Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN

AKTUALISASI
NILAI NILAI DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL
Pelatihan Dasar Pegawai Negeri Sipil
Kementerian Keehatan Golongan III Angkatan III

OPTIMALISASI EDUKASI INFORMED CONSENT KEMOTERAPI PADA


PASIEN DAN KELUARGA DI RUANG RAWAT INAP KOMERING 1.1
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

Oleh :
Tiara Putri Zulyana, S.Kep., Ners.
Nip. 199501252020122013

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN AKTUALISASI
PELATIHAN DASAR CPNS KEMENTERIAN KESEHATAN
DI BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM
TAHUN 2021

“OPTIMALISASI EDUKASI INFORMED CONSENT KEMOTERAPI


PADA PASIEN DAN KELUARGA DI RUANG RAWAT INAP
KOMERING 1.1 RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG”

Nama : Tiara Putri Zulyana, S.Kep., Ners.


Pangkat/Golongan : Penata Muda/IIIa
Jabatan : Perawat Ahli Pertama
Unit Kerja/Instansi : RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

disampaikan pada Seminar Rancangan Aktualisasi


Batam, 13 Juli 2021

Menyetujui,
Coach Mentor

Alfithar Meirosandra, MARS Rodiah, S.Kep.,M.Kes NIP.


NIP. 198305162015031001 196707101989032002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan Rancangan Aktualisasi Nilai-Nilai
Dasar Pegawai Negeri Sipil yang berjudul “Optimalisasi Edukasi Informed Consent
Kemoterapi Pada Pasien dan Keluarga di Ruang Rawat Inap Komering 1.1 RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang”, rancangan ini disusun untuk memenuhi
kompetensi dalam Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Selama proses
pembuatan rancangan, penulis mendapat banyak bimbingan, masukan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Direktur Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Bapak dr. Bambang
Eko Sunaryanto, Sp.KJ, MARS yang telah memberikan kesempatan untuk
menjadi bagian dari RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
2. Kepala Bapelkes Batam Bapak Asep Zainal Mustofa, S.KM, M.Epid beserta
seluruh staff Bapelkes Batam yang telah memfasilitasi peserta selama pelatihan
dasar CPNS.
3. Kepala Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Ibu
Rodiah, S.Kep, M.Kes sekaligus Mentor dalam kegiatan aktualisasi yang telah
banyak memberikan dukungan, arahan, dan masukan dalam penyusunan
rancangan ini.
4. Kepala Sub Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam Bapak Suhendri, S.Kep,
Ners, M.Kes yang telah memberikan dukungan untuk menempuh pelatihan
dasar CPNS.
5. Kepala Ruangan Komering 1.1 Kak Eni Purwanty S.Kep, Ners., M.Kep. M. B.,
beserta seluruh staff yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama
proses pelatihan dasar CPNS.
6. Bapak Alfithar Meirosandra, MARS selaku Coach yang selalu memberikan
bimbingan dan semangat untuk menyelesaikan rancangan aktualisasi.
7. Seluruh peserta Latihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III
Angkatan 3 dan rekan-rekan CPNS dari RSUP Dr Mohammad Hoesin

iii
Palembang yang telah mencurahkan dukungan dan motivasi selama proses
penyusunan rancangan.
Penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan rancangan aktualisasi ini.
Rancangan Aktualisasi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata, semoga
kelak kegiatan aktualisasi ini dapat memberikan manfaat bagi individu, unit kerja,
maupun institusi.

Palembang, 13 Juli 2021


Penulis,

Tiara Putri Zulyana, S.Kep., Ners.

iv
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Analisis Isu ............................................................................................... 2
1. Enviromental Scanning ........................................................................ 2
2. Alat Bantu Analisis .............................................................................. 7
3. Rumusan Isu ......................................................................................... 10
4. Identifikasi Sumber Isu ........................................................................ 10
5. Analisis Dampak Isu ............................................................................ 12
6. Lembar Konfirmasi .............................................................................. 13
7. Judul Aktualisasi ................................................................................. 13
BAB II PELAKSANAAN AKTUALISASI
A. Rancangan Kegiatan ................................................................................. 14
1. Unit Kerja ............................................................................................. 14
2. Identifikasi Isu...................................................................................... 14
3. Isu yang Diangkat................................................................................. 14
4. Gagasan Pemecahan Isu ....................................................................... 15
B. Jadwal Kegiatan .......................................................................................... 25
C. Capaian Aktualisasi ………………………………………………………. 26
D. Matriks Rekapitulasi Realisasi Habituasi Materi ………………………… 49
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 46
B. Saran ......................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 47

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Deskripsi dan Jenis Isu yang Diidentifikasi...................................... 3


Tabel 1.2 Analisis APKL ................................................................................ 8
Tabel 1.3 Analisis USG .................................................................................. 9
Tabel 1.4 Analisis Fishbone ............................................................................ 11
Tabel 2.1 Gagasan Pemecahan Isu .................................................................. 15
Tabel 2.2 Matrik Rancangan Aktualisasi ......................................................... 16
Tabel 2.3 Matrik Rekapitulasi Rencana Habituasi .......................................... 24
Tabel 2.4 Rencana Jadwal Kegiatan ................................................................ 25

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ringkasan Materi Agenda II dan III ............................................. 44


Lampiran 2 Tinjauan Teori Informed Consent ................................................. 66
Lampiran 3 Profil RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang .......................... 69
Lampiran 4 Profil Peserta, Mentor dan Coach ................................................. 73
Lampiran 5 Dokumentasi Kegiatan Aktualisasi………………………………..76

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (Latsar CPNS) adalah
pendidikan dan pelatihan dalam masa prajabatan sebelum menjadi Pegawai
Negeri Sipil (PNS). PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) secara tetap
oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (UU ASN) dan merujuk pada ketentuan Pasal 63 ayat (3) dan ayat (4)
UU ASN, CPNS wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan melalui
proses pelatihan terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran,
semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang
unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme serta
kompetensi bidang. Terdapat 4 agenda mata pelatihan dalam Latsar CPNS
meliputi Agenda 1: Sikap dan Perilaku Bela Negara, Agenda 2: Nilai-nilai Dasar
PNS, Agenda 3: Peran dan Kedudukan PNS dalam NKRI serta Agenda 4:
Aktualisasi dan Habituasi.
Setelah melalui pembelajaran agenda 1-3, agenda selanjutnya adalah
Aktualisasi dan Habituasi. Aktualisasi adalah suatu proses untuk menjadikan
substansi mata pelatihan yang telah dipelajari menjadi
aktual/nyata/terjadi/sesungguhnya ada. Sedangkan habituasi adalah proses
pembiasaan diri untuk berperilaku sesuai nilai-nilai tertentu sehingga terbentuk
karakter diri ideal melalui proses internalisasi dan dipersonifikasi
(penumpamaan) melalui intervensi tertentu di tempat kerja. Kedua proses
tersebut diawali dengan menganalisis isu di instansi tempat bekerja yang akan
diangkat sebagai bentuk aktualisasi dan habituasi.
Saat ini, penulis adalah CPNS Kementerian Kesehatan yang bertugas di
satuan kerja RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dengan jabatan Perawat
Ahli Pertama. Unit kerja penulis adalah di Instalasi Rawat Inap, Sub Rawat Inap
Penyakit Dalam Ruang Komering 1.1. Ruang rawat inap tersebut dikhususkan

1
merawat pasien laki-laki dengan tindakan kemoterapi yang memiliki jaminan
kelas III. Tugas pokok penulis sebagai perawat di unit tersebut adalah
memberikan asuhan keperawatan pasien pre dan post kemoterapi.
Selama kurang lebih 1 bulan menjalani tahap orientasi internal, dilanjutkan
dengan 2 bulan berikutnya bertugas di unit tersebut, penulis mendapatkan
banyak gambaran mengenai isu-isu yang tengah menjadi perhatian. Beberapa
diantaranya adalah kurang sesuainya jumlah perawat dibandingkan dengan
beban kerja, belum optimalnya pencegahan penularan Covid-19, belum
optimalnya edukasi informed consent kemoterapi pada pasien dan keluarga di
ruangan rawat inap komering 1.1, kurang konsistennya perawat dalam
memberikan senyum salam dan sapa, serta kurangnya kedisiplinan perawat
dalam memasang tanda risiko jatuh di tempat tidur pasien. Isu-isu tersebut
berkaitan dengan aspek pelayanan publik, dimana kurang maksimalnya aspek
tersebut dapat berdampak pada tingkat kepuasan pasien yang rendah.
Sebaliknya, apabila pelayanan diberikan secara optimal yang didukung oleh
sistem dan SDM yang kompeten, maka akan menambah mutu layanan dan
tingkat kepuasan pasien. Oleh sebab itu, dibutuhkan solusi dari permasalahan
yang telah teridentifikasi.
Melalui laporan aktualisasi ini, penulis akan melaporkan kegiatan
aktualisasi yang telah dilakukan selama masa off campus dimana kegiatan
tersebut telah melalui proses analisis isu, perumusan gagasan kreatif sebagai
upaya pemecahan isu, serta perencanaan implementasi dari gagasan yang telah
dibuat. Hal tersebut sebagai bentuk penerapan dan upaya pembiasaan (habituasi)
dari nilai dan prinsip dasar PNS yang telah dipelajaripada agenda sebelumnya.
Proses ini diharapkan mampu membawa dampak yang positif baik untuk penulis
sendiri, unit kerja, maupun institusi.

