Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterampilan dasar mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan salah
satu cara yang dapat di lakukan untuk dapat memfasilitasi system pembelajaran yang di
butuhkan oleh siswa baik secara klasikal maupun individu. Oleh karena itu keterampilan
mengajar ini harus  di latih dan di kembangkan, sehingga para calon guru atau guru
dapat memiliki banyak pilihan untuk dapat melayani siswa dalam melakukan proses
pembelajaran.
Oleh karena itu dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, perlu suatu
perbuatan yang bersifat memanusiawikan pendidikan. Artinya bahwa perbedaan
individu ( siswa ) perlu mendapatkan perhatian yang memadai. Dalam pengajaran yang
klasikal pada dasarnya kebutuhan masing-masing siswa tidak dapat dilayani oleh guru
karena semua anak di perlakukan sama.
Guru dapat membantu siswa sesuai dengan kebutuhannya, misalnya dengan cara
memberi tugas yang sesuai dengan kemampuannya atau menilai kemampuan siswa
dengan cara yang paling tepat untuk siswa tersebut.
Supaya setiap anak lebih mendapatkan perhatian serta memungkinkan terjadinya
hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, perlu
direncanakan dan dilaksanakan bentuk pengajaran kelompok kecil dan
perorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk
pembelajaran yang memungkinkan memberi kesempatan kepada setiap peserta didik
dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dan peserta didik, maupun antara
peserta didik dengan peserta didik lainnya.
Pengajaran ini dapat memungkinkan siswa belajar lebih aktif, memberikan rasa
tanggung jawab yang besar,berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada
siswa, serta dapat memenuhi kebutuhan siswa secara optimal.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah hakikat keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan?
2. Bagaimanakah komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan?

C. Tujuan
1. Menunjukkan hakikat keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan
2. Menunjukkan komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
1. Pengertian
Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru membimbing
murid dalam belajar secara kelompok dengan jumlah berkisar antara 3 hingga 5 orang
atau paling banyak 8 orang untuk setiap kelompoknya. Sedangkan keterampilan dalam
pengajaran perorangan atau pengajaran individual adalah kemampuan guru dalam
membimbing murid dalam belajar secara individual terutama bagi siswa yang mengalmi
kesulitan belajar atau bermasalah.1 Dalam belajar secara individual guru bersama murid
menentukan tujuan, bahan ajar, prosedur dan waktu yang digunakan dalam pengajaran
dengan memperhatikan tuntutan-tuntutan atau perbedaan-perbedaan individual murid.
Hakekat keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah
terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan murid dan juga murid dengan
murid.2 Dalam keterampilan mengajar ini, murid belajar sesuai dengan kecepatan dan
kemampuan masing-masing. Selain itu murid juga mendapat bantuan dari guru sesuai
dengan kebutuhannya, dan murid dilibatkan dalam perencanaan kegiatan belajar
mengajar. Peran guru dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai
organisator kegiatan belajar mengajar, sumber informasi (nara sumber) bagi murid,
motivator bagi murid untuk belajar, penyedia materi dan kesempatan belajar (fasilitator)
bagi murid, pembimbing kegiatan belajar murid, dan sebagai peserta kegiatan belajar.

2. Rasional
Kombinasi pengajaran kelompok kecil dan perorangan memberi kan peluang yang
besar bagi tercapainya tujuan pengajaran. Dengan demikian, penguasaan keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan satu kebutuhan yang esensial bagi
setiap calon guru dan guru profesional. Adapun alasan-alasan perlu dikuasai guru
keterampilan menga-jar kelompok kecil dan perorangan sebagai berikut :3
1 Kunandar, “ Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru”,
(Jakarta: Grafindo Persada, 2008), h. 52
2 Fitri siti sundari, DKK, “ketrampilan dasar mengajar”, (Bogor: universitas pakuan, 2020), h.
38
3 Ibid, h. 54

