada di apotek. Hasil dari

analisis situasi juga digunakan untuk menetapkan kriteria inklusi subyek uji.
22

c. Pembuatan kuisioner dan wawancara terstruktur

Kuisioner dan wawancara terstruktur digunakan untuk mengevaluasi

penggunaan tetes telinga oleh pengujung apotek. Kuisioner berisi kira-kira 30

pertanyaan dengan bahasa sederhana yang tiap 10 pertanyaan mencakup segi

pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice). Pernyataan

pada kuisioner ini terdiri atas dua sifat, yaitu: favourable dan unfavourable.

Pembagian pernyataan menjadi dua sifat bertujuan untuk menghindari stereotype

jawaban. Pernyataan favourable merupakan suatu pernyataan yang berisi hal-hal

positif mengenai suatu objek. Sebaliknya pernyataan unfavourable merupakan

pernyataan yang berisi hal-hal negatif mengenai suatu objek. Bentuk pertanyaan

dalam kuisioner menggunakan variasi dischotomous choice yaitu dalam

pertanyaan hanya disediakan 2 jawaban atau alternatif seperti pernah/tidak pernah

atau ya/tidak atau setuju/tidak setuju (Notoatmodjo, 2005).

Wawancara terstruktur dilakukan terhadap Apoteker terkait profil

informasi tentang penggunaan tetes telinga, pelayanan informasi obat terkait

bentuk sediaan yang diteliti. Wawancara terstruktur dilakukan di awal pasien

pernah tidaknya menggunakan sediaan obat sesuai kriteria inklusi.

Wawancara terstruktur juga dilakukan di akhir untuk mengevaluasi

pemahaman terkait penggunaan tetes telinga. Wawancara dibuat dengan bahasa

yang sederhana tidak lebih dari 5 pertanyaan. Wawancara terstruktur dilakukan di

awal untuk mengetahui usia dan pernah tidaknya menggunakan sediaan obat

sesuai kriteria inklusi. Wawancara terstruktur juga dilakukan di akhir untuk


23

mengevaluasi pemahaman terkait cara penggunaan tetes telinga serta informasi

yang diberikan oleh Apoteker di mata responden.

d. Penyusunan informed consent.

Informed consent dibuat sebagai tanda persetujuan pasien untuk ikut serta

dalam penelitian.

e. Uji bahasa kuisioner

Uji bahasa dilakukan pada 12 subyek yang mempunyai kemiripan kriteria

dengan subyek uji. Uji bahasa dilakukan di Loket Unit Gawat Darurat RSUP Dr.

Sardjito dimulai pada tanggal 14 Juni 2010 dan dilakukan selama 2 minggu. Uji

bahasa dilakukan untuk menguji apakan kuisioner dibuat telah siap digunakan

sebagai alat penelitian. Uji bahasa ini merupakan bagian dari validitas bahasa.

Validitas bahasa yang dilakukan merupakan pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui apakah kalimat pernyataan yang terdapat dalam kuisioner mudah

dimengerti oleh responden.

2. Tahap pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap

responden dan Apoteker yang sedang bertugas di apotek. Penyebaran kuisioner

dilakukan dengan memberikan kuisioner pada pengunjung Apotek. Pengisian

kuisioner oleh responden didampingi oleh peneliti sehingga kuisioner yang

diberikan pada responden tersebut langsung dikembalikan kepada peneliti.

Responden yang sedang menunggu diserahkan obat

Pengunjung Apotek yang terpilih sebagai responden sesuai kriteria inklusi-

ekslusi, sebelumnya diminta mengisi informed consent sebagai tanda persetujuan


24

mengikuti penelitian. Informed consent ditanda tangani oleh responden. Apabila

responden mengalami kesulitan dalam hal membaca maka peneliti menyediakan

diri untuk membacakan pernyataan kuisioner. Kuisioner yang telah lengkap diisi

kemudian dilanjutkan tahap wawancara, pada tahap wawancara ini responden

diminta menjawab beberapa pertanyaan seputar penggunaan tetes telinga.

Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian kuisioner, pemberian

kuisioner yang diwawancarakan dan wawancara terstruktur pada Apoteker dan

Pengunjung Apotek. Pemberian kuisioner hanya dilakukan di loket Instalasi

Rawat Jalan. Apabila terdapat kebingungan, subyek uji dapat langsung bertanya.

Untuk pengumpulan data mengenai ketersediaan obat, dilakukan

pendaftaran obat-obat yang tersedia di Apoetk KF RSUP Dr. Sardjito. Pendaftaran

obat dilakukan di 5 loket Kimia Farma yang terdapat di RSUP Dr. Sardjito yaitu

loket Unit Gawat Darurat, loket Instalasi Rawat Jalan, loket poli, loket bangsal

dan loket induk. Pengumpulan data dilakukan dimulai tanggal 26 Juni-10 Juli

2010.

Pengumpulan data informasi dari Apoteker didapat dari hasil pengamatan

peneliti selama jalannya penelitian ketika Apoteker tersebut sedang melakukan

pelayanan informasi obat. Pengamatan dikhususkan ketika sedang memberi

informasi sediaan tetes telinga. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara

secara mendalam pada masing masing Apoteker yang bertugas di Apotek.

3. Tahap pengolahan data

Data pada penelitian ini diperoleh dari lembar kuisioner yang diisi oleh

subyek uji, wawancara terstruktur yang dilakukan kepada pengunjung apotek dan
25

apoteker serta dari daftar sediaan tetes telinga yang terdapat di Apotek KF RSUP

Dr. Sardjito. Karakteristik pasien yang meliputi umur, jenis kelamin, dan tingkat

pendidikan; serta karakteristik obat yang meliputi jenis dan jumlah tetes telinga

yang terdapat di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito. Data yang diperoleh selanjutnya

diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang menggambarkan

penggunaan tetes telinga oleh pengunjung Apotek KF RSUP Dr. Sardjito.

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi cara pemakaian tetes telinga

oleh pengunjung Apotek KF RSUP Dr. Sardjito. Hasil dari evaluasi ini akan

digunakan untuk mencari cara untuk meningkatkan pemakaian obat yang rasional

di masyarakat, khususnya untuk penggunaan tetes telinga.

Tabulasi data dilakukan dengan cara melakukan perhitungan jawaban

kuisioner dari responden yang telah mengisinya kemudian mengelompokan

masing-masing jawaban tersebut dan menghitung persentasenya.

I. Skema Jalannya Penelitian

Pertanyaan kuisioner dawali dengan pertanyaan tentang ciri-ciri demografi

yaitu umur, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir. Jumlah total pernyataan dalam

kuisioner adalah 30 pertanyaan. Gambar 4, 5 dan 6 adalah skema secara jelas

jalannya penelitian ini : Analisis situasi

Analisis situasi Memperkirakan jumlah subyek


(pra penelitian) penelitian

Menetapkan subyek penelitian, kriteria


inklusi dan eksklusi
Gambar 4. Bagan Cara Kerja Pra Penelitian
26

Pembuatan 30 pertanyaan yang menyangkut


Pembuatan kuisioner segi pengetahuan, sikap dan perilaku
dan wawancara
terstruktur
Uji bahasa pada 30% dari total sampel
yaitu 12 orang

Pembuatan pertanyaan terstruktur untuk


responden dan apoteker

Gambar 5. Bagan Cara Pembuatan Kuisioner dan Wawancara Terstruktur

Pengumpulan data pada bulan Juni–Juli 2010 di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito

Populasi pembeli sediaan tetes telinga dalam 1 bulan (Maret) adalah 42 orang

Memenuhi kriteria inklusi-eksklusi

Responden sebanyak 38 orang ditambah dengan antisipasi adanya dropp out


30% sehingga responden menjadi 50 orang

50 orang selesai mengisi kuisioner

10 orang tidak berhasil diwawancara 40 orang berhasil diwawancara


karena terburu-buru

30 orang membeli tetes telinga di loket 10 orang membeli tetes


IRJ Apotek KF RSUP Dr. Sardjito telinga di tempat lain

Gambar 6. Bagan Cara Kerja Pengambilan Responden


27

J. Analisis Hasil

Data yang diperoleh diolah dengan statistik deskriptif dengan mendapatkan

persentase rata-rata dan SD, hasil wawancara dipaparkan secara deskriptif. Hasil

data dipaparkan dalam bentuk persentase dan disajikan dalam tabel dan gambar

(Pratiknya, 1993).

1. Karakteristik responden

Karakteristik responden terdiri dari umur, jenis kelamin, dan pendidikan

terakhir, frekuensi penggunaan tetes telinga, frekuensi pembelian di Apotek KF

RSUP Dr. Sardjito dan konsultasi obat yang pernah dilakukan. Semua data

ditampilkan dengan bentuk persentase.

a. Usia

Penggolongan usia dilakukan dengan menggunakan rumus distribusi

frekuensi Strurgess:

M = 1+3,3 log N

dengan M adalah jumlah kelas dan N adalah jumlah data populasi

(Sugiyono, 2006). Pengelompokkan usia dilakukan dengan mencari

interval kelas yang dihitung dengan menghitung selisih antara usia

tertinggi dan terendah dibagi dengan M dengan nilai M merupakan jumlah

kelas yang diperoleh dari rumus strurgess.

b. Jenis kelamin

Pengelompokkan jenis kelamin dilakukan dengan perhitungan frekuensi

dan perhitungan persentasenya dengan cara jumlah frekuensi pria/ wanita

dibagi jumlah total seluruh responden pria dan wanita dikali 100%.
28

Dimana jumlah total seluruh responden pria dan wanita adalah 50

responden.

c. Tingkat pendidikan

Dalam transkrip kuisioner, terdapat 7 tingkatan pendidikan akhir

responden yaitu tidak sekolah, SD, SLTP, SLTA,diploma, dan sarjana.

Pengelompokkan awal dilakukan berdasarkan jumlah masing-masing

tingkat pendidikan akhir yang dimiliki oleh responden, dibagi jumlah

responden keseluruhan kemudian dikali 100%.

d. Tingkat pekerjaan

Pengelompokkan terhadap tingkat pekerjaan dilakukan berdasarkan jumlah

masing-masing pekerjaan yang dimiliki oleh responden, dibagi jumlah

responden keseluruhan kemudian dikali 100%.

e. Frekuensi penggunaan tetes telinga

Pengelompokkan untuk melihat frekuensi penggunaan tetes telinga

dilakukan berdasarkan perhitungan jumlah responden yang baru pertama

kali atau sudah berulang kali menggunakan tetes telinga, dibagi jumlah

responden keseluruhan kemudian dikali 100%.

f. Frekuensi pembelian obat di Loket IRJ

Frekuensi pembelian obat di Loket IRJ Apotek KF RSUP Dr. Sardjito

dilakukan berdasarkan perhitungan jumlah responden yang baru pertama

kali/ sudah sering membeli obat di Loket Apotek KF RSUP Dr. Sardjito,

dibagi jumlah responden keseluruhan kemudian dikali 100%.