B. Analisis Isu
1. Enviromental Scanning
Isu adalah sebuah masalah yang belum terpecahkan yang siap
diambil keputusannya. Isu merepresentasikan suatu kesenjangan antara
praktik organisasi dengan harapan-harapan para stakeholder. Berdasarkan
definisi tersebut, isu merupakan suatu hal yang terjadi baik di dalam maupun
di luar organisasi yang apabila tidak ditangani secara baik akan
2
memberikan efek negatif terhadap organisasi bahkan dapat berlanjut pada
tahap krisis negatif terhadap organisasi bahkan dapat berlanjut pada tahap
krisis.
Berkaitan dengan rancangan aktualisasi ini, sumber isu yangdiangkat
haruslah memenuhi APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan
Kelayakan), Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi, Problematik
artinya isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks,
Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak,
Kelayakan artinya isu tersebut masuk akal dan realistis serta relevan untuk
dicari pemecahan masalahnya. Tahap berikutnya isu-isu tersebut diseleksi
kembali menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth)
dengan menetapkan rentang penilaian (1-5) mulai sangat USG atau tidak
sangat USG.Urgency seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas,
Seriousness seberapa serius isu tersebut harus dibahas kaitnya dengan
akibat, Growth seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika
tidak segera ditangani berdasarkan kaitannya dengan Manajemen ASN,
Whole of Government (WoG), dan Pelayanan Publik.
Berdasarkan pengalaman selama bekerja di Ruang Rawat Inap
Penyakit Dalam Komering 1.1 RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
penulis menemukan beberapa isu yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut:

3
Tabel 1.1 Deskripsi dan Jenis Isu yang Diidentifikasi
No Deskripsi Isu Jenis Isu
1. Kurang sesuainya jumlah tenaga perawat yang Manajemen ASN
bertugas di ruangan dibandingkan dengan beban kerja (Berkaitan dengan
perawat. perencanaan dan
Penjabaran: Berdasarkan hasil observasi yang penempatan
dilakukan selama 2 bulan bertugas di Ruang jumlah tenaga
Komering 1.1, jumlah perawat yang dinas dalam 1 hari perawat di
hanya 11-12 perawat sedangkan idealnya, ruang rawat ruangan)
dengan kapasitas 42 pasien (30% pasien minimal care,
65% pasien partial care, dan 5% pasien total
care) membutuhkan 15-16 perawat. Padahal jumlah
total personil perawat terdapat 20 perawat beserta
kepala ruangan, dimana dengan mempertimbangkan
jumlah jam kerja maksimal 175 jam per bulan dan
adanya pemenuhan hak cuti tahunan bagi pegawai
maka jumlah tersebut masih kurang. Hal tersebut
menimbulkan beban kerja yang cukup tinggi, sehingga
berpotensi pada berkurangnya kualitas pelayanan,
patient safety serta sikap caring dan empati terhadap
pasien.

4
2. Kurang konsistennya perawat dalam memberikan Pelayanan Publik

senyum, salam, dan sapa. (Berkaitan dengan


Penjabaran: Berdasarkan hasil observasi yang etiket pelayanan)
dilakukan selama 2 bulan bertugas di Ruang Komering

1.1 beban kerja yang cukup tinggi menyebabkan


perawat lebih banyak fokus pada banyaknya tindakan

dan prosedur yang harus diselesaikan dengan segera


seperti pemberian terapi, pemeriksaan penunjang,

melengkapi berkas persyaratan tidakan medis,


berkoordinasi dengan dokter dan tenaga kesehatan

lain, monitoring kondisi pasien, pengkajian dan


edukasi pasien baru, hingga mengantar dan

menjemput pasien yang operasi. Seluruh kegiatan


tersebut juga wajib didokumentasikan, sehingga

perawat kewalahan dan terkadang melupakan


komunikasi terapeutik dimana salah satu aspeknya

adalah senyum, memberi salam dan sapa. Data ini


diperoleh dari hasil evaluasi kepuasan pasien, dimana

rekomendasi untuk pelayanan perawat adalah agar


perawat lebih konsisten dalam memberikan senyum,

salam, sapa, serta meminta ijin ketika akan


menyentuh tubuh pasien. Jika masalah ini dibiarkan
maka akan berdampak pada menurunnya tingkat
kepuasan pasien terhadap pelayanan di rumah sakit.
3. Belum optimalnya edukasi informed consent Pelayanan Publik
kemoterapi pada pasien dan keluarga yang dirawat (Berkaitan dengan

diruangan Komering 1.1 penerapan prinsip-


Penjabaran: Berdasarkan hasil observasi yang prinsip pelayanan
dilakukan selama 2 bulan bertugas di Ruang Komering publik)

1.1, jumlah pasien yang melakukan tindakan


5
kemoterapi baik pasien lama ataupun pasien baru cukup
tinggi. Semua pasien melakukan informed consent
sebelum tindakan kemoterapi dengan menandatangani
form tersebut. Pada form informed consent tersebut ada
tulisan pernyataan setuju dan tidak setuju terhadap
tindakan kemoterapi tersebut disertai dengan tanda
tangan keluarga pasien.

Namun di ruang komering 1.1 ruang rawat kelas III


khusus laki-laki ini sering kali yang menandatangani
form kemoterapi ini keluarganya bukan pasien sendiri
padahal kondisi pasien sadar dan stabil. Terkadang
pasien tidak dilibatkan dalam pengisian informed
consent saat dokter menjelaskan prosedur tindakan
kemoterapi hanya keluarga yang menerima informasi
terkait prosedur tersebut.
Hal ini tidak sesuai dengan SOP informed consent yang

berlaku di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.


Oleh karena itu perlu adanya edukasi pengisian
informed consent sebagai upaya penerapan cara
pengisian sesuai SOP bagi tenaga kesehatan khususnya
DPJP, Residen PDL dan perawat di ruangan.
4. Belum optimalnya upaya pencegahan penyebaran virus Whole of
Government
covid-19 di ruang rawat akibat adanya kebijakan pasien
dengan rapid test reaktif tetap berada di ruang rawat
biasa hingga hasil swab RT- PCR keluar.
Penjabaran: Berdasarkan kebijakan di rumah sakit
pasien dengan status reaktif rapid test yang belum
dinyatakan positif swab PCR tidak dapat ditempatkan
ke ruangan khusus Covid-19. Pasien harus menunggu
di ruang perawatan biasa hingga muncul hasil swab
PCR. Jika hasil swab positif, pasien baru akan
dipindahkan ke ruang khusus covid, sedangkan jika
hasil negatif, biasanya akan dilakukan swab ke-2.
6
Waktu tunggu antara hasil rapid test yang reaktif
dengan hasil dilakukannya swab PCR pertama maupun
kedua berkisar antara 1 hari. Selama itu pula pasien
berada satu ruangan dengan pasien lain dan keluarga
pasien lain (ruangan kelas III). Selain itu, pasien yang
masih menunggu hasil swab bukan berarti tidak
mendapatkan perawatan di ruangan. Pasien tetap
membutuhkan perawatan harian seperti monitoring
tanda-tanda vital, pemberian terapi intravena, maupun
perawatan luka, dimana terdapat pula kontak antara
pasien dengan perawat dan petugas medis lainnya.
Meskipun sebagian besar tenaga kesehatan telah
mendapatkan vaksin, namun masih terdapat tenaga
kesehatan yang termasuk dalam kriteria eksklusi
pemberian vaksin seperti kondisi hamil dan memiliki
penyakit komorbid yang tidak terkontrol. Hal tersebut
menjadikan kekhawatiran tersendiri bagi tenaga
kesehatan dan juga masyarakat yang belum
mendapatkan vaksinasi.
5. Kurangnya kedisiplinan perawat dalam memasang Pelayanan Publik
tanda risiko jatuh di tempat tidur pasien. (Berkaitan dengan

Penjabaran: Berdasarkan hasil observasi yang penerapan prinsip-


dilakukan selama 2 bulan bertugas di ruangan kome- prinsip pelayanan
ring 1.1, perawat belum disiplin memasang tanda publik)

risiko jatuh pada pasien dengan skala risiko sedang


hingga tinggi. Perawat hanya memasangk a n tanda

risiko jatuh dan alergi pada gelang pasien, melakukan


monitoring risiko jatuh, serta menjelaskan hal-hal

yang harus diperhatikan untuk menghindari risiko


jatuh seperti memasang pengaman tempat tidur,

mengunci roda tempat tidur, memastikan pakaian


pasien tidak melebihi mata kaki, serta meminta pada
7
keluarga untuk membantu pasien untuk mobilisasi.

2. Alat Bantu Analisis


Berdasarkan identifikasi isu yang telah dipaparkan, tahap selanjutnya
dilakukan proses identifikasi isu untuk menentukan isu mana yang
merupakan prioritas yang dapat dicarikan solusi oleh penulis. Proses
identifikasi isu tersebut menggunakan alat bantu penetapan kriteria kualitas
isu. Kriteria yang digunakan adalah metode APKL (Aktual, Probematik,
Kekhalayakan, dan Kelayakan) untuk memilih 3 dari 5 isu yang ada
kemudian dilanjutkan dengan metode USG (Urgency, Seriousness, dan
Growth) untuk menentukan 1 dari 3 isu teratas hasilmetode APKL. Analisa
dilakukan dengan menetapkan rentang penilaian (1-5) pada tiap poin.
Metode pertama yang dipakai adalah metode APKL. Aktual adalah
isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan oleh
masyarakat. Problematik merupakan isu yang sangat kompleks sehingga
perlu dicarikan solusinya. Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut
hajat hidup orang banyak. Layak ditujukan kepada isu yang masuk akal dan
realistis serta relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Secara lengkap analisis penilaian kualitas isu dengan metode APKL tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut :

Tabel 1.2 Analisis APKL


Kriteria
No Identifikasi Isu Prioritas APKL Total Peringkat
A P K L
1 Kurang sesuainya jumlah tenaga 4 5 3 3 15 3
perawat yang bertugas di ruangan
dibandingkan dengan beban kerja
perawat.