3
a. Pada dasarnya murid mempunyai kemampuan dan cara belajar yang berbeda.
Dalam pengajaran klasikal, guru memperlakukan murid de-ngan cara yang sama,
sehingga perbedaan kemampuan dan cara bela-jar murid hampir tak pernah
mendapat perhatian. Pembelajaran secara klasikal memang perlu dilakukan agar
murid menyadari bahwa tidak semua kebutuhannya dapat dipenuhi. Namun
haruslah dicari alternatif atau cara lain agar murid juga dapat belajar sesuai dengan
kemampuan dan cara yang dipilihnya. Pembelajaran kelompok kecil dan per-
orangan dapat memenuhi keperluan tersebut.
b. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan terjadinya hubungan
antarpribadi yang lebih akrab dan sehat antar guru dengan murid dan murid dengan
murid. Guru dapat memberikan perhatian lebih banyak pada murid yang
memerlukannya dan bahkan dapat membuat murid lebih percaya diri.
c. Kadang-kadang murid dapat lebih mudah belajar dengan cara mengajar temannya
atau dengan cara belajar bersama teman seperti mengerjakan tugas bersama dan
bertukar pendapat. Pembelajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan
terjadinya hal ini.
d. Kegiatan kelompok kecil memungkinkan murid terlibat lebih aktif dalam belajar,
sehingga tanggung jawab murid dalam belajar juga menjadi lebih besar. Bekerja di
dalam kelompok memungkinkan mu-rid untuk membangun kebiasaan bekerja
sama, tenggang rasa dan saling menghargai. Selain itu, sifat kepemimpinan dapat
berkembang karena bekerja dalam kelompok memerlukan seorang pemimpin
kelompok.
e. Sejalan dengan kegiatan kelompok kecil, kegiatan individual atau perorangan juga
mempunyai berbagai kekuatan. Dengan belajar sendiri, murid akan mempunyai
tanggung jawab belajar yang lebih besar, di samping dapat belajar sesuai dengan
kebutuhannya sendiri. Misalnya, jika murid sudah mampu memecahkan soal-soal
berhitung yang diberikan guru, ia dapat langsung mengerjakan tugas lain seperti
membantu temannya, memecahkan soal yang lebih sukar, atau belajar di
perpustakaan.

4
Pembelajaran kelompok kecil dan perorangan akan membuahkan hasil dalam
bentuk berbagai sikap dan nilai serta terpenuhi kebutuhan belajar murid. Keberhasilan
murid dalam belajar mencerminkan keberha-silan guru dalam mengajar. Penting
kemampuan mengajar kelompok kecil dan perorangan bagi guru adalah hakekat dan
prinsip pembelajran kelas rangkap, yaitu keserempakan kegiatan belajar mengajar,
kadar tinggi waktu kegiatan akademik, kontak psikologis gurusiswa secara
berkelanjutan dan peman-faatan sumber belajar secara efisien. Tampak dapat
diwujudkan melalui penguasaan yang mantap terhadap keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan.

B. Variasi Pengorganisasian
Variasi pengorganisasian merupakan keterampilan guru di dalam menggunakan
bermacam-macam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar peserta didik
sekaligus mengatasi kebosanan atau kejenuhan dan menimbulkan minat, gairah, dan
aktivitas belajar yang efektif.
Variasi pengorganisasian, mencakup penggunaan pola interaksi multi arah artinya
antara guru dengan murid, murid dengan guru atau murid dengan murid. Variasi
pengorganisasian mencakup pengelompokan siswa, penataan ruang, dan variasi
pemanfaat sumber belajar.
a. Variasi pengelompokan siswa
Dalam pembelajaran kelas rangkap, keaktifan kelompok merupakan salah satu
kunci keberhasilan belajar siswa. Agar guru dapat mengaktif-kan kelompok sebaiknya
guru memahami prinsip-prinsip dasar pembela-jaran kelas rangkap. Oleh karena itu
apabila guru ingin mengaktifkan kelompok sebaiknya guru mengadakan persiapan yang
cukup matang. Guru hendaknya terlebih dahulu memahami secara mendalam tujuan
yang akan dicapai dan topik yang akan dipelajari siswa. Dengan demikian guru akan
dapat menentukan langkahlangkah yang harus ditempuh siswa, merumuskan
masalah yang menjadi pusat perhatian diskusi, membimbing diskusi kelompok,
dan mengadakan variasi dalam pola interaksi dan kegiatan. Masing-masing dapat
dijelaskan sebagai berikut :4