29

g. Responden yang pernah berkonsultasi obat dengan apoteker di Loket IRJ

Apotek KF RSUP Dr. Sardjito

Untuk melihat responden yang pernah berkonsultasi obat dengan apoteker

di Loket IRJ Apotek KF RSUP Dr. Sardjito dilakukan berdasarkan

perhitungan jumlah responden yang yang pernah berkonsultasi obat

dengan apoteker di Loket IRJ Apotek KF RSUP Dr. Sardjito, dibagi

jumlah responden keseluruhan kemudian dikali 100%.

2. Karakteristik obat

Karakteristik obat meliputi penggolongan obat berdasarkan undang-undang

dan berdasarkan kelas terapi menurut MIMS/ISO. Persentase jumlah tetes

telinga yang terdapat di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito, kemudian

perhitungan persentasenya yaitu jumah item obat tiap kelompok.

3. Pengolahan hasil kuisioner

Pengolahan hasil kuisioner yang terdiri dari aspek pengetahuan, sikap dan

tindakan dengan menyajikan data dalam bentuk persentase jawaban responden

dengan perhitungan yaitu jumlah jawaban responden yang menjawab sesaui

kunci dibagi total responden dikali 100%. Rumus tersebut berlaku untuk

menghitung aspek pengetahuan,sikap dan tindakan responden. Hasil

keseluruhan dari ketiga aspek dirata-rata.

4. Wawancara Apoteker

Pengelolaan wawancara apoteker hanya dilakukan dengan memaparkan

jawaban apoteker sesuai dengan jawaban yang diberikan apoteker saat


30

penelitian. Hasil wawancara diketik dan dilampirkan dalam lampiran

penelitian.

K. Kesulitan Penelitian

Beberapa kesulitan yang dialami selama penelitian ini antara lain mencari

subyek penelitian. Pada tahap pengambilan data, banyak pengunjung apotek yang

tidak bersedia untuk diikutsertakan dalam penelitian dengan alasan responden

sedang terburu-buru sehingga tidak memiliki waktu untuk mengisi kuisioner,

reponden yang merasa sedang sakit sehingga tidak bersedia.

Kesulitan-kesulitan yang dialami yang dialami peneliti pada subyek yang

bersedia diikutsertakan dalam penelitian adalah ketidakpahaman terhadap kalimat

yang tertulis pada kuisioner, terutama jika subyek penelitiannya berusia lanjut,

pendengarannya sudah berkurang, dan tidak terbiasa berbahasa Indonesia. Untuk

mengatasi kesulitan ini, peneliti mendampingi saat pengisian kuisioner,

membacakan kuisioner dengan menggunakan bahasa yang lebih mudah

dimengerti tanpa mengurangi maksud dari pernyataan yang tertulis di kuisioner

sehingga dapat sambil melakukan wawancara, dan dengan pemberian souvenir

yang menarik.

Kesulitan yang menjadi kelemahan penelitian ini adalah ada beberapa

responden yang memiliki keterbatasan pemahaman terhadap kuisioner yang

diberikan sehingga peneliti membantu menerjemahkan maksud kalimat

pernyataan pada kuisioner tersebut. Kesulitan lain yang menjadi kelemahan dalam

penelitian ini adalah responden yang bersedia mengisi kuisioner, tetapi ketika obat
31

yang ditunggu sudah diterima, responden tersebut terlihat terburu-buru, hal ini

mungkin mempengaruhi jawaban yang diberikan. Kesulitan yang menjadi

kelemahan penelitian ini adalah adanya bias dimana pemahaman setiap responden

mengenai penggunaan tetes telinga yang pernah dilakukannya berbeda-beda. Ini

karena pengaruh waktu penggunaannya yaitu ada yang baru menggunakan, ada

yang sudah lama menggunakan sehingga ingatan dari responden sangatlah

berpengaruh pada saat pengisian kuesioner dan wawancara. Disamping itu, ada

beberapa responden yang mengisi kuesioner tidak semuanya benar-benar membeli

tetes telinga di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi ketersediaan

dan penggunaan tetes telinga pada pengunjung Apotek KF RSUP Dr. Sardjito.

Pada bab ini akan dipaparkan hasil dari penelitian berupa gambar diagram dan

tabel untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai ketersediaan tetes telinga,

penggunaan tetes telinga pada pengunjung apotek berdasarkan kuisioner dan

wawancara disertai dengan karakteristik responden, dan informasi terkait

penggunan penggunaan tetes telinga yang diberikan oleh apoteker berdasarkan

wawancara.

A. Ketersediaan Tetes Telinga

Apotek KF RSUP Dr. Sardjito terbagi menjadi lima loket, yaitu UGD (Unit

Gawat Darurat), IRJ (Instalasi Rawat Jalan), Induk, Poli, dan Bangsal.

Ketersediaan tetes telinga didapat dari mendata jenis tetes telinga yang tersedia di

lima loket yang ada di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito. Terdapat 8 macam tetes

telinga yang tersedia di semua loket. Pada penelitian ini tetes telinga

diklasifikasikan dalam 2 macam klasifikasi yaitu berdasarkan golongan obat

menurut undang-undang dan kelas terapi.

Obat keras merupakan golongan tetes telinga yang paling banyak tersedia

dari ke lima loket yang ada, berdasarkan gambar 7. Dari 7 macam obat keras yang

tersedia, 3 macam diantaranya merupakan obat wajib apotek. Berdasarkan

32
33

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 347/Menkes/SK/VII/1990 obat wajib

apotek merupakan obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan

langsung diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek (Menteri Kesehatan

RI, 1990).

Gambar 7. Persentase Klasifikasi Tetes telinga yang ada di Apotek KF RSUP Dr.
Sardjito Berdasarkan Golongan Obat Menurut Undang-Undang

Klasifikasi tetes telinga berdasarkan kelas terapi yang tercantum dalam

MIMS/ ISO, maksudnya adalah bila obat tersebut tidak tercantum pada MIMS

maka klasifikasi obat tersebut diambil dari ISO. Gambar 9 menunjukkan bahwa

antiseptik telinga dengan kortikosteroid merupakan macam tetes telinga yang

paling banyak tersedia dengan persentase 37,5%.

Gambar 8. Salah Satu Jenis Tetes Telinga di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito
yang Merupakan Obat Keras
34

Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito

memiliki ketersediaan tetes telinga dengan kelas terapi yang cukup lengkap.

Dikatakan cukup lengkap karena dari 5 kelas terapi yang ada di MIMS/ISO

Apotek KF RSUP Dr. Sardjito memiliki 4 macam kelas terapi. Faktor inilah yang

mendorong pasien rumah sakit untuk datang membeli tetes telinga di Apotek KF

RSUP Dr. Sardjito. Kelengkapan kelas terapi tetes telinga ini tentunya juga

disesuaikan dengan mencermati pola penyakit yang ada di lingkungan rumah

sakit, maka dari itu Apotek KF RSUP Dr. Sardjito dapat memenuhi kebutuhan

pasien.

Gambar 9. Persentase Klasifikasi Tetes Telinga Berdasarkan Kelas Terapi


yang Tersedia di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito

B. Penggunaan Tetes Telinga Berdasarkan Kuisioner

Sebelum memahami tentang penggunaan tetes telinga berdasarkan kuisioner

dan wawancara, akan lebih baik bila terlebih dahulu mengetahui bagaimana

karakteristik responden yang terlibat dalam penelitian ini.


35

1. Karakteristik responden

Dalam karakteristik responden ini akan dibahas hal-hal yang terkait kondisi

diri responden yang mungkin mempunyai hubungan dengan perilaku penggunaan

obat. Karakteristik yang didapatkan dari hasil penelitian antara lain yaitu: usia,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,dan karakteristik tambahan (frekuensi

penggunaan tetes telinga, frekuensi pembelian obat di apotek, serta pernah

tidaknya berkonsultasi di apotek).

a. Usia

Usia merupakan salah salah satu kriteria inklusi dalam penetapan subyek

yang akan diteliti. Dalam penelitian ini ditetapkan responden yang bisa diteliti

minimal berusia 17 tahun, dimana pada usia ini termasuk kelompok dewasa

dan dianggap dapat memahami penggunaan tetes telinga secara baik.

Gambar 10. Karakteristik Responden di Loket IRJ RSUP Dr. Sardjito


Berdasarkan Usia

Pada penelitian ini didapatkan responden dengan usia minimal 18 tahun

dan maksimal 72 tahun sehingga dapat dikatakan responden sudah memenuhi

kriteria inklusi. Usia tersebut kemudian dikelompokkan secara statistik ke

dalam 7 kelas dengan interval tiap kelas 8. Berdasarkan gambar 10,


36

persentase kelas usia yang paling besar adalah 34-41 tahun yaitu sebanyak

26%.

b. Jenis kelamin

Pada penelitian ini jenis kelamin juga dijadikan kriteria inklusi, dimana

jenis kelamin ini terbagi menjadi dua yaitu pria dan wanita. Berdasarkan hasil

penelitian dari gambar 11 didapatkan bahwa jumlah pengguna tetes telinga

pada wanita lebih banyak daripada pria. Jenis kelamin tidak memiliki kaitan

khusus terhadap gangguan telinga sehingga jenis kelamin tidak

mempengaruhi penggunaan tetes telinga.

Gambar 11. Karakteristik Responden di Loket IRJ RSUP Dr. Sardjito


Berdasarkan Jenis Kelamin

c. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan pada responden dalam penelitian ini berbeda-beda

mulai dari yang paling rendah yaitu tidak bersekolah sampai yang paling

tinggi yaitu sarjana. Tingkat pendidikan tidak dijadikan kriteria inklusi karena

secara umum tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan dan

perilaku seseorang tentang penggunaan tetes telinga.


37

Gambar 12 menujukkan bahwa responden paling banyak dengan tingkat

pendidikan SLTA dengan persentase 40% dan juga tingkat pendidikan

responden dalam penelitian ini bisa dikatakan tinggi karena lebih dari 50 %

tingkat pendidikan responden adalah SLTA ke atas.

Gambar 12. Karakteristik Responden di Loket IRJ RSUP Dr. Sardjito


Berdasarkan Tingkat Pendidikan

d. Pekerjaan

Gambar 13. Karakteristik Responden di Loket IRJ RSUP Dr. Sardjito


Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan responden pada penelitian ini adalah tidak bekerja/ sudah

pensiun, ibu rumah tangga, PNS (pegawai negeri), wiraswasta, swasta, dan
38

pelajar/ mahasiswa. Bila dilihat dari segi pekerjaan ternyata yang paling

tinggi adalah responden yang memiliki pekerjaan swasta. Ini dapat terlihat di

gambar 13, dimana swasta memiliki persentase 38%.

e. Frekuensi penggunaan tetes telinga

Frekuensi penggunaan tetes telinga menggambarkan sudah berapa kali

responden menggunakan tetes telinga, bila responden sudah pernah

menggunakan lebih dari satu kali maka responden tersebut termasuk yang

berulang kali menggunakan tetes telinga.

Gambar 14 menunjukkan responden yang sudah menggunakkan tetes

telinga berulang kali lebih banyak dari pada responden yang baru pertama

kali menggunakan tetes telinga. Hal ini akan mempengaruhi perilaku dan

pemahaman tentang penggunaan tetes telinga pada responden karena

responden yang sudah berulang kali dalam menggunakan tetes telinga

seharusnya akan lebih memahami penggunaan tetes telinga.

