Anda di halaman 1dari 3

In the darkness that seems to reach my feet

Even the shadow disappears


It’s you running behind your back Bye
Planet out of orbit

Hyunjin mengerjapkan matanya, hampir saja setetes air mata itu mengalir dari bola
matanya ketika ingatannya kembali saat dia masih bersamanya, kemudian pergi, lalu datang lagi
seolah tidak ada yang terjadi. Hari ini juga, Hyunjin masih menolak ingatan tersebut.
Namun, mau sekeras apapun Hyunjin berusaha, ingatan tentangnya akan selalu ada. Dia,
dia yang selalu mengorbit pada dunia Hyunjin. Dia, yang tidak bosannya berlari mengelilingi
pusat dunia Hyunjin.
Hyunjin mengerjapkan matanya lagi, menghalau air mata itu jatuh sambil melangkahkan
kakinya menaiki bus yang telah berhenti di halte tempatnya berdiri.
Sore itu, Hyunjin memutuskan untuk menaiki bus sembari menikmati pemandangan kota
Jakarta yang sebenarnya sudah menjadi makanan sehari-harinya.
‘jakarta masih macet, seperti biasa.’ Batinnya bermonolog.

“kita putus aja, ya”

Lagi, Hyunjin menghembuskan napasnya kasar. Mau sesedih apapun dia sekarang, tak ada yang
bisa ia lakukan. Kata yang diucapkan sang kasih, muncul kembali tanpa Hyunjin minta.
Memorinya dengan tidak letihnya senantiasa kembali membawanya pada saat itu.

Hyunjin meremas bagian bawah bajunya keras. Lututnya lemas, tulangnya mendadak rapuh.
Dunianya terasa berputar-putar. Kepalanya seperti ditimpa ratusan ton batu bertubi-tubi.

“janji sama aku, kamu harus bahagia kalau aku nggak ada nanti?”
“Seungmin sayang Hyunjin”

Dunia Hyunjin hancur sejak itu. Ingin rasanya Hyunjin menangis dan menghempas
tubuhnya. Menepuk dadanya yang terasa amat sakit. Berteriak sekencang mungkin, agar dunia
tau, Ia sedang tidak baik-baik saja.
Kenapa rasanya masih sesakit ini seung?

Kenyataan pahit yang harus diterima Hyunjin sejak dua tahun lalu masih terasa berat
untuk diterima, Hyunjin tidak mau menerima kenyataan tersebut. Seungminnya sudah tidak ada
lagi, seungminnya sudah tidak bisa kembali lagi. Seungmin, cinta pertamanya sudah tidak bisa
lagi ia ajak bercerita tentang harinya.

“aku pergi dulu ya,”

Hyunjin benci ditinggalkan. Hyunjin benci kala dimana ia harus sendiri, berdiri bangkit
melawan dunia yang seakan membencinya tanpa henti. Namun anehnya, setelah ditinggalkan,
cinta itu masih tetap ada. Cinta itu masih tetap sama, tak pernah berkurang ataupun menghilang,
terjebak dalam mimpi yang tidak akan menjadi nyata, seolah berharap akan ada keajaiban yang
datang.
Memang begitulah harapan, tak kenal henti meski pada akhirnya terus tersakiti.

“hyunjin, jangan sedih terus”

Suara itu, hyunjin kenal suara itu. Suara yang akhir-akhir ini memaksa masuk pada
dunianya. Hyunjin perlahan membuka mata, menangkap sosok yang sudah tidak asing lagi.
Sosok yang selalu ada dan tidak jemunya tersenyum menarik Hyunjin untuk bangkit. Kali
inipun, ia tersenyum, senyum yang anehnya mampu meluluhkan Hyunjin, tak peduli seberapa
sedihnya Hyunjin hari itu.

Salah, salah rasanya untuk Hyunjin membuka hatinya. Napas hyunjin kembali berhenti
sejenak, bagaikan ditusuk ribuan jarum, Hyunjin belum siap. Hyunjin belum siap untuk
membuka lembaran baru lagi. Rasanya untuk bernapas saja susah, apalagi memulai kembali
hidupnya.

‘if I can cross the light and see you on that day, did you and I whisper forever?’

“hyunjin, gak ada yang permanen didunia ini. People come and go”
Hyunjin tersennyum tipis, mengangguk mengiyakan. Benar, theres no forever in this world.

Anda mungkin juga menyukai