PENETILIAN KUALITATIF
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
VERONIKA MELTY
NIM : R012201001 NIM : R012201007
MUH. SADDAD
TANREWALI
NIM : R012201003
2. Masalah di Ruangan
Jumlah perawat yang kurang
Beban kerja yang tinggi
Pasien banyak
2. Dukungan Keluarga
Adanya dukungan keluarga
Mengingatkan untuk menjaga kesehatan
3. Mengurangi Stres
Banyak berdoa
Berbagi cerita dengan teman
Mendengarkan music
Selalu berkomunikasi dengan keluarga
Tidak memikirkan masalah
LAMPIRAN 1
PEDOMAN WAWANCARA
Topik : Pengalaman Perawat Selama Menjadi Perawat Covid-19
Data Demografi :
Nama Perawat :
Usia :
Jenis Kelamin :
Masa Kerja :
Lama Merawat Pasien Covid :
Daftar pertanyaan :
1. Apa alasan anda memutuskan menjadi perawat Covid-19 ?
2. Masalah-masalah apa saja yang bapak/Ibu biasa alami saat merawat pasien Covid-19?
3. Apakah masalah–masalah yang anda sebutkan di atas dapat menimbulkan stress saat
merawat pasien Covid-19 ?
4. Bagaimana cara ibu/bapak dalam menghadapi permasalahan yang ada ketika sedang
merawat pasien Covid-19 ?
5. Seberapa sering bapak/ibu cemas ketika melayani pasien Covid-19 ? dan mengapa ?
6. Apa yang ibu/bapak dapat lakukan untuk mengurangi kecemasan didalam merawat
pasien Covid-19 ?
7. Apakah keluarga Bapak/Ibu mendukung anda sebagai perawat Covid-19 ?
8. Bagaimana tanggapan orang-orang disekitar anda ketika mengetahui bahwah anda
perawat Covid-19 ?
9. Seberapa besar dukungan atau kepedulian atasan bapak/ibu terhadap anda sebagai
perawat Covid-19 ?
10. Apakah keluhan-keluhan yang Bapak/Ibu sampaikan atau utarakan dapat diberikan
tanggapan dengan cepat oleh atasan anda? Misalnya dalam hal apa?
11. Kepada siapakah bapak/ibu mengeluh ketika mendapatkan masalah dalam pelayanan
sebagai perawat Covid-19 ?
LAMPIRAN 2
REKAPAN HASIL WAWANCARA
HASIL WAWANCARA RESPONDEN 1
R:“Bisaki ceritakanka kenapaki mau jadi perawat Covid 19 ?”
P:“awal-awal pandemi itu masih ragu-raguka sebenarnya jadi perawat covid,klo tidak salah
teman-teman yang pertamakali jadi perawat di ruang covid itu sukarela.tapi saya tidak mauka
menawarkan diri
P: Kenapa memangki tidak mau ?
R: “masih ada anakku kecil kodong, manalagi ada juga orang tua 2 orang di tinggal di rumah,
ditaumi itu bagaimana awal-awal pandemi pasti takutki nanti kita bawakan penyakit orang
dirumahta
P: Kan diasramakanjaki toh?
R: “justru itumi kupikir juga, klo jadika perawat covid terus tinggalka di asrama siapami
uruski orang di rumahku (jeda sebentar)
P: Tapi kenapa pale bisajaki jadi perawat covid?
R: Karena ada sk ku keluar di ruang covid
P: Jadi merasa terpaksaki itu jadi perawat covid?
R: “tidakji,karena dari awal memang itu kubilangji kalau ditunjuk langsungka jadi perawat
covid mauja tapi kalau saya mau menawarkan diri janganmi dulu deh
P: Seandainya tidak ditunjukki tidak ada sekali niat ta jadi perawat covid?
R: “baaa, mauaja. awalnya itu takutja juga kalau kuliatki berita-berita di TV, apalagi banyak
petugas yang tertular,tapi tidak tau kenapa justru merasa terpanggilka kurasa.kadang itu apadi
(berhenti seperti sedang berpikir),kayak terharuka liatki itu teman-teman yang jadi pejuang
covid. Kupikir toh masa saya tinggal begini na perawatka
P: Kenapa memangki berpikir begitu?
R: “iya masa saya tinggal saja liat-liati itu teman-teman. Dimana hati nuraniku sebagai
perawat na memang pekerjaanta ini, siapa pale mau kerja kalau bukan kita, lagian semua
pekerjaan pasti ada resikonya
P: Jadi apa yang kita pikirkan waktu itu?
R: “iiih pernahka itu berpikir mau daftar jadi sukarelawan, sempatka liat-liat di internet, eeh
di facebook kayaknya.ada yang posting pendaftaran jadi sukarelawan. seandainya masih
cewekka mendaftarma
P: Kenapa tidak daftarki saja?