Gambar 14. Persentase Frekuensi Penggunaan Tetes Telinga oleh Responden


di Loket IRJ Apotek KF RSUP Dr. Sardjito
39

f. Frekuensi pembelian obat

Gambar 15 berisi persentase proporsi antara responden yang baru

pertama kali membeli obat dan yang sudah sering membeli obat di Apotek KF

RSUP Dr. Sardjito. Sering membeli obat yang dimaksud adalah sudah lebih

dari satu kali membeli obat di apotek. Responden lebih banyak yang sering

membeli di apotek dari pada yang baru pertama kali membeli obat.

Gambar 15. Persentase Frekuensi Pembelian Obat oleh Responden di Loket


IRJ Apotek KF RSUP Dr. Sardjito

g. Responden yang pernah berkonsultasi dengan Apoteker di Loket IRJ

(Instalasi Rawat Jalan)

Jumlah responden yang tidak pernah berkonsultasi dengan apoteker lebih

banyak daripada yang pernah berkonsultasi, ini terlihat jelas pada gambar 16.

Responden tidak pernah berkonsultasi karena merasa sudah cukup paham

dengan informasi yang telah diberikan pada saat membeli obat, bahkan ada

yang menjawab cukup dengan membaca brosur yang ada di kemasan obat,

mereka sudah mengerti cara penggunaan obat tersebut.


40

Selain itu berdasarkan hasil wawancara, responden kebanyakan lebih

suka berkonsultasi tentang obat pada saat diperiksa dokter sehingga tidak perlu

berkonsultasi lagi pada saat membeli obat. Hal ini juga didukung sebuah

kenyataan bahwa dari 5 loket apotek KF RSUP Dr. Sardjito hanya ada 3 orang

apoteker, dimana pada loket IRJ tidak selalu ada apoteker.

Gambar 16. Persentase Jumlah Responden yang Berkonsultasi dengan


Apoteker di Loket IRJ Apotek KF RSUP Dr. Sardjito

2. Perilaku penggunaan tetes telinga berdasarkan kuisioner

Dari uraian di atas sudah diketahui bagaimana karakteristik mayoritas dari

responden. Selanjutnya akan dibahas tentang penggunaan tetes telinga

berdasarkan kuisioner. Kuisioner yang dibuat untuk penelitian untuk mengkaji

perilaku penggunaan tetes telinga dimana perilaku ini terdiri dari 3 aspek yaitu

pengetahuan, sikap, dan tindakan. Tiap aspek terdiri dari pernyataan favourble dan

unfavourable. Selain kuisioner, dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara

untuk mendukung data kuisioner yang telah diisi oleh responden, sehingga dari

hasil wawancara akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai

penggunaan tetes telinga.


41

a. Aspek pengetahuan

Jenis pernyataan pada aspek pengetahuan tercantum pada tabel I. Pernyataan

memuat tidak hanya pengetahuan penggunaan tetes telinga tetapi juga penggunaan

obat secara umum untuk mengevaluasi penggunaan tetes telinga.

Tabel I memuat persentase jawaban benar dan salah dari 10 pernyataan aspek

pengetahuan disertai dengan rata-rata jawaban benar dan salah dari semua

pernyataan. Pernyataan 1, sebanyak 58 % responden menjawab dengan benar

yang berarti responden lebih banyak mengetahui kalau tidak semua jenis obat

harus digunakan sampai habis. Alasan responden menjawab itu bermacam-macam

ada responden mengatakan obat dengan jenis antibiotik yang harus digunakan

sampai habis. Ada juga yang mengatakan tergantung dari perintah dokter, bila

dokter menyuruh sampai habis maka obat harus diminum sampai habis. Selain itu

ada juga mengatakan, penggunaan obat dihentikan bila sudah sembuh.

Reponden yang menjawab dengan salah pada pernyataan 1, berarti

menganggap bahwa semua obat harus digunakan sampai habis. Mereka

mengatakan bahwa bila obat tidak digunakan sampai habis maka penyakit mereka

tidak sembuh. Tidak semua jenis obat harus digunakan sampai habis. Obat jenis

antibiotik harus digunakan sampai habis agar tidak menimbulkan resistensi pada

bakteri. Resistensi ini akan membuat penyakit lebih parah bila bakteri menyerang

lagi.

Pada pernyataan 2, hampir semua atau 98% responden menjawab dengan

benar yang artinya cara penggunaan obat yang benar akan memberikan

kesembuhan pada pasien. Salah dalam penggunan akan membuat obat tidak akan
42

mencapai efek terapi yang dinginkan. Pernyataan 3 berisi tentang cara

penyimpanan tetes telinga. Sebanyak 70% responden menjawab bahwa cara

penyimpanan tetes telinga adalah di tempat yang kering, terlindung dari cahaya

dan pada suhu kamar. Penyimpanan tetes telinga harus di suhu kamar, tempat

kering, dan terlindung dari cahaya untuk menjaga agar tetes telinga masih baik

pada saat digunakan kembali (Anonim, 2009).

Pernyataan 4, sebanyak 84% responden menjwab dengan benar berarti

responden tahu bahwa dalam penggunaan tetes telinga harus didiamkan dulu

selama beberapa menit agar obat dapat masuk semuanya ke dalam telinga.

Pendiaman ini dimaksudkan untuk menjaga agar obat yang sudah masuk tidak

keluar lagi. Lama pendiaman obat tergantung dari instruksi produk, namun bila

tidak tertera pada kemasan diamkan paling tidak sekitar 1-2 menit (Anonim,

2010b). Sebanyak 15 responden yang memakaikan tetes telinga untuk anaknya

merasa kesulitan bila menyuruh anaknya untuk diam beberapa menit, sehingga

terkadang anak tersebut langsung disuruh tidur ketika dipakaikan tetes telinga.

Ada 10 responden yang membiarkan anaknya langsung bergerak hanya beberapa

detik setelah tetes telinga diberikan.

Pada pernyataan 5, 78% responden menjawab dengan benar ini berarti

penggunaan tetes telinga harus secara tegak lurus dengan lubang telinga.

Pemakaian tegak lurus dengan tujuan agar obat dapat masuk tepat di lubang

telinga. Responden yang menjawab dengan salah mengaku tidak pernah

memperhatikan apakah tegak lurus atau tidak, bagi mereka yang penting obat
43

tetesnya sudah masuk ke telinga walaupun terkadang obat yang mereka teteskan

bisa keluar lagi.

Tabel I. Aspek Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan Tetes Telinga di


Loket IRJ Apotek KF RSUP Dr. Sardjito
Aspek Pengetahuan
Pernyataan Kuisioner Jawaban Jawaban % %
Benar Salah Jawaban Jawaban
Benar Salah
1 Semua jenis obat harus 29 21 58 42
digunakan sampai habis. *)
2 Cara penggunaan obat yang 49 1 98 2
benar akan mempengaruhi
kesembuhan penyakit.
3 Penyimpanan obat cair harus di 35 15 70 30
suhu kamar tempat yang
kering, dan terlindung cahaya.
4 Setelah meneteskan obat tetes 43 7 86 14
telinga harus didiamkan
beberapa menit
5 Penggunaan obat tetes telinga 39 11 78 22
tidak secara tegak lurus. *)
6 Jika warna, bau dan kejernihan 36 14 72 28
dari larutan obat sudah
berubah, obat tetes masih dapat
digunakan kembali. *)
7 Penggunaan tetes mata boleh 6 44 12 88
digunakan untuk tetes telinga
jika punya kegunaan yang
sama.
8 Pembacaan brosur pada 42 8 84 16
kemasan obat akan mengurangi
resiko yang tidak dikehendaki
9 Cara meneteskan tetes telinga 23 27 46 54
untuk dewasa dengan menarik
daun telinga ke atas lalu ke
arah belakang
10 Kebersihan adalah hal yang 50 0 100 0
penting dalam penggunaan
obat tetes.
Rata-rata 70,4 29,6
Keterangan : *) pernyataan unfavorable
44

Pernyataan 6 berisi tentang hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum

menggunakan tetes telinga. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum

menggunakan tetes telinga adalah memastikan bahwa warna cairan obat tidak

berubah dari yang terakhir kali dilihat, perubahan warna merupakan salah satu

indikasi bahwa obat telah kadaluwarsa. Yang kedua adalah kejernihan larutan,

pastikan tidak ada endapan atau sesuatu mengambang di atas. Larutan yang tidak

jernih menandakan obat tidak lagi baik untuk digunakan (Kulkarni, 2010).

Responden yang menjawab dengan benar ada 72 %, ini artinya 72 %

responden mengetahui bahwa obat tetes yang masih dapat digunakan kembali

apabila warna, bau dan kejernihan larutan tidak berubah. Responden yang

menjawab salah mengatakan bahwa hanya tanggal kadaluwarsalah yang penting

dalam menentukan apakah tetes telinga masih dapat digunakan kembali atau tidak.

Selain itu sulit bagi mereka untuk memperhatikan warna, bau dan kejernihan obat

karena botol obat tetes yang umumnya tidak transparan.

Responden yang menjawab dengan salah pernyataan 7 sebanyak 88%.

Penyataan7 merupakan pernyataan boleh/tidaknya tetes mata digunakan untuk

tetes telinga. Alasan responden mengatakan tidak boleh menggunakan tetes mata

untuk tetes telinga karena tidak berani dan takut bila terjadi hal-hal yang

merugikan. Terkadang tetes mata dapat digunakan secara aman untuk tetes telinga

karena ada beberapa obat tetes mata secara relatif bisa untuk telinga (Anonim,

2007a).

Ada 84% responden yang menjawab dengan benar pada pernyataan 8 yang

menyatakan bahwa pembacaan brosur kemasan akan mengurangi resiko yang


45

tidak dikehendaki. Responden yang menjawab salah mengatakan bahwa jarang

membaca karena menurut mereka yang penting menuruti aturan pakai saja sudah

cukup.

Sebanyak 54% responden tidak mengetahui bahwa penggunaan tetes telinga

untuk orang dewasa adalah dengan cara menarik daun telinga ke atas lalu ke arah

belakang. Berdasarkan wawancara, sebanyak 57,5% responden (23 orang) dalam

menggunakan tetes telinga mereka langsung meneteskan obat tanpa menarik daun

telinga dulu. Padahal tujuan penarikan daun telinga ini adalah supaya lubang

telinga lebih terbuka sehingga obat lebih mudah masuk ke dalam.