4 Syaefudin, “PengembanganProfesi Guru”, (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), h. 15

5
1) Pengelompokan murid berdasarkan rombongan belajar
Dalam hal ini pembagian kelompok berdasarkan kelasnya. Hal ini dilakukan jika
dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap menggunakan model pengelolaan PKR
111, PKR 211, PKR 221, dan PKR 311 yaitu bentuk pelaksanaan PKR dalam satu
ruangan. Misalnya kelas III, kelas IV, dan kelas V di dalam satu ruangan. Ini berarti
dalam satu ruangan ada tiga kelompok/rombongan siswa sesuai kelasnya. Jadi
pengelompok tersebut bertolak pada status administrasi siswa, dan pengelompokkan
lebih bersifat formal. Pengelompokkan seperti ini memudahkan guru dalam pencatatan
kehadiran, penilaian, dan pengaturan tugas, sehingga memudahkan dalam
mengadminis-trasikan. Ditinjau dari
perlakuan proses pembelajaran cara tersebut tidak memberi ruang bagi
pemanfaatan kemampuan siswa secara silang atau lintas kelas. Selain itu bisa juga
terjadi kesukaran memba-ngun kebersamaan dalam belajar manakala pada suatu ketika
ada kelas yang siswanya hanya beberapa orang sedang kelas lain siswanya cukup
banyak.
2) Pengelompokkan murid berdasarkan kesamaan kemampuan
Kemampuan siswa berbeda satu sama lain. Dari sekian banyak siswa tentu ada
yang kemampuannya kurang lebih sama. Data kemampuan siswa dapat diperoleh dari
hasil tes kemampuan atau catatatan prestasi belajar sebelumnya. Berangkat dari hasil tes
tersebut murid dikelompokkan ke dalam murid kelompot di atas rata-rata, kelompok
rata-rata, dan kelompok di bawah rata-rata. Untuk melaksa-nakan pengelompokkan
tersebut bisa diberikan tes kemampuan umum (TKU) atau yang sejenisnya sejak siswa
memasuki SD atau setiap awal tahun. Dapat pula semata-mata didasarkan hasil atau
prestasi belajar yang tercantum pada buku rapor. Bahan belajar yang diberikan bukan
dikemas berdasarkan kelas tetapi atas dasar kemampuan itu sesuai dengan prinsip
belajar tuntas atau “mastery learning”.
3) Pengelompokan murid berdasarkan kemampuan campuran
Di kelas sering kita jumpai murid yang memiliki kesamaan bakat dan
keterampilan dalam berbagai bidang yang diperlukan untuk menangani suatu suatu
proyek belajar. Misalnya “pembuatan peta”, “memasak suatu jenis makanan dengan
menu tertentu”, dan melakukan suatu percobaan. Diperlukan sejumlah siswa dengan

6
berbagai kemampuan, bakat, dan minat, dalam setiap kelompoknya. Agar proyek belajar
itu benar-benar dapat ditangani secara bersama-sama dengan pembatasan tugas sesuai
dengan kemampuan, bakat, dan minatnya. Kelompok ini memanfaatkan perbedaan
untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pengelompokkan ini lebih bersifat sementara,
sesuai kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dalam kelompok ini murid yang menonjol
pada mata suatu pelajaran dapat membantu murid lain yang kemampuannya kurang atau
rendah.
4) Pengelompokkan murid berdasarkan kesamaan usia
Murid yang seusianya biasanya memiliki kemampuan dan kecapatan belajar yang
hampir sama. Murid suatu kelas dapat dipecah ke dalam kelompok murid berdasarkan
persamaan usia. Pengorganisasian murid SD khususnya dalam pengelompokkan murid
dapat dipakai untuk sementara waktu sesuai kebutuhan dan sasaran pembelajaran. Misal
siswa kelas III dan IV dalam suatu ruangan usianya ada yang sama, meskipun jenjang
kelas berbeda.
5) Pengelompokkan berdasarkan kompatibilitas murid
Setiap murid memiliki hubungan pertemanan yang didasarkan pad rasa saling
menyukai atau rasa persahabatan. Dasar pertemanan biasanya karena tempat tinggal
berdekatan, duduk di kelas selalu bersama, sering mengerjakan tugas atau belajar
bersama, dan karena memiliki kegiatan
yang sama di luar sekolah. Terbentuk kelompok seperti ini bersifat alami.
Pengelompokkan ini didasarkan adanya kebutuhan pembelajaran, yaitu karena adanya
tugas berkaitan dengan kedekatan tempat tinggal. Contoh membuat denah kampung,
desa, atau komplek perumahan.
6) Pengelompokkan murid sesuai kebutuhan pembelajaran
Dalam pembelajaran telah dirumuskan tujuannya oleh guru. Terca-painya tujuan
itu perlu dukungan dengan pengelompokkan murid sesuai kebutuhannya. Contoh
konkrit yaitu; dalam simulasi atau bermain peran atau permainan, murid dikelompokkan
sesuai dengan tugas dan atau
peran yang harus dilakukan pada saat siswa itu. Pengelompokkan murid sesuai
kebutuhan dapat pula dilakukan pada kegiatan karyawisata murid. Dalam karyawisata

7
ada yang bertugas mengamati dan mencatat, mewawancarai dan mencatat, mengambil
foto dan sebagainya.

b. Variasi penataan ruang


Penerapan PKR dalam satu ruangan memerlukan penataan ruangan yang lebih
kompleks dari pada PKR dalam dua atau tiga ruangan. Untuk yang dilaksanakan dalam
dua atau tiga ruangan, penataan ruangan dalam hal ini tempat duduk murid dapat papan
tulis diatur atas dasar kemudahan guru dalam mengelola secara bergilir kedua atau
ketiga ruangan tersebut.
Contoh, guru merangkap kelas I, II, dan III, dengan jumlah murid rata-rata 15
maka dapat digunakan ruang kelas I, sedang kelas II dan kelas III digabung di ruang
kelas I. karena jumlah siswa sedikit. Tetapi jika jumlah murid banyak diperlukan dua
ruang kelas, sehingga kelas II dan III digabung dalam stu ruangan atau kelas I dan II
dalam satu ruangan.
Sedangkan penataan ruang untuk pengelolaan PKR dalam satu ruangan selain
pertimbangan kemudahan penanganan dua atau tiga rombongan belajar juga
pertimbangan pengaturan iklim kelas dan mekanisme interaksi guru-siswa, serta
peluang saling menggangu. Dalam penataan ruang bisa divariasi model pengelolaan
PKR 221, 222, dan 333.