R: “tidak bolehka juga egois to, ada keluargaku,ada anakku kecil. Baru untuk di wisma atlet
kayaknya itu hari pendaftarannya
P: Jadi pas ada SK ta di ruang covid bagaimana perasaanta?
R: “bagaimana diii, cemas pasti ada, tapi saya sadar pekerjaanku memang ini, seperti kurasa
disuruhki maju berperang. pernah memangja cerita-cerita sama suamiku waktu kudengar
berita mau diroling orang ke ruang covid. Bagaimana kalau ada juga namaku
P: Trus apami nabilang suamita?
R: “maumi diapa ka pekerjaanmu memang toh, begituji kodong
P: Tidak keberatanji atau tidak takutji sempat tertularki?
R: “kalau keberatan tidakji tapi kalau takut pastimi iyya takutki, jadi nakasi ingat truska itu
hati-hati, perbaiki memang APD mu, janganko macapa-capa nah
P: Kita iyya tidak takutjaki tertular?
R:“pasti takutki itu iyya, tapi beginimi resiko pekerjaanta. Siapa pale mau kerjai kalau bukan
kita, na semua pekerjaan itu ada resikonya tapi beda-beda
P :Jadi ikhlasjaki ini jadi perawat covid?
R: “iye, insyaallah ikhlasja (sambil tersenyum)
P: Bagaimana keluargata yang lain?
R: “tidak masalahji mereka, nadukungja, paling naingatkanka saja untuk hati-hati. Yang
susah itu awalnya anakku, karena kalau pulangka ke rumah kupisah kamarku sampai
menangis-menangis kodong
P: Kenapa memang sampai menangis?
R: “kan biasanya kalau pulangka itu langsung mau dipeluk, biasa anak-anak mau dimanja.
Tapi pas waktu diruang covidka kusuruh jauh-jauh klo datangka, trus kamarku juga kupisah
sendiri, sampai nabombeka itu
P: Kalau tetanggata bagaimana waktu natauki kalau perawat covid ki?
R: “kebetulan beberapa tetanggaku itu orang RS ji juga, jadi mengertiji mereka. Tapi saya
yang tau diri, selama diruang covidka kubatasi pergaulanku, tidak keluarka dari rumah kalau
tidak penting sekaliji.
P: Kalau temanta yang lain pernahki cerita-cerita bagaimana dia tetangganya?
R: “iye biasajaki cerita-cerita, ada memang kodong beberapa teman yang merasa dijauhi ,
tapi rata-rata teman itu yang jaga jarak juga. Padahal kalau dipikir kita ini kerja pakaiki APD
lengkap, bagaimanami itu mereka yang berkeliaran diluar napikir kitaji yang bisa bawa virus
barangkali,padahal bisa saja mereka yang bawa. Sampai ada kodong itu teman disuruh pindah
dari tempat kosnya
P: Terus apa kira-kira masalahta waktu merawatki pasien covid ?
R: “macam-macam kurasa kalau masalah
P: Bisaki ceritakanka masalah seperti apa itu?
R: “yang paling kuingat itu kalau mandi tengah malamki, kan kalau jaga malam itu jam 10
ada jadwal injeksinya pasien, sekalian dicek semuami cairannya pasien sama keluhannya,
biasanya slesaiki jam-jam 11,jadi mandiki itu tengah malam kodong. Kalau pagi begituki
juga, mandiki kalau datangki follow up pasien, mauki pulang di rumah mandiki lagi, sampai
dirumah langsung lagi mandi. Pernahma itu bilang deeh lama-lama bukan covid kasi sakitki
tapi gara-gara mandi terus (sambil sedikit tertawa). Tapi maumi diapa daripada gara-gara kita
tertular keluargata atau orang lain
P: Ooooh pulangjaki dirumah selama diruang covid ki kah?
R: “iye, kalau saya pulangja, tidak diwajibkanjaki memang tinggal di asrama, makanya saya
lebih kupilih pulang, tapi begitumi, dijaga betul kurasa kebersihanta, kulepas semua itu
pakaianku dari RS baru masuk rumah, baru kucuci diluar rumah.padahal mandijaki itu
sebelum pulang. Sampai -sampai itu anakku nahapalmi kalau mauma pulang adami itu
nasiapkan diluar ember sama handukku.
P: Terus ada lagi masalahta yang lain?
R: “itu juga kalau mauki ke pasien lamanya kurasa persiapanta pakai APD, pertama-pertama
itu masih bingungki urutannya yang manami ini duluan, saking banyaknya itu APD mau
dipake, manami panasnya lagi kalau dipakai, kadang juga berbekas dihidung itu masker
saking rapatnya. Dilepas lagi haruspi ada urutannya. pernah juga malam-malam pas selesai
kubuka semua APD ku, eeeh ada pasien tiba-tiba ada keluhannya
P: Kenapa memang itu pasienta?