Semua responden menjawab benar pada pernyataan 10, berarti responden

sudah tahu pentingnya kebersihan dalam penggunaan tetes telinga. Setelah semua

jawaban benar dan salah responden dirata-rata dapat dikatakan bahwa aspek

pengetahuan responden tentang penggunaan obat secara umum dan penggunaan

tetes telinga sudah baik. Ini terlihat pada gambar 14, rata-rata yang didapat

sebanyak 70,4% responden menjawab benar, maka dapat dikatakan aspek

pengetahuan responden dalam penggunaan tetes telinga adalah sedang atau cukup

baik. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan seseorang berbanding lurus

dengan tingkat pendidikan responden dimana lebih dari 50% responden memiliki

tingkat pendidikan minimal SLTA.

b. Aspek sikap

Tabel II tercantum pernyataan yang harus dijawab responden pada aspek

sikap, dimana dari sikap inilah yang biasanya akan menentukan tindakan

responden dalam penggunaan tetes telinga. Pada aspek sikap ini juga memuat 3
46

pernyataan unfavourable dan 7 pernyataan favourable. Tabel II juga menunjukkan

persentase jawaban benar dan salah dari 10 pernyataan yang ada pada aspek sikap

disertai dengan rata-rata jawabannya.

Semua responden menjawab dengan benar pada pernyataan 11, yang artinya

semua responden merasa perlu menggunakan tetes telinga sesuai petunjuk

penggunaan. Sebanyak 76 % responden berdasarkan pernyataan nomor 12

merasa perlu bertanya pada petugas apotek tentang informasi yang kurang jelas

mengenai cara penggunaan tetes telinga.

Pada pernyataan 13 sebanyak 72% responden memilih petugas apotek

sebagai sumber informasi cara penggunaan obat tetes telinga, namun dari hasil

wawancara responden yang memilih petugas apotek sebagai sumber informasi

mengatakan bahwa terkadang mereka juga bertanya pada dokter sebagai sumber

informasi. Pernyataan 14 memaparkan tentang penggunaan tetes telinga boleh

untuk tetes mata jika kegunaannya sama. Sebanyak 78% responden menjawab

bahwa tetes telinga tidak boleh untuk tetes mata walaupun kegunaannya sama.

Mereka takut terjadi efek yang tidak diinginkan. Tetes telinga jangan sekalipun

digunakan untuk tetes mata karena jaringan mata lebih sensitif dari pada jaringan

telinga (Anonim, 2007a).

Hampir semua responden menjawab dengan benar pada pernyataan 15 yaitu

sebanayak 90% responden. Ini berarti responden yakin setelah segel obat dibuka

maka pemakaian obat tetes harus memperhatikan warna, bau, kejernihan dari obat

tetes meskipun belum kadaluwarsa.


47

Tabel II. Aspek Sikap Responden Terhadap Penggunaan Tetes Telinga di Loket
IRJ Apotek KF RSUP Dr. Sardjito
Aspek Sikap
Pernyataan Kuisioner Jawaban Jawaban % %
Benar Salah Jawaban Jawaban
Benar Salah
11 Saya merasa perlu menggunakan 50 0 100 0
obat tetes telinga sesuai petunjuk
penggunaan
12 Saya merasa perlu bertanya pada 38 12 76 24
petugas apotek tentang informasi
obat yang kurang jelas mengenai
cara penggunaan obat.
13 Saya memilih petugas apotek 31 19 62 38
sebagai sumber informasi cara
penggunaan obat.
14 Saya yakin penggunaan tetes 39 11 78 22
telinga bisa digunakan untuk tetes
mata jika mempunyai kegunaan
yang sama. *)
15 Saya yakin setelah segel obat 45 5 90 10
dibuka maka pemakaian obat tetes
harus memperhatikan warna, bau,
kejernihan dari obat tetes
meskipun belum kadaluwarsa.
16 Saya merasa dalam penggunaan 27 23 54 46
obat tetes, bagian ujungnya boleh
mengenai bagian tubuh yang akan
diobati. *)
17 Saya merasa perlu mencuci tangan 35 15 70 30
terlebih dahulu sebelum
menggunakan obat tetes.
18 Saya merasa penggunaan obat 47 3 94 6
tetes dengan benar akan
mengurangi resiko yang tidak
dikehendaki.
19 Saya merasa informasi 43 7 86 14
penggunaan obat tetes yang benar
akan mempengaruhi kesembuhan
saya
20 Saya merasa semakin banyak 35 15 70 30
meneteskan obat tetes, maka akan
semakin cepat sembuh. *)
Rata-rata 78 22
Keterangan : *) pernyataan unfavorable
48

Pada pernyataan 16 sebanyak 54% responden menjawab dengan benar

dalam penggunaan tetes, bagian ujungnya tidak boleh menyentuh bagian tubuh.

Sebanyak 46% responden yang menjawab kalau ujung obat tetes telinga boleh

menyentuh telinga. Seharusnya ujung obat tetes telinga tidak boleh menyentuh

telinga karena ujung obat tetes tersebut akan mengkontamintasi atau melukai

telinga oleh karena itu tetes telinga harus dijaga kebersihannya.

Terdapat 70% responden merasa perlu mencuci tangan terlebih dahulu

sebelum menggunakan tetes telinga. Sekitar 30% responden merasa tidak perlu

mencuci tangan terlebih dahulu. Alasan responden yang merasa tidak perlu

mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menggunakan tetes telinga adalah karena

tangan mereka hanya menyentuh botolnya saja dan tidak menyentuh telinga, jadi

tidak akan mengkontaminasi telinga. Sebanyak 94 % responden merasa

penggunaan tetes telinga yang benar akan mengurangi resiko yang tidak

dikehendaki. Pada pernyataan 19 sebanyak 86 % responden merasa informasi

penggunaan obat tetes yang benar akan mempengaruhi kesembuhan dirinya.

Ada 14% responden yang merasa, walaupun informasi yang mereka terima

sudah benar tapi bila mereka tidak melakukannya dengan benar maka mereka

tidak akan sembuh. Pada pernyataan 20 yang berisi tentang semakin banyak

reponden meneteskan obat maka akan semakin cepat sembuh ada sekitar 30%

responden menjawab kalau pernyataan tersebut benar. Alasan mereka menjawab

benar adalah supaya mereka cepat sembuh maka harus banyak meneteskan obat

tetes telinga, jadi mereka tidak perlu berobat lagi ke dokter. Responden yang

menjawab kalau semakin banyak meneteskan obat tetes belum tentu akan semakin
49

cepat sembuh mengatakan bahwa mereka tidak berani meneteskan obat banyak-

banyak, mereka lebih memilih menuruti aturan yang dianjurkan oleh dokter.

Dari jawaban aspek sikap responden yang telah dirata-rata didapatkan

sebanyak 78% responden menjawab dengan benar, sehingga dapat dikatakan

sikap responden dalam penggunaan tetes telinga sudah baik.

c. Aspek tindakan

Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan, maka aspek

tindakan ini perlu ditinjau untuk mengetahui perilaku dari seseorang. Pada tabel

III terdapat 10 pernyataan untuk mengetahui aspek tindakan penggunaan tetes

telinga dari responden dimana terdiri dari 4 pernyataan unfavourable dan 6

pernyataan favourable.

Tabel III juga memamparkan secara jelas persentase jawaban responden yang

benar dan salah bersama rata-rata jawaban dari aspek tindakan. Pernyataan nomor

21 berisi tentang apakah responden selalu mencuci tangan sebelum menggunakan

tetes telinga, sebanyak 58% responden menjawab selalu mencuci tangan.

Jika dibandingkan dengan aspek sikap, responden yang merasa perlu

mencuci tangan lebih banyak yaitu 70%. Ini menunjukkan bahwa antara sikap dan

tindakan belum tentu sejalan, dimana jika sikap mengatakan benar belum tentu

dalam tindakannya juga benar. Hasil yang berbeda dengan pernyataan 22, ada

sebanyak 86% responden akan bertanya pada petugas apotek bila tidak jelas cara

penggunaan obat tetes telinga dan bila dilihat dari aspek sikap jauh lebih rendah

untuk responden yang merasa perlu bertanya pada petugas apotek yaitu 76%.
50

Tabel III. Aspek Tindakan Responden Terhadap Penggunaan Tetes Telinga di


Loket IRJ Apotek KF RSUP Dr. Sardjito
Aspek Tindakan
Pernyataan Kuisioner Jawaban Jawaban % %
Benar Salah Jawaban Jawaban
Benar Salah
21 Saya selalu mencuci tangan 29 21 58 42
sebelum menggunakan obat tetes.
22 Saya akan bertanya pada petugas 43 7 86 14
apotek bila tidak jelas cara
penggunaan obat tetes.
23 Saya akan langsung menutup rapat 47 3 94 6
tutup obat setelah menggunakan
obat tetes.
24 Dalam menggunakan obat tetes 35 15 70 30
saya tidak memperhatikan aturan
penggunaanya. *)
25 Saya akan memiringkan kepala 50 0 100 0
sehingga telinga yang diobati
menghadap ke atas.
26 Saya tidak memperhatikan tanggal 30 20 60 40
kadaluarsa yang tercantum pada
tetes telinga. *)
27 Saya tetap memperhatikan 38 12 76 24
label/etiket penggunaan yang
tercantum pada kemasan obat tetes
meskipun sudah diberi informasi
obat.
28 Saya selalu menyimpan obat tetes 35 15 70 30
pada suhu kamar, tempat yang
kering dan terlindung cahaya. *)
29 Saya tidak akan melihat warna, 30 20 60 40
bau dan kejernihan obat tetes
sebelum menggunakannya
kembali. *)
30 Saya selalu meneteskan tetes 42 8 84 16
telinga tepat di lubang telinga
Rata-rata 75,8 24,2
Keterangan : *) pernyataan unfavorable

Pada pernyataan nomor 23 hampir semua responden menjawab akan

menutup rapat obat tetes telinga dengan rapat setelah menggunakannya yakni

sebanyak 94%. Responden yang menjawab dalam menggunakan tetes telinga


51

selalu memperhatikan aturan penggunaannya ada 70% pada pernyataan nomor 24.

Ini lebih rendah bila dibandingkan dengan jawaban responden pada aspek sikap

dimana semua responden yang merasa perlu mengunakan tetes telinga sesuai

dengan aturan penggunaan.

Pada pernyataan nomor 25, semua responden menjawab dalam menggunakan

tetes telinga mereka memiringkan kepalanya supaya telinga yang diobati

menghadap ke atas. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam memasukkan

obat tetes telinga. Sebanyak 40% responden menyatakan tidak memperhatikan

tanggal kadaluwarsa yang tercantum pada kemasan obat pada pernyataan nomor

26. Alasan mereka beraneka ragam, ada yang menjawab biasanya setelah sembuh

obat langsung dibuang jadi tanggal kadaluwarsa tidak perlu diperhatikan. Ada

juga responden yang memang kurang peduli dengan kadaluwarsa. Pada

pernyataan nomor 27 sebanyak 76% responden yang tetap memperhatikan etiket

atau label pada kemasan obat tetes telinga meskipun sudah diberi informasi obat.

Mereka mengatakan bahwa terkadang mereka lupa dengan informasi yang

diberikan, oleh karena itu mereka tetap membaca etiketnya walaupun sudah diberi

informasi.

Jumlah jawaban responden pada pernyataan 28 yang menyatakan responden

selalu menyimpan obat tetes pada suhu kamar, tempat yang kering dan terlindung

cahaya ada sebanyak 70%. Jumlah ini sama persis dengan jawaban responden

pada aspek pengetahuan dimana responden yang menyatakan penyimpanan obat

tetes telinga harus pada suhu kamar, tempat yang kering dan terlindung dari

cahaya.
52

Pernyataan 29 yang menyatakan bahwa respoden akan memperhatikan

warna, bau dan kejernihan tetes telinga sebelum menggunakannya kembali

sebanyak 60%. Pada pernyataan terakhir yaitu nomor 30, sebanyak 84%

responden selalu meneteskan tetes telinga di lubang telinga.