c. Variasi sumber belajar


Sesuai dengan prinsip khusus PKR yang antara lain menekankan pada perlunya
pemanfaatan sumber belajar secara optimal, maka sudah seharusnya disadari perlunya
memahami, dan memanfaatkan lingkungan belajar secara optimal. Sumber belajar
mencakup segala sesuatu seperti manusia, benda, alam sekitar, masyarakat,
kepustakaan, dan hasil kebudayaan yang berpotensi memberi informasi kepada siswa
dalam belajar.
Berbagai sumber belajar tersebut sebaiknya digunakan secara bervariasi dalam
pembelajaran kelas rangkap, sehingga tetap terjaga kegairahan dan motivasi belajar
siswa. Contoh, seorang guru mengajar dengan merangkap tiga kelas yaitu kelas IV, V,
dan VI maka siswa kelas IV bisa diberi tugas dimana jawaban dapat diperoleh dari

8
sebuah buku di Perpustakaan. Siswa Kelas V diberi tugas dengan mencari jawaban di
alam sekitar misal dikebun sekolah/halaman sekolah, kelas enam diberi tugas yang
jawabannya diperoleh dari sumber masyarakat.

d. Variasi model implementasi


Model 1. Pelajaran diawali dengan pertemuan klasikal untuk memberikan
informasi dasar, penjelasan tentang tugas yang akan dikerjakan, serta hal-hal lain yang
dianggap perlu. Dalam model 1 ini, setelah pertemuan kelas, murid diberikan
kesempatan untuk memilih kegiatan dengan bekerja dalam kelompok atau bekerja
secara perorangan. Setelah waktu yang ditetapkan berakhir, pelajaran diakhiri dengan
pertemuan kelas kembali untuk melaporkan segala sesuatu yang telah dilakukan.
Model 2. Pertemuan diawali dengan pengarahan atau penjelasan secara klasikal
tentang materi, tugas, serta cara yang digunakan. Setelah itu langsung bekerja dalam
kelompok kelompok kecil yang diakhiri dengan laporan kelompok.
Model 3. Pertemuan diawali dengan penjelasan secara klasikal. Setelah itu murid
langsung bekerja secara perorangan dan kemudian bergabung dalam kelompok-
kelompok kecil untuk mengolah hasil yang dicapai dan diakhiri dengan laporan
kelompok.
Model 4. Pertemuan diawali dengan penjelasan klasikal tentang kegiatan atau
tugas yang akan dilaksnakan. Setelah itu langsung bekerja secara perorangan.

C. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Mengajar Kelompok Kecil dan


Perorangan
Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan harus memperhatikan halhal
sebagai berikut :5
a. Pembelajaran dilakukan berdasarkan perbedaan individual
Murid SD secara undividual berbeda dalam banyak hal. Perbedaan tersebut antara
lain: berbeda dalam kemampuan berpikir, kharakteristik, berbeda secara emosional,
berbeda daya tangkapnya, bakat, maupun minatnya. Perbedaan tersebut perlu mendapat
perhatian serius dalam pembelajaran kelas rangkap. Layanan bimbingan secara

5 Nasrul HS, “Profesi Etika Keguruan”, (Yogyakarta:Aswaja Pressindo, 2012), h. 71-72.

9
individual sangat membantu murid untuk dapat berkembang dan mencapai prestasi
belajar secara optimal.

b. Memperhatikan dan melayani kebutuhan murid


Dalam pembelajaran kelas rangkap perlu memperhatikan dan melayani kebutuhan
murid. Murid berasal dari latar belakang keluarga yang tidak sama, serta lingkungan
kehidupan yang tidak sama pula sehingga memiliki pengalaman hidup berbeda satu
sama lain. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan kebutuhan siswa. Guru dalam
memberikan perhatian dan melayani murid tidak di sama ratakan.

c. Mengupayakan proses belajar mengajar yang aktif dan efektif


Pembelajaran kelas rangkap dilakukan dengan tujuan agar pada diri murid terjadi
proses belajar secara aktif dan efektif. Hal ini yang diutamakan dalam pembelajaran,
bukan bagaimana guru mengajar, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana guru
mengajar agar murid melakukan tindak belajar secara aktif dan efektif.