R: “sakitki narasa infusnya, baru waktu masukki dikamarnya tidak adaji nabilang, pas dilepas
hazmat baru ada telponnya.
P: Jadi bagaimanami?
R:“ku VC ki, kusuruh juga fotokanka itu infusnya, tidak bengkakji, tidak merahji juga. Jadi
kutanya saja kalau bertambah sakit kita rasa pak telponma lagi nah, iiih sampai besoknya
tidak apa-apaji itu infusnya
P: Bagaimana dirasa kerja pakai APD lengkap begitu?
R: “susahki kurasa bergerak, seperti betulki robot, panasmi juga, tidak jelas juga penglihatan,
apalagi kalau mauki pasang infus baru pake google berlapis lagi sarung tanganta, ribetnya
kurasa. Pernahka juga itu rujuk pasien pakai hazmat sampai mauka kurasa muntah , manami
kalau hauski atau mauki kencing
P: Masih ada masalahta lagi yang lain kira-kira?
R: “mmmm oh pernah juga ada pasien sebenarnya bisami pulang, bagus sekalimi KU nya,
tapi belumpi keluar hasil swabnya. Dokter anjurkanmi isolasi mandiri saja di rumah, tapi
ngototki mau tunggui hasil swabnya, semua perawat yang ada kontaknya nahubungi, biar
bukan kita dinas nahubungi juga, curhatki seolah-olah diusirmi narasa.
P: Jadi bagaimanami solusinya itu waktu?
R: “dibiarkanji tinggal, karena tidak enakki mau paksaki pulang. Kita juga mengerti
bagaimana perasaannya tawwa pasti stresski didiagnosa covid.keluarganya juga ragu-ragu
kayaknya mau terimaki. Ditaumi itu bagaimana takutnya orang waktu awal-awal pandemi.
Gara-gara begitumi juga akhirnya dikasiki HP khusus untuk ruang covid. Jadi tinggal 1
nomor dipake komunikasi sama pasien
P: Ooh iye ,bagus juga dii, jadi tidak pake nomor pribadimaki hubungi pasien
R: “iye
P: Jadi bagaimana perasaanta kalau adami masalah yang kita ceritakan tadi?
R: “ yaaa itumi kurasa suka dukanya, kadang stress ki juga tapi dijalani saja
P: Menurutta seberapa seringki dirasa stress atau cemaslah selama merawatki pasien covid?
R: “kalau cemas itu selalu ada, tapi tidak sampai stressjaki. karena jelas-jelas di ruang infeksi
ki ini, pasti takutki tertular atau sempat gara-gara kita orang lain atau keluargata juga kena
P: Yang mana lebih stresski waktu di ruang covid atau di perawatan biasa?
R: “kalau saya toh, lebih stresska kurasa diperawatan biasa, kalau diruang covid itu terjamin
APD ta, jelas juga pasien yang dihadapi jadi pasti lebih berhati-hati ki. Kalau diperawatan
biasa terbatas sekali APD kodong kadang lagi kita beli sendiri. Pasien tidak ditau kadang
beberapa harimi dirawat ternyata pasien positif, baru kita kontak pake APD biasaji.justru
lebih amanka kurasa waktu diruang covid
HASIL WAWANCARA 3
P:“Ceritakanka coba kenapaki mau jadi perawat Covid 19 ?”
R:“ya….’karena tugasta mi to sebagai perawat, jadi waktu ruanganku disulap jadi ruang
covid yah mau tidak mau, siap tidak siap, iklas tidak iklas harus diterima.to”
P:“oh,begitu tapi iklas jaki ini jadi perawat covid, nda merasa terpaksa jaki karena ruanganta
jadi ruang covid?”
R:“heeheh….Awal-awal pandemic ia was was sekali takutka tertular tapi bilangka….apa di…
maumi diapa iklas saja karena inimi tugasta sebagai perawat (wajah senyum) .”tapi sekarang
dibawa santaimi saja.
P:Jadi nda was-was maki lagi ini sampai detik ini
R:(Heheheh) Nassami masih ada itu rasa was-wasta siapa pun itu perawat baik covid maupun
tidak merawat ia to…, apalagi kodong maceku tuami juga ada penyakit hipertensi kroniknya,
makanya ini nda pulang-pulangka dirumah dulu manna mamo rinduki to hehehe
P :Jadi…berapa lama maki nda ketemu maceta?(wajah senyum)
R : Yahhh…seperti itumi, selamaka jadi perawat covid, tapi tahan-tahanmi dulu apa lagi
bisaji VC, akan indahji juga pada waktunya(sambil tertawa)
P : Tapi setuju ji ini mace kalo jadi perawat covidki?
R : Yahh..nabilangji sudah tugasmu itu jadi perawat, yang penting jaga kondisi saja, banyak
minum vitamin,hmmm
P: Artinya dukukungan penuh di (heheheh) Apa lagi natanyakanki maceta selain itu,
(senyum) dan apami tanggapannya tetanggata kalo natauki perawat covid
R : Hmmmm sambil menghela nafas apa di, itu… apa….pakeki alat pelindungta dengan baik.
ituji nabilang maceku. Kalo tetanggaku natanyaja ia, nda merawat covikko kamu, kubilang
merawatka, nda adaji hal-hal yang mencemaskan ditetanggaku, seperti biasaji (muka
berkerut)
P: Och bagusji pale itu tetanggata, paham ji kapang?.Terkait dengan Alat pelindung diri pale,
apamitu kita rasa-rasa selama kita pake
R : Hahahaha…..kita tau kan pertama kali ada covid itu diruanganku jas hujan ji kasian
dipake, bayangkan maki itu, mana lagi jadwal shif belum seperti ini sehari masuk,sehari
libur, mungkin enakji kalo jaga pagi dan sore pakenya 7 jam,dededeh kalo malam 10 jam
pake, hahahah rasa2 mitu panas, ditahan tommi hausta, ditahan tommi kencingta sampe2 kalo
nda kuatma tahanki kencing Sajama (hahahhaha).edede stresku kurasa.inimi buatki stress
dulu-dulu karena lamanya orang pake APD, tapi sekarang bagusmi APDta pakenya juga
paling lama 5 jam mi tapi itu stress tonji orang pake ka hampirji sama
P : Owgh….jangan mi deh kuras-rasa (heheheh) nanti sya ji yang stress
P & R : Hahaha tertawa bersama
P: Selain APD tadi, hal-hal apa saja biasaki dibuat stress
R : Hmmm apa di…..pastimi merawat pasien kalo full ini pasien ruangan 12 bad na sendiri
jaki jaga karna per 4jam 1x shif masuk, deh itumi kasian bikinka stress,beda-beda maunya,
ituji to kalo yang masih mudah dan masih bisa jalan, itu enakji nda terlalu ji dibantu, ituji
kasian kalo nenek-nenek, hahahaha bayangkan maki coba, semuanya diurus. Inimi bikinka
stress duluan kalo mauka datang dinas kalo full pasien nda full saja difikir apalagi full
(tertawa)
P : Hmm….kalo 12 bad penuh, bagaimana mitu carata pantau pasien?
R : Bahh… adaji dilengkapi CCTV setiap kamar jadi dipantau lewat situji
P : Ochh…begitu di.sisa diliat saja dari layar di, nah.. apa bede lagi kira- kira bikinki stress
R : Hmmmm……itu juga paling streska kurasa kalo ada pasien sesak baru sendirika jaga,
panic maka itu.(sambil tertawa), mau kuapai
P : Jadi apami kita buat kalo ada pasien sesak nafas?
R : Kutlfn dokter jaga, cepat masuk dan minta bantuan teman yang lain, deh siapa mau kerjai
pasien sendiri apalagi pasien terkonfirmasimi
P : Tapi itu dokerta sama temanta cepatji bantuiki?
R : Yahhhhh (sambil menghela nafas) tergantung hmmm
P : Kembali pale yang tadi, Begitu kah memang aturanta sendiri-sendiri jaga,
R : Sebenarnya kadang-kadang 2 orang 1x gelombang, tapi banyakan sendiri tergantung.
Itumi bikin streska kurasa, kadang-kadang berfikirka mau berhenti jadi perawat covid saja,
manna mamo sekarang ada uangnya (sambil tertawa) tapi deh ampunka bebannya itu lho…..
P : Och..berapaka memang perawatnya setiap kali jaga, kenapa seperti itu?
R : Sebenarnya 4 orang, kadang ada libur, ada cuti, trus memang to beda-beda sejam ki satu
orang masuk.
P : Kalo ada keluhanta seperti ini siapami ditanya ie?
R : Ya Boslah (hehehe), tapi begituji katanya sudahmi minta tambahan tenaga tapi sampai
sekarang belum ada.
P : Artinya urusannya manajemen di….Jadi setiap ada masalah yang dihadapi baik itu terkait
APDta, fasilitas yang lain, termasuk merawat pasien disampaikan langsung ke atasanta di,
adaji solusinya biasa?
R : Ie….pokoknya semua keluhan sama bos semua, heheheheh solusi kadang ada- kadang
tonji tidak tergantung situasi. Begituji, jadi dijalani saja.
P : Nda terpaksa jaki itu jalani semuanya?
R : Yahhhh…mau tidak mau iklas tidak iklas
P : Iee Pale terima Kasih atas waktuta, kalo ada mau saya tanyakan lagi saya hubungiki di
R : Ieee.. Siap….