8
2 Kurang konsistennya perawat 2 2 2 1 7 4
dalam memberikan senyum, salam,
dan sapa.
3 Belum optimalnya edukasi 3 4 5 5 17 1
pengisian informed consent
kemoterapi pada pasien dan
keluarga sehingga yang
menandatangani informed consent
kemo adalah keluarga yang
seharusnya pasien itu sendiri.
4 Belum optimalnya upaya 5 3 4 2 14 2
pencegahan penyebaran virus
covid-19 di ruang rawat akibat
adanya kebijakan pasien dengan
rapid test reaktif tetap berada di
ruang rawat biasa hingga hasil
swab RT-PCR keluar.
5 Kurangnya kedisiplinan perawat 1 1 1 4 8 5
dalam memasang tanda risiko jatuh
di tempat tidur pasien. Perawat
ruangan hanya memasang tanda
risiko jatuh di gelang identitas
pasien.

9
Selanjutnya penetapan core issue dilakukan menggunakan metode
USG (Urgency, Seriousness, Growth) pada Tabel 1.3 berikut:
Tabel 1.3 Analisis USG
No Identifikasi Isu Prioritas U S G Total Peringkat
1 Kurang sesuainya jumlah tenaga 4 3 5 12 2
perawat yang bertugas di ruangan
dibandingkan dengan beban kerja
perawat.
2 Belum optimalnya edukasi pengisian 5 5 3 13 1
informed consent kemoterapi pada
pasien dan keluarga sehingga yang
menandatangani informed consent
kemo adalah keluarga yang seharusnya
pasien itu sendiri dengan kondisi sadar
dan staabil.

3 Belum optimalnya upaya pencegahan 3 4 4 11 3


penyebaran virus covid-19 di ruang
rawat akibat adanya kebijakan pasien
dengan rapid test reaktif tetap berada di
ruang rawat biasa hingga hasil swab
RT-PCR keluar.
Keterangan :
Skala Likert 1-5 (5= sangat besar, 4 = besar, 3= sedang, 2= kecil, 1=
sangat kecil)
 Urgency (Urgensi): Seberapa mendesak dikaitkan dengan waktu yang
tersedia.
 Seriousness (KeserIusan): Apabila masalah tidak ditangani maka akan
timbul masalah lainyang lebih serius.
 Growth (Perkembangan Isu): Apabila masalah dibiarkan maka akan
semakin memburuk.

10
3. Rumusan Isu
Berdasarkan hasil analisis prioritas isu tersebut, maka masalah yang
menjadi core issue adalah belum optimalnya edukasi pengisian informed
consent kemoterapi pada pasien dan keluarga di Ruang Rawat Inap
Komering 1.1 RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

4. Identifikasi Sumber Isu


Isu diperoleh dari hasil pengamatan penulis selama bertugas dan data-
data yang dapat dikumpulkan. Berdasarkan pengamatan penulis, rata- rata
jumlah pasien yang menjalani tindakan kemoterapi 5-6 pasien per hari,
artinya dalam satu bulan jumlah pasien yang menjalani operasi dan memiliki
luka pasca operasi lebih dari 100 pasien. Dari jumlah tersebut, sebagian
pasien adalah pasien baru atau lama yang melakukan tindakan kemoterapi
dimana pada kondisi tertentu. Pasien yang akan melakukan tindakan
kemoterapi dirawat inap di ruangan dalam kondisi sadar dan stabil, mereka
ditunggui oleh keluarganya yaitu isteri atau orang tuanya selama dirawat.
Berdasarkan hasil pengkajian terhadap beberapa pasien dan keluarga
pasien yang melakukan pengisian informed consent kemoterapi oleh penulis
selama dinas diruangan terdapat beberapa form informed consent yang
menandatangani form tersebut adalah keluarga pasien. Sebagian besar
residen PDL saat menjelaskan prosedur tindakan kemoterapi tidak
melibatkan pasien dalam penandatanganan informed consent. Hal tersebut
yang menunjukkan ketidaksesuaian pengisian form informed consent sesuai
SOP yang berlaku di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Di samping itu, berdasarkan pengamatan penulis upaya edukasi
pengisianinformed consent di unit kerja penulis masih belum berjalan.
Belum terlaksananya SOP informed consent bagi pasien dan keluarga pasien
tentang persetujuan tindakan medis terhadap pasien selama dirawat.
Identifikasi mengenai sumber dari isu dijelaskan menggunakan teknik
analisis fishbone berikut:

11
Table 4.1 Analisis Fihsbone

PENYEBAB AKIBAT

Lingkungan Sistem

Pasien yang sudah


sering kemoterapi Ada SOP
menyebabkan dokter terkait edukasi
residen PDL tidak mau informed
menjelaskan ulang consent namun
cara pengisian tidak terlaksana
informed consent
tindakan medis kepada
Belum ada
pasien.
media edukasi
terkait cara Risiko
pengisian terjadinya
informed kesalahan
consent dalam
pengisian
informed
consent
Pasien dan keluarga Pasien lama dan kemoterapi
pasien tidak mengetahui baru dianggap yang tidak
cara pengisian informed sudah mengetahui sesuai
consent yang benar cara pengisian dengan
informed consent SOP yang
yang benar berlaku
Perawat sering lupa
mengingatkan kepada
resident PDL cara Kurang aktifnya
pengisian informed pasien dalam
consent yang sesuai SOP pengisian informed
consent sehingga
hanya keluarga yang
dilibatkan.

skill supplier

5. Analisis Dampak Isu


Isu mengenai adanya kurangnya edukasi cara pengisian informed
consent pada tindakan kemoterapi jika terus dibiarkan tanpa intervensi
yang adekuat. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan yang terus terjadi pada
pengisian form informed consent pada tindakan kemoterapi di ruangan.
Padahal, salah satu indikator mutu klinis di RSMH Palembang adalah
12
pengisian informed consent yang terisi dengan benar sesuai SOP yang
berlaku.
Edukasi tata cara pengisian informed consent perlu dilakukan agar
pengisian form tersebut sesuai SOP yang berlaku. Saat residen menjelaskan
prosedur tindakan medis (kemterapi) yang dijelaskan hanya keluarga dan
pasien tidak mendapatkan informasi padahal kondisi pasien compos mentis
dan stabil. Begitu pula dengan pasien yang tidak aktif saat pengisian
informed consent sehingga dianggap tidak mampu. Seringkali pasien
menyuruh keluarganya seperti isteri, anak, orang tua dan saudaranya untuk
mengisi informed consent saat dirawat inap. Banyaknya pasien yang sudah
sering melakukan tindakan kemoterapi setiap minggunya, salah satunya
menjadi alasan sudah paham cara pengisian informed consent. Padahal sejak
awal masuk rawat inap pasien tersebut tidak mendapatkan penjelasan
pengisian informed consent yang benar sesuai SOP oleh residen PDL.
Namun permasalahan ini terus terjadi sampai saat ini padahal sudah
diedukasi kesesama tim medis mengenai SOP pengisian informed consent.
Oleh sebab itu, dibutuhkan edukasi ulang kepada pasien dan keluarga pasien
terkait pengisian informed consent yang benar sesuai SOP yang berlaku
diruangan ini.
Sebagai seorang perawat yang dalam kesehariannya melakukan
edukasi kepada pasien terkait tindakan keperawatan ataupun persiapan
tindakan medis salah satunya mengisi informed consent sebelum tindakan
medis menjadi tanggung jawab penulis untuk memberikan pelayanan yang
dilegalkan. Aspek legal tindakan dalam bentuk persetujuan ataupun
penolakan form informed consent yang ditandatanganai oleh pasien,
keluarga pasien dan DPJP. Sesuai dengan nilai rumah sakit yaitu integritas
dan profesionalitas, salah satu bentuk perwujudannya adalah dengan
memberikan informed consent pada pasien tentang tindakan medis yang
dilakukan (kemoterapi) sesuai SOP di rumah sakit ini. Tidak
dilaksanakannya intervensi tersebut dapat mencerminkan kurangnya
akuntabilitas dan komitmen mutu yang dimiliki oleh penulis.

13
PERSETUJUAN COACH DAN MENTOR
COACH MENTOR

Alfithar Meirosandra, MARS Rodiah, S.Kep.,M.Kes


NIP. 198305162015031001 NIP. 196707101989032002

6. Judul Rancangan Aktualisasi


Berdasarkan hasil serangkaian analisis dan perumusan isu di atas maka judul
yang diangkat untuk rancangan aktualisasi ini yaitu “OPTIMALISASI
EDUKASI INFORMED CONSENT KEMOTERAPI PADA PASIEN
DAN KELUARGA DIRAWAT INAP KOMERING 1.1 RSUP Dr.
MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

14
BAB II
RANCANGAN AKTUALISASI

A. Rancangan Kegiatan
1. Unit Kerja
Kegiatan aktualisasi akan dilaksanakan di Instalasi Rawat Inap, Sub
Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam, Ruang Komering 1.1 RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang

2. Identifikasi Isu
Berdasarkan hasil environmental scanning, beberapa isu yang dapat
diidentifikasi meliputi:
a) Kurang sesuainya jumlah tenaga perawat yang bertugas di ruangan
dibandingkan dengan beban kerja perawat.
b) Kurang konsistennya perawat dalam memberikan senyum, salam, dan
sapa.
c) Belum optimalnya edukasi informed consent kemoterapi pada pasien
dan keluarga pasien saat dirawat inap.
d) Belum optimalnya upaya pencegahan penyebaran virus covid-19 di
ruang rawat akibat adanya kebijakan pasien dengan rapid test reaktif
tetap berada di ruang rawat biasa hingga hasil swab RT-PCR keluar.
e) Kurangnya kedisiplinan perawat dalam memasang tanda risiko jatuh di
tempat tidur pasien.

