Tlong Menolong

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

Mengukir Sejarah Bintang Menempuh Strata Satu Pendidikan Agama Islam di UIN Maulana

Malik Ibrahim Malang

MAY
13
Menyantuni anak yatim dan tolong menolong

Hadist Tolong Menolong Dan Mencintai Anak Yatim Dalam Fenomena Kehidupan Dan
Akibatnya
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Al-Qur’an Hadist 1
Dosen Pengampu : Siti Aminah, M.Pd

Di susun oleh kelompok 7 :


Nur Khasanah 12110035
Nur Azizah 12110163

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


(FITK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2014

Daftar Isi
1. Daftar Isi................................................................................................................1
2. Pendahuluan...........................................................................................................2
Latar Belakang...............................................................................................2
Rumusan Masalah..........................................................................................2
Tujuan.............................................................................................................3
3. Pembahasan............................................................................................................4
Hadist tentang Tolong-menolong dan mencintai anak yatim.........................4
Fenomena Kehidupan Tolong Menolong dan menyantuni yatim .................9
Hubungan antara Hadist tentang Tolong-menolong dan Mencintai
Anak Yatim Dalam Fenomena Kehidupan dan Akibatnya..........................15
4. Penutup.................................................................................................................24
Kesimpulan...................................................................................................24
Kritik dan Saran........................................................................................ ...25
5. Daftar Pustaka................................................................................................... ..26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam adalah agama penyempurna dari agama-agama sebelumnya. Semua hal yang
berhubungan dengan dunia dan di akhirat sudah dijelaskan dalam al-quran dan hadist.
Tolong menolong dan mencintai anak yatim adalah salah satu bahasan didalamnya. Seperti
dalam shahih bukhari: “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di
surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk
dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya .”
Banyak sekali kejadian yang bertentangan dengan hadist diatas. Tidak jarang ada anak
yatim yang terpaksa menjadi pengemis, pengamen jalanan, dan buruh kasar yang tidak
mereka kehendaki, karena tuntutan hidup yang semakin hari semakin berat. Mereka mudah
terpengaruh dengan teman sebaya dalam mengisi perjalanan hidupnya. Mereka dipaksa
untuk merasakan kepahitan hidup sejak kecil, usia yang seharusnya digunakan utntuk
belajar, berinteraksi dengan teman seusia, bermain dan mencari eksistensi dirinya.
Oleh karena itu, seharusnya umat islam tidak mengabaikan hal-hal yang remeh dan yang
seharusnya adalah menjadi tanggungan bagi orang yang kaya. Karena dalam harta orang
yang kaya ada juga harta anak yatim yang dititipkan oleh allah kepadanya agar mereka
memberikannya kepada anak yatim.
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa hadist yang menunjukkan tolong menolong dan mencintai anak yatim?
2.Apa fenomena kehidupan yang menunjukkan tolong menolong dan mencintai anak yatim
dan akibatnya?
3.Bagaimana hubungan antara hadist dan fenomena yang menunjukkan tolong menolong
dan mencintai anak yatim dan akibatnya?

1.3 Tujuan
1. Mengerti dan memahami hadist yang menunjukkan tolong menolong dan mencintai
anak yatim.
2. Mengerti dan memahami fenomena kehidupan yang menunjukkan tolong menolong
dan mencintai anak yatim dan akibatnya.
3. Mengerti dan memahami hubungan antara hadist dan fenomena yang menunjukkan
tolong menolong dan mencintai anak yatim dan akibatnya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hadist tentang Tolong Menolong dan Mencintai Anak Yatim


ّ
‫ " الساعي على األرملة و‬:‫ عن النبي صلعم‬،‫عن أبي هريرة‬،‫ عن أبي الغيث‬،‫حدثني مالك عن ثور بن زيد‬:‫حدثنا إسماعيل قال‬
‫ و كالذي يصوم النهار و يقوم اليل‬،‫ كالمجاهد في سبيل هللا‬،‫"المساكين‬.
“orang yang membantu (meringankan beban) janda-janda dan orang miskin seperti orang
yang berjuang di jalan Allah SWT serta seperti orang yang berpuasa di siang hari dan sholat
dimalam hari”
‫ عن أبى‬،‫ عن يحي بن أبى سليمان عن أبى عتاب‬،‫ أخبرنا سعيد بن أبي أيوب‬: ‫ أخبرنا عبد هللا قال‬: ‫حدثنا عبد هللا بن عثمان قال‬ّ
‫ أنا وكافل‬، ‫ "خير بيت في المسلمين بيت فيه يتيم يحسن إليه وشرّ بيت في المسلم فيه يتيم يساء إليه‬: ‫ رسول هللا صلعم‬: ‫هريرة قال‬
‫اليتيم في الج ّنة كهاتين" يشير بإصبعيه‬
“sebaik-baiknya rumah kaum muslimin adalah rumah yang didalamnya ada anak yatim yang
diasuh dengan baik dan seburuk-buruk rumah kaum muslimin adalah rumah yang ada anak
yatim yang disakiti Aku dan orang yang merawat anak yatim di dalam surga, seperti ini
(sambil menunjuk jari telunjuk dan jari tengah )”.
‫أن عبد هللا كان اليأكل طعاما إالّ وعلى خوانه‬: ‫ حدّثنا أبو بكر ابن حفص‬: ‫ حدثنا العالء بن خالد بن وردان قال‬: ‫حدثنا موسى قال‬
‫“ يتيم‬
“bahwa Abdullah tidak pernah makan suatu makanan kecuali disekitar meja makannya ada
anak yatim”
‫ قال‬: ‫ سمعت عبد الرحمن بن أبزى قال‬: ‫ عن أبي إسحاق قال‬،‫ حدّثنا سفيان‬: ‫ حدّثنا عبد الرحمن قال‬: ‫حدثنا عمروبن عباس قال‬
‫ ما أقبح الفقر بعد الغنى وأكثر من ذلك أو أقبح من ذلك الضاللة‬،‫ واعلم أ ّنك كما تزرع كذلك تحصد‬،‫" كن لليتيم كاألب الرحيم‬: ‫داود‬
‫ وتعوّ ذ باهلل من صاحب إن ذكرت لم‬،‫ فإن التفعل يورث بينك وبينه عداوة‬،‫ وإذا وعدت صاحبك فأنجز له ما وعد ّته‬،‫بعدى الهدى‬
‫ وإن نسيت لم يذكرك‬،‫"يعنك‬
“jadilah kamu bagi anak yatim seperti seorang bapak yang penyayang, ketahuilah
sebagaimana engkau menanam maka engkau akan menuai. Alangkah buruknya kefakiran
setelah kaya. Lebih dari itu atau lebih buruk lagi yaitu kesesatan setelah (mendapat)
petunjuk. Apabila engkau berjanji terhadap temanmu, maka penuhilah janjimu. Sekiranya
engkau tidak melakukannya, maka akan mengakibatkan permusuhan antara kamu dan dia.
Berlindunglah kepada Allah dari teman, jika engkau mengingat (Allah), dia tidak
membantumu dan jika engkau lupa (kepada Allah), maka dia tidak mengingatkanmu.”
‫ اصنع به ما تصنع‬:‫ عندي يتيم ؟ قال‬: ‫قلت البد سيرين‬: ‫ عن أسماء بن عبيد قال‬،‫ حدّثنا سالم بن أبي مطيع‬: ‫حدّثنا موسى قال‬
‫ اضربه ما تضرب ولدك‬،‫بولدك‬
“perlakukanlah seperti engkau memperlakukan anakmu, pukullah dia seperti engkau
memukul anakmu”
‫ إ ّني ألضرب اليتيم‬: ‫ فقالت‬،‫ ذكر أدب اليتيم عند عائشة رضي هللا عنها‬: ‫ عن شميسة العتكية قالت‬،‫ حدّثنا شعبة‬: ‫حدّثنا مسلم قال‬
‫حتى ينبسط‬
“sesungguhnya aku memukul anak yatim sehingga ia memiliki semangat”[1]
‫ كانت له بكل‬،‫ من وضع يده على رأس يتيم ترحما‬:‫ بلغني أن رسول هللا صلعم قال‬: ‫ سمعت ثابت بن العجالن يقول‬: ‫وعن بقية قال‬
‫شعرة تمر يده عليها حسنة‬
“barang siapa meletakkan tangan diatas kepala anak yatim dengan penuh kasih sayang
maka Allah akan menulis kebaikan kepada setiap helai rambut yang disentuh tangan”
‫ وال يتركه‬،‫ فليجر فيه‬،‫ " أال من والي يتيما له مال‬:‫ أن النبي صلعم حطب الناس فقال‬،‫ عن جده‬، ‫ وعن أبيه‬، ‫عن عمروبن شعيب‬
‫" حتى تأكله الصدقة‬
“ barang siapa menjadi wali atas harta anak yatim hendaklah dikembangkan dan jangan
dibiarkan harta itu susut karena dimakan shadaqah (zakat)[2]
‫الـمسلم اخو الـمسلم ال يظلمه وال يسلمه ومن كان في حاجة اخيه كان هللا في حاجته ومن فرج عن مسلم كربة فرج هللا عنه كربة من‬
‫ (رواه البخاري عبد هللا بن عمر‬.‫)كربات يوم القيامة ومن ستر مسلما ستره هللا يوم القيامة‬.