d. Merangsang tumbuh-kembangnya kemampuan optimal murid


Sangat penting bagi seorang guru memperhatikan tumbuhkembangnya
kemampuan murid secara optimal. Tugas guru sebagai pendidik di sekolah pada dasar
adalah membantu tumbuh-kembangnya murid secara optimal seluruh aspek
perkembangan, yaitu baik aspek intelektual, aspek emosional, aspek moral, aspek
bahasa, aspek sosial, maupun aspek fisik. Semua aspek tersebut tumbuh-kembangnya
menjadi tanggung jawab buru di sekolah.

e. Merangsang tumbuh-kembangnya kemampuan optimal murid


Sangat penting bagi seorang guru memperhatikan tumbuhkembangnya
kemampuan murid secara optimal. Tugas guru sebagai pendidik di sekolah pada dasar
adalah membantu tumbuh-kembangnya murid secara optimal seluruh aspek
perkembangan, yaitu baik aspek intelektual, aspek emosional, aspek moral, aspek
bahasa, aspek sosial, maupun aspek fisik. Semua aspek tersebut tumbuh-kembangnya
menjadi tanggung jawab buru di sekolah.

10
f. Langkah pengajaran kelompok kecil dan perorangan
Dalam pengajaran kelompok kecil, langkah pertama adalah mengorganisasi siswa,
sumber, materi, ruangan, serta waktu yang diperlukan, dan diakhiri dengan kegiatan
kulminasi yang dapat berupa rangkuman, pemantapan, atau laporan. Dalam pengajaran
perorangan guru harus mengenal murid secara pribadi sehingga kondisi belajar dapat
diatur. Kegiatan dalam pengajaran perorangan dapat dilakukan melalui paket belajar
atau bahan yang telah disiapkan oleh guru.

g. Menggunakan berbagai variasi dalam pengorganisasiannya


Variasi pengorganisasian mencacup variasi pengelompokan, variasi penataan
ruang, dan variasi sumber belajar. Ketiga variasi pengorganisa-sian tersebut perlu
dilakukan dan pembelajaran kelas rangkap. Mengingat guru tidak dapat perperan dan
mengontrol secara terus menerus terhadap semua kelompok belajar. Kebosanan dan
kejenuhan akan muncul jika tanpa variasi pengorganisasian.

h. Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan


Beberapa komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan ini,
adalah :
1) Keterampilan Mengadakan Pendekatan Secara Pribadi
Ciptakan keakraban dan kedekatan antara guru dengan murid dan tumbuhkan
hubungan kasih sayang dan persahabatan sehingga murid merasa aman dan nyaman.
Pendekatan pribadi adalah cara guru menyikapi atau menunjukkan perhatian terhadap
murid secara tulus dan jujur. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan
mempersyaratkan terjadinya hubungan yang akrab dan sehat antara guru dan murid,
serta antara murid dan murid.
a) Tunjukkan perhatian yang hangat
Perhatian yang hangat, akrap, dan bersahabat menumbuhkan pera-saan, kemauan
dan keinginan belajar tanpa adanya perasaan terpaksa. Dengan menunjukkan
kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku murid, sehingga murid

11
selalu merasa bahwa guru selalu berada bersama mereka. Meskipun guru sedang
membantu kelompok lain, namun murid selalu merasa bahwa guru tahu apa yang
mereka butuhkan dan apa yang mereka perbuat.
b) Mendengar pendapat murid
Seorang guru yang baik, menghargai pendapat murid, tidak mengabaikan dan
meremehkan. Mendengarkan secara simpatik pendapat/ide-ide ysng dikemukakan
murid. Jika murid berbicara, guru hendaknya menunjukkan sikap bahwa ia memang
mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikeukakan oleh murid, memang
cukup penting dan mendapat perhatian dari guru.

c) Berikan respon yang positif


Memberikan respons positif terhadap buah pikiran murid. Respon positif akan
memberikan penguatan bagi murid untuk lebih meningkatkan upayanya dalam
berprestasi dan belajar lebih giat. Murid akan memiliki keberanian berpartisipasi aktif
dan kreatif dalam pembelajaran.
d) Ciptakan hubungan saling percaya
Membangun hubungan saling mempercayai bagi guru sangat penting agar siswa
mau mengungkapkan kesulitan-kesulitan ataupun persoalan yang dihadapi. Dengan
begitu guru dapat membantu mencarikan solu-sinya, dan murid tidak terjebak dalam
permasalahan yang komplek. Sehingga murid dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal, dan dapat mencapai prestasi belajar yang baik.
e) Tunjukkan kesediaan membantu murid
Guru harus mampu menunjukkan kesiapan untuk membantu murid, agar murid
merasa tidak ragu-ragu untuk meminta bantuan. Khususnya bantuan layanan kesulitan
belajar. Paling tidak murid mau bertanya jika mengalami kesulitan dalam mengerjakan
soal ataupun tugas, baik di kelas maupun di luar kelas. Bahkan jika mungkin di rumah.
f) Bersikap terbuka terhadap perasaan murid
Menerima perasaan murid dengan penuh pengertian dan terbuka. Sikap guru
terhadap murid yang mengungkapkan perasaannya hendaknya diterima dengan hati
yang lapang, dan mencoba memahami ungkapan perasaan murid tersebut. Sikap ini

12
menumbuhkan rasa percaya murid terhadap guru. Dengan demikian murid beranggapan
bahwa guru sebagai teman sejati dan sahabat yang bisa diajak berbagi perasaan.
g) Kendalikan situasi agar murid merasa aman
Selama proses pembelajaran berlangsung guru berusaha sebisanya untuk
mengendalikan situasi sehingga murid merasa aman, penuh pemahaman, dan dapat
memecahkan masalah yang dihadapi. Berusahalah mengendalikan situasi hingga murid
merasa aman, penuh pemahaman, merasa dibantu, serta merasa menemukan alternatif
pemecahan masalah yang dihadapi. Penciptaan situasi belajar yang aman dan
menyenangkan bagi murid sangat tergantung dari kemampuan guru untuk menerapkan
berbagai keterampilan dasar mengajar.

2) Keterampilan Mengorganisasikan Kegiatan


Keteraturan sangat penting dalam mengajar kelompok kecil, oleh karena itu guru
mesti mengorganisasi kebutuhan-kebutuhan bagi upaya mengajar kelompok.
Mengorganisasikan kegiatan mengandung arti merancang, mengatur, dan
mengendalikan kegiatan belajar pembelajaran yang tepat. Selama kegiatan mengajar
kelompok kecil atau perorangan ber-langsung, guru berperan sebagai organisator yang
mengatur dan memonitor kegiatan dari awal sampai akhir. Untuk itu guru perlu
memperhatikan dan melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Adakan pengenalan umum mengenai isi dan latar kegiatan belajar yang akan
dilaksanakan. Meliputi pemberian orientasi umum tentang tujuan, tugas, cara kerja,
waktu, tempat kerja, dan sebagainya sebelum kegiatan kelompok atau perorangan
di mulai. Yang perlu Anda ingat, semua petunjuk atau informasi yang perlu
diketahui oleh murid harus diberikan sebelum kegiatan kelompok atau perorangan
dimulai. Demikian pula dalam pembelajaran kelas rangkap. Sebelum Anda
meminta murid bekerja berkelompok atau bekerja sendiri-sendiri, mereka harus
sudah tahu apa dan bagaimana mereka harus mengerjakan tugas tersebut.
b. Gunakan variasi kegiatan sesuai kebutuhan. Memvariasikan kegiatan yang
mencakup penyediaan ruangan, peralatan, dan cara melaksana-kannya. Memvariasi
kegiatan , misalnya berupa observasi, diskusi hasil observasi, memecahkan
masalah, membuat kerajinan tangan bersama, atau belajar sendiri dari buku. Setiap

13
jenis kegiatan harus dipersiapkan sumber/sarana yang perlu digunakan, cara kerja,
aturan yang perlu diikuti, tempat kerja, serta alokasi waktu. Setiap kelompok atau
individu dapat mengerjakan tugas yang sama, dapat pula berbeda.
c. Adakan pengelompokan murid yang sesuai dengan tujuan. Pengelompokkan murid
dibentuk secara tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Cobalah ingat kembali bagaimana cara Anda mengelompokkan murid-murid Anda.
Barangkali Anda mengelompokkannya berdasar-kan tempak duduknya,
kemampuannya (yang pintar dengan yang pintar atau dicampur), atau menurut
keinginan (minat). Memang, pengelompok-kan murid dapat dilakukan dengan
berbagai cara sesuai dengan keper-luan. Coba pikirkan, apa keuntungan dan
kerugiannya jika murid yang pintar dikelompokkan bersama murid yang
sedang/yang kurang pintar.
d. Koordinasi kegiatan. Jangan lupa mengkoordinasikan aneka kegiatan yang
berlangsung. Agar kegiatan sejak dari awal hingga kegiatan akhir berlansung
dengan baik dan lancar, tanpa suatu kendala yang berarti. Mengkoordinasi kegiatan
dengan cara melihat kemajuan murid dari awal sampai akhir kegiatan. Dengan cara
ini, guru akan dapat memantau apakah tugas dikerjakan dengan benar atau apakah
murid memerlukan bantuan.
e. Berikan perhatian pada berbagai tugas yang diberikan. Guru yang baik juga akan
membagi perhatian kepada berbagai tugas dan kebutuhan murid. Keterampilan ini
tentu erat sekali dengan sikap tanggap dan peka terhadap kebutuhan/kondisi murid,
sehingga murid selalu merasa bahwa guru ada bersama mereka, karena bantuan
yang mereka perlukan selalu diberikanpada saat yang tepat.
Usahakan agar pada akhir kegiatan selalu ada penyimpulan. Dalam mengakhiri
kegiatan dengan laporan hasil yang dicapai oleh murid. Sehingga murid memperoleh
gambaran tentang inti pokok materi pela-jaran yang dibahasnya. Mengakhiri kegiatan
dengan suatu kulminasi yang tepat akan memungkinkan murid saling belajar.
Memajangkan hasil karya, menanggapi hasil kerja kelompok, mendemonstrasikan hasil
kerja, merupakan contoh-contoh kegiatan kulminasi yang memungkinkan murid saling
belajar. Cobalah Anda cari kegiatan kulminasi yang lain, yang memungkinkan murid
saling belajar.

14
D. Keterampilan Membimbing dan Memudahkan Belajar
Bila segalanya telah tertata dengan baik, mulailah mengajar dan jadilah
pembimbing belajar dengan melaksanakan keterampilan-keterampilan yang sesuai
untuk membimbing peserta didik dalam belajar terutama yang berkaitan dengan
penanganan kesulitan peserta didik. Untuk memudahkan peserta didik belajar,
pembelajaran dilakukan secara runtun atau sistematis dan menggunakan variasi metode,
media atau alat peraga.
Di dalam belajar murid memerlukan bimbingan dan kemudahan. Bimbingan
berfungsi memberi jalan bagaimana sebaiknya murid mempela-jari sesuatu. Kemudahan
belajar berfungsi memberikan suasana yang mendorong murid untuk meningkatkan
aktivitas belajar. Keterampilan ini memungkinkan guru membantu murid untuk maju
tanpa mengalami frustrasi. Untuk itu guru perlu memperhatikan dan melakukan hal-hal
sebagai berikut :6
1. Berikan penguatan terhadap perilaku murid yang baik. Dengan memberi-kan
penguatan mendorong untuk maju atau mencapai hasi belajar yang lebih baik.
2. Melakukan supervisi proses awal dan bersikap tanggap terhadap keadaan murid.
Guru dapat mengembangkan supervisi proses awal, yakni sikap tanggap guru
terhadap murid baik individu maupun kelompok yang memungkinkan guru
mengetahui apa-kah segala sesuatu berjalan lancar sesuai dengan yang dihadapkan.
3. Melakukan supervisi proses lanjut. Berikan bantuan belajar sesuai kebutuhan untuk
belajar lebih lanjut. Mengadakan supervisi proses lanjut yang memusatkan
perhatian pada penekanan dan pemberian bantuan ketika kegiatan berlangsung.
Interaksi berupa bantuan ini dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk berikut :
a. Memberi pelajaran tambahan atau bimbingan belajar (tutorial). Misal-nya untuk
konsep/topik yang sukar dipahami.
b. Melibatkan diri sebagai peserta aktif dari kelompok yang mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dengan anggota kelompok lain. Keha-diran guru dalam
kelompok akan mendorong murid untuk lebih aktif.

6 Fitri siti sundari, DKK, “ketrampilan dasar mengajar”, (Bogor: universitas pakuan, 2020), h.
45

15
c. Memimpin diskusi kelompok kecil, jika diperlukan.
d. Bertindak sebagai katalisator, yaitu meningkatkan kemampuan siswa untuk
berpikir/belajar melalui pertanyaan, komentar, dan saran-saran. Cobalah kini
Anda diskusikan dengan teman-teman Anda, kapan setiap bentuk bantuan
dalam interaksi a, b, c dan d sebaiknya dilaku-kan oleh guru. Hasil diskusi
Anda mungkin berbeda, tetapi yang penting
4. Mengadakan supervisi pemanduan, yang bertujuan untuk menilai pencapaian
tujuan kegiatan serta menyiagakan untuk mengikuti kegiatan akhir. Adakan
pemantapan terhadap kegiatan kelompok kecil dan per orangan. Mengadakan
supervisi pemanduan yang memusatkan perhatian pada penilaian pencapaian tujuan
dari berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyiapkan rangkuman dan
pemantapan sehingga murid saling belajar dan memperoleh wawasan yang
menyeluruh. Ini dilakukan dengan mendatangi kelompok, menilai kemajuannya,
dan menyiapkan mereka untuk mengikuti kegiatan akhir cara yang efektif. Untuk
maksud ini ialah mengingatkan murid waktu yang masih tersisa untuk
menyelesaikan tugas. Misalnya, “waktu tinggal 15 menit lagi. Pukul 10.15 semua
kelompok harus sudah siap dengan laporan. kita akan melihat bahwa keterampilan
ini sangat dibutuhkan.
Guru yang terampil membimbing dan memudahkan murid belajar, mengjar dua
kelas atau lebih tidak akan menjadi masalah. Guru tidak harus membimbing atau
membantu semua murid, namun guru tahu kapan dia harus membantu siapa, dan
bagaimana dia harus membantu.

E. Keterampilan Merencanakan dan Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar


Kegiatan guru dalam pembelajaran seperti membuka pelajaran, menyajikan
kegiatan inti, membimbing peserta didik dan mengevaluasinya, hendaknya diatur
dengan baik dan penuh kesungguhan. Yang dimaksud dengan merencanakan atau
desain kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran kelas rangkap adalah kerangka

16
pikir yang melukiskan bentuk penataan kegiatan belajar siswa dalam rangka pencapaian
tujuan belajar.
Kegiatan belajar mengajar dalam rangka pelaksanaan PKR rancangan kegiatan
pembelajaran erat kaitannya dengan model PKR yang diterapkan. Tugas guru yang
utama adalah membantu murid melakukan kegiatan, baik secara perorangan maupun
secara kelompok. Untuk itu guru harus mampu membuat perencanaan kegiatan belajar
mengajar yang tepat bagi setiap murid dan kelompok serta mampu melaksanakannya.
Untuk membuat perencanaan yang tepat, guru dituntut mampu mendiagnosis
kemampuan akademis murid, memahami gaya belajar-mengajar, minat murid, dan
sebagainya. Berdasarkan hasil diagnosis tersebut guru diharapkan mampu menetapkan
kondisi dan tuntutan belajar berupa belajar mandiri, paket kegiatan belajar, belajar
dengan tutorial teman sebaya, simulasi, dan sebagainya yang semuanya memandu murid
untuk menghayati pengalaman bekerja sama atau bekerja dengan pengarahan sendiri.
Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar me-ngajar ini
mencakup :7
1. Membantu murid menetapkan tujuan pelajaran dan menstimulasi murid untuk
mencapai tujuan tersebut.
2. Merencanakan kegiatan belajar mengajar bersama murid. Berdasarkan hasil
diagnosis penetapan tujuan, guru dapat merencanakan kegiatan belajar yang sesuai
dengan tujuan, minat, dan kemampuan murid.
3. Bertindak atau berperan sebagai penasehat bagi murid bila diperlukan. Selama
kegiatan berlangsung, murid mungkin mengalami berbagai kesulitan. Guru dapat
memberikan bantuan yang tepat jika guru mampu berinteraksi secara efektif
dengan murid, sehingga murid mau mengungkapkan masalahnya
4. Membantu murid menilai pencapaian dan kemajuannya sendiri. Ini berarti memberi
kesempatan kepada murid untuk memperbaiki dirinya sendiri yang merupakan
kerja sama guru dengan murid dalam situasi pendidikan yang manusiawi.

7 Suharmi Arikunto, “ Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999),


h. 165

17
Dari empat kelompok keterampilan di atas Anda dapat menyimak bahwa mengajar
kelompok kecil dan perorangan mempersyaratkan penguasaan keterampilan yang
cukup kompleks. Anda perlu menguasai keterampilan dasar mengajar sebelumnya,
yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan,
membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, dan mengelola
kelas.
Dalam penerapannya, kelompok keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan masing-masing mempunyai tekanan yang berbeda. Keterampilan
mengorganisasikan kegiatan serta membimbing dan memudahkan belajar lebih banyak
terkait dengan mengajar kelompok kecil, sedangkan keterampilan menga dakan
pendekatan secara pribadi serta merencanakan dan melaksanakan kegiatan lebih
banyak terkait dengan pembelajaran perorongan. Setelah membaca dengan cermat serta
mengerjakan latihan-latihan kecil yang disajikan di atas, kini tiba saatnya Anda
mengerjakan latihan berikut agar pemahaman Anda tentang keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan menjadi lebih mantap.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

18
Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru membimbing
murid dalam belajar secara kelompok dengan jumlah berkisar antara 3 hingga 5 orang
atau paling banyak 8 orang untuk setiap kelompoknya. Variasi Pengorganisasian antara
lain pengelompokan siswa, penataan ruang, sumber belajar, model implementasi.
Beberapa komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan ini,
adalah : mengadakan pendekatan secara pribadi, mengorganisasikan kegiatan,
membimbing dan memudahkan belajar, merencanakan dan melaksanakan kegiatan
belajar mengajar
1. Saran
Sebagai calon guru SD sebaiknya kita menguasai keterampilan mengajar kelompok
kecil dan perseorangan selain 8 keterampilan mengajar guru sebagai kunci pokok dalam
pembelajaran kelas rangkap

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharmi, 1999, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara

19
Fitri siti sundari, DKK, 2020, ketrampilan dasar mengajar, Bogor: universitas pakuan
Kunandar, 2008, Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi
Guru, Jakarta: Grafindo Persada
Nasrul HS, 2012 ,Profesi Etika Keguruan, Yogyakarta:Aswaja Pressindo
Syaefudin, 2009, PengembanganProfesi Guru, Bandung: CV. Alfabeta

20

Anda mungkin juga menyukai