3. Isu yang Diangkat


Isu yang diangkat sebagai dasar kegiatan aktualisasi adalah belum
optimalnya edukasi informed consent kemoterapi pada pasien dan keluarga
pasien di ruang rawat inap komering 1.1 RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang.

14
4. Gagasan Pemecahan Isu
Edukasi informed consent tindakan medis (kemoterapi) harus
dilakukan sebelum tindakan kemoterapi saat dirawat inap di
rumah sakit. Perlu adanya bekal pengetahuan bagi pasien dan
keluarga pasien untuk dapat melakukan pengisian dan
penandatangan informed consent. Oleh sebab itu, edukasi
informed consent sebelum tindakan kemoterapi sangat
penting untuk dilakukan agar pasien mengetahui
kontraindikasi setelah menjalani kemoterapi seperti mual,
muntah, bibir atau mulut kering, lesu/ lemah dan rambut
rontok dan sebagainya. Jenis kegiatan yang akan dilakukan
selama masa Aktualisasi dijelaskan dalam Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Gagasan Pemecahan Isu


No Jenis Kegiatan Sumber
Kegiatan
1 Pengajuan permohonan izin dan dukungan Kreatifitas
kegiatan kepada pimpinan dan stakeholder
Terkait
2 Persiapan materi dan media edukasi SKP
3 Sosialisasi kegiatan kepada rekan sejawat Kreatifitas
perawat ruangan
4 Screening data informed consent pada SKP
pasien dan keluarga pasien yang
membutuhkan intervensi medis berupa
kemoterapi
5 Implementsi kegiatan edukasi informed SKP
consent kemoterapi pada pasien dan
keluarga pasien
6 Evaluasi hasil implementasi kegiatan SKP
Tabel 2.2 Matrik Rancangan Aktualisasi Peserta Pelatihan Dasar CPNS Tahun 2021

Keterkaitan Substansi Mata Kontribusi Terhadap Penguatan Nilai


No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil
Pelatihan Visi/Misi Organisasi Organisasi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
1. Pengajuan 1. Menyiapkan materi Rencana 1. Menyiapkan bahan dengan Kegiatan ini berkontribusi 1. Berkoordinasi dengan
permohonan izin dan yang akan kegiatan lengkap dan jelas sesuai dengan pada visi rumah sakit yaitu pimpinan dan
disampaikan kepada tersosialisasi nilai Akuntabilitas menjadi rumah sakit stakeholder terkait
dukungan kegiatan
pimpinan dan dan mendapat 2. Menyusun bahan se-efektif dan pendidikan dan rujukan mencerminkan nilai
kepada pimpinan dan stakeholder terkait izin dari Ka.Sub se-efisien mungkin agar mudah nasional yang mandiri dan Sinergi
stakeholder terkait Instalasi Rawat dipahami sesuai dengan nilai terpercaya. Serta misi 2. Mengurus legalitas
Inap Penyakit Komitmen Mutu rumah sakit: kegiatan
2. Menemui Kepala Dalam serta 1. Meminta izin kepada Ka.Sub 1. Meningkatkan SDM mencerminkan nilai
Instalasi Rawat Inap Kepala Ruang Instalasi Rawat Inap Penyakit yang unggul dan Integritas
dan Ka. Sub Komering 1.1 Dalam dengan sopan, santun dan berbudaya kerja;
Instalasi Rawat Inap hormat, sesuai dengan nilai Etika 2. Menyelenggarakan
Non Bedah untuk Publik produktifitas dan
meminta izin 2. Membuat janji dengan tepat waktu efisiensi;
sekaligus sesuai dengan nilai Akuntabilitas
memaaparkan 3. Menjelaskan maksud dan tujuan
rencana kegiatan secara terbuka, transparan, sesuai
dengan ketentuan dari Bapelkes
Batam berkaitan dengan nilai Anti
Korupsi
4. Menyampaikan rancangan
kegiatan dengan efektif dan efisien
agar mudah dipahami sesuai
Dengan nilai Komitmen Mutu

3. Menemui Kepala 1. Meminta izin kepada Kepala


Ruang Komering 1.1 Ruang Komering 1.1 dengan

16
untuk meminta izin dengan sopan, santun dan
sekaligus hormat, sesuai dengan nilai
memaparkan rencana Etika Publik
kegiatan yang akan 2. Membuat janji dengan tepat
dilakukan diruangan waktu sesuai dengan nilai
Akuntabilitas
3. Menjelaskan maksud dan tujuan
secara terbuka, transparan, sesuai
dengan ketentuan dari Bapelkes
Batam berkaitan dengan nilai
Anti Korupsi
4. Menyampaikan rancangan
kegiatan dengan efektif dan
efisien agar mudah dipahami
sesuai dengan nilai Komitmen
Mutu dan melakukan diskusi dan
bermusyawarah mengenai topik
yang akan dijadikan rancangan
aktualisasi sesuai dengan nilai
Nasionalisme
2. Persiapan materi danmedia 1. Melakukan telaah Media edukasi 1. Menelaah SOP informed consent Kegiatan ini 1. Berupaya menjalankan tugas
edukasi SOP informed consent siap untuk secara umum dengan tekun, teliti berkontribusi pada visi sesuai SOP mencerminkan
yang berlaku digunakan dan dipahami sesuai dengan nilai rumah sakit yaitu nilai Integritas
sebagai sarana Akuntabilitas menjadi rumah sakit 2. Menyiapkan materi dan
edukasi pasien 2. Semangat dan kerja keras dalam pendidikan dan media yang sesuai
dan keluarga menelaah SOP informed consent rujukan nasional yang mencerminkan nilai
pasien selama yang sesuai sejalan dengan nilai mandiri danterpercaya. Profesional
dirawat inap Nasionalisme Serta misi rumah sakit:
sebelum 3. Mengutip dari SOP informed 1. Menyelenggarakan
tindakan medis consent yang berlaku di RSMH standarisasi
(kemoterapi) dan mencantumkan referensi pelayanan,
dengan benar dan bertanggung pendidikan dan
jawab sesuai dengan nilai Anti penelitian;
Korupsi 2. Meningkatkan

17
4. Mengutip referensi materi se- SDM yang
efisien mungkin sejalan dengan unggul dan
nilai Komitmen Mutu berbudaya kerja;
3. Menyelenggarakan

2. Mendesain media 1. Mengerahkan ide dan kreatiftas


edukasi (memo) dengan mempertimbangkan
efektifitas dan efisiensi dalam
mendesain media sesuai dengan
nilai Komitmen Mutu
2. Semangat dan kerja keras dalam
mendesain media yang sesuai
sejalan dengan nilai Nasionalisme

3. Menemui Kepala Ruang 1. Datang tepat waktu sesuai janji,


Komering 1.1 untuk sejalan dengan nilai Akuntabilitas
meminta saran terkait 2. Meminta saran dan masukan
konten dan desain kepada Kepala Ruang Komering
media 1.1 dengan dengan sopan, santun
dan hormat sesuai dengan nilai
Etika Publik
3. Mendiskusikan konten dan desain
media agar efektif dan efisien
sesuai dengan nilai Komitmen
Mutu
4. Mencetak media 1. Berupaya menyediakan fasilitas
edukasi berupa media edukasi (memo) sesuai
dengan nilai Komitmen Mutu
2. Semangat, kerja keras, dan rela
berkorban untuk menyediakan
media edukasi (memo) sesuai
dengan nilaiNasionalisme
3. Bertanggung jawab menuntaskan
proses pembuatan media (memo)
hingga ke tahap pencetakan sesuai
dengan nilai Akuntabilitas

18
3. Sosialisasi kegiatan 1. Membuat undangan Rencana 1. Mengundang dengan penuh sopan Kegiatan ini berkontribusi 1. Bekerjasama dengan rekan
kepada rekan sejawat sosialisasi di grup kegiatan santun sesuai dengan nilai Etika pada visi rumah sakit yaitu sejawat mencerminkan nilai
perawat ruangan dan whatsapp staf ruang aktualisasi Publik menjadi rumah sakit Sinergi
PPDS PDL diruangan komering 1.1 tersosialisasikan 2. Bijak dan tidak memihak dalam pendidikan dan rujukan 2. Memberikan penjelasan sesuai
kepada seluruh menyepakati jadwal sosialisasi nasional yang mandiri dan dengan tupoksi mencerminkan
rekan sejawat di sesuai dengan nilai Nasionlaisme terpercaya. Serta misi nilai Profesional
ruangan 3. Mengadakan sosialisasi kegiatan rumah sakit:
sesuai dengan jadwal yang sudah 1. Meningkatkan SDM
ditentukan sesuai dengan nilai yang unggul dan
Akuntabilitas berbudaya kerja;
2. Menyiapkan lembar 1. Mencatat perserta sosialisasi yang
daftar hadir peserta hadir dengan cermat sesuai dengan
sosialisasi. nilai Etika Publik
2. Menyediakan bukti peserta
sosialisasi kegiatan sesuai dengan
nilai Akuntabilitas
3. Memaparkan 1. Menyampaikan rencana kegiatan
rencana kegiatan dengan runut dan jelas sesuai
dan prinsip etik dengan nilai Akuntabilitas
legal dalam 2. Menggunakan bahasa dan sikap
pemberian yang penuh sopan santun sesuai
persetujuan dengan nilai Etika Publik
terhadap 3. Memberikan kesempatan kepada
tindakan medis peserta untuk bertanya / memberi
(kemoterapi) masukan sesuai dengan nilai
Nasionalisme