Ketika semua jawaban aspek tindakan dirata-rata didapatkan sebanyak 75,8%

responden benar, sehingga dapat dikatakan aspek tindakan dalam penggunaan

tetes telinga sudah baik. Dari ketiga aspek tersbut, rata-rata jawaban yang benar

paling tinggi adalah pada aspek sikap yaitu sebesar 78%.

Gambar 16 . Perilaku Penggunaan Tetes Telinga pada Responden di Apotek


KF RSUP Dr. Sardjito Berdasarkan Rata-Rata Jawaban Kuisioner

Berdasarkan hasil rata-rata jawaban yang benar dan salah dari aspek

pengetahuan, sikap, dan tindakan (perilaku) terdapat pada gambar 16 dapat dilihat

bahwa sebesar 74,7% responden sudah memiliki perilaku penggunaan tetes

telinga secara benar. Penelitian ini sudah memberikan gambaran yang cukup jelas

bagaimana penggunaan tetes telinga pada masyarakat, khususnya pada

pengunjung Apotek KF RSUP Dr. Sardjito.


53

Gambaran mengenai perilaku yang sebenarnya tidak hanya sebatas rata-rata

jawaban responden tetapi bila dilihat secara mendalam dari tiap pernyataan, masih

cukup banyak responden yang belum mengetahui penggunaan tetes telinga yang

benar. Ini terlihat pada aspek pengetahuan pernyataan nomor 7 dan 9 lebih dari

50% responden menjawab salah padahal pernyataan nomor 7 dan 9 merupakan

pernyataan spesifik mengenai penggunaan tetes telinga. Pernyataan nomor 16 dari

aspek sikap juga merupakan pernyataan spesifik penggunaan tetes telinga tapi

cukup banyak juga yang salah yakni sebesar 46%. Pada aspek tindakan

pernyataan nomor 21, 26, dan 29 sekitar 40 % responden menjawab salah dimana

pernyataan ini juga berisi tentang penggunaan tetes telinga.

Dari hasil wawancara ternyata cukup banyak responden yang belum

mengetahui secara jelas penggunaan tetes telinga, sebanyak 35 responden hanya

sekedar memperhatikan aturan pemakaian dan penggunaannya hanya yang

penting obatnya masuk ke lubangnya. Dilihat dari wawancara dengan 30

responden yang membeli tetes telinga di apotek pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito

menyatakan bahwa informasi yang mereka dapatkan pada saat membeli tetes

telinga oleh apoteker adalah berapa tetes yang perlu diberikan selama satu hari,

telinga sebelah mana yang perlu diteteskan, berapa lama mereka harus

mendiamkannya, maka dikatakan bahwa responden hanya diberitahu aturan

pemakaian obat. Responden tidak diberitahukan bagaimana cara penggunaan tetes

telinga secara detail. Responden tidak mengetahui cara meneteskannya secara

benar sehingga responden merasa kesulitan dalam memasukkan obat secara tepat

ke lubang telinga. Manfaat yang didapatkan oleh 30 responden yang benar-benar


54

membeli tetes telinga di loket IRJ dari informasi yang diberikan oleh apoteker

adalah responden menjadi tahu aturan penggunaan tetes telinga yang mereka beli.

Selain itu sebanyak 20 responden dari 40 responden yang diwawancara, tidak

memperhatikan kebersihan misalnya bagian ujungnya tidak boleh menyentuh

telinga dan mencuci tangan sebelum menggunakan tetes telinga. Sebanyak 15

responden yang berani menggunakan tetes telinga kembali tanpa memperhatikan

warna, bau dan kejernihan larutan obat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 40 responden, hampir semua reponden

tidak berani menggunakan tetes telinga miliki orang lain yaitu sebanyak 39

responden. Sebanyak 28 responden mengatakan bila mereka sudah sembuh tapi

obat tetes telinga yang masih belum habis maka mereka akan tetap menyimpan

obat sampai batas tanggal kadaluwarsa. Mereka menyimpannya dengan alasan

jika penyakitnya kambuh, maka obat tersebut dapat digunakan kembali asalkan

obat tersebut belum kadaluwarsa.

Tanggal kadaluwarsa yang tertera pada kemasan obat biasanya tidak berlaku

lagi setelah segel obatnya dibuka, kecuali ada keterangan lain. Pada obat tetes

telinga, sebaiknya tidak digunakan lagi setelah 4 minggu dari pertama kali botol

dibuka (Widayanti, 2007).

Bila dipadukan antara hasil kuisioner dan wawancara, ternyata penggunaan

yang benar pada tetes telinga tidak sepenuhnya dipahami oleh masyarakat

terutama cara penetesan yang benar seperti perlu menarik daun telinga sebelum

meneteskan agar lubang telinga lebih terbuka sehingga obat lebih mudah masuk.
55

Hal ini dapat membuat apoteker untuk meningkatkan peranannya sebagai farmasis

dalam memberikan informasi obat terutama dalam penggunaan tetes telinga.

Dari hasil penelitian ini dapat meningkatkan kepedulian dan kesadaran

masyarakat akan pentingnya penggunaan tetes telinga yang benar tidak sekedar

memperhatikan aturan pemakaiannya saja, tetapi juga harus memperhatikan

kebersihan dalam penggunaan tetes telinga, cara meneteskan serta cara

penyimpanan obat yang benar agar dapat memperoleh hasil pengobatan yang

maksimal.

C. Informasi Yang Diberikan Oleh Apoteker Berdasarkan Wawancara

1. Durasi pemberian informasi obat kepada pasien

Lamanya durasi pemberian informasi obat oleh apoteker pada saat

menyerahkan obat kepada pasien biasanya adalah sekitar satu menit, bahkan

kurang dari satu menit bila jenis obatnya sedikit. Durasi yang cukup singkat ini

dikarenakan jumlah pasien yang cukup banyak sehingga menuntut waktu yang

singkat untuk melayani pasien. Durasi pada pharmaceutical care (konseling) oleh

apoteker adalah tiga menit. Pharmaceutical care disini merupakan tanggung

jawab apoteker dalam melaksanakan standar pelayanan kefarmasian di apotek.

Durasi pemberian informasi obat ini termasuk singkat, ini disebabkan

banyaknya pasien yang mengantri menuntut pelayanan obat yang cepat. Tempat

penyerahan obat hanya berupa loket sehingga tidak adanya tempat khusus

membuat pasien dan apoteker kurang nyaman dalam berkonsultasi terlalu lama.
56

2. Sumber informasi yang digunakan

Sumber informasi yang biasanya digunakan oleh apoteker sebagai referensi

untuk meberikan informasi obat kepada pasien antara lain buku-buku pedoman

yang memuat informasi obat seperti MIMS, panduan kefarmasian dari Depkes

(Departemen kesehatan), pengalaman yang dari orang lain, internet dan brosur

yang ada pada kemasan obat.

Diantara semua sumber diatas yang paling sering digunakan oleh apoteker

adalah brosur dari kemasan obat. Apoteker menyebutkan sebagian besar informasi

yang didapatkan mengacu pada brosur yang terdapat dalam kemasan obat, karena

menurut apoteker, brosur tersebut sudah memiliki standar tersendiri dari Pabrik

Besar Farmasi (PBF). Selain itu, dari brosur biasanya dapat diketahui antara lain

komposisi obat, indikasi, bagaimana cara kerja obat, dosis, aturan pemakaian,

kontraindikasi, perhatian, efek samping yang mungkin akan terjadi, dan interaksi

obat bila digunakan bersamaan dengan obat tertentu.

3. Informasi yang diberikan Apoteker

Informasi yang diberikan oleh apoteker pada saat memberikan tetes telinga

kepada pasien tidak secara mendetail. Dalam menyerahkan obat, biasanya pasien

yang datang membeli obat ditanya kembali tentang penyakitnya supaya mereka

yakin bahwa obat yang diresepkan oleh dokter adalah tepat dan sesuai untuk

kondisi pasien. Apoteker juga menjelaskan mengenai macam obat yang diterima,

aturan penggunaan dan jika memang ada peringatan seperti antibiotik harus

sampai habis biasanya juga akan diberikan informasi. Indikasi obat tidak selalu

dijelaskan karena terkadang ada beberapa obat yang diberikan oleh dokter dalam
57

resep yang tidak sesuai dengan indikasinya. Ini dikarenakan beberapa obat

tersebut diberikan hanya untuk dimanfaatkan efek sampingnya.

Bila untuk obat tetes telinga, apoteker biasanyanya hanya memberikan

aturan pemakaian yaitu sehari dipakai berapa kali, berapa tetes yang perlu

digunakan. Menurut salah satu apoteker, cara penggunaan tetes telinga cukup

diberikan melalui leaflet saja. Selain itu, biasanya dokter juga sudah memberitahu

cara penggunaan tetes telinga pada saat memberikan resep, jadi pasienpun tidak

terlalu kesulitan dalam penggunaan.

Apoteker jarang sekali menjelaskan cara penyimpanan tetes telinga, menurut

salah satu apoteker cara penyimpanan tetes telinga tidak perlu. Pasien juga jarang

menanyakan bagaimana seharusnya obat tetes telinga disimpan, biasanya

apoteker baru menjelaskan tentang cara penyimpanan bila pasien bertanya.

Apoteker juga mengatakan bahwa informasi yang diberikan hanya untuk

mengingatkan pasien agar tidak lupa.

4. Teknik pemberian informasi penggunaan tetes telinga oleh Apoteker

Menurut Anonim (cit. Ikasari, 2008), teknik pemberian informasi berupa

penyediaan dan pemberian informasi obat yang bersifat aktif atau pasif. Teknik

bersifat aktif apabila apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi

obat dengan tidak menunggu pertanyaan dari pasien, namun secara aktif

memberikan informasi obat, misalnya brosur, penerbitan bulletin, leaflet, seminar

dan lain sebagainya. Teknik bersifat pasif jika apoteker pelayanan informasi obat

memberikan informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima dari

pasien (Anonim, cit. Ikasari, 2008).


58

Teknik pemberian informasi yang diberikan oleh apoteker mengenai

penggunaan tetes telinga berdasarkan wawancara adalah dengan menggunakan

leaflet. Hal ini dapat diartikan bahwa teknik pemberian informasi yang dilakukan

oleh apoteker bersifat aktif. Menurut apoteker penggunaan tetes telinga secara

detail akan lebih mudah dipahami oleh pasien bila pasien membaca sendiri

brosur/ leaflet tentang cara penggunaan tetes telinga. Selain itu, Apoteker juga

menuliskan pada etiket kemasan obat tentang aturan penggunaan agar pasien tidak

lupa.