“Seorang muslim itu saudara bagi muslim lainnya. Ia tidak boleh menganiaya dan tidak
boleh menyerahkannya (kepada musuh). Barang siapa membantu keperluan saudaranya,
Allah akan (membalas) membantu keperluannya. Barang siapa membebaskan seorang
muslim dari kesusahan, Allah akan membebaskan satu kesusahan darinya dari beberapa
kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan
menutupi (aib) nya pada hari kiamat. (H.R. al-Bukhari dari Abdullah Ibnu Umar No. 2262).”

‫ ومن يسر على معسر يسر هللا عليه في الدنيا‬،‫من نفس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا نفس هللا عنه كربة من كرب يوم القيامة‬
‫ (رواه مسلم عن ابي غيره‬.‫ ومن ستر مسلما ستره هللا في الدنيا واآلخرة وهللا في عون العبد ما كان العبد في عون أخيه‬،‫)واآلخرة‬
“Barang siapa melapangkan seorang mukmin dari satu kesusahan dunia, Allah akan
melapangkannya dari salah satu kesusahan di hari kiamat. Barang siapa meringankan
penderitaan seseorang, Allah akan meringankan penderitaannya dunia dan akhirat. Barang
siapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib) nya di dunia dan akhirat.
Allah akan menolong seorang hamba selama hamba itu mau menolong saudaranya. (H.R.
Muslim dari Abu Hurairah No. 4876).[3]

(‫ (تحجزه وتمنعه من‬: ‫ فكيف أنصره إذا كان ظالما ؟ قال‬،‫ هذا نصرته مظلوما‬،‫ يا رسول هللا‬: ‫أنصر أخاك ظالما أو مظلوما) قيل‬
‫ فذاك نصره‬،‫)الظلم‬
“Tolonglah saudaramu, baik yang dalam keadaan dzalim atau di dzalimi, ditanyakan : “Ya
Rasalullah, aku akan menolong orang yang di dhalimi itu, lalu bagaimana aku akan
menolongnya jika ia dalam keadaan berbuat dhalim? Beliau Rasulullah SAW menjawab :
menghindar dan melarangnya dari kedhaliman, itulah bentuk pertolongan baginya”[4]