19
4. Screening data 1. Mengkaji data Diperoleh data 1. Menelaah medical record dengan teliti Kegiatan ini berkontribusi pada 1. Menjalankan tugas
informed consent pada pasien melalui pasien yang sesuai dengan nilai Akuntabilitas visi rumah sakit yaitu menjadi sesuai SOP
pasien dan keluarga medical record memiliki 2. Memilah pasien yang sesuai dengan rumah sakit pendidikan dan mencerminkan
pasien yang diagnose medis kriteria sesuai dengan nilai Komitmen rujukan nasional yang mandiri nilai Integritas
membutuhkan cancer yang Mutu danterpercaya. Serta misi rumah 2. Menerapkan
intervensi medis berupa membutuhkan 3. Menentukan pasien yang akan sakit: prinsip pelayanan
kemoterapi intervensi medis dilakukan intervensi tanpa membeda- 1. Menyelenggarakan yang baik
(kemoterapi) bedakan ras, suku, dan agama sesuai standarisasi pelayanan, mencerminkan
dengan nilai pendidikan dan penelitian; nilai
Nasionalisme 2. Meningkatkan SDM yang Profesonalisme
unggul dan berbudaya
kerja;

5. Implementsi kegiatan Memantau pengisian Teman sejawat 1. Melakukan prosedur komunikasi Kegiatan ini berkontribusi pada 1. Memberikan
edukasi informed consent form informed consent memahami tatalaksana dengan pasien dan keluarga pasien visi rumah sakit yaitu menjadi pelayanan yang
pada teman sejawat dan tindakan kemoterapi pengisian form sesuai SOP sesuai dengan nilai rumah sakit pendidikan dan prima
informed consent
PPDS PDL terhadap pasien yang dilakukan oleh Akuntabilitas rujukan nasional yang mandiri mencerinkan
tindakan kemoterapi
dan keluarga pasien yang teman sejawat dan yang benar 2. Bersikap ramah dengan senyum, dan terpercaya. Serta misi rumah nilai Profesional
akan melakukan tindakan PPDS PDL diruangan salam, dan sapa, serta menjelaskan sakit: 2. Komitmen
kemoterapi dengan bahasa yang santun dan mudah 1. Menyelenggarakan terhadap prinsip-
dipahami sesuai dengan nilai Etika standarisasi pelayanan, prinsip
Publik pendidikan dan penelitian; pemberian
3. Menjelaskan maksud dan tujuan 2. Meningkatkan SDM yang asuhan
pengisian informed consent dengan unggul dan berbudaya keperawatan
jelas dan efisien sesuai dengan nilai kerja; mencerminkan
Komitmen Mutu nilai Integritas

20
6. Mengevaluasi 1. Mendokumentasikan Diperoleh laporan 1. Melakukan dokumentasi Kegiatan ini berkontribusi 1. Menjalankan tugassesuai SOP
tindakan edukasi tindakan dengan hasil implementasi tindakandengan melihat form pada visi rumah sakit yaitu mencerminkan nilai
pengisian informed memphoto form kegiatan yang dapat informed consent sesuai SOP menjadi rumah sakit Integritas
consent kemoterapi informed consent dipertanggun yang berlaku sesuai dengan nilai pendidikan dan rujukan 2. Menuntaskan
yang dilakukan di tindakan medis jawabkan Akuntabilitas nasional yang mandiri dan tanggungjawab perawatan
ruangan (kemoterapi) yang sudah 2. Mencatat hasil dokumentasi terpercaya. Serta misi terhadap pasien
diisi tindakan dengan jelas dan rumah sakit: mencerminkan nilai
efisien sesuai dengan nilai 1. Menyelenggarakan Profesional
Komitmen Mutu standarisasi pelayanan,
3. Menjaga kerahasiaan data dan pendidikan dan
identitas pasien sesuai dengan penelitian;
nilai 2. Meningkatkan SDM
Etika Publik yang unggul dan
2. Membuat laporan hasil berbudaya kerja;
implementasi 1. Semangat dan kerja keras
dalam menyusun laporan
sejalan dengan nilai
Nasionalisme
2. Menyusun laporan yang
dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan nilai
Akuntabilitas
3. Menyusun laporan seefektif
dan se-efisien mungkin sesuai
dengan nilai Komitmen Mutu

21
Tabel 2.3 Matrik Rekapitulasi Rencana Habituasi Mata Pelatihan Agenda II

No Mata Pelatihan Kegiatan Jumlah Aktualisasi per Mata Pelatihan


Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 Ke-6
1 Akuntabilitas 3 4 3 2 1 2 15
2 Nasionalisme 1 3 2 2 0 1 9
3 Etika Publik 2 1 3 0 1 1 8
4 Komitmen Mutu 3 4 0 2 1 2 12
5 Anti Korupsi 2 1 0 0 0 0 3
Jumlah Aktualisasi per Kegiatan 11 13 8 6 3 6 47

22
B. Rencana Jadwal Kegiatan
Tabel 2.4 Rencana Jadwal Kegiatan

NO KEGIATAN TAHAPAN KEGIATAN OUTPUT/ HASIL


Bulan MEI Bulan JUNI

24 25 27 28 31 2 3 4 7 8 9 10 14 15 16 17 18 21 22 23 24 25 28 29 30

Mengajukan 1. Menyiapkan materi yang Rencana kegiatan


permohonan akan disampaikan kepada tersosialisasi dan mendapat
izin dan pimpinan dan stakeholder izin dari Ka.SubInstalasi
1
dukungan terkait Rawat Inap Penyakit Dalam
kegiatan 2. Menemui Ka. Instalasi serta Kepala Ruang
kepada Rawat Inap dan Ka.Sub Komering 1.1
pimpinan dan Instalasi Rawat Inap
stakeholder terkait Penyakit Dalam untuk
meminta izin sekaligus
memaaparkan rencana
kegiatan
3. Menemui kepala ruangan
Komering 1.1 untuk
meminta izin sekaligus
memaparkan rencana
kegiatan

Persiapan materi 1. Melakukan telaah SOP Media edukasi (memo) siap


2
dan media edukasi Informed consent yang untuk digunakan sebagai alat
(memo) berlaku edukasi pasien dan keluarga
2. Mendesain media edukasi pasien selama dirawat inap
(memo) sebelum tindakan medis
3. Menemui kepala ruangan (kemoterapi)
Komering 1.1 untuk
meminta saran terkait isi
dan desain media edukasi
23
(memo)
4. Mencetak media edukasi
(memo)
Sosialisasi 1. Membuat undangan lewat Rencana kegiatan aktualisasi
3 kegiatan WhatApps grup ruangan tersosialisasikan kepada
kepada teman Komering 1.1 seluruh rekan sejawat dan
sejawat dan 2. Menyiapkan lembar hadir PPDS PDL diruangan
PPDS PDL di peserta sosialisasi
ruangan 3. Memaparkan rencana ke-
giatan dan prinsip etik
legal dalam pemberian
persetujuan terhadap tin-
dakan medis (kemoterapi)
Screening Mengkaji data pasien Diperoleh data pasien yang
data pasien melalui medical record memiliki diagnose medis
dan keluarga yang akan melakukan cancer yang membutuhkan
4
pasien yang tindakan kemoterapi intervensi medis (kemoterapi)
membutuhkan
intervensi
kemoterapi
Implementasi Memantau pengisian form Teman sejawat memahami
kegiatan informed consent tindakan tatalaksana pengisian form
5 edukasi kemoterapi yang dilaku- informed consent tindakan
informed kan oleh teman sejawat kemoterapi yang benar
consent pada dan PPDS PDL di ruangan
teman sejawat
dan PPDS
PDL terhadap
pasien dan
kelurga pasien
yang
melakukan
tindakan
kemoterapi

Mengevaluasi 1. Mendokumentasikan Diperoleh laporan hasil


6 tindakan edukasi tindakan pengisian infor- implementasi kegiatan yang
pengisian informed med consent kemoterapi dapat dipertanggunjawabkan
consent kemoterapi yang sudah diisi
yang dilakukan 2. Membuat laporan kesim-
diruangan pulan implementasi tinda-
24
kan
3. Melaporkan hasil imple-
Mentasi kegiatan kepada
Pimpinan