Urutan pemberian informasi kepada pasien pada saat menyerahkan obat

adalah pasien ditanya sakitnya apa, pasien diberi tahu ada berapa macam obat

yang diberikan oleh dokter, pasien diberi tahu aturan pakai, peringatan,dan yang

terakhir diberi tahu indikasi obat (jarang dilakukan). Terkadang pasien disuruh

mengulangi kembali informasi yang telah diberikan oleh apoteker.

5. Kendala yang dihadapi selama pemberian informasi obat

Kendala yang dihadapi selama pemberian informasi obat oleh apoteker

adalah bahasa, waktu, dan kebersediaan pasien untuk mendengarkan. Bahasa

disini yang dimaksudkan adalah bahasa jawa yang biasanya digunakan oleh orang

tua, ini merupakan kendala utama bagi salah satu apoteker yang tidak terbiasa

dengan bahasa jawa. Waktu dan kebersediaan pasien menjadi kendala yang utama

bagi apoteker dalam memberikan informasi obat. Pasien cenderung ingin cepat

mendapatkan obat dan langsung pulang sehingga waktu untuk memberikan

informasi menjadi singkat. Informasi yang bisa diberikan saat menyerahkan obat

hanya sedikit karena kendala tersebut, maka apoteker akan menuliskan etiket pada
59

kemasan obat secara jelas sebagai salah satu cara memberikan informasi yang

lebih efektif.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian “Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku

Penggunaan Tetes Telinga pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Juni- Juli 2010”, kesimpulanya adalah :

1. Tetes telinga yang tersedia di Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr.

Sardjito adalah :

a. menurut golongan obat: 50% obat keras, 37,5% OWA, dan 12,5% obat

bebas.

b. menurut kelas terapi: antiinfeksi & antiseptik (25%); antiseptik telinga

dengan kortikosteroid (37,5%); antibiotikum (25%); preparat telinga lain

(12,5%).

2. Informasi yang diberikan oleh apoteker pada saat menyerahkan tetes telinga

adalah aturan penggunaan meliputi sehari dipakai berapa kali, berapa tetes

yang perlu digunakan, telinga sebelah mana yang perlu diteteskan, dan berapa

lama harus didiamkan.

3. Perilaku penggunaan tetes telinga pada pengunjung apotek KF RSUP Dr.

Sardjito berdasarkan kuisioner adalah cukup baik (74,7% benar).

60
61

B. Saran

1. Informasi hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi

pihak Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito untuk

meningkatkan pemberian informasi penggunaan obat khususnya penggunaan

tetes telinga pada pasien.

2. Penyerahan obat di setiap loket Apotek Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito

sebaiknya selalu dilakukan oleh seorang apoteker.

3. Perlu disediakan ruang konsultasi pada setiap loket apotek


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2004, Handbook of Nonprescription Drugs, fourthteen edition, ApHA,


USA.

Anonim, 2006, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelaksanaan Kefarmasian


Di Apotek, 6,7,16, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2007a, Evaluasi Khasiat dan Keamanan Obat,


http://farklin.com/images/multirow3f1e1930753a3.pdf, diakses tanggal 1
April 2010.

Anonim, 2007b, Ear Drops in Eyes: A Painful Mistake,


http://www.med.navy.mil/sites/nhbeaufort/Patients/Documents/Safe%20Me
dicine.pdf, diakses tanggal 23 Juli 2010.

Anonim, 2007c, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, edisi 7, 333-334, PT


InfoMaster lisensi CMPMedica, Jakarta.

Anonim, 2008 a, Obat Bebas dan Bebas Terbatas,


www.isfinational.or.id/info/22/741-obat-bebas-dan-bebas-
terbatas.html,diakses tanggal 1 April 2010.

Anonim, 2008b, Informasi Spesialite Obat, Volume 43, Penerbit Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2009, Ear Drops, http://medicaltermsdictionary.net/articles/ear-


drops.html, dikases tanggal 11 Agustus 2010.

Anonim, 2010 a, Antipyrine and Benzocaine (Otic),


http://www.drugs.com/cons/ear-drops-otic.html, diakses tanggal 11 Agustus
2010.

Anonim, 2010 b, How To Instill Ear Drops, http://www.drugs.com/cg/how-to-


instill-ear-drops.html, diakses tanggal 11 Agustus 2010.

Azwar.,S.,1999, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar,Yogyakarta.

Basuki, 2006, Metode Penelitian, Wedatama Widya Sastra Fakultas Ilmu


Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Jakarta.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1983, Surat Edaran dari
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Dep.Kes.RI. No.
02469/A/VI/1983, Obat yang Boleh Dijual di Toko Obat Berijin,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

62
63

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979, Farmakope


Indonesia, Edisi III, XXXIV, 10, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

Ganie, M.W., 2009, Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Tentang 3M


(Mengubur Barang Bekas, Menutup dan Menguras Tempat Penampungan
Air) Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 34-35,
http://respiratory.usu.ac.id/bitstream/123456789/14262/1/09E02923.pdf ,
diakses tanggal 7 September 2010.

Handayani, D.R., Satibi, Andayani, M.T., 2004, Evaluasi Pelayanan Informasi


Obat di Apotek-Apotek Besar di Kota Yogyakarta, Seminar Ilmiah
Nasional Hasil Penelitian Farmasi, 54-63, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.

Hartini, Y.S., Sulasmono, 2007, Apotek, Edisi Revisi, Penerbit Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.

Ikasari, N.H., 2008, Perbedaan Tingkat Kepuasan Pemberian Informasi Obat


Antara Apotek Di Kecamatan Kartasura Sukoharjo Dengan Apotek
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ortopedi. Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta,
http://etd.eprints.ums.ac.id/1521/1/K100040131.pdf, dikases tanggal 6
Oktober 2010.

Kartono,K.,1990, Pengantar Metodologi Riset Sosial, edisi ke-2, Mandar Maju,


Bandung.

Kulkarni, A., 2010, Instilling Ear Drops,


http://www.buzzle.com/articles/instilling-ear-drops.html, diakses tanggal 1
April 2010.

Menteri Kesehatan RI, 1949, ST. No. 419 Tanggal 22 Desember 1949, Undang-
Undang Obat Keras, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 1990, KepMenKes Nomor: 347/Menkes/SK/VII/1990,


Obat Wajib Apotek, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 2004, KepMenKes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004,


Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.

Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, 89, 92, Rineka Cipta,
Jakarta

Notoamodjo,S.,2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, 133,136,139-145,


PT Rineka Cipta, Jakarta.
64

Pratiknya, A.W., 1993, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan


Kesehatan, CV Rajawali, Jakarta.

Riduwan, 2008, Dasar-Dasar Statistika, 20-21, Penerbit Alfa Beta, Bandung.

Sanjoyo, R., 2010, Obat (Biomedik Farmakologi),


http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/obat.pdf, diakses tanggal 6 Maret
2010.

Sarwono, S., 1997, Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep Beserta Aplikasi,


Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sevilla, C. G, Ochave, J. A, Punsalon, T. G, Regala, B. P, dan Uriarte, G. G.,


1993, Pengantar Metode Penelitian, 76,160, Diterjemahkan oleh Tuwu,
A, edisi pertama, UI Press, Jakarta.

Sugiyono, 2006, Statistika untuk Penelitian, 27, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.

Syamsuni, H., 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi,47,49, Penerbit


Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Widayanti, A.W., 2007, Kapita Selekta Dispensing I, Edisi Revisi, 186-187,


Laboratorium Manajemen Farmasi dan Farmasi Masyarakat (MFFM)
Bagian Farmasetika Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.

Winardi,1986, Pengantar Metodologi Research, Penerbit Alumni, Bandung.


Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

65
66
67

Lampiran 2. Gambaran Karakteristik Responden

A. Kajian umur (Jumlah Responden = 50 orang)


Kelompok Jumlah %
Umur Responden Responden
18-25 tahun 9 18
26-33 tahun 10 20
34-41 tahun 13 26
42-49tahun 12 24
50-57 tahun 4 8
58-65 tahun 1 2
66-73 tahun 1 2

B. Kajian Jenis kelamin (Jumlah Responden = 50 orang)


Jenis Kelamin Jumlah Responden % Responden
Pria 24 48
Wanita 26 52

C. Kajian Tingkat Pendidikan (Jumlah Responden = 50 orang)


Tingkat Pendidikan
Tidak SD SLTP SLTA Diploma Sarjana
Sekolah
Jumlah 3 1 3 20 8 15
Responden
% 6 2 6 40 16 30
Responden

D. Kajian Pekerjaan (Jumlah Responden = 50 orang)


Jenis Pekerjaan
Tidak Ibu PNS Wiraswasta swasta Pelajar/
bekerja/ Rumah mahasiswa
pensiunan Tangga
Jumlah 3 7 3 4 27 6
Responden
%
Responden 6 14 6 8 54 12

E. Data Responden Terhadap Penggunaan Tetes Telinga


(Jumlah Responden = 50 orang)

Frekuensi penggunaan Jumlah Responden % Responden


Baru pertama kali 20 40
Sudah berulang kali 30 60
68

F. Data Responden yang membeli obat di Loket Apotek Kimia Farma RSUP Dr.
Sardjito
(Jumlah Responden = 50 orang)
Jumlah % Responden
Responden
Pertama kali membeli obat di Loket 22 44
Apotek Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito
Sering membeli obat di loket Apotek 28 56
Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito

G. Data Responden yang pernah berkonsultasi obat di Loket Apotek Kimia Farma
RSUP Dr. Sardjito
(Jumlah Responden = 50 orang)
Konsultasi Obat Jumlah Responden % Responden
Pernah 8 16
Tidak Pernah 42 84

Lampiran 3. Gambaran Karakteristik Tetes Telinga

Jenis Tetes Telinga Yang Tersedia Di Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr.
Sardjito Berdasarkan Kelas Terapi menurut MIMS/ISO
No. Klasifikasi menurut Nama Obat Golongan
MIMS/ ISO
1. Antiinfeksi & Antiseptik Kloramfenikol, polymyxin B sulfat OWA
Telinga (Otolin®)
Ofloxacin (Taravid Otic®) Keras
2. Antiseptik telinga dengan Polymyxin B sulfate, neomycin sulfat, OWA
kortikosteroid lidocaine HCl (Otopain®)
Fludrokortison acetate, polymyxin B Keras
sulfate, neomycin sulfate, lidocaine
HCl (Otopraf®)
Fludrocortisone acetate, polymyxin B Keras
sulfate,furaltadone HCl, neomycin
sulfate, lidocaine HCl (Otozambon®)
3. Antibiotikum Framisetin sulfat, gramisidin, Keras
deksametason (Blecidex®)
Kloramfenikol (Erlamycetin®) OWA
4. Preparat telinga lain Natrium dokusat (Forumen®) Bebas
69

Lampiran 4. Contoh Kuisioner

KERJASAMA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA


DHARMA DENGAN APOTEK KIMIA FARMA RSUP Dr. Sardjito
YOGYAKARTA

Judul Penelitian : Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Tetes Telinga


Pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito

Responden yang terhormat, kami Tim peneliti dari Fakultas Farmasi


Sanata Dharma bekerja sama dengan Apotek Pelengkap Kimia Farma Rumah
Sakit Sardjito Yogyakarta melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana
respon pasien rawat jalan terhadap penggunaan tetes hidung dan tetes telinga ,
ingin meminta kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Responden dalam penelitian ini adalah orang yang terlibat atau termasuk
sebagai pasien rawat jalan RSUP Dr. Sardjito periode Juni-Juli 2010. Usia
responden adalah minimal 17 tahun.
Dalam partisipasi Anda selama penelitian ini, kami membutuhkan
kesediaan Anda untuk meluangkan waktu. Peneliti akan menemui anda dengan
maksud:
1) meminta anda membaca dan menandatangani surat pernyataan
kesediaan sebagai responden penelitian;
2) meminta anda untuk mengisi kuisioner yang telah disediakan;
3) melakukan wawancara lanjutan untuk melengkapi informasi.
Penelitian ini mengharapkan ketulusan anda untuk berpartisipasi.
Penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat untuk dapat memberi
sumbangan ilmu pengetahuan dan sebagai sumber referensi di bidang
kesehatan, klinik dan komunitas sebagai sumber kajian mengenai tetes
hidung dan tetes telinga dan informasi penggunaan tetes hidung dan tetes
telinga yang tepat di masyarakat.
Penelitian ini tidak memiliki risiko yang akan membahayakan Anda
secara fisik. Kerahasiaan anda akan kami jaga. Kami tidak akan
menyebutkan nama anda. Kami hanya akan memberikan nama samaran.
Semua informasi yang anda berikan akan kami jaga kerahasiaannya
sehingga identitas anda tetap kami lindungi. Wawancara akan direkam dan
kemudian diketik. Semua informasi menjadi rahasia peneliti. Hasil penelitian
ini akan dipublikasikan sebagai skripsi.
Anda dengan sepenuh hati berpartisipasi dalam penelitian ini. Sewaktu-
waktu, anda bisa menarik diri untuk terlibat dalam penelitian ini. Jika ada
pertanyaan, anda tidak perlu sungkan atau ragu untuk bertanya. Jika anda
menyetujui kerjasama ini, dimohon kesediaannya untuk melengkapi surat
pernyataan kesediaan sebagai bukti kesediaan responden.
Atas kerjasamanya kami mengucapkan terima kasih.
Peneliti
70

Surat Pernyataan Kesediaan Sebagai Responden Penelitian

Bahwa saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Saya (baru pertama kali/sudah berulang kali)* menggunakan obat tetes
telinga
Saya (pertama kali/sering membeli obat)* di Apotek Kimia Farma Sardjito
Saya (pernah/tidak pernah)* berkonsultasi obat di Apotek Kimia Farma
Sardjito
*(coret yang tidak perlu)

Menyatakan kesanggupan sebagai responden dalam penelitian yang berjudul


"EVALUASI KETERSEDIAAN DAN PENGGUNAAN TETES TELINGA
PADA PENGUNJUNG APOTEK PELENGKAP KIMIA FARMA RSUP Dr
SARDJITO". Semua penjelasan diatas telah disampaikan kepada saya. Saya
mengerti bahwa bila masih memerlukan penjelasan, saya akan mendapat jawaban
dari tim peneliti.
Demikian surat pernyataan kesanggupan saya sebagai responden dalam
penelitian ini.
Yogyakarta,
Responden

( )
71

Kuesioner yang digunakan untuk penelitian Tetes Telinga

Pilihlah jawaban dari pernyataan-pernyataan di bawah ini di tempat yang telah


disediakan dengan memberi tanda silang ( X ).
Keterangan :
Benar : Bila saya cederung menganggap penyataan yang diajukan adalah benar
Salah : Bila saya cenderung menganggap pernyataan yang diajukan adalah salah

Aspek Pengetahuan

No Pernyataan Jawaban
1 Semua jenis obat harus digunakan sampai habis. Benar Salah
2 Cara penggunaan obat yang benar akan Benar Salah
mempengaruhi kesembuhan penyakit.
3 Penyimpanan obat tetes telinga harus di suhu Benar Salah
kamar tempat yang kering, dan terlindung cahaya.
4 Setelah meneteskan tetes telinga harus didiamkan Benar Salah
beberapa menit
5 Penggunaan tetes telinga tidak harus secara tegak Benar Salah
lurus.
6 Jika warna, bau dan kejernihan dari larutan obat Benar Salah
sudah berubah, obat tetes masih dapat digunakan
kembali.
7 Penggunaan tetes mata boleh digunakan untuk tetes Benar Salah
telinga jika punya kegunaan yang sama.
8 Pembacaan brosur pada kemasan obat akan Benar Salah
mengurangi resiko yang tidak dikehendaki
9 Cara meneteskan tetes telinga untuk dewasa Benar Salah
dengan menarik daun telinga ke atas lalu ke arah
belakang
10 Kebersihan adalah hal yang penting dalam Benar Salah
penggunaan obat tetes.

Aspek Sikap
No Pernyataan Jawaban
11 Saya merasa perlu menggunakan tetes telinga Benar Salah
sesuai petunjuk penggunaan
12 Saya merasa perlu bertanya pada petugas apotek Benar Salah
tentang informasi obat yang kurang jelas mengenai
cara penggunaan obat tetes.
13 Saya memilih petugas apotek sebagai sumber Benar Salah
informasi cara penggunaan obat tetes.
14 Saya yakin penggunaan tetes telinga bisa Benar Salah
digunakan untuk tetes mata jika mempunyai
kegunaan yang sama.
72

15 Saya yakin setelah segel obat dibuka maka Benar Salah


pemakaian obat tetes harus memperhatikan warna,
bau, kejernihan dari obat tetes meskipun belum
kadaluwarsa.
16 Saya merasa dalam penggunaan obat tetes, bagian Benar Salah
ujungnya boleh mengenai bagian tubuh yang akan
diobati.
17 Saya merasa perlu mencuci tangan terlebih dahulu Benar Salah
sebelum menggunakan obat tetes.
18 Saya merasa penggunaan obat tetes dengan benar Benar Salah
akan mengurangi resiko yang tidak dikehendaki.
19 Saya merasa informasi penggunaan obat tetes yang Benar Salah
benar akan mempengaruhi kesembuhan saya.
20 Saya merasa semakin banyak meneteskan obat Benar Salah
tetes, maka akan semakin cepat sembuh

Aspek Perilaku
No Pernyataan Jawaban
21 Saya selalu mencuci tangan sebelum Benar Salah
menggunakan obat tetes.
22 Saya akan bertanya pada petugas apotek bila tidak Benar Salah
jelas cara penggunaan obat tetes.
23 Saya akan langsung menutup rapat tutup obat Benar Salah
setelah menggunakan obat tetes.
24 Dalam menggunakan obat tetes saya tidak Benar Salah
memperhatikan aturan penggunaanya.
25 Saya akan memiringkan kepala sehingga telinga Benar Salah
yang diobati menghadap ke atas.
26 Saya tidak memperhatikan tanggal kadaluarsa Benar Salah
yang tercantum pada obat tetes.
27 Saya tetap memperhatikan label/etiket penggunaan Benar Salah
yang tercantum pada kemasan obat tetes meskipun
sudah diberi informasi obat.
28 Saya selalu menyimpan obat tetes pada suhu Benar Salah
kamar, tempat yang kering dan terlindung cahaya.
29 Saya tidak akan melihat warna, bau dan kejernihan Benar Salah
obat tetes sebelum menggunakannya kembali.
30 Saya selalu meneteskan obat tetes hidung/ telinga Benar Salah
tidak tepat di lubang hidung/ telinga

Pengukuran pengetahuan ( 1-10), sikap (11-20), perilaku (21-30)


Pertanyaan favorable : 2,3,4,5,7,8,9,10,11,12,13,15,17,18,19,21,22,23,25,27,28.
Pertanyaan unfavorable : 1,6,14,16,20,24,26,29,30
73

Lampiran 5. Kunci Jawaban Kuisioner

A. Kunci Jawaban Kuisioner Aspek Pengetahuan

No Pernyataan Jawaban
1 Semua jenis obat harus digunakan sampai Benar Salah
habis.
2 Cara penggunaan obat yang benar akan Benar Salah
mempengaruhi kesembuhan penyakit.
3 Penyimpanan obat tetes telinga harus di Benar Salah
suhu kamar tempat yang kering, dan
terlindung cahaya.
4 Setelah meneteskan tetes telinga harus Benar Salah
didiamkan beberapa menit
5 Penggunaan tetes telinga tidak harus secara Benar Salah
tegak lurus.
6 Jika warna, bau dan kejernihan dari larutan Benar Salah
obat sudah berubah, obat tetes masih dapat
digunakan kembali.
7 Penggunaan tetes mata boleh digunakan Benar Salah
untuk tetes telinga jika punya kegunaan
yang sama.
8 Pembacaan brosur pada kemasan obat akan Benar Salah
mengurangi resiko yang tidak dikehendaki
9 Cara meneteskan tetes telinga untuk dewasa Benar Salah
dengan menarik daun telinga ke atas lalu ke
arah belakang
10 Kebersihan adalah hal yang penting dalam Benar Salah
penggunaan obat tetes.

B. Kunci Jawaban Kuisioner Aspek Sikap

No Pernyataan Jawaban
11 Saya merasa perlu menggunakan tetes Benar Salah
telinga sesuai petunjuk penggunaan
12 Saya merasa perlu bertanya pada petugas Benar Salah
apotek tentang informasi obat yang kurang
jelas mengenai cara penggunaan obat tetes.
13 Saya memilih petugas apotek sebagai Benar Salah
sumber informasi cara penggunaan obat
tetes.
14 Saya yakin penggunaan tetes telinga bisa Benar Salah
digunakan untuk tetes mata jika mempunyai
kegunaan yang sama.
74

15 Saya yakin setelah segel obat dibuka maka Benar Salah


pemakaian obat tetes harus memperhatikan
warna, bau, kejernihan dari obat tetes
meskipun belum kadaluwarsa.
16 Saya merasa dalam penggunaan obat tetes, Benar Salah
bagian ujungnya boleh mengenai bagian
tubuh yang akan diobati.
17 Saya merasa perlu mencuci tangan terlebih Benar Salah
dahulu sebelum menggunakan obat tetes.
18 Saya merasa penggunaan obat tetes dengan Benar Salah
benar akan mengurangi resiko yang tidak
dikehendaki.
19 Saya merasa informasi penggunaan obat Benar Salah
tetes yang benar akan mempengaruhi
kesembuhan saya.
20 Saya merasa semakin banyak meneteskan Benar Salah
obat tetes, maka akan semakin cepat
sembuh

C. Kunci Jawaban Kuisioner Aspek Tindakan


No Pernyataan Jawaban
21 Saya selalu mencuci tangan sebelum Benar Salah
menggunakan obat tetes.
22 Saya akan bertanya pada petugas apotek Benar Salah
bila tidak jelas cara penggunaan obat tetes.
23 Saya akan langsung menutup rapat tutup Benar Salah
obat setelah menggunakan obat tetes.
24 Dalam menggunakan obat tetes saya tidak Benar Salah
memperhatikan aturan penggunaanya.
25 Saya akan memiringkan kepala sehingga Benar Salah
telinga yang diobati menghadap ke atas.
26 Saya tidak memperhatikan tanggal Benar Salah
kadaluarsa yang tercantum pada tetes
telinga.
27 Saya tetap memperhatikan label/etiket Benar Salah
penggunaan yang tercantum pada kemasan
obat tetes meskipun sudah diberi informasi
obat.
28 Saya tidak selalu menyimpan obat tetes Benar Salah
pada suhu kamar, tempat yang kering dan
terlindung cahaya.
29 Saya tidak akan melihat warna, bau dan Benar Salah
kejernihan obat tetes sebelum
menggunakannya kembali.
75