Anak yatim adalah anak yang ditinggal wafat oleh ayah kandungnya sebelum ia
baligh. Islam memberikan perhatian terhadap mereka secara khusus . Mengapa? Karena
hal tersebut diperlukan agar kelangsungan hidupnya tetap terjaga dan mereka menjadi
orang yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, bahkan dengan orang lain.[5]
Kata “yatim” dengan segala variannya terulang 22 kali dalam Al-Qur’an. Sebagian
ahli bahasa Arab memberika definisi bahwa anak yatim adalah anak yang bapaknya sudah
meninggal dunia. Beberapa ulama menambahkan batasan pada definisi diatas, yakni
dengan menambahkan, “ anak yang belum masuk usia baligh”. Sebagian ulama yang lain
menjelaskan bahwa anak yatim adalah anak kecil yang tidak lagi mempunyai bapak. Yang
dimaksud tidak mempunyai bapak adalah tidak mempunyai bapak yang diketahui menurut
aturan syara’, sebagaiman yang telah ditegaskan oleh Syaikh Ibrahim Al-Baijuri.
Masalah penentuan usia seorang anak disebut yatim karena meninggalkan bapak,
memang memang masih kontroversional. Sebagian ulam mengacu pada usia tertentu.ada
yang berpendapat bila sudah berusia 10-12 tahun dan ada juga yang mengatakan bila
sudah akil balig. Namun, tidak sedikit ulama yang berpendapat hal itu bisa bersifat relatif,
tergantung tingkat kemandirian seorang anak yatim.
Artinya meski sudah balig, bila belum mampu mandiri, sementara ia tidak memiliki
ayah yang dapat menjadikan tempat bersandar, ia tetap disebut yatim. Dan meskipun belum
balig tapi sudah mandiri dan mapan di bidang ekonomi, sudah mumayyiz dan akil, ia bukan
lagi anak yatim. Intinya, anak-anak yatim adalah anak-anak yang ditinggal mati oleh
ayahnya sehingga karena itu ia mendapatkan perhatian lebih didalam Islam dan harus lebih
dikasihani ketimbang anak-anak yang lain.
Dalam konteks Indonesia, kata yatim identik dengan anak yang bapaknya
meninggal. Sedangkan, bila bapak-ibunya meninggal, disebut sebagai yatim piatu. Otomatis,
perhatian dan santunan lebih dicurahkan kepada anak yatim piatu daripada anak yatim. Bila
dilakukan pendekatan secara ushul fikih, prioritas semacam ini dimasukkan dalam kategori
mafhum al-muwafaqqoh fahmal khitab (pemahaman secara eksplisit dengan memahami
skala prioritas).
Artinya, secara filosofis bisa digambarkan bahwa anak yang ditinggal mati kedua
orang tuanya lebih diprioritaskan dari pada anak yang hanya ditinggal mati bapaknya saja.
Padahal, sejatinya dalam fikih klasik tidak ada skala priortaskan seperti yang terjadi dalam
konteks Indonesia ini.
Menurut Raghib Al-Isfhani (W.502 H/1108 M), ahli kamus bahasa Al-Qur’an, istilah
yatim yang berjamak aitam atau yatama ini bagi manusia digunakan untuk setiap orang
yang hidup sendiri, tanpa kawan dan teman. Hal ini misalnya terungkap dalam kalimat
“durrah yatimmah”. Kata durrah atau intan disebut yatim karena ia menyendiri dari segi sifat
dan nilainya.[6]
Sedangkan tolong-menolong merupakan perintah Allah SWT, dapat dikorelasikan
antara menyantuni anak yatim sebagai wujud tolong menolong kita kepada sesama berikut
adalah perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 2 :
‫ون َفضْ اًل مِنْ َرب ِِّه ْم‬ َ ‫ْت ْال َح َرا َم َي ْب َت ُغ‬ َ ‫ي َواَل ْال َقاَل ِئدَ َواَل آم‬
َ ‫ِّين ْال َبي‬ َ ‫اِئر هَّللا ِ َواَل ال َّشه َْر ْال َح َرا َم َواَل ْال َه ْد‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا اَل ُت ِحلُّوا َش َع‬
‫صدُّو ُك ْم َع ِن ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام َأنْ َتعْ َت ُدوا ۘ َو َت َع َاو ُنوا َع َلى ْال ِبرِّ َوال َّت ْق َو ٰى ۖ َواَل‬ َ ْ‫َو ِرضْ َوا ًنا ۚ َوِإ َذا َح َل ْل ُت ْم َفاصْ َطا ُدوا ۚ َواَل َيجْ ِر َم َّن ُك ْم َش َنآنُ َق ْو ٍم َأن‬
‫ب‬ ِ ‫ان ۚ َوا َّتقُوا هَّللا َ ۖ ِإنَّ هَّللا َ َشدِي ُد ْال ِع َقا‬ ِ ‫َت َع َاو ُنوا َع َلى اِإْل ْث ِم َو ْالع ُْد َو‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi´ar-syi´ar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang
had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah
sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu
dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”
2.2 Fenomena Kehidupan yang Menunjukkan Tolong Menolong dan Mencintai Anak Yatim
a. Fenomena sosial
Realitas sosial di dunia ada sebagian dari anak-anak yang mengalami kesulitan, ada yang
menjadi yatim, menjadi piatu, dan bahkan menjadi yatim piatu, ada yang ditelantarkan orang
tuanya, dan ada yang menjadi korban kekerasan sosial. Berbagai macam status sosial
anak-anak tersebut terjadi seringkali menimpa keluarga mereka yang kurang mampu.
Diantara mereka, sebagian kecil atau sebagian besar hidupnya kadang tidak jelas, dan
juga mengalami penderitaan karena kurang dan justru tidak mendapatkan perhatian, baik
oleh orang tuanya sendiri maupun masyarakat. Padahal mereka mempunyai hak dan
perlakuan yang semestinya sama dengan anak-anak lainnya. yang sama. Ada orang tua
yang saling berebut anak setelah cerai. Jalur hukum dan biaya besar dibelanjakan untuk
mengejar ambisi pribadi dengan korban anak-anaknya.
Sebagian dari mereka ada yang beruntung karena mendapatkan tempat yang layak
sehingga dapat menikmati kasih sayang dan kebutuhan materi secara cukup.
Sebagian yang lain dari mereka hidup dalam keadaan sulit, dieksploitasi orang yang
tidak bertanggung jawab, meminta-minta di jalanan untuk memenuhi kebutuhan hidup,
terjerumus di lembah nista, dan menjadi gelandangan tanpa harapan masa depan.
Masalah yang sama, kecuali penyakit, juga dihadapi oleh sebagian anak-anak yatim piatu
di Surabaya. Masih ada anak-anak yatim piatu yang terlantar dan belum tertampung
oleh lembaga masyarakat di Surabaya. Di mana secara umum, anak yatim piatu mirip
dengan anak-anak lainnya, hanya saja tidak mendapatkan perhatian dari pihak yang
bernama ‘keluarga”. Hal yang menjadi masalah di sini adalah lembaga pelayanan
kesejahteraan untuk lansia dan anak-anak masih belum memadai. Jumlah panti werda
yang terdaftar dan beroperasi di Surabaya hanya ada 11 buah, dan jumlah panti
asuhan di Surabaya sudah cukup banyak dan cukup memadai, namun tidak semua
bangunannya layak huni. Beberapa panti seperti Panti Asuhan Arif Rahman Hakim
dan Al-Ikhsan masih mengeluh mengenai kapasitas panti asuhan yang masih dirasa
belum cukup untuk menampung anak-anak yatim.[7]
b) Fenomena pendidikan
Hak memperoleh pendidikan yang berkualitas harus diberikan kepada
anak yatim. Disinilah pemerintah memberikan beasiswa, atau lembaga pendidikan
memberikan fasilitas khusus kepada anak yatim untuk menikmati proses pendidikan dasar
Sembilan tahun, supaya anak yatim juga memperoleh pendidikan sebagaimana layaknya
anak-anak yang lain.
Berawal dari keprihatinan kemudian tumbuh kepedulian dan melahirkan
gerakan untuk memberikan solusi terhadap pendidikan anak bangsa. Kondisi bangsa ini
masih menyisakan keprihatinan dalam bidang pendidikan. Program wajib belajar sembilan
tahun yang digalakkan pemerintah belum dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat karena
masih banyak anak-anak yang tidak sekolah dengan memilih untuk mengamen di jalanan
atau bekerja kasar. Pendidikan tinggi atau perkuliahan juga masih dianggap komunitas elit
untuk masyarakat menengah ke atas sehingga masyarakat miskin hanya bermimpi.