25
C. Capaian Aktualisasi
Tabel 2.4 Tabel Capaian Kegiatan 1
Kegiatan / Pengajuan permohonan izin dan dukungan kegiatan kepada
Tahapan Kegiatan pimpinan dan stakeholder terkait
1 1. Menyiapkan materi yang akan disampaikan kepada
pimpinan dan stakeholder terkait
2. Menemui Kepala Instalasi Rawat Inap dan Kepala Sub
Instalansi Non Bedah untuk meminta izin sekaligus
memaparkan rencana kegiatan
3. Menemui Kepala Ruangan Komering 1.1 untuk meminta
izin sekaligus memaparkan rencana kegiatan
Tanggal Rencana 24 Mei 2021 Tanggal Realisasi 28 Mei 2021
Pelaksanaan Pelaksanaan
Deskripsi Kegiatan Pelaksanaan kegiatan diawali dengan menyiapkan bahan yang
dan Teknik akan disampaikan kepada pimpinan. Bahan yang disiapkan
Aktualisasi berupa print out rancangan dan lembar surat ijin. Bahan
Penerapan Nilai rancangan dicetak dengan rapi dan lengkap (Akuntabilitas)
Dasar ASN dan dibuat efisien dijilid dalam 1 rangkap (Komitmen
Mutu). Menemui Ka. Instalasi Rawat Inap dan Ka. Substansi
Instalasi Non Bedah selanjutnya menemui Kepala Ruangan
Komering 1.1. Peserta menemui pimpinan dengan hormat dan
sopan (Etika Publik) , disiplin pada jam kerja yang sesuai
(Akuntabilitas). Lalu menjelaskan maksud dan tujuan serta
tahapan aktualisasi dengan terbuka dan jujur sesuai ketentuan
Bapelkes Batam (Etika Publik). Peserta menjelaskan dengan
efektif yaitu jelas dan tidak berbelit-belit (Komitmen
Mutu). Peserta juga mendengarkan dan menerima saran
dari pimpinan dengan seksama serta mencatatnya sebagai
masukan (Nasionalisme)
Kendala Kegiatan tidak dapat dilakukan sesuai jadwal karena pada
tanggal 24 Mei 2021 peserta dinas pagi (baru selesai dinas pada
pukul 14.30 WIB) sehingga tidak dapat menemui seluruh
pimpinan dalam satu hari.
Nilai-Nilai Dasar Berdasarkan capaian aktualisasi pada kegiatan pengajuan
26
yang Relevan permohonan izin dan dukungan kegiatan kepada pimpinan dan
stakeholder terkait, nilai-nilai dasar CPNS yang telah dilakukan
antara lain:
 Kerapihan, kelengkapan, dan kedisiplinan yang merupakan
cerminan nilai Akuntabilitas
 Efisiensi dan efektifitas yang merupakan cerminan nilai
Komitmen Mutu
 Keterbukaan dan kejujuran, serta hormat dan sopan dalam
menyampaikan gagasan yang merupakan cerminan nilai
Etika Publik
 Menghargai saran dan masukan pimpinan yang merupakan
cerminan nilai Nasionalisme
Kontribusi Kegiatan pengajuan permohonan izin dan dukungan kegiatan
Terhadap Visi dan kepada pimpinan dan stakeholder terkait ini berkontribusi pada
Misi Organisasi visi rumah sakit yaitu menjadi rumah sakit pendidikan dan
rujukan nasional yang mandiri dan terpercaya. Serta misi
rumah sakit:
Meningkatkan SDM yang unggul dan berbudaya kerja; dan
Menyelenggarakan produktifitas dan efisiensi
Penguatan Nilai- Kegiatan pengajuan permohonan izin dan dukungan kegiatan
Nilai Organisasi kepada pimpinan dan stakeholder terkait ini menguatkan nilai-
nilai rumah sakit yaitu sinergi dan integritas.
Output Kegiatan Surat ijin implementasi aktualisasi yang telah disetujui dan
ditandatangani oleh pimpinan
Manfaat / Hasil Manfaat dari Kegiatan 1 ini antara lain:
Capaian 1. Terwujudnya aspek legal dalam implementasi rancangan
aktualisasi
2. Diperolehnya dukungan dan masukan untuk kegiatan
aktualisasi dari pimpinan
3. Terciptanya hubungan yang baik antara pimpinan dan
peserta
Analisis Dampak  Apabila aspek kerapihan, kelengkapan, dan kedisiplinan
jika Nilai ANEKA yang merupakan cerminan nilai Akuntabilitas tidak

27
Tidak diterapkan, maka kemungkinan besar tingkat kepercayaan
Dilaksanakan pimpinan terhadap peserta akan berkurang yang akan
berimbas pada tidak diizinkannya kegiatan aktualisasi ini
 Apabila aspek efisiensi dan efektifitas yang merupakan
cerminan nilai Komitmen Mutu tidak diterapkan, maka
kemungkinan besar pimpinan akan kesulitan memahami
rencana aktualisasi sehingga timbul keraguan untuk
memberikan izin kepada peserta
 Apabila aspek keterbukaan dan kejujuran serta hormat dan
sopan dalam menyampaikan gagasan yang merupakan
cerminan nilai Etika Publik tidak diterapkan, maka
kemungkinan besar akan terjadi ketidaksesuaian rencana
kegiatan dan output yang diharapkan, sehingga tujuan utama
dari kegiatan aktualisasi nantinya tidak akan tercapai dan
tidak akan memberikan manfaat terhadap peningkatan
pelayanan publik
 Apabila peserta tidak menghargai saran dan masukan
pimpinan yang merupakan cerminan nilai Nasionalisme
maka kemungkinan besar tidak akan terjalin hubungan yang
baik antara pimpinan dan peserta sehingga pimpinan tidak
memberikan dukungan terhadap kegiatan aktualisasi yang
akan dilakukan oleh peserta.

Tabel 2.5 Tabel Capaian Kegiatan 2


Kegiatan / Persiapan Materi dan Media Edukasi
Tahapan Kegiatan 1. Melakukan telaah SOP informed consent pasien secara
2 umum
2. Mendesain media edukasi (memo)
3. Menemui Kepala Ruang Komering 1.1 untuk meminta
saran terkait konten dan desain media edukasi (memo)
4. Mencetak media edukasi (memo)
Tanggal Rencana 25-28 Mei 2021 Tanggal Realisasi 27-28 Mei 2021
Pelaksanaan Pelaksanaan
28
Deskripsi Kegiatan Pelaksanaan kegiatan diawali dengan melakukan telaah SOP
dan Teknik informed consent secara umum dengan penuh integritas yaitu
Aktualisasi tekun dan teliti agar sesuai dengan konteks (Akuntabilitas),
Penerapan Nilai dan mencari dari sumber yang terbaru dan terpercaya
Dasar ASN (Komitmen Mutu) serta melakukan dengan jujur dan
bertanggung jawab (Etika Publik. Setelah itu peserta
membuat desain media edukasi (memo) lembar informed
concent sebelum edukasi. Materi dan media dibuat seefektif
dan seefisien mungkin (Komitmen Mutu) serta dibuat dengan
penuh ketekunan dan semangat untuk memberikan
pelayanan terbaik (Nasionalisme)
Kendala Waktu yang direncakan selama 3 hari ternyata cukup 2 hari
untuk menyiapkan segala keperluan kegiatan, karena:
1. Materi dan SOP yang perlu ditelaah tidak banyak
2. Hanya 2 kali konsultasi dengan mentor maupun dengan
kepala ruangan dalam merancang media
Nilai-Nilai Dasar Berdasarkan capaian aktualisasi pada kegiatan persiapan materi
yang Relevan dan media edukasi, nilai-nilai dasar CPNS yang telah dilakukan
antara lain:
 Integritas (ketekunan dan ketelitian) yang merupakan
cerminan nilai Akuntabilitas
 Tanggung jawab dan jujur dalam melakukan sitasi yang
merupakan cerminan nilai Etika Publik
 Efektifitas dan Efisiensi yang merupakan cerminan nilai
Komitmen Mutu,
 Sikap rela berkorban dan semangat dalam memberikan
pelayanan terbaik yang merupakan cerminan nilai
Nasionalisme
Kontribusi Kegiatan persiapan materi dan media edukasi ini berkontribusi
Terhadap Visi dan pada visi rumah sakit yaitu menjadi rumah sakit pendidikan
Misi Organisasi dan rujukan nasional yang mandiri dan terpercaya. Serta
misi rumah sakit:
Menyelenggarakan standarisasi pelayanan, pendidikan dan

29
penelitian; Meningkatkan SDM yang unggul dan berbudaya
kerja; dan Menyelenggarakan produktifitas dan efisiensi
Penguatan Nilai- Kegiatan persiapan materi dan media edukasi ini menguatkan
Nilai Organisasi nilai-nilai rumah sakit yaitu profesional dan integritas
Output Kegiatan Media dan kelengkapan edukasi
Manfaat / Hasil Manfaat dari kegiatan persiapan materi dan media edukasi ini
Capaian antara lain:
1. Menunjang fasilitas edukasi pasien agar berlangsung
dengan efektif dan efisien
2. Memastikan ketepatan konten edukasi agar sesuai dengan
SOP yang berlaku saat ini
Analisis Dampak  Apabila aspek integritas (ketekunan dan ketelitian) yang
jika Nilai ANEKA merupakan cerminan nilai Akuntabilitas tidak diterapkan,
Tidak maka kemungkinan besar akan terjadi kesalahan dalam
Dilaksanakan mengambil referensi sehingga berdampak pada
ketidaktepatannya edukasi yang nantinya akan diberikan
 Apabila aspek tanggung jawab dan jujur dalam melakukan
sitasi yang merupakan cerminan nilai Etika Publik tidak
diterapkan, maka peserta telah melakukan plagiarisme yang
melanggar hak cipta orang lain dan akan berimbas pada
menurunnya reputasi institusi yang menaungi peserta
 Apabila aspek Efektifitas dan efisiensi dalam membuat
desain media yang merupakan cerminan nilai Komitmen
Mutu tidak diterapkan, maka kemungkinan besar pasien
yang akan menerima edukasi kesulitan memahami isi edukasi
sehingga pesan tidak dapat tersampaikan dengan optimal
 Apabila sikap rela berkorban dan semangat dalam
memberikan pelayanan terbaik dengan membuat media
edukasi yang merupakan cerminan nilai Nasionalisme tidak
diterapkan, maka media yang tercipta hanya akan sekedarnya
saja, tidak menarik dan tidak mudah dibaca sehingga pesan
dari edukasi tersebut tidak akan tersampaikan dengan optimal