30 Saya selalu meneteskan tetes telinga tepat Benar Salah


di lubang telinga

Lampiran 6. Wawancara Terstruktur untuk Responden dan Apoteker

Evaluasi tentang penggunaan tetes telinga :


1. Bagaimana cara anda meneteskan tetes telinga?
2. Bagaimana cara anda menyimpan obat tetes telinga setelah dibuka (di
lemari es/lemariobat/tempat terlindung cahaya)?
3. Apakah anda menggunakan tetes telinga milik orang lain?Mengapa?
4. Apa yang menjadi kesulitan dalam menggunakan tetes telinga?
5. Manfaat dan informasi apa saja yang bisa anda dapat dari pemberian
informasi yang dilakukan oleh Apoteker pada saat menyerahkan obat tetes
telinga?
Wawancara terstruktur untuk apoteker
1. Berapa lama durasi pemberian informasi obat kepada pasien ?
2. Sumber informasi apa yang sering digunakan dalam pemberian informasi
kepada pasien?
3. Apakah disediakan ruang khusus/tempat khusus untuk melakukan
pemberian informasi?
4. Bagaimana teknik konseling/pemberian informasi yang dilakukan oleh
apoteker pada pasien?
5. Kendala apakah yang sering terjadi dalam memberikan informasi kepada
pasien?
76

Lampiran 7. Jawaban Kuisioner Reponden

A. Jawaban Responden Pada Aspek Pengetahuan


Responden Aspek Pengetahuan (pertanyaan ke 1-10)
Ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 B B B B S S S B B B
2 B B S B S B S B B B
3 S B S B B S S B S B
4 S B B B B B S B S B
5 B B B B B S S B S B
6 B B S B B S S S S B
7 B B B S B S S B S B
8 B B B B B S S B B B
9 S B B B S S S B S B
10 S B B B B B S B B B
11 B B S S B S S B S B
12 S B B B B S S B S B
13 B B B B S S S B B B
14 S B B B B S S S S B
15 S B B S B S S S B B
16 S B B B B S S S S B
17 B B B B B S B B S B
18 S B B B S S S B B B
19 S B B B B S S B S B
20 B B S B B B S S S B
21 S B B B B S B B S B
22 B B S B B B S S S B
23 S B B B B S S B B B
24 S B B B S B S B S B
25 S B S B B B S B S B
26 S B B S S S S B B B
27 B B B B B B S B S B
28 S B B B B S B B B B
29 B B S B S S B B S B
30 S B S B B S S B B B
31 S B B S S S S B S B
32 S B B B B B S B S B
33 S B S B B S S B S B
34 B B S B B S S S S B
35 S B B B B B B B B B
36 S B S B B S B B B B
37 B B B B S B S B B B
38 S B B S B B S B S B
39 S B B B S B S B B B
40 B B B B B S S S B B
77

Responden Aspek Pengetahuan (pertanyaan ke 1-10)


Ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
41 B B S B B S S B B B
42 S B B B B S S B S B
43 B B S S B S S B B B
44 B B S B B B S B S B
45 S B B B B S S B B B
46 B S B B B S S B B B
47 S B B B B S S B S B
48 B B B B B S S B B B
49 B B B B B S S B B B
50 S B B B B S S B B B
Jumlah 29 49 35 43 39 36 6 42 23 50
21 1 15 7 11 14 44 8 27 0

B. Jawaban Responden Pada Aspek Sikap


Responden Aspek Sikap (pertanyaan ke 11-20)
Ke- 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 B B B S B S B B B S
2 B B B S B B B B B B
3 B B S S S S S B B S
4 B B B S B S B B B S
5 B B B S B S B B B S
6 B B B S B B B B B S
7 B B B S B B S B B S
8 B B B B S S B B B S
9 B B B S B B S B S B
10 B B B S B S B B B S
11 B S S S B S B B B S
12 B S S S B B B B B B
13 B B B S B S S B S S
14 B B B S S B B B B S
15 B B S S B S B B S S
16 B B B S B S S B B S
17 B B B B B S B B S S
18 B B B S B B S B S S
19 B B S S B S B S B S
20 B S S B B S S B B B
21 B B B B B B S S B S
22 B B B S B S B B B S
23 B B B S B B B B B S
24 B S S S B S B B B S
25 B B B S S S S B B S
26 B S S S B B B B B S
27 B S S S B S B B S B
78

Responden Aspek Sikap (pertanyaan ke 11-20)


Ke- 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
28 B S S B B S B B B S
29 B B S S B S B B B S
30 B B B S B B B B B B
31 B B S S B B B B B B
32 B S S S B B B B B S
33 B B B S B B B B B S
34 B B S B B S S S S B
35 B B B B B B B B B S
36 B B B S B B B B B B
37 B B S S B S S B B B
38 B S S B B B S B B S
39 B B B S B B B B B B
40 B B B S B S B B B B
41 B B B S B S B B B S
42 B S S S B S B B B S
43 B S S S B S B B B S
44 B B B B S B B B B B
45 B B B S B S B B B S
46 B B B B B S S B B S
47 B S S S S B S B B S
48 B B B S B B B B B B
49 B B B S B B B B B B
50 B B B B B B S B B S
Jumlah 50 38 31 39 45 27 35 47 43 35
0 12 19 11 5 23 15 3 7 15

C. Jawaban Responden Pada Aspek Tindakan

Responden Aspek Tindakan (pertanyaan ke 21-30)


Ke- 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 B B B S B S B B S B
2 B B B S B S B S S S
3 S B B S B S B B S S
4 B B B S B B B B S S
5 B B B S B S B S B S
6 B B B S B B S B S B
7 S B B S B S B B S S
8 B B S B B S B B B S
9 S B B S B B S B S S
10 B B B S B S B B S S
11 B B B S B S S S B S
12 B B B S B S B B S S
79

Responden Aspek Tindakan (pertanyaan ke 21-30)


Ke- 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
13 S B B B B B B B B B
14 S S B S B B B B S S
15 S S B S B B B S S S
16 S B B S B S S S B B
17 B B B S B B B B B S
18 S B B S B S S S S S
19 B B B S B B B B B B
20 S S B B B B B S S S
21 S B B S B S B B S S
22 B B B S B S S S B S
23 S B B B B B S S B S
24 B B B S B S B B S S
25 S B B S B B B S S S
26 S B B B B S B B S S
27 B B B S B B B S S S
28 S S B S B S B B S S
29 B B B S B S B B S S
30 B B B S B S B S S S
31 S S B B B S B B B S
32 B S B B B S S S S S
33 B B B B B B B B B S
34 S B B B B B B B B B
35 B B B S B S B B B S
36 S B B B B B S B S S
37 S B B B B B B S S S
38 B S B B B B S B B S
39 B B B B B B B B S S
40 B B B S B S B B B B
41 B B B S B B B S S S
42 B B B S B S B B B S
43 B B B S B S B B S S
44 S B S S B S B B S S
45 B B B S B S B B S S
46 S S B S B S B B S S
47 S B B S B B S B B S
48 B B B B B S S B B B
49 B B S B B S B B S S
50 B B B S B S B B B S
Jumlah 29 43 47 35 50 30 38 35 30 42
21 7 3 15 0 20 12 15 20 8
80

Lampiran 8. Hasil Wawancara Dengan Apoteker

• Lama durasi pemberian informasi obat kepada pasien adalah 1-3 menit,

tapi tergantung jenis obatnya kalau jenisnya banyak bisa lebih lama. Bila

pharmaceutical care (konseling) biasanya 3 menit.

• Sumber informasi yang biasa digunakan adalah brosur dari obat, MIMS,

panduan kefarmasian dari Depkes,dan pengalaman.

• Tempat pemberian informasi adalah loket, tidak ada ruang khusus untuk

berkonsultasi.

• Informasi yang biasanya diberikan tidak detail, yaitu aturan pakai (berapa

kali sehari, berapa tetes, telinga sebelah mana yang perlu diteteskan).

Apoteker tidak menjelaskan cara penggunaan tetes telinga secara detail

seperti telinga harus ditarik terlebih dahulu dan pemberian leaflet dirasa

sudah cukup menjelaskan cara penggunaan.

• Urutan teknik konseling/ pemberian informasi kepada pasien : pasien

ditanya sakitnya apa, pasien diberi tahu ada berapa macam obat yang

diberikan oleh dokter, pasien diberi tahu aturan pakai, peringatan,dan yang

terakhir diberi tahu indikasi obat (jarang dilakukan). Terkadang pasien

disuruh mengulangi kembali informasi yang telah diberikan oleh apoteker.

• Bila pasien masih merasa bingung setelah diberi informasi obat, biasanya

apoteker menyuruh pasien membaca brosur dalam kemasan obat, atau

apoteker menuliskan cara pakai di kertas.

• Kendala yang sering terjadi dalam memberikan informasi kepada pasien

adalah waktu dan tempat (pasien biasanya mau cepat mendapat obat),
81

bahasa (terutama orang tua, harus menggunakan bahasa jawa yang halus),

kebersediaan pasien untuk mendengarkan informasi.

• Informasi yang diberikan untuk pasien untuk mengingatkan pasien agar

menggunakan obat secara tepat.


82

BIOGRAFI PENULIS

Linda Kurniasari, penulis skripsi berjudul


Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Tetes
Telinga Pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia
Farma RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Juni-Juli
2010, lahir di kota Samarinda, Kalimantan Timur pada
tanggal 16 Februari 1990, merupakan anak kedua dari
pasangan Handojo Poerwanto dan Khong Phei Tjin.
Awal pendidikannya ditempuh di TK Kristen
Kalam Kudus Pekanbaru (1993-1995). Selanjutnya
penulis menempuh pendidikannya di SD Kristen Kalam
Kudus Pekanbaru (1995-2001), SMP Kristen Kalam
Kudus Pekanbaru (2001-2002), SMP Stella Duce 2
Yogyakarta (2002-2004). Masa SMA ditempuhnya di SMA Stella Duce I
Yogyakarta (2004-2007). Setelah lulus dari pendidikan di tingkat SMA, penulis
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta (2007-2011).
Selama menjalani pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, penulis pernah mengikuti kegiatan kepanitiaan, yaitu sebagai
panitia pelaksana sumpah apoteker angkatan XVII dan sebagai seksi konsumsi
dalam panitia penyambutan studi banding dari himpunan mahasiswa fakultas
“ARS PAEPARANDI” Institut Teknologi Bandung. Penulis pernah tiga kali
menjadi Asisten Praktikum yaitu Spektroskopi (2009), FTS Solid-B (2010), dan
Bioanalisis (2010) serta berbagai kegiatan lainnya yang masih dalam lingkup
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai