Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MANAJEMEN ANALISA DATA

Fasilitator : Kusrini Kadar, S.Kp, MN, Ph.D

PENETILIAN KUALITATIF

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1

VERONIKA MELTY
NIM : R012201001 NIM : R012201007

ERWIN PURWANTO SITTI ROSDIANAH


NIM : R012201002 NIM : R012201009

MUH. SADDAD
TANREWALI
NIM : R012201003

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

Judul : Pengalaman Perawat Selama Menjadi Perawat Covid-19


Tujuan : Untuk mengetahui pengalaman perawat selama menjadi perawat Covid-19
Tema :
1) Proses Menjadi Perawat Covid 19
2) Tantangan selama menjadi Perawat Covid 19
3) Bentuk Dukungan yang didapat Perawat
4) Mekanisme Koping Perawat Covid 19

Tema 1 : Proses Menjadi Perawat Covid 19


1. Alasan Menjadi Perawat covid
 Bukan Kemauan sendiri
 Diitunjuk langsung sama atasan
 Tanggung jawab profesi
 Resiko pekerjaan

2. Pertimbangan sebelum menjadi Perawat Covid


 Takut menularkan kekeluarga di rumah
 Awalnya keluarga tidak setuju
 Tidak ada yang mengurus keluarga
 Angka Penularan covid tinggi
 Informasi tentang covid yang menakutkan

Tema 2 : Tantangan selama menjadi Perawat Covid 19


1. Masalah dalam penggunaan APD
 Bingung tentang pemakaian APD
 Waktu memakai APD yang lama
 Maske berbekas diwajah
 Tidak nyaman memakai APD

2. Masalah di Ruangan
 Jumlah perawat yang kurang
 Beban kerja yang tinggi
 Pasien banyak

3. Masalah Internal Perawat


 Cemas
 Takut tertular
 Tidak bisa bertemu keluarga
 Bosan di karantina

4. Masalah terkait Pasien


 Pasien tidak kooperatif
 Pasien tidak menerima terdiagnosis covid 19
 Ketergantungan pasien yang tinggi kepada perawat
5. Tanggapan Masyarakat terhadap Perawat Covid
 Persepsi Masyarakat yang negative
 Dijauhi tetangga

Tema 3 : Bentuk Dukungan yang didapat Perawat


1. Dukungan Atasan
 Ada jaminan insentif
 Fasilitas Terjamin
 Nutrisi Terjamin
 APD yang lengkap
 Respon atasan yang cepat

2. Dukungan Keluarga
 Adanya dukungan keluarga
 Mengingatkan untuk menjaga kesehatan

Tema 4 : Mekanisme coping Perawat Covid 19


1. Pemecahan Masalah
 Minta Bantuan teman
 Memberikan penjelasan kepada pasien
 Pasien dipantau CCTV
 Konsultasi dengan atasan

2. Tindakan mencegah penularan covid


 Disiplin menggunakan APD
 Menjaga daya tahan tubuh
 Menjaga jarak
 Menjaga kebersihan diri

3. Mengurangi Stres
 Banyak berdoa
 Berbagi cerita dengan teman
 Mendengarkan music
 Selalu berkomunikasi dengan keluarga
 Tidak memikirkan masalah

LAMPIRAN 1
PEDOMAN WAWANCARA
Topik : Pengalaman Perawat Selama Menjadi Perawat Covid-19

Tujuan : Untuk mengetahui pengalaman perawat selama menjadi Perawat Covid-19

Data Demografi :
Nama Perawat :
Usia :
Jenis Kelamin :
Masa Kerja :
Lama Merawat Pasien Covid :

Daftar pertanyaan :
1. Apa alasan anda memutuskan menjadi perawat Covid-19 ?
2. Masalah-masalah apa saja yang bapak/Ibu biasa alami saat merawat pasien Covid-19?
3. Apakah masalah–masalah yang anda sebutkan di atas dapat menimbulkan stress saat
merawat pasien Covid-19 ?
4. Bagaimana cara ibu/bapak dalam menghadapi permasalahan yang ada ketika sedang
merawat pasien Covid-19 ?
5. Seberapa sering bapak/ibu cemas ketika melayani pasien Covid-19 ? dan mengapa ?
6. Apa yang ibu/bapak dapat lakukan untuk mengurangi kecemasan didalam merawat
pasien Covid-19 ?
7. Apakah keluarga Bapak/Ibu mendukung anda sebagai perawat Covid-19 ?
8. Bagaimana tanggapan orang-orang disekitar anda ketika mengetahui bahwah anda
perawat Covid-19 ?
9. Seberapa besar dukungan atau kepedulian atasan bapak/ibu terhadap anda sebagai
perawat Covid-19 ?
10. Apakah keluhan-keluhan yang Bapak/Ibu sampaikan atau utarakan dapat diberikan
tanggapan dengan cepat oleh atasan anda? Misalnya dalam hal apa?
11. Kepada siapakah bapak/ibu mengeluh ketika mendapatkan masalah dalam pelayanan
sebagai perawat Covid-19 ?

LAMPIRAN 2
REKAPAN HASIL WAWANCARA
HASIL WAWANCARA RESPONDEN 1
R:“Bisaki ceritakanka kenapaki mau jadi perawat Covid 19 ?”
P:“awal-awal pandemi itu masih ragu-raguka sebenarnya jadi perawat covid,klo tidak salah
teman-teman yang pertamakali jadi perawat di ruang covid itu sukarela.tapi saya tidak mauka
menawarkan diri
P: Kenapa memangki tidak mau ?
R: “masih ada anakku kecil kodong, manalagi ada juga orang tua 2 orang di tinggal di rumah,
ditaumi itu bagaimana awal-awal pandemi pasti takutki nanti kita bawakan penyakit orang
dirumahta
P: Kan diasramakanjaki toh?
R: “justru itumi kupikir juga, klo jadika perawat covid terus tinggalka di asrama siapami
uruski orang di rumahku (jeda sebentar)
P: Tapi kenapa pale bisajaki jadi perawat covid?
R: Karena ada sk ku keluar di ruang covid
P: Jadi merasa terpaksaki itu jadi perawat covid?
R: “tidakji,karena dari awal memang itu kubilangji kalau ditunjuk langsungka jadi perawat
covid mauja tapi kalau saya mau menawarkan diri janganmi dulu deh
P: Seandainya tidak ditunjukki tidak ada sekali niat ta jadi perawat covid?
R: “baaa, mauaja. awalnya itu takutja juga kalau kuliatki berita-berita di TV, apalagi banyak
petugas yang tertular,tapi tidak tau kenapa justru merasa terpanggilka kurasa.kadang itu apadi
(berhenti seperti sedang berpikir),kayak terharuka liatki itu teman-teman yang jadi pejuang
covid. Kupikir toh masa saya tinggal begini na perawatka
P: Kenapa memangki berpikir begitu?
R: “iya masa saya tinggal saja liat-liati itu teman-teman. Dimana hati nuraniku sebagai
perawat na memang pekerjaanta ini, siapa pale mau kerja kalau bukan kita, lagian semua
pekerjaan pasti ada resikonya
P: Jadi apa yang kita pikirkan waktu itu?
R: “iiih pernahka itu berpikir mau daftar jadi sukarelawan, sempatka liat-liat di internet, eeh
di facebook kayaknya.ada yang posting pendaftaran jadi sukarelawan. seandainya masih
cewekka mendaftarma
P: Kenapa tidak daftarki saja?
R: “tidak bolehka juga egois to, ada keluargaku,ada anakku kecil. Baru untuk di wisma atlet
kayaknya itu hari pendaftarannya
P: Jadi pas ada SK ta di ruang covid bagaimana perasaanta?
R: “bagaimana diii, cemas pasti ada, tapi saya sadar pekerjaanku memang ini, seperti kurasa
disuruhki maju berperang. pernah memangja cerita-cerita sama suamiku waktu kudengar
berita mau diroling orang ke ruang covid. Bagaimana kalau ada juga namaku
P: Trus apami nabilang suamita?
R: “maumi diapa ka pekerjaanmu memang toh, begituji kodong
P: Tidak keberatanji atau tidak takutji sempat tertularki?
R: “kalau keberatan tidakji tapi kalau takut pastimi iyya takutki, jadi nakasi ingat truska itu
hati-hati, perbaiki memang APD mu, janganko macapa-capa nah
P: Kita iyya tidak takutjaki tertular?
R:“pasti takutki itu iyya, tapi beginimi resiko pekerjaanta. Siapa pale mau kerjai kalau bukan
kita, na semua pekerjaan itu ada resikonya tapi beda-beda
P :Jadi ikhlasjaki ini jadi perawat covid?
R: “iye, insyaallah ikhlasja (sambil tersenyum)
P: Bagaimana keluargata yang lain?
R: “tidak masalahji mereka, nadukungja, paling naingatkanka saja untuk hati-hati. Yang
susah itu awalnya anakku, karena kalau pulangka ke rumah kupisah kamarku sampai
menangis-menangis kodong
P: Kenapa memang sampai menangis?
R: “kan biasanya kalau pulangka itu langsung mau dipeluk, biasa anak-anak mau dimanja.
Tapi pas waktu diruang covidka kusuruh jauh-jauh klo datangka, trus kamarku juga kupisah
sendiri, sampai nabombeka itu
P: Kalau tetanggata bagaimana waktu natauki kalau perawat covid ki?
R: “kebetulan beberapa tetanggaku itu orang RS ji juga, jadi mengertiji mereka. Tapi saya
yang tau diri, selama diruang covidka kubatasi pergaulanku, tidak keluarka dari rumah kalau
tidak penting sekaliji.
P: Kalau temanta yang lain pernahki cerita-cerita bagaimana dia tetangganya?
R: “iye biasajaki cerita-cerita, ada memang kodong beberapa teman yang merasa dijauhi ,
tapi rata-rata teman itu yang jaga jarak juga. Padahal kalau dipikir kita ini kerja pakaiki APD
lengkap, bagaimanami itu mereka yang berkeliaran diluar napikir kitaji yang bisa bawa virus
barangkali,padahal bisa saja mereka yang bawa. Sampai ada kodong itu teman disuruh pindah
dari tempat kosnya
P: Terus apa kira-kira masalahta waktu merawatki pasien covid ?
R: “macam-macam kurasa kalau masalah
P: Bisaki ceritakanka masalah seperti apa itu?
R: “yang paling kuingat itu kalau mandi tengah malamki, kan kalau jaga malam itu jam 10
ada jadwal injeksinya pasien, sekalian dicek semuami cairannya pasien sama keluhannya,
biasanya slesaiki jam-jam 11,jadi mandiki itu tengah malam kodong. Kalau pagi begituki
juga, mandiki kalau datangki follow up pasien, mauki pulang di rumah mandiki lagi, sampai
dirumah langsung lagi mandi. Pernahma itu bilang deeh lama-lama bukan covid kasi sakitki
tapi gara-gara mandi terus (sambil sedikit tertawa). Tapi maumi diapa daripada gara-gara kita
tertular keluargata atau orang lain
P: Ooooh pulangjaki dirumah selama diruang covid ki kah?
R: “iye, kalau saya pulangja, tidak diwajibkanjaki memang tinggal di asrama, makanya saya
lebih kupilih pulang, tapi begitumi, dijaga betul kurasa kebersihanta, kulepas semua itu
pakaianku dari RS baru masuk rumah, baru kucuci diluar rumah.padahal mandijaki itu
sebelum pulang. Sampai -sampai itu anakku nahapalmi kalau mauma pulang adami itu
nasiapkan diluar ember sama handukku.
P: Terus ada lagi masalahta yang lain?
R: “itu juga kalau mauki ke pasien lamanya kurasa persiapanta pakai APD, pertama-pertama
itu masih bingungki urutannya yang manami ini duluan, saking banyaknya itu APD mau
dipake, manami panasnya lagi kalau dipakai, kadang juga berbekas dihidung itu masker
saking rapatnya. Dilepas lagi haruspi ada urutannya. pernah juga malam-malam pas selesai
kubuka semua APD ku, eeeh ada pasien tiba-tiba ada keluhannya
P: Kenapa memang itu pasienta?
R: “sakitki narasa infusnya, baru waktu masukki dikamarnya tidak adaji nabilang, pas dilepas
hazmat baru ada telponnya.
P: Jadi bagaimanami?
R:“ku VC ki, kusuruh juga fotokanka itu infusnya, tidak bengkakji, tidak merahji juga. Jadi
kutanya saja kalau bertambah sakit kita rasa pak telponma lagi nah, iiih sampai besoknya
tidak apa-apaji itu infusnya
P: Bagaimana dirasa kerja pakai APD lengkap begitu?
R: “susahki kurasa bergerak, seperti betulki robot, panasmi juga, tidak jelas juga penglihatan,
apalagi kalau mauki pasang infus baru pake google berlapis lagi sarung tanganta, ribetnya
kurasa. Pernahka juga itu rujuk pasien pakai hazmat sampai mauka kurasa muntah , manami
kalau hauski atau mauki kencing
P: Masih ada masalahta lagi yang lain kira-kira?
R: “mmmm oh pernah juga ada pasien sebenarnya bisami pulang, bagus sekalimi KU nya,
tapi belumpi keluar hasil swabnya. Dokter anjurkanmi isolasi mandiri saja di rumah, tapi
ngototki mau tunggui hasil swabnya, semua perawat yang ada kontaknya nahubungi, biar
bukan kita dinas nahubungi juga, curhatki seolah-olah diusirmi narasa.
P: Jadi bagaimanami solusinya itu waktu?
R: “dibiarkanji tinggal, karena tidak enakki mau paksaki pulang. Kita juga mengerti
bagaimana perasaannya tawwa pasti stresski didiagnosa covid.keluarganya juga ragu-ragu
kayaknya mau terimaki. Ditaumi itu bagaimana takutnya orang waktu awal-awal pandemi.
Gara-gara begitumi juga akhirnya dikasiki HP khusus untuk ruang covid. Jadi tinggal 1
nomor dipake komunikasi sama pasien
P: Ooh iye ,bagus juga dii, jadi tidak pake nomor pribadimaki hubungi pasien
R: “iye
P: Jadi bagaimana perasaanta kalau adami masalah yang kita ceritakan tadi?
R: “ yaaa itumi kurasa suka dukanya, kadang stress ki juga tapi dijalani saja
P: Menurutta seberapa seringki dirasa stress atau cemaslah selama merawatki pasien covid?
R: “kalau cemas itu selalu ada, tapi tidak sampai stressjaki. karena jelas-jelas di ruang infeksi
ki ini, pasti takutki tertular atau sempat gara-gara kita orang lain atau keluargata juga kena
P: Yang mana lebih stresski waktu di ruang covid atau di perawatan biasa?
R: “kalau saya toh, lebih stresska kurasa diperawatan biasa, kalau diruang covid itu terjamin
APD ta, jelas juga pasien yang dihadapi jadi pasti lebih berhati-hati ki. Kalau diperawatan
biasa terbatas sekali APD kodong kadang lagi kita beli sendiri. Pasien tidak ditau kadang
beberapa harimi dirawat ternyata pasien positif, baru kita kontak pake APD biasaji.justru
lebih amanka kurasa waktu diruang covid

HASIL WAWANCARA RESPONDEN 2


P : “Bisa diceritakan apa alasannya sehinggah menjadi perawat Covid-19 ?”
R : “Iya bisa, sebenarnya tidak ada alasan khusus sehingga saya mau menjadi perawat Covid-
19, kalau boleh saya jujur awala-awalnya sebenarnya saya tidak mau, tetapi karena sudah ada
surat keputusan dari direktur rumah sakit bahwa seluruh perawat akan bergabung menjadi tim
perawatan Covid-19, yahhh.. mau tidak mau harus mau.. (sambil tertawa kecil)
P : “Kalau boleh saya tahu apa yang buatki waktu awal-awal tidak mau jadi perawat Covid-
19?”
R : “Kan waktu awal-awal itu saya takut karena tingginya angka penularan dan banyak sekali
yang meninggal akibat Covid, ditambah melihat berita di telvisi juga jadi saya tambah takut
nanti saya tertular juga”
P : “Berarti Cuma karena takut saja yah yang buat ki tidak mau menjadi perawat Covid-19
pada awalnya? Atau ada alasan lain yang buatki tidak mau?”
R : “Iya awalnya memang saya takut, tetapi selain takut, yang buat juga saya tidak nyaman
yaitu pake APD lengkap karena sejujurnya selama saya kerja saya belum pernah gunakan
APD selengkap itu dan pasti saya pikir itu bakalan tidak nyaman”
P : “Dari mana ki bisa tahu kalo pake APD lengkap itu tidak nyaman? Kan belum pernah
merasakan pakai APD lengkap sebelumnya?”
R : “Walaupun saya belum pernah APD lengkap, tetapi saya sudah yakin itu bakalan tidak
nyaman karena saya lihat berita ditelevisi saat perawat disana pakai APD lengkap, bahkan
untuk minum saja tidak bisa. Waktu pelatihan di rumah sakit penggunaan APD saya sempat
coba pasang dan saya rasa itu tidak nyaman sekali karena panas, pokoknya tidak nyaman
skali itu pakai APD”
P : “Ohh.. begitu yah waktu awal-awal menjadi perawat Covid-19, terus sekarang ini kan
sudah 2 bulan menjadi perawat Covid-19 bagaimana perasaannya sekarang?”
R : “Perasaan saya sekarang masih tetap ada ketakutan untuk tertular walaupun sudah tidak
seperti waktu awal-awal, sudah berkurang tetapi masih tetap ada”
P : “Kalau untuk perasaan tidak nyaman saat memakai APD sekarang bagaimana?”
R : “Kalau untuk pakai APD mungkin karena sudah 2 bulan mi hampir setiap hari saya pakai
akhirnya sekarang sudah mulai terbiasa ma kurasa, kalau ditanya soal tidak nyaman yah pasti
mi tetap tidak nyaman karena itu susahnya kalau mau mau kencing mesti di tahan sampai
selesai shif”
P : “Begitu yah, terus apakah masalah perasaan takut dan tidak nyaman pakai APD itu bisa
buat ki stress?”
R : “Wihh.. jelas mi itu kadang yang buat saya sampai cemas, karena sudah sembarangmi
saya pikir, mungkin juga karena rasa takutnya masih ada makanya kadang sudah tidak bisa
berpikir rasional sehingga buat ka cemas sendiri”
P : “Bisa ki ceritakan tadi itu “sembarangmi ta pikirkan” sampai buat cemas?”
R : “Iya jadi sembarangmi ku pikir sudah mengandai-andai bagaimana kalau saya tertular
nanti apakah bisa sembuh atau kayak pasien-pasien lain sampai meninggal, selain itu saya
pikir juga keluarga dirumah bagaimana perasaan mereka kalau sampai saya tertular pasti
mereka kepikiran”
P : “Cuma itu saja yang buat stress atau masih ada hal lain yang bisa buat stress?”
R : “Iya seperti yang saya bilang tadi kalau saya sudah terinfeksi Covid pasti bakalan
dikarantina sehingga saya tidak bisa ketemu keluarga, walaupun sekarang juga tidak bisa
pulang ketemu keluarga karena karantina.. hehehe.. ditambah lagi kalau sudah terkena Covid
persepsi masyarakat nanti ke saya pasti bakalan dihindari yah kayak dikucilkan begitu”
P : “Begitu dik, terus selama merawat pasien yang sudah terkonfirmasi Covid-19 apakah
sering ki merasa cemas? Hal apa yang buat ki cemas?”
R : “Iya setiap merawat pasien Covid-19 saya sering merasa cemas, kalau ditanya apa
penyebabnya yah itu yang tadi sudah saya jelaskan rasa takut tertular, tidak nyaman pakai
APD, ditambah kalau ketemu pasien yang tidak kooperatif saat dirawat”
P : “Bisa diceritakan bagaimana yang kita maksud pasien tidak kooperatif itu?”
R : “Pasien itu kadang tidak mau diatur sama perawat seperti kalau disuruh pakai masker
selama perawatan dia tidak mau, terus belum lagi kalau dia menyangkal kalau dia tidak
terkena Covid, bahkan sampai pernah ada pasien yang mengamuk karena dia tidak terima
ditempatkan diruangan Isolasi”
P : “Kalau begitu apa saja yang kita lakukan saat merasa cemas, apa lagi ditambah mi kayak
tadi pasien tidak kooperatif ?”
R : “Kalau untuk perasaan takut akan tertular hanya bisa banyak-banyak berdoa kepada Allah
S.W.T semoga selalu diberi perlindungan dalam bekerja. Untuk ketidaknyamanan pakai APD
yah begitumi kasi nyaman-nyaman saja karena mau bagaiamana lagi SOPnya harus pakai
APD biar aman dan tidak tertular juga kan. Sedangkan cara saya hadapi pasien yang tidak
kooperatif itu yah dikasi saja penjelasan sebisa ku, syukur kalau dia bisa paham dan mau
menuruti apa yang saya ajarkan, tapi kalau sudah saya jelaskan dan pasienya tetap tidak
begitu, saya biarkan saja karena mau bagaimana lagi.”
P : “Bagaimana respon keluarga saat tahu bahwa jadi perawat yang ditugaskan merawat
pasien Covid-19?”
R : “Respon keluarga saya waktu pertama kali saya tanya mereka tidak setuju saya untuk
menjadi perawat Covid-19, tetapi setelah saya jelaskan secara baik-baik ke mereka akhirnya
setuju juga”
P : “Bisa diceritakan apa alasan dari keluarganya sehingga tidak setuju untuk kta menjadi
perawat Covid-19?”
R : “Banyak alasannya itu, mulai dari takut saya tertular, nanti kalau tidak bisa pulang
kerumah mau tinggal dimana, terus bisakah minta ganti sama teman yang lain, intinya
keluarga tidak mau saya menjadi perawat Covid-19”
P : “Oh.. begitu yah, terus bagaimana sampai akhirnya keluarga bisa setuju?
R : “Saya jelaskan ke mereka bahwa ini sudah tuntutan dan resiko pekerjaan ku dan harus ku
jalani, ditambahkan sudah ada SK dari direktur. Pokoknya saya jelaskan ke mereka bahwa
dalam bekerja itu pakai alat pelindung yang aman, ada tempat yang disediakan untuk tinggal
sementara, makan dan sebagainya dijamin oleh rumah sakit. Intinya ku ceritakan semua yang
baik-baik sama mereka sampai akhirnya sekarang mereka sudah mendukung saya”
P : “Boleh diceritakan dukungan yang seperti bagaiamana yang diberikan oleh keluarganya
selama menjadi perawat Covid-19?”
R : “Hampir setiap hari jika selesai shif saya menelvon dengan keluarga di rumah, karena
selama saya menjadi perawat Covid-19 saya tinggal ditempat karantina. Cerita biasa saja
kayak tanya kabar, mereka selalu ingatkan saya untuk jaga kesehatan dan jangan lupa untuk
sholat”
P : “Ohh.. begitu, terus bagaimana dengan respon orang-orang disekitar ta setelah mereka
tahu kalau jadi perawat Covid-19?
R : “Kalau respon teman-teman di karantina biasa saja, karena mereka juga kan bertugas
merawat pasien Covid-19 sama seperti saya. Kalau respon tetangga saya tidak tahu kan saya
belum pernah pulang ke rumah, selama ini saya tinggal di tempat karantina.”
P : “Selama tinggal ditempat karantina bagaimana perasaannya ?”
R : “Perasaan ku selama di karantina yahh begitu nyaman tidak nyaman, kalau dibilang dari
segi fasilitas yah lumayan lah, tempat tidur nyaman, makanan dijamin, tapi lama-lama bosan
juga karena sudah 2 bulan ketemu sama orang yang itu saja dan kayak monoton sekali ku
rasa, jadi kadang bosan ditambah kadang juga tiba-tiba rindu mau pulang kerumah tapi tidak
bisa.”
P : “Terus kalau bosan apakah bisa buatki stress juga karena itu? Kalau iya bagaimana cara
mengatasi rasa bosan tadi biar tidak buat stress?”
R : “Pasti buat stress juga karena bosan sudah toh, makanya kadang kalau sudah bosan ma
lagi misalnya dengan makanan kadang pesan makanan dari luar, kalau bosan dengan suasana
kadang cerita-cerita atau kah putar lagu sambil menyanyi-menyanyi biar tidak stress.”
P : “Kalau dukungan atasan atau direktur RS selama ditugaskan jadi perawat Covid-19
bagaimana?”
R : “Selama ini dukungan dari direktur yah begitu, kadang kalau ada keluhan dia respon juga,
tapi kadang lambat tapi lebih bagus itu koordinator tim kalau dia itu cepat responya”
P : “Bisa dikasi contoh bagaimana respon direktur kenapa beda sama koordinator tim?”
R : “Kalau direktur itu lambat respon kalau ada keluhan atau minta ki sesuatu baru jarang
sekali datang di tempat karantina., beda sama ketua tim, nah kalau dia itu bagus karena cepat
dia sampaikan kalau ada keluhan dari teman-teman seperti kemarin itu masalah makanan
yang kurang enak, besoknya langsung diganti catringnya, sama selalu juga datang di tempat
karantina untuk cerita-cerita sama kami, jadi kalau dia bagus.”
P : “Berarti banyak juga masalah-masalah yang kita hadapi selama merawat pasien Covid-
19 ?”
R : “Iya banyak mulai dari masalah perawatan kadang pasien susah na terima kondisinya
sampai masalah ditempat karantina juga ada”
P : “Nah kalau banyak masalah begitu apa yang biasa kita lakukan?”
R : “Biasanya kalau ada masalah begitu kadang ku coba untuk tidak terlalu pikir ki karena na
kasi tambah stress ja kalau mau dipikir, kadang juga tadi itu seperti yang ku bilang dengar
lagu sambil menyanyi-menyanyi, kadang juga cerita.”
P : “Sama siapa biasanya cerita kalau ada masalah ta”
R : “Kadang kalau masalah kerjaan sama teman-teman di karantina saja kan lebih nyambung
bahas soal kerjaan sama mereka. Tapi kalau masalah pribadimi kadang sama keluarga di
rumah lewat telvon, tapi jarangka cerita sama orang dirumah karena takutnya jadi beban
pikiran juga buat mereka.”

HASIL WAWANCARA 3
P:“Ceritakanka coba kenapaki mau jadi perawat Covid 19 ?”
R:“ya….’karena tugasta mi to sebagai perawat, jadi waktu ruanganku disulap jadi ruang
covid yah mau tidak mau, siap tidak siap, iklas tidak iklas harus diterima.to”
P:“oh,begitu tapi iklas jaki ini jadi perawat covid, nda merasa terpaksa jaki karena ruanganta
jadi ruang covid?”
R:“heeheh….Awal-awal pandemic ia was was sekali takutka tertular tapi bilangka….apa di…
maumi diapa iklas saja karena inimi tugasta sebagai perawat (wajah senyum) .”tapi sekarang
dibawa santaimi saja.
P:Jadi nda was-was maki lagi ini sampai detik ini
R:(Heheheh) Nassami masih ada itu rasa was-wasta siapa pun itu perawat baik covid maupun
tidak merawat ia to…, apalagi kodong maceku tuami juga ada penyakit hipertensi kroniknya,
makanya ini nda pulang-pulangka dirumah dulu manna mamo rinduki to hehehe
P :Jadi…berapa lama maki nda ketemu maceta?(wajah senyum)
R : Yahhh…seperti itumi, selamaka jadi perawat covid, tapi tahan-tahanmi dulu apa lagi
bisaji VC, akan indahji juga pada waktunya(sambil tertawa)
P : Tapi setuju ji ini mace kalo jadi perawat covidki?
R : Yahh..nabilangji sudah tugasmu itu jadi perawat, yang penting jaga kondisi saja, banyak
minum vitamin,hmmm
P: Artinya dukukungan penuh di (heheheh) Apa lagi natanyakanki maceta selain itu,
(senyum) dan apami tanggapannya tetanggata kalo natauki perawat covid
R : Hmmmm sambil menghela nafas apa di, itu… apa….pakeki alat pelindungta dengan baik.
ituji nabilang maceku. Kalo tetanggaku natanyaja ia, nda merawat covikko kamu, kubilang
merawatka, nda adaji hal-hal yang mencemaskan ditetanggaku, seperti biasaji (muka
berkerut)
P: Och bagusji pale itu tetanggata, paham ji kapang?.Terkait dengan Alat pelindung diri pale,
apamitu kita rasa-rasa selama kita pake
R : Hahahaha…..kita tau kan pertama kali ada covid itu diruanganku jas hujan ji kasian
dipake, bayangkan maki itu, mana lagi jadwal shif belum seperti ini sehari masuk,sehari
libur, mungkin enakji kalo jaga pagi dan sore pakenya 7 jam,dededeh kalo malam 10 jam
pake, hahahah rasa2 mitu panas, ditahan tommi hausta, ditahan tommi kencingta sampe2 kalo
nda kuatma tahanki kencing Sajama (hahahhaha).edede stresku kurasa.inimi buatki stress
dulu-dulu karena lamanya orang pake APD, tapi sekarang bagusmi APDta pakenya juga
paling lama 5 jam mi tapi itu stress tonji orang pake ka hampirji sama
P : Owgh….jangan mi deh kuras-rasa (heheheh) nanti sya ji yang stress
P & R : Hahaha tertawa bersama
P: Selain APD tadi, hal-hal apa saja biasaki dibuat stress
R : Hmmm apa di…..pastimi merawat pasien kalo full ini pasien ruangan 12 bad na sendiri
jaki jaga karna per 4jam 1x shif masuk, deh itumi kasian bikinka stress,beda-beda maunya,
ituji to kalo yang masih mudah dan masih bisa jalan, itu enakji nda terlalu ji dibantu, ituji
kasian kalo nenek-nenek, hahahaha bayangkan maki coba, semuanya diurus. Inimi bikinka
stress duluan kalo mauka datang dinas kalo full pasien nda full saja difikir apalagi full
(tertawa)
P : Hmm….kalo 12 bad penuh, bagaimana mitu carata pantau pasien?
R : Bahh… adaji dilengkapi CCTV setiap kamar jadi dipantau lewat situji
P : Ochh…begitu di.sisa diliat saja dari layar di, nah.. apa bede lagi kira- kira bikinki stress
R : Hmmmm……itu juga paling streska kurasa kalo ada pasien sesak baru sendirika jaga,
panic maka itu.(sambil tertawa), mau kuapai
P : Jadi apami kita buat kalo ada pasien sesak nafas?
R : Kutlfn dokter jaga, cepat masuk dan minta bantuan teman yang lain, deh siapa mau kerjai
pasien sendiri apalagi pasien terkonfirmasimi
P : Tapi itu dokerta sama temanta cepatji bantuiki?
R : Yahhhhh (sambil menghela nafas) tergantung hmmm
P : Kembali pale yang tadi, Begitu kah memang aturanta sendiri-sendiri jaga,
R : Sebenarnya kadang-kadang 2 orang 1x gelombang, tapi banyakan sendiri tergantung.
Itumi bikin streska kurasa, kadang-kadang berfikirka mau berhenti jadi perawat covid saja,
manna mamo sekarang ada uangnya (sambil tertawa) tapi deh ampunka bebannya itu lho…..
P : Och..berapaka memang perawatnya setiap kali jaga, kenapa seperti itu?
R : Sebenarnya 4 orang, kadang ada libur, ada cuti, trus memang to beda-beda sejam ki satu
orang masuk.
P : Kalo ada keluhanta seperti ini siapami ditanya ie?
R : Ya Boslah (hehehe), tapi begituji katanya sudahmi minta tambahan tenaga tapi sampai
sekarang belum ada.
P : Artinya urusannya manajemen di….Jadi setiap ada masalah yang dihadapi baik itu terkait
APDta, fasilitas yang lain, termasuk merawat pasien disampaikan langsung ke atasanta di,
adaji solusinya biasa?
R : Ie….pokoknya semua keluhan sama bos semua, heheheheh solusi kadang ada- kadang
tonji tidak tergantung situasi. Begituji, jadi dijalani saja.
P : Nda terpaksa jaki itu jalani semuanya?
R : Yahhhh…mau tidak mau iklas tidak iklas
P : Iee Pale terima Kasih atas waktuta, kalo ada mau saya tanyakan lagi saya hubungiki di
R : Ieee.. Siap….

HASIL WAWANCARA 4 - Subjek 1 (Perawat N ), Senin, 19 November 2020


Lokasi : Via Online
P: “Bisaki cerita bagaimana sehinggah jadiki perawat Covid 19 ?”
R: “ye’, tidak adaji sebenarnya alasan khusus kenapa mauka jadi perawat Covid,ee…mau
dibilang pemaksaan tidak juga,mau dibilang karena kemauan sendiri tidakji juga karena kan
ini ee..waktu dipilih jadi perawat Covid itu langsungji saja maksudnya langsungjiki saja
ditunjuk kemudian dikasih keluar SK perawat Covid jadi kayak terima maki saja dan
berharap semua akan baik-baik saja.”
P: “oh,begitu berarti ditunjuk jaki langsung dari atasanta, trus bagaiamana perasaanta ketika
jadimaki perawat Covid?”
R: “Wah, campur adukmi itu kalau bahas masalah perasaan itu ada semuami (sambil
senyum),yang pertama itu merasa cemaska merasa takutka juga,gelisah juga pokoknya ada
semuami campur aduk.”
P: “terus menurutta alasannya apa sampai kita memiliki perasaan campur aduk kayak
begitu?”
R: “Karena banyak factornya to, dimulai dari keluarga, karena sebenarnya awal-awalnya juga
kita tidak tahu bagaimana itu Covid jadi kita kayak takut dan cemas jangan sampai kita kasih
pindahki ke keluarga, atau kita sendiri yang terinfeksi atau ke orang-orang sekitar kita”
P: “menurutta seberapa seringki merasa cemas ketika merawatki pasien Covid?”
R: “ee,,kalau saya secara pribadi malah tinggi sekali itu tingkat cemasku selama merawatka
pasien Covid, sering-seringka itu merasa cemas karena ya itumi tadi kubilang kayak takuta
jadi sumber penularan bagi keluarga ditambah lagi kan kalau di perawatan itu ada-ada saja
pasien yang tidak bisaki kooperatif sama kita kayak kalau batukki tidak mauki pake masker
atau tissue, ada tong juga yang kayak tissue bekas pakainya atau meludah itu disembrangan
tempatji jadi kan resiko untuk tertular kepada petugas atau orang lain itu jadi tinggi
sekaliki,ee,,,terkadang juga saya cemas saat kasih keluar APD ka, maksudnya yang saya pikir
itu betuljika tadi itu caraku lepas APD karena jangan sampai salah-salahka urutannya lepaski
sampai sayami sendiri yang beresiko jadi itu kadang yang membuat saya cemas.”
P: “Jadi tindakan apami biasa kita lakukan untuk mengurangi rasa cemas yang kita rasakan?”
R: “ee,,kan diruangan itu adaki CCTV jadi bisaki lihat pasien mana yang batuk tidak pake
masker atau meludah sembaranganki,atau tidak pake tissue jadi ketika kita masuk ruangannya
untuk melakukan tindakan di edukasih ulangmi lagi tentang pentingnya penggunaan masker,
kalau masalah APD betul-betulpiki teliti kalau dilepaski dan ingat bagaimana itu ee urutan
pelepasannya yang benar”.
P: “Terkait masalah penggunaan APD, bagaimana perasaanta ketika haruski merawat pasien
menggunakan APD yang yang berlapis-lapis?”
R: “ee,,kalau saya sendiri tidak enak sekali kurasa ketika harus melayani pasien dengan APD
yang kayak begitu apalagi kan dulu sebelum jadika perawat Covid diperawatan itu APD yang
dipake itu paling maskerji atau sarung tanganji,jadi kita bebas bergerak nah setelah jadika
perawat Covid merasa kayak terbatas sekalimi pergerakanku kurasa tidak bisaki bergerak
bebas, apalagi waktu orang puasa the panas sekalimi itu dirasa haus tommiki juga.”
P: “Terus selama jadiki perawat Covid ini pernah tidak terlintas dalam pikiranta untuk
berhenti jadi perawat Covid?”
R: “Pernah, saya pernah berpikir untuk berhentimak the jadi perawat Covid waktu masih
awal-awal dulu.”
P: “ kenapa,apa alasanta sampai mauki berhenti jadi perawat Covid?”
R: “iye’ karena capek sekalimi kurasa apalagi waktu pas banyak-banyaknya dulu pasien
Covid di rumah sakit, mana sudah capekki beresiko tommiki juga terjangkit.”
P: “Terus bagaimana dukungan keluargata ketika menjadiki perawat Covid?.”
R: “Dukungan keluargaku itu sebenarnya itu waktu awalka jadi perawat Covid,ee,,
sebenarnya tidak mau sekali itu keluargaku malah mereka suruhka untuk berhenti apalagi
mamaku karena yang na piker keluargaku itu orang yang terkena covid itu langsungki
meninggal, apalagi na nonton tommi di TV kalau banyaknyami orang itu meninggal karena
Covid, jadi mereka tidak mau sampai saya yang jadi perawat Covid tapi kujelaskanji baik-
baik sama mereka ee…berusahaka untuk kasih pemahaman kepada mereka jadi waktu na
pahammi kalau ternyata begitu palek pencegahannya atau penularannya ee,,tidak masalahmi
kembali mok na dukung,apalagi suamiku.”
P: “begitu, dukungan yang kayak bagaimana itu yang kita maksud?”
R: “ee.misalnya capekma pulang kerja tidak tong juga na menuntut kalau misalnya haruska
selesaikan pekerjaan rumah sampai selesai baru istirahat atau k kalau lagi downka kurasa
karena capek mereka selalu ada buat saya untuk sekedar bercerita.”
P: “kalau orang-orang yang ada disekitarta,bagaimana tanggapannya mereka setelah mereka
tahu kalau kita jadi perawat Covid?.”
R: “ee,,waktu natahuki itu orang-orang apalagi orang-orang dekat rumah kalau perawat
Covida kayak na tolakka begitu merasa kayak na diskriminasika kenapa saya bilang begitu
karena apalagi yang tetangga-tetangga kalau misalnya na lihatmaki pulang dari Rumah sakit
pulang kerja, tidak adami itu yang mau mendekat sekalipun juga kayak tidak pulang kerjaka
cumin pergi jalan-jalan pagi atau sore atau keluar bersepeda tidak ada itu yang tegur-tegur
kita atau sapa kita jangankan nasapaki baru dia lihatki saja dari beberapa meter menghindar
memangmi seakan-akan saya ini pembawa virus bagi mereka atau saya inimi virus Covidnya
yang mereka lihat, padahal kita ini sama-samajaki manusia kenapa sampe begitunya.”
P: “Kita kan bilang merasa tertolakki atau terdiskriminasiki nah Bagaimanami perasaanta
kerika harus menghadapi tetangga yang seperti itu?”
R: “nah, kadang itu tommi juga yang bikin saya stress sakit hati kayak kenapa mereka
berbuat kayak begitu sama saya padahal maksudku saya kan kita perawat Covid itu
membantu atau melayani orang-orang dan kita tahu jijuga kalau misalnya haruska tetap jaga
jarak pake masker karena jangan sampai saya ini pembawa viruska, nah kadang itu kalau
sampeka rumah baru saya cerita sama suamiku tapi untungnya suamiku itu selalu
nakasihkanja pemahaman kalau, ahh..janganmi terlalu dipikir itu, begitu memang karena
ee..mereka belum tahu banyak bagaimana itu Covid.”
P: “Nah, selama jadiki perawat Covid masalah-masalah apa saja yang biasa terjadi atau kita
alami?”
R: “Masalah-masalah yang biasa ada kalau dalam perawatan itu biasanya pasien-pasien yang
saat didiagnosami terinfeksi atau terkonfirmasi Covid tapi tidak mauki menerima keadaan
seakan-akan itu Covid tidak bisa kena mereka jadi kadang mereka seenaknyami saja tidak
kooperatifki mau batuk ya batuk saja mau bersin bersinki saja biartong itu sampai capek maki
jelaskanki atau edukasihki tidak mau tongki na dengar jadi biasa kita bilang mami iye tunggu
miki palek dokter biar bertanyaki lebih jelas dan bisaki juga na jawab dokter dengan jelas
kenapaki bisa terkena Covid, jadi itu ji saja.”
P: “Menurutta apakah masalah-masalah yang kita sebutkan tadi diatas itu bisa memicu stress
bagi kita?”
R: “Memicu stress sekali, bagaimana tidak memicu stress kalau batukmi sembarang, meludah
tommi juga sembarang kan kita tonji juga yang rentan kembali terinfeksi.”
P: “Terus selama jadi perawat Covidki seberapa besar dukungan atasanta yang kita rasa
terhadap kita dan teman-temanta yang lain?
R: “Kalau masalah dukungan atasan atau kepeduliannya atasan sama kami ya,,lumayanlah
(bicara lambat), maksudnya mereka lumayan pedulilah sama kita dalam artian to selamaki
jadi perawat Covid to itu kayak makananta atau vitamin-vitamin itu atau hal-hal yang bisa
bikin sistim imunta kuat itu selalu tersedia selalu disuplay sama atasan kayak minuman-
minuman juga selalu tersedia begitu.”
P: “Ketika ada keluhan-keluhanta dalam pelayanan, kepada siapaki biasanya mengeluh?”
R: Eee…biasanya itu kalau ada keluhan kita bercerita sama kepala ruanganji, jadi nanti itu
kepala ruanganji yang sampaikan ke atasan lagi, misalnya kita mengeluh kalau misalnya
desinfektan sudah menipis stoknya atau APD mulaimi menipis stoknya kita itu
sampaikankannya kepada kepala ruangan jadi kepala ruangan yang sampaikan ke atasan
lagi.”
P: “Terus kalau kita sampaikan keluhan-keluhan begitu sama atasanta, seberapa cepat
atasanta meresponnya?”
R: “Eee..kalau masalah respon atasan menurut saya sih cepat, contohnya kadang diruangan
itu kita kan menggunakan tensimeter yang untuk lapangan itu nah itu kan butuh waktu yang
lama untuk mengikat-mengikatnya, nah kita minta tensi yang digital itu sama atasan tidak
lama itu barangnya pasti langsung ada, paling 1 hari atau 2 hari setelahnya permintaan itu
barangnya sudah ada, atau kadang juga kita minta monitor kepada atasan begitu karena
kadang kan ada pasien Covid yang pake monitor dan biasanya kita mintanya pada hari libur
biasanya hari sabtu nah, ketika orang sudah masuk kerja kembali itu misalnya hari senin itu
biasanya barangnya sudah ada, atau kita minta timbangan Berat badan ka biasanya itu cepat
barangnya ada begitu.”

Anda mungkin juga menyukai