Pendidikan adalah masalah sosial, kultural dan struktural yang memerlukan


kepedulian banyak pihak. Aspek pemerataan kesempatan mendapatkan pendidikan yang
layak adalah hal yang mendasar dalam kehidupan masyarakat Indonesia, meskipun tidak
mungkin sama rata. Namun kesenjangan ekonomi dan pendidikan yang terlalu berjarak
akan menjadi bom waktu bagi tumbuhnya keretakan sosial yang berujung pada kerusuhan.
Pendidikan gratis adalah solusi untuk meretas berbagai permasalahan
masyarakat. Karena ekonomi dan budaya yang tidak berperadaban bermula dari pendidikan
yang minim mereka peroleh. Sementara untuk bisa memperoleh pendidikan yang layak
ternyata sulit. Bukan mengecilkan peran dan usaha pemerintah, namun banyaknya
masyarakat yang hidup dalam kemiskinan sehingga tidak semua terjangkau.[8]
c) Fenomena Psikologi

Kehilangan sosok ayah menjadikan sosok seorang anak terpuruk secara lahir
dan bathin. Hal ini menjadikan seorang anak yatim dalam situasi dan kondisi tertentu
mengalami depresi sehingga berdampak pada timbulnya kegelisahan. Gelisah berdampak
pada kesedihan, kegundahan, dan keresahan luar biasa. Perasaan tersebut dapat
menghilangkan kepercayaan diri dan menumbuhkan perasaan tidak berdaya, lemah, dan
minder terhadap orang lain, serta mudah larut didalam kekhawatiran dan keresahan yg tak
beralasan. Perasaan yang muncul selanjutnya ada rasa cemburu, karena orang lain tanpak
lebih bahagia dan lebih beruntungdari pada dirinya. Jika perasaan ini dipupuk terus menerus
akhirnya tumbuhlah rasa benci terhadap dirinya sendiri dan kepada Allah karena
dianggapnya tidak adil kepadanya.
Seorang anak adalah ibarat kertas putih. Apa yang tergambar, sedikit
banyak adalah pengaruh dari goresan orang tua atau lingkungannya diwaktu kecil. Seorang
anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif, maka akan lahir darinya kepribadian
yang baik. Sebaliknya jika dibesarkan dalam lingkungan yang buruk, maka akan lahir
darinya kepribadian yang buruk. Setiap anak memiliki karakter khas yang merupakan hasil
bentukan pada masa kecil. Bisa berupa karakter yang sulit diubah, bisa juga karakter yang
mudah sekali untuk diubah.
Secara psikologis, anak yatim adalah anak yang rentan terhadap
goncangan hidup, karena dia telah ditinggal wafat oleh ayahnya padahal dia belum dewasa.
Hal itu membuat anak yatim kehilangan beberapa fase pengasuhan yang memerlukan kasih
sayang dan andil ayah dalam proses tumbuh kembangnya. Secara hakiki seorang anak
yatim akan berbeda dari pada teman-teman sebayanya yang masih memiliki ayah. Tidak
hanya itu dia akan kehilangan didikan dari seorang ayah yang memberi kasih sayang yang
bisa beberupa hal-hal berikut ini :
a. pendidikan seorang ayah tentang tanggung jawab, kejujuran dan integritas
b. pendidikan seorang ayah tentang keberanian dan perbuatan baik
c. rekreasi lengkap bersama keluarga ayah dan ibu
d. canda dan permainan yang hanya bisa dilakukan bersama ayah dan bukan
bersama ibu
e. nafkah berupa mainan atau hal-hal lain yang hanya bisa didapatkan jika ayahnya
ada
f. nasehat seorang ayah
g. sosok yang mengajari dan membimbing agar memiliki akhlak yang mulia
h. sosok yang mengajarinya tentang Islam dan mengaji
i. sosok imam keluarga
j. sosok pelindung dan penjaga keluarga
k. sosok yang mendidiknya tentang pentingnya berolahraga sehingga memiliki
kapasitas fisik yang baik
l. sosok yang mendidiknya untuk meghadapi fase-fase kehidupan sesuai tingkat
umur seorang anak.
Kehilangan sosok ayah seperti yang diuraikan dalam bentuk poin tersebut
benar-benar menjadikan sosok seorang anak terpuruk secara laahir dan bathin. Hal ini
menjadikan seorang anak yatim dalam situasi dan kondisi tertentu mengalami depresi
sehingga berdampak pada timbulnya kegelisahan. Gelisah berdampak pada kesedihan,
kegundahan, dan keresahan luar biasa. Perasaan tersebut dapat menghilangkan
kepercayaan diri dan menumbuhkan perasaan tidak berdaya, lemah, dan minder terhadap
orang lain, serta mudah larut didalam kekhawatiran dan keresahan yg tak beralasan.
Perasaan yang muncul selanjutnya ada rasa cemburu, karena orang lain tanpak lebih
bahagia dan lebih beruntungdari pada dirinya. Jika perasaan ini dipupuk terus menerus
akhirnya tumbuhlah rasa benci terhadap dirinya sendiri dan kepada Allah karena
dianggapnya tidak adil kepadanya.
Dalam tahapan yang sangat akut, orang-orang yang ada dalam
kondisi semacam itu dapat larut dalam rasa frustasi yang berkepanjangan. Ada banyak pula
orang yang akhirnya memutuskan untuk bunuh diri karena merasa tidak sanggup lagi
menahan beban hidupnya yang dianggapnya sangat berat dan penuh derita.
Seorang anak adalah ibarat kertas putih. Apa yang tergambar, sedikit banyak
adalah pengaruh dari goresan orang tua atau lingkungannya diwaktu kecil. Seorang anak
yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif, maka akan lahir darinya kepribadian yang
baik. Sebaliknya jika dibesarkan dalam lingkungan yang buruk, maka akan lahir darinya
kepribadian yang buruk. Setiap anak memiliki karakter khas yang merupakan hasil bentukan
pada masa kecil. Bisa berupa karakter yang sulit diubah, bisa juga karakter yang mudah
sekali untuk diubah.
Karakter yang dibesarkan dengan sentuhan kasih orang tua lengkap,
umumnya berbeda dengan karakter mereka yang tidak atau jarang mendapatkannya. Salah
satu hikmah perintah Nabi Muhamad SAW untuk menyayangi anak yatim, bisa dikaitkan
dengan kondisi tersebut. Anak yatim adalah anak yang belum menemukan pijakan yang
utuh tentang kepada siapa dia seharusnya menyandarkan kehidupan dan mengharapkan
kasih sayang. Oleh karena itu, dia perlu dihibur, dikuatkan mentalnya, dan ditunjukkan
kepada hakikat cinta dan kasih sayang yang bermuara kepada Allah SWT. Anak yang tidak
atau jarang mendapatkan sentuhan kasih sayang, adakalanya memiliki karakter yang
kurang kondusif bagi sebuah kemajuan atau kesuksesan. Salah satu penyebabnya adalah
karena telah terbentuknya zona aman (comfort zone) atas karakter yang telah tertanam
dalam diri sejak kecil itu. Sebagai contoh, persepsi anak tentang sabar. Telah tertanam
dalam dirinya bahwa apapun yang dialaminya adalah bagian dari takdir Allah SAW yang
harus diterima dengan sabar. Namun, karena penanaman yang kurang tepat, kesabarannya
itu tidak berubah pada kegigihan atau kemandirian dalam menjalani kehidupan. Dia
mengidentikkan sabar dengan pasrah atau nrimo yang berkonotasi pasif. Diapun memiliki
persepsi bahwa sabar itu hanya dilakukan dikala menerima musibah. Padahal, kapanpun,
baik dikala susah maupun senang, seorang hamba Allah SWT dituntut untuk bersabar.
Namun, apakah anak yang kurang mendapat sentuhan kasih sayang
orang tuanya akan selalu tumbuh dengan kepribadian yang tidak mendorong pada
kesuksesan? Data empiris menunjukkan tidaklah selalu demikian. Bahkan, kita menyaksikan
banyak anak yang tumbuh dengan belaian kasih sayang orang tua yang berlebih tumbuh
dengan kepribadian yang labil.
Kehidupan Nabi Muhamad SAW yang terlahir yatim, dan enam tahun
kemudian ibu beliau wafat menyusul kepergian sang ayah, adalah kisah yang patut menjadi
cerminan dan sumber motivasi. Beliau adalah sosok yang tidak banyak mendapat sentuhan
dan belaian dari orang tuanya, tetapi pribadi dan akhlak yang muncul dari beliau adalah
pribadi indah yang mempesona. Tentu semua itu adalah karena kehendak dan bimbingan
Allah SWT, yang bersifat rahman dan rahim-Nya, mengungguli sentuhan dan kasih sayang
seorang ibu yang terbaik sekalipun.
Oleh karenanya kehilangan orang tua, bukan akhir dari sebuah
kehidupan. Meski terasa berat, kehilangan orang tua adalah bentuk ujian agar seorang bisa
menemukan sumber cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya, yang tidak lapuk tidak
pernah lekang, dan tidak terukur dan terbatasi oleh dimensi ruang dan waktu, yang abadi
dan tidak fana sebagaimana kasih sayang orang tua di dunia ini.[9]
2.3 Hubungan antara Hadist tentang Tolong-menolong dan Mencintai Anak Yatim Dalam
Fenomena Kehidupan dan Akibatnya.
Pada dasarnya, jika kita menurut pada kehidupan Rasulullah SAW yang juga
seorang yatim piatu, kita dapat mempelajari bahwa Allah mengajarkan kepada kita tentang
prioritas pengasuhan anak yatim yang ada dilingkungan terdekat kita. Allah berfirman :
‫ألم يجد ك يتيما فاوى‬
“bukankah dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu dia melindungimu?” (QS Adhu-dha
93:6).
Melalui ayat ini Allah SWT memberitahukan kepada Nabi Muhamad SAW
bahwa Allah Swt telah mempunyai skenario besar pada hidupnya. Namun, Allah selalu
bersama beliau dan memberikan karunia-Nya tanpa putus. Perikehidupan Rasulullah SAW
sebagai anak yatim piatu bukan tanpa makna.
Sebagaimana kita tahu, dalam sirah kehidupan Rasulullah SAW, beliau dilahirkan
sebagai seorang yatim. Pada usia enam tahun, Aminah binti Wahab, ibunya pun wafat
sehingga beliau menjadi yatim piatu sejak kecil. Sejak itu Nabi Muhamad Saw dipelihara
oleh kakeknya, Abdul Muthalib, sehingga beliau berusia delapan tahun. Pada usia semuda
itu kakekpun wafat. Berikutnya Nabi Muhamad SAW diasuh oleh pamannya, Abu Thalib
sampai Muhamad bin Abdullah diangkat oleh Allah SWT sebagai Rosul Allah pada usia 40
tahun. Meskipun hingga akhir hayatnya Abu Thalib tidak menyatakan shahadat, tetapi
sebagai seorang paman yang mengasuhnya, Abu Thalib dengan segala kemampuannya
selalu melindungi Rasulullah SAW dari kejahatan kaum Quraisy. Namun akhirnya,
perlindungan tersebut putus ketika Abu Thalib wafat.
Hikmah dari sirah tersebut adalah Allah mengajarkan dan memberitahukan
kepada kaum muslimin ada tahapan dalam mengasuh anak yatim. Allah SWT secara
singkat mengajarkan secara psikologis, anak yatim akan mengalami depresi karena
kehilangan ayahnya. Karena itu, selain ibu yang mengasuhnya, figure ayah dapat digantikan
oleh kakeknya jika kakeknya wafat, figur ayah dapat digantikan oleh pamannya. Dengan
demikian anak yatim dapat hidup normal dengan mendapatkan kasih saying seorang ayah
dari kakeknya atau paman dari pihak ayah, yang karakternya mirip dengan ayahnya, bukan
yang sama sekali berbeda. Hal ini mengingat bahwa Rosulullah Saw punya banyak sekali
paman termasuk diantaraya Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Sufyan, dan banyak lagi. Namun
karena karakter mereka jauh berbeda dengan karakter Abdullah, ayah kandung Muhamad,
dipilihlah Abu Thalib yang karakternya lebih mirip Abdullah oleh Abdul Mutholib untuk
mengasuh Muhammad kecil.
Jika pihak pemelihara tersebut sama sekali tidak ada, barulah pemeliharan tersebut
jatuh pada pihak ketiga, seperti orgaanisasi sosial, panti asuhan, dan organisasi sejenis
lainnya yang amanah.
Berikut adalah perintah Rasulullah SAW bagaimana memerintahkan kita
untuk menolong sesama, Rasulullah SAW bersabda :
‫ص ُرهُ َظالِمًا َقا َل َتْأ ُخ ُذ َف ْو َق َيدَ ْي ِه‬ َ ‫اك َظالِمًا َأ ْو َمظلُو مًا َقالُوا َيا َرسُو َل هَّللا ِ َه َذا َننص ًُُرهُ َم ْظلُومًا َف َكي‬
ُ ‫ْف َن ْن‬ َ ‫ا ْنصُر َأ َخ‬
Bantulah saudaramu, baik dlm keadaan sedang berbuat zhalim atau sedang teraniaya. Ada
nan bertanya: “Wahai Rasulullah, kami akan menolong orang nan teraniaya. Bagaimana
menolong orang nan sedang berbuat zhalim?” Beliau menjawab: “Dengan menghalanginya
melakukan kezhaliman. Itulah bentuk bantuanmu kepadanya. ” [HR. Al-Bukhâri][10]
Rasulullah SAW menyuruh kita untuk membantau saudara baik itu masih ada
hubungan keluarga atau pun tidak, baik itu dalam keadaan dhalim maupun teraniaya.
Menolong orang-orang disekitar kita adalah hal yang mulia, kita lakukan semua itu atas
kemampuan kita.
Adalah menjadi kewajiban kita untuk mengasuh anak yatim, karena mereka adalah
saudara kita sesama muslim, baik kerabat maupun orang yang tidak ada hubungan
kerabatan dengan kita. Abu Musa RA mengatakan bahwa Rosulullah SAW bersabda,
“seorang mukmin bagi mukmin lainnya adalah ibarat bangunan yang sebagian darinya
menguatkan sebagian yang lain” (HR Bukhari dan Muslim).
Rasulullah menjanjikan dalam salah satu hadistnya, jika niat kita membantu
saudara kita yang yatim dengan cara mengasuh mereka karena allah dalam rangka
meringankan kesulitan mereka, kelak pada hari qiyamat allah SWT akan meringankan
kesulitannya. Ketika seluruh makhluk sedang menghadapi kesulitan hari qiyamat dan tak
ada seorangpun yang mampu membantunya menghilangkan kesulitan itu.
Rasulullah bersabda,”Seorang muslim adalah saudara bagi muslim
lainnya. Dia tidak mendholiminya dan menelantarkannya. Barang siapa mengurusi hajat
saudaranya allah akan mengurusi hajatnya. Barang siapa menghilangkan satu kesusahan
dari seorang muslim, allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan diantara
kesusahan-kesusahan hari qiyamat. Dan barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, allah
akan menutupi (aibnya)pada hari qiyamat.”(HR.Bukhari dan Muslim)
Selain itu, mengasuh anak yatim bisa menjadi ladang amal jariyah untuk kita,
karena ketika kita mengasuh mereka, secara langsung atau tidak langsung, kit telah
melaksanakan ketiga amalan tersebut.Rasulullah SAW bersabda, “Apabila manusia
meninggal dunia, terputuslah amalnya, kecualitiga perkara, yaitu: Shadaqah jariyah, ilmu
bermanfaat dan anak sholeh yang mendo’akannya..”(HR.Muslim)
Hal-hal berikut ini merupakan keutamaan lain yang akan kita
dapatkan jika kita mengasuh anak yatim secara tulus dan ikhlas.
1.Menjauhkan Kita dari Sifat Kikir.
Kikir adalah salah satu penyakit yang mendatangi manusia agar terlepas dari sifat
yang dermawan dan solidaritas, dan suka memberikan pertolongan. Jika kita melakukan
sedekah atau menyantuni anak yatim meskipun dengan sedikit harta yang kita miliki, sifat
kikir ini akan menghalanginya sehingga dia membatalkan niatnya untuk bersedekah dan
berinfaq.
Karena itu kita sering kali menjumpai ayat-ayat yang menjelaskan
tentang infaq dan sedekah selalu disertai dengan manfaat yang didapatkan dan perbuatan
itu, seperti pada firman allah berikut ini “Yang menafkahkan hartanya dijalan allah untuk
membersihkannya” (QS.Al-lail 92:18)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa dengan berinfaq, jiwa seseorang akan
bersih, karena kikir bukan merupakan akhlaq seorang mukmin. Dalam sebuah hadist yang
diriwayatkan Abu Hurairah dikisahkan bahwa Rasulullah pernah bertanya kepada utusan
dari Bani Lihyan tentang siapa pemimpin mereka. Bani lihyan menjawab bahwa pemimpin
mereka adalah Jadda Bin Qais dan ia adalah orang yang sangat kikir. Mendengar hal
tersebut, Rasulullah bersabda bahwa kikir adalah penyakit yang paling parah. Lalu, beliau
juga bersabda, : “Dua perkara yang tidak ada dalam diri orang mukmin adalah pelit dan
perangai yang buruk“(HR. Tirmidzi).
Menyantuni anak yatim akan membantu kita untuk menghilangkan sifat pelit dalam diri kita
dan membangun sifat dermawan, karena kedermawanan dalam Islam adalah pengorbanan
jiwa dan raga hanya untuk allah tanpa ada paksaan apapun.
2. Menanamkan Sifat Istiqamah
Amalan yang dicintai allah adalah amalan yang sedikit, tetapi kontinyu.
Mengasuh seorang anak yatim dengan baik dirumah kita adalah salah satu sarana untuk
menanamkan sifat istiqamah pada kita dan keluarga kita. sifat istiqamah ini juga sifat yang
terpenting setelah kita beriman kepada Allah. Allah SWT berfirman:
”Sesungguhnya orang-orang yang berkata,“Tuhan kami adalah allah”,kemudian mereka
meneguhka pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka(dengan
berkata), “Jangalah kamu merasa takutdan janganlah kamu bersedih hati dan bergembiralah
kamu dengan (memperoleh ) surga yang telah dijanjikan kepadamu.kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat, didalamnya (surga) kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apayang kamu minta. Sebagai
penghormatan (bagimu) dari (Allah) yang maha pengampun, maha penyayang.”dan
siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah dan
mengerjakan kebajukan dan berkata, “sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang
berserah diri)?” dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. (kejahatan itu) dengan cara
yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan
seperti teman yang setia. Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugrahkan kecuali
kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar (fusilat.41: 31-35).
Jika kita sabar dan istiqomah dalam mengasuh dan menyantuni anak
yatim dengan segala tingkah laku mereka, dari ayat tersebut, Allah menjanjikan
keberuntunagan besar bagi yang melaksanakannya, yakni surga.
3. Menumbuhkan Sikap Murah Hati
Rosulullah SAW bersabda, “lima hal termasuk sunnah para Rosul, pemalu,
murah hati, berbekam (hijamah), dan memakai wangi-wangian” (HR. Tirmidzi). Ali bin Abi
Thalib pernah mengatakan bahwa kebaikan itu bukan hanya dengan banyak harta dan
anak, tetapi dengan banyak ilmu, banyak ilmu murah hati dan tidak ujub dalam ibadahnya.
Apabila berbuat kebajikan ia bersyukur kepada Allah dengan memuji-Nya dan apabila
melakukan kemaksiatan ia beristighfar kepada-Nya. Murah hati juga merupakan tiang akal.
Karnanya orang yang memberikan kasih sayang akan dikasihi. Rasulullah SAW bersabda,
“tidaklah sempurna keimanan salah seorang diantaramu sehingga ia mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mengasihi sesama adalah cerminan dari pribadi yang memiliki sifat murah hati
dan perasaan. Dengan kedua sifat tersebut, ukhuwah islamiyah dapat terbiana secara baik.
Kepedulian kita merupakan salah satu pengembangan dari sifat murah hati. Rasulullah SAW
bersabda “sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaanyat bagi manusia lain.”
(HR Thabrani).
4. Dimudahkan Urusannya oleh Allah SWT
“mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang anak yatim.
Katakanlah, memperbaiki keadaan mereka adalah baik” jika kamu mempergauli mereka
maka mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang-orang yang berbuat
kerusakan dan berbuat kebaikan. Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia datangkan
kesulitan kepadamu. Sungguh, Allah maha perkasa, maha bijaksana. (QS Al-Baqoroh 2:
220).
5. Menunaikan Hak Sesama Muslim
Rasulullah bersabda, “tidak termasuk golangan kami orang yang tidak
menghormati orang tua dan tidak menyayangi anak kecil”. (HR Bukhori dan Abu Daud
dengan sanad Hasan) “empat hak bagi kaum muslim kepadamu : membantu orang yang
berbuat baik diantara mereka, memohonkan ampunan bagi mereka yang berbuat dosa
diantara mereka, mencintai orang-orang yang bertaubat diantara mereka, tidak menyakiti
seorang diantara kaum muslim dengan perbuatan atau perkataan.” (HR Dailami).
6. Menunaikan Hak-hak Kerabat dan Sanak Keluarga
Mengasuh anak yatim berarti juga telah menunaikan hak-hak kerabat
kita. Rasulullah bersabda, “Allah SWT berfirman, “aku adalah maharahman dan ini adalah
rahim (sanak keluarga). Aku ambilkan nama rahim ini dari nama-Ku (yaitu Rahman dan
Rahim). Barang siapa yang menyambungnya (silaturahim), aku pasti menyambungnya dan
barang siapa yang memutuskannyamaka aku akan menghancurkannya” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, “barang siapa yang ingin
diingat orang dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambung kekerabatannya dengan
silaturahim” (HR Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW juga bersabda, “kekerabatan itu tergantung di Arsy.
Orang yang menjalin kekerabatan bukanlah orang yang membalas (perbuatan dengan
perbuatan yang sama), melainkan orang yang apabila kekerabatannya terputus maka ia
menjalinnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada suatu ketika ada seorang sahabat yang bertanya kepada
Rasulullah SAW tentang siapakah orang yang paling mulia. Rasulullah pun menjawab,
“orang yang paling bertakwa kepada Allah SWT, orang yang paling banyak menyambut
kekerabatannya, dan orang yang paling banyak memerintahkan kebaikan (makruf) dan
mencegah kemungkaran”.
Mengasuh dan menyantuni anak yatim yang masih memiliki hubungan darah
lebih utama dari pada yang tidak memiliki hubungan darah. Hal ini juga berarti kita telah
menyambung tali silaturahim yang mungkin terputus karena orang tua anak yatim tersebut
juga masih memiliki hubungann kerabatan. Allah pun pasti memberikan ganjaran ganda atas
sedekah kita mengasuh dan menyantuni anak yatim. Sebagaimana yang telah disabdakan
oleh Rosulullah.
“sedekah kepada orang-orang miskin adalah sedekah, sedangkan kepada kerabat
bernilai ganda”
7. Melaksanakan Wasiat Rasulullah SAW
Anas bin Malik pernah mengatakan bahwa Rasulullah SAW tidak
meninggalkan satupun nasehat yang baik, kecuali beliau telah menyeru dan memerintahkan
kami dengan nasehat itu. Beliau tidak meninggalkan satu tipu daya atau berkata satu aib
pun kecuali beliau telah memperingatkan kami dan melarang kami darinya. Penjelasan
tersebut berasal dari firman Allah SWT : “sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil
dan berbuat kebajikan memberi bantuan kepada kerabat dan dia melarang melakukan
peruatan keji, kemungkaran, dan permusuhan (QS An-Nahl 16 : 90).
Kepada Muadz, Rasulullah SAW berwasiat, “wahai Muadz, aku wasiatkan
kepadamu agar kamu bertaqwa kepada Allah SWT. bicara dengan jujur, menepati janji,
menunaikan amanah, meninggalkan penghianatan, memelihara tetangga, menyayangi anak
yatim, bicara dengan lembut, mengucapkan salam, berbicara dengan baik, memendekkan
angan-angan, berpegang teguh pada iman, mendalami Al-Qur’an, mencintai akhirat, takut
kepada hisab, dan bersikap lemah lembut. Janganlah kamu merendahkan hukum-hukum
kita, berdusta kepada seorang sahabat, menaati seorang pendosa, mendurhakai seorang
imam, atau merusak bumi. Aku wasiatkan kepada kamu agar kamu bertakwa kepada Allah
di setiap batu, pohon, dan kampung, serta melakukan tobat untuk setiap dosa. Dosa yang
tersembunyi dengan tobat yang tersembunyi, dan dosa yang terang-terangan dengan tobat
yang terang-terangan.
8. Rumahnya Merupakan Rumah yang Terbaik
Ibnu Ababs meriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,
“sebaik-baiknya rumah kaum muslimin adalah rumah yang didalamnya ada anak
yatim yang diasuh dengan baik dan seburuk-buruk rumah kaum muslimin adalah rumah yan
ada anak yatim yang disakiti”. (HR Ibnu Majah).
Dalam riwayat yang berasal dari Abu Darrin RA, Rasulullah SAW bersabda, “barang
siapa yang mengusap kepala anak yatim karena rasa sayang dan karena Allah SWT, Allah
akan memberinya beberapa kebaikan pada setiap rambut yang diusap oleh tangannya.” (HR
Ahmad).
9. Mendapatkan Surga
Rasulullah SAW bersabda, “Aku dan orang yang merawat anak yatim di dalam
surga, seperti ini (sambil menunjuk jari telunjuk dan ibu jari)”. (HR. Bukhari)
Dalam riwayat yang lain, Nabi SAW bersabda,
“barang siapa yang mengasuh anak yatim, dia bagaikan bangunan pada malam
hari dan puasa pada siang harinya, dan bagaikan orang yang keluar setiap pagi dan sore
menghunus pedangnya untuk berjihad fisabilillah. Dan kelak di Surga bersamaku bagaikan
saudara, sebagaimana kedua jari ini, yaitu jari telunjuk dan jari tengah”. (HR Ibnu Majah)
Rasulullah SAW bersabda,:
“barang siapa yang memelihara anak yatim di tengah kaum muslim untuk memberi
makan dan minum, pasti Allah memasukkannya ke dalam Surga, kecuali jika ia telah
berbuat dosa yang tidak dapat diampunkan”. (HR Tirmidzi)
Abu Ya’la meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “akulah
pertama yang akan dibukakan pintu surga, hanya aku melihat seorang wanita yang
mengejarku, kemudian aku bertanya kepadanya, mengapa kamu mengejarku?” ia
menjawab, “ aku wanita yang dulu telah mengasuh anak-anak yatimku.” (HR Muslim)[11]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu‘anhu, ia berkata: ”Rasulullah SAW bersabda
“Pemeliharaan anak yatim , baik miliknya sendiri atau milik orang lain, maka aku (Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ia seperti kedua jari ini didalam syurga.”Yang
meriwayatkan hadist ini mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengahnya.”(Diriwayatkan oleh
Muslim )
Dari Sahl bin sa’ad Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ”Rasulullah SAW bersabda :“Aku
dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukan)di surga seperti ini”, kemudian beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya..” (Diriwayatkan oleh Bukhari ) .[12]

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anak yatim adalah anak yang ditinggal wafat oleh ayah kandungnya
sebelum ia baligh. Islam memberikan perhatian terhadap mereka secara khusus .
Mengapa? Karena hal tersebut diperlukan agar kelangsungan hidupnya tetap terjaga dan
mereka menjadi orang yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, bahkan dengan
orang lain.
Pada dasarnya, jika kita menurut pada kehidupan Rasulullah saw yang juga
seorang yatim piatu, kita dapat mempelajari bahwa Allah mengajarkan kepada kita tentang
prioritas pengasuhan anak yatim yang ada dilingkungan terdekat kita. Allah berfirman :
‫ألم يجد ك يتيما فاوى‬
“bukankah dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu dia melindungimu?” (QS Adhu-dha
93:6).
Melalui ayat ini Allah SWT memberitahukan kepada Nabi Muhamad SAW
bahwa Allah SWT telah mempunyai scenario besar pada hidupnya. Namun, Allah selalu
bersama beliau dan memberikan karunia-Nya tanpa putus. Perikehidupan Rasulullah SAW
sebagai anak yatim piatu bukan tanpa makna.
memberi kasih sayang yang bisa beberupa hal-hal berikut ini.
a. pendidikan seorang ayah tentang tanggung jawab, kejujuran dan integritas
b. pendidikan seorang ayah tentang keberanian dan perbuatan baik
c. rekreasi lengkap bersama keluarga ayah dan ibu
d. canda dan permainan yang hanya bisa dilakukan bersama ayah dan bukan
bersama ibu
e. nafkah berupa mainan atau hal-hal lain yang hanya bisa didapatkan jika ayahnya
ada
f. nasehat seorang ayah
g. sosok yang mengajari dan membimbing agar memiliki akhlak yang mulia
h. sosok yang mengajarinya tentang Islam dan mengaji
i. sosok imam keluarga
j. sosok pelindung dan penjaga keluarga
k. sosok yang mendidiknya tentang pentingnya berolahraga sehingga memiliki
kapasitas fisik yang baik
l. sosok yang mendidiknya untuk meghadapi fase-fase kehidupan sesuai tingkat
umur seorang anak.
Rasulullah bersabda, “tidak termasuk golangan kami orang yang tidak menghormati
orang tua dan tidak menyayangi anak kecil”. (HR Bukhori dan Abu Daud dengan sanad
Hasan) “empat hak bagi kaum muslim kepadamu : membantu orang yang berbuat baik
diantara mereka, memohonkan ampunan bagi mereka yang berbuat dosa diantara mereka,
mencintai orang-orang yang bertaubat diantara mereka, tidak menyakiti seorang diantara
kaum muslim dengan perbuatan atau perkataan.” (HR Dailami).
3.2. Kritik dan Saran
Kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kebaikan sangat
diharapkan bagi penulis makalah ini. Karena, tak ada gading yang tak retak tak ada manusia
yang sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

1. Muslih, Aziz Muhammad.1001 Berkah Anak Yatim,Bandung: Hikmah,2008


2. Rozak, Abdul.Dahsyatnya Menyantuni Anak Yatim, Jakarta:QultumMedia,2009
3. Marzuki, Choiran A.Hadis Fadhilah Amal Shaleh,Jogjakarta:Mitra Pustaka,2010
4. Harlim, Alfian dan Anggoro, Roni,Graha Lansia dan Anak Yatim Piatu di Surabaya,
Surabaya :Universitas Kristen Petra,2012
5. Dr. Abdillah bin Muhamad bin Abdirahman bin Ishaq Alu Syaikh, Lubaatut Tafsir Min
Ibnu katsir ,cairo : Muassasah Daar al-hilaal, 2007
6. ‫ ه‬1427 ،‫ دار السالم‬:‫ اإلسكندرية‬،‫ حقوق اإلنسان‬،‫خديجة النبراوي‬
‫ ه‬1428‫ دار الداعى للنشر والتوزيع‬: ‫ الرياض‬،‫ رش البرد شرح االدب المفرد‬،‫محمد لقمان السالفي‬ .7
8. http://ailawalutanbi.blogspot.com
9.
http://pendidikangratis-anakindonesia.blogspot.com/2013/12/mari-ulurkan-tangan-kita.html
10.
http://www.sunsetinspirations.com/perintah-untuk-saling-menolong-dalam-mewujudkan-keba
ikan-dan-ketakwaan-tolong-menolong-1411.htm

[1] 95-90 )‫ ه ص‬1428‫ دار الداعى للنشر والتوزيع‬: ‫ ( الرياض‬،‫ رش البرد شرح االدب المفرد‬،‫محمد لقمان السالفي‬
246-244 ‫ ه) ص‬1427 ،‫ دار السالم‬:‫ (اإلسكندرية‬،‫ حقوق اإلنسان‬،‫] خديجة النبراوي‬2[
3[] http://ailawalutanbi.blogspot.com
[4] Dr. Abdillah bin Muhamad bin Abdirahman bin Ishaq Alu Syaikh, Lubaatut Tafsir Min Ibnu
katsir (cairo : Muassasah Daar al-hilaal, 2007), Hal.9
[5] Prof. Dr. H. Abdul Rozak, Dahsyatnya Menyantuni Anak Yatim (Jakarta : Qultum Media,
2009), Hal.15
[6] Muhamad Muslih Aziz, 1001 Berkah Anak Yatim. (Bandung: Hikmah, 2008), Hal 148-150
[7] Alfian Harlim dan Roni Anggoro, Graha Lansia dan Anak Yatim Piatu di Surabaya , (
Surabaya : Universitas Kristen Petra) hal : 1
[8]
http://pendidikangratis-anakindonesia.blogspot.com/2013/12/mari-ulurkan-tangan-kita.html

[9] Ibid 5, hal : 18-24


[10]
http://www.sunsetinspirations.com/perintah-untuk-saling-menolong-dalam-mewujudkan-keba
ikan-dan-ketakwaan-tolong-menolong-1411.htm

[11] Ibid 1 hal 55-70


[12] A. Choiran Marzuki, Hadis Fadhilah Amal Shaleh.(Jogjakarta:Mitra Pustaka).2010, Hal
204
Diposkan 13th May 2014 oleh nur khasanah

0 Tambahkan komentar

Memuat

Anda mungkin juga menyukai