30
Tabel 2.6 Tabel Capaian Kegiatan 3
Kegiatan / Sosialisasi kegiatan kepada rekan sejawat perawat ruangan
Tahapan Kegiatan dan DPJP PDL diruangan
3 1. Membuat undangan sosialisasi di grup whatsapp staf ruang
Komering 1.1
2. Menyiapkan lembar daftar hadir peserta sosialisasi.
3. Memaparkan rencana kegiatan
Tanggal Rencana 31 Mei- 2 Juni Tanggal Realisasi 1-2 Juni 2021
Pelaksanaan 2021 Pelaksanaan
Deskripsi Kegiatan Pelaksanaan kegiatan diawali dengan mengatur jadwal
dan Teknik sosialisasi dengan Kepala Ruang dengan bijak dan tidak
Aktualisasi memihak (Nasionalisme), serta mempertimbangkan
Penerapan Nilai kemungkinan kehadiran rekan sejawat yang cukup banyak agar
Dasar ASN sosialisasi berlangsung efektif (Komitmen Mutu). Selanjutnya
peserta bertanggung jawab menyiapkan kebutuhan
sosialisasi secara lengkap (Akuntbilitas) seperti daftar hadir
dan media edukasi yang telah dicetak dan diperbanyak, guna
menunjang kegiatan sosialisasi. Pada saat sosialisasi, peserta
memberi salam terlebih dahulu, menyampaikan maksud dan
tujuan dengan sopan dan santun (Etika Publik), lalu
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan secara
gamblang (Etika Publik) serta menerima saran dan masukan
dengan terbuka (Nasionalisme). Peserta juga mengedarkan
daftar hadir sosialisasi sebagai bentuk pertanggungjawaban
kegiatan (Akuntablilitas)
Kendala Tidak ada
Nilai-Nilai Dasar Berdasarkan capaian aktualisasi pada kegiatan sosialisasi
yang Relevan kepada rekan sejawat, nilai-nilai dasar CPNS yang telah
dilakukan antara lain:
 Tanggung jawab yang merupakan cerminan dari nilai
Akuntabilitas
 Efektifitas dan efisiensi yang merupakan cerminan dari
Komitmen Mutu
31
 Keadilan dan sikap menghargai orang lain yang merupakan
cerminan dari nilai Nasionalisme
 Sikap sopan dan santun serta terbuka dalam memaparkan
kegiatan yang merupakan cerminan nilai Etika Publik
Kontribusi Kegiatan sosialisasi kegiatan kepada rekan sejawat perawat
Terhadap Visi dan ruangan ini berkontribusi pada visi rumah sakit yaitu menjadi
Misi Organisasi rumah sakit pendidikan dan rujukan nasional yang mandiri
dan terpercaya. Serta misi rumah sakit: Meningkatkan SDM
yang unggul dan berbudaya kerja
Penguatan Nilai- Kegiatan sosialisasi kegiatan kepada rekan sejawat perawat
Nilai Organisasi ruangan ini menguatkan nilai-nilai rumah sakit yaitu sinergi
dan profesional
Output Kegiatan Daftar hadir dan notulensi sosialisasi
Manfaat / Hasil Manfaat dari kegiatan sosialisasi kegiatan kepada rekan sejawat
Capaian perawat ruangan ini antara lain:
1. Meningkatkan motivasi perawat di ruangan agar
memberikan pelayanan yang lebih maksimal terhadap
pasien dengan tindakan kemoterapi
2. Meningkatkan kesadaran perawat di ruangan akan adanya
risiko terjadinya malpratik jika pasien dan keluarga pasien
tidak difasilitasi untuk melakukan persetujuan terhadap
tindakan kemoterapi
3. Meningkatkan kerjasama antara pasien dengan rekan
tenaga kesehatan di ruangan
Analisis Dampak  Apabila aspek tanggung jawab yang merupakan cerminan
jika Nilai ANEKA dari nilai Akuntabilitas tidak diterapkan, maka
Tidak kemungkinan besar kegiatan sosialisasi akan terhambat dan
Dilaksanakan tidak terdokumentasi dengan baik sehingga menghambat
proses pelaporan kegiatan
 Apabila aspek efektifitas dan efisiensi yang merupakan
cerminan dari Komitmen Mutu tidak diterapkan, maka
kemungkinan besar peserta sosialisasi akan bosan dan jenuh

32
dengan paparan yang diberikan, sehingga pesan tidak dapat
tersampaikan kepada peserta sosialisasi
 Apabila aspek keadilan dan sikap menghargai orang lain
yang merupakan cerminan dari nilai Nasionalisme tidak
diterapkan, maka kemungkinan besar rekan sejawat juga
tidak menunjukkan sikap menghargai terhadap peserta
sehingga acuh terhadap apa yang disampaikan dalam
sosialisasi. Hal ini akan berdampak pada hilangnya minat
rekan sejawat untuk turut serta dalam kegiatan aktualisasi.
 Apabila sikap sopan dan santun serta terbuka dalam
memaparkan kegiatan yang merupakan cerminan nilai Etika
Publik tidak diterapkan, maka kemungkinan besar tidak
akan terjalin kerja sama antara peserta dengan rekan sejawat
dalam kegiatan aktualisasi, sehingga tujuan dari kegiatan
tidak dapat tercapai dengan maksimal

Tabel 2.7 Tabel Capaian Kegiatan 4


Kegiatan / Screening data pasien dan keluarga pasien yang membutuhkan
Tahapan Kegiatan intervensi
4 1. Mengkaji data pasien melalui medical record
Tanggal Rencana 3- 10 Juni 2021 Tanggal Realisasi 8-10 Juni 2021
Pelaksanaan Pelaksanaan
Deskripsi Kegiatan  Pelaksanaan kegiatan diawali dengan menelaah papan daftar
dan Teknik pasien yang sedang dirawat dengan teliti (Akuntabilitas),
Aktualisasi mencari pasien dengan tindakan kemoterapi. Selanjutnya
Penerapan Nilai memberikan lembar informed consent sebagai bentuk
Dasar ASN tanggung jawab legalitas tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien dan keluarga pasien (Akuntablilitas).
Peserta kemudian berkoordinasi dengan dokter asisten DPJP
atau perawat diruangan yang melakukan edukasi pengisian
informed consent terhadap pasien tersebut terkait tindakan
kemoterapi (Komitmen Mutu). Sikap adil tanpa

33
membeda-bedakan pasien dan keluarga pasien dalam
pengisian informed consent yang mencerminkan nilai
(Nasionalisme) serta sikap ramah, sopan, santun, serta
keterbukaan dalam memberikan pelayanan yang
mencerminkan nilai (Etika Publik).
Kendala Tidak ada
Nilai-Nilai Dasar Berdasarkan capaian aktualisasi pada kegiatan screening data
yang Relevan pasien dan keluarga pasien yang membutuhkan intervensi, nilai-
nilai dasar CPNS yang telah dilakukan antara lain:
 Ketelitian, keakuratan, dan tanggung jawab yang
mencerminkan nilai Akuntabilitas
 Ketepatan regimen dan kesesuaian target yang
mencerminkan nilai Komitmen Mutu
 Sikap adil tanpa membeda-bedakan yang mencerminkan
nilai Nasionalisme
 Sikap ramah, sopan, santun, serta keterbukaan dalam
memberikan pelayanan yang mencerminkan nilai Etika
Publik
Kontribusi Kegiatan screening data pasien dan keluarga pasien yang
Terhadap Visi dan membutuhkan intervensi ini berkontribusi pada visi rumah sakit
Misi Organisasi yaitu menjadi rumah sakit pendidikan dan rujukan nasional
yang mandiri dan terpercaya. Serta misi rumah sakit:
Menyelenggarakan standarisasi pelayanan, pendidikan dan
penelitian dan Meningkatkan SDM yang unggul dan
berbudaya kerja
Penguatan Nilai- Kegiatan screening data pasien dan keluarga pasien yang
Nilai Organisasi membutuhkan intervensi ini menguatkan nilai-nilai rumah sakit
yaitu integritas dan profesional
Output Kegiatan Lembar hasil screening pasien dan keluarga pasien yang
membutuhkan intervensi
Manfaat / Hasil Manfaat dari kegiatan screening data pasien dan keluarga
Capaian pasien yang membutuhkan intervensi ini antara lain:
1. Memastikan ketepatan sasaran pasien dan keluarga pasien

34
yang membutuhkan intervensi
2. Meningkatkan hubungan saling percaya antara pasien dan
perawat serta doker PPDS di ruangan
Analisis Dampak  Apabila aspek ketelitian dan keakuratan, dan tanggung
jika Nilai ANEKA jawab yang mencerminkan nilai Akuntabilitas tidak
Tidak diterapkan, maka kemungkinan besar akan ada pasien yang
Dilaksanakan terlewat dari screening sehingga tidak mendapatkan
intervensi yang seharusnya diperoleh
 Apabila aspek ketepatan dan kesesuaian target yang
mencerminkan nilai Komitmen Mutu tidak diterapkan,
maka kemungkinan besar akan terjadi salah sasaran
intervensi dimana pasien yang seharusnya mendapat
intervensi tidak mendapatkannya, dan demikian sebaliknya
 Apabila sikap adil tanpa membeda-bedakan yang
mencerminkan nilai Nasionalisme tidak diterapkan, maka
kemungkinan besar pemberian pelayanan tidak merata, yang
menyebabkan timbulnya komplain pasien dan keluarga
 Apabila sikap ramah, sopan, santun, serta keterbukaan dalam
memberikan pelayanan yang mencerminkan nilai Etika
Publik tidak diterapkan, maka kemungkinan besar tidak
akan terbina hubungan saling percaya antara pasien dan
perawat atau dokter PPDS PDL diruangan dalam hal
tindakan kemoterapi yang akan dilakukan

Tabel 2.8 Tabel Capaian Kegiatan 5


Kegiatan / Implementsi kegiatan edukasi pengisian informed consent pada
Tahapan Kegiatan perawat dan dokter PPDS PDL diruangan
5 1. Memantau pengisian informed consent
Tanggal Rencana 14-21 Juni 2021 Tanggal Realisasi 15-25 Juni 2021
Pelaksanaan Pelaksanaan
Deskripsi Kegiatan Pelaksanaan kegiatan diawali dengan memantau pengisian
dan Teknik informed consent, memperkenalkan diri dengan sikap yang
Aktualisasi sopan, santun, dan ramah (Etika Publik) dilanjutkan dengan

35
Penerapan Nilai melakukan komunikasi terapeutik sesuai SPO
Dasar ASN (Akuntabilitas). Peserta kemudian menjelaskan aspek legal etik
terhadap tindakan medis (kemoterapi) yang akan dilakukan
dengan bantuan media yang simple agar lebih efektif dan
efisien (Komitmen Mutu). Saat menyampaikan kepada teman
sejawat dan PPDS PDL diruangan dengan komunikasi
teraupetik (Etika Publik).
Kendala Jadwal mundur karena menyesuaikan jadwal kegiatan
sebelumnya.
Nilai-Nilai Dasar Berdasarkan capaian aktualisasi pada kegiatan Implementsi
yang Relevan kegiatan edukasi perawatan luka pada pasien dan keluarga
pasien, nilai-nilai dasar CPNS yang telah dilakukan antara lain:
 Tanggung jawab dan bekerja sesuai SPO yang
mencerminkan nilai Akuntabilitas
 Efektifitas dan efisiensi, dan orientasi terhadap mutu yang
mencerminkan nilai Komitmen Mutu
 Sikap sopan, santun, dan ramah yang mencerminkan nilai
Etika Publik
Kontribusi Kegiatan implementasi kegiatan edukasi pengisian informed
Terhadap Visi dan consent pada teman sejawat dan dokter PPDS PDL diruangan ini
Misi Organisasi berkontribusi pada visi rumah sakit yaitu menjadi rumah sakit
pendidikan dan rujukan nasional yang mandiri dan
terpercaya. Serta misi rumah sakit: Menyelenggarakan
standarisasi pelayanan, pendidikan dan penelitian dan
Meningkatkan SDM yang unggul dan berbudaya kerja
Penguatan Nilai- Kegiatan implementsi kegiatan edukasi perawatan luka pada
Nilai Organisasi teman sejawat dan dokter PPDS PDL ini menguatkan nilai-nilai
rumah sakit yaitu profesional dan integritas
Output Kegiatan Dokumentasi kegiatan edukasi pengisian informed consent
Manfaat / Hasil Manfaat dari kegiatan implementsi kegiatan edukasi pengisian
Capaian informed consent ini antara lain:
1. Meningkatkan pelayanan yang prima terhadap pasien
2. Meningkatkan pengetahuan, motivasi, dan keterampilan

36
pasien dan keluarga pasien dalam melakukan persetujuan
tindakan medis (kemoterapi)
3. Berkontribusi dalam upaya pencegahan malpraktik (aspek
legal etik) terhadap pasien
Analisis Dampak  Apabila aspek tanggung jawab dan bekerja sesuai SPO yang
jika Nilai ANEKA mencerminkan nilai Akuntabilitas tidak diterapkan, maka
Tidak kemungkinan besar akan terjadi kesalahan tindakan yang
Dilaksanakan justru akan mengurangi legal etik terhadap intervensi
 Apabila aspek Efektifitas dan efisiensi, dan orientasi
terhadap mutu yang mencerminkan nilai Komitmen Mutu
tidak diterapkan, maka kemungkinan besar pasien dan
keluarga pasien akan kesulitan menerima penjelasan dari
perawat dan dokter PPDS PDL.
 Apabila sikap sopan, santun, dan ramah yang mencerminkan
nilai Etika Publik tidak diterapkan, maka kemungkinan
besar tidak akan terjalin hubungan saling percaya antara
perawat dan pasien sehingga komunikasi dan proses edukasi
akan sulit diterima oleh pasien yang akan berdampak pada
tidak tercapainya tujuan dari edukasi

Tabel 2.9 Tabel Capaian Kegiatan 6


Kegiatan / Evaluasi hasil implementasi kegiatan
Tahapan Kegiatan 1. Mendokumentasikan form informed consent yang sudah
6 ditandatangani pasien dan keluarga pasien
2. Melaporkan hasil implementasi kegiatan kepada pimpinan
Tanggal Rencana 22-30 Juni 2021 Tanggal Realisasi 22-30 Juni 2021
Pelaksanaan Pelaksanaan
Deskripsi Kegiatan Pelaksanaan kegiatan diawali dengan memvalidasi kembali hal-
dan Teknik hal yang telah disampaikan oleh peserta kepada teman sejawat
Aktualisasi dan dokter PPDS PDL diruangan dengan prosedur komunikasi
Penerapan Nilai terapeutik sesuai SPO (Akuntabilitas), dengan sikap sopan
Dasar ASN dan kalimat yang santun (Etika Publik). Lalu perawat
diruangan atau dokter PPDS PDL mendokumentasikan tindakan

37
yang telah dilakukan di buku status pasien sebagai bentuk
tanggung jawab dan bukti tindakan yang telah dilakukan oleh
perawat ruangan dan dokter PPDS PDL (Akuntabilitas).
Peserta lalu membuat laporan hasil implementasi sesuai dengan
tindakan yang telah dilakukan (Akuntabilitas).
Kendala Tidak ada
Nilai-Nilai Dasar Berdasarkan capaian aktualisasi pada kegiatan evaluasi hasil
yang Relevan implementasi kegiatan, nilai-nilai dasar CPNS yang telah
dilakukan antara lain
 Tanggung jawab dan bekerja sesuai SPO yang
mencerminkan nilai Akuntabilitas
 Memberikan pelayanan sesuai kebutuhan yang
mencerminkan nilai Komitmen Mutu
 Sopan dan santun yang mencerminkan nilai Etika Publik
Kontribusi Kegiatan evaluasi hasil implementasi ini berkontribusi pada visi
Terhadap Visi dan rumah sakit yaitu menjadi rumah sakit pendidikan dan
Misi Organisasi rujukan nasional yang mandiri dan terpercaya. Serta misi
rumah sakit: Menyelenggarakan standarisasi pelayanan,
pendidikan dan penelitian dan Meningkatkan SDM yang
unggul dan berbudaya kerja
Penguatan Nilai- Kegiatan evaluasi hasil implementasi ini menguatkan nilai-nilai
Nilai Organisasi rumah sakit yaitu profesional dan integritas
Output Kegiatan Lembar informed consent yang sudah ditandatangani
Manfaat / Hasil Manfaat dari kegiatan evaluasi hasil implementasi ini antara
Capaian lain:
1. Menghasilkan data sebagai bahan evaluasi keberhasilan
intervensi
2. Meningkatkan hubungan kerjasama antara perawat dan
dokter PPDS PDL diruangan
3. Meningkatkan pelayanan yang prima kepada pasien dalam
bentuk follow up pasien pasca rawat.
Analisis Dampak  Apabila aspek tanggung jawab dan bekerja sesuai SPO yang
jika Nilai ANEKA mencerminkan nilai Akuntabilitas tidak diterapkan, maka

38
Tidak kemungkinan besar teman sejawat dan dokter PPDS PDL
Dilaksanakan tidak patuh melaksanakan pengisian form informed consent
dengan benar sesuai SOP yang akan meningkatkan risiko
terjadinya complain dan malpraktik
 Memberikan pelayanan sesuai kebutuhan yang
mencerminkan nilai Komitmen Mutu tidak diterapkan,
maka kemungkinan besar pasien dan keluarga pasien akan
kebingungan terhadap tindakan yang akan dilakukan
kepadanya
 Sopan dan santun) yang mencerminkan nilai Etika Publik
tidak diterapkan, maka kemungkinan besar tidak terjadi
kerjasama antara perawat dan dokter PPDS PDL diruangan

D. Matrik Rekapitulasi Realisasi Habituasi Materi Pelatihan Agenda II

Tabel 2.10 Matrik Rekapitulasi Realisasi Habituasi Materi Pelatihan Agenda II


Kegiatan
Jumlah
Mata Rencana Realisasi
Realisasi
No. Aktualis
Pelatihan Keg- Keg- Keg- Keg- Keg- Keg- Keg- Keg- Keg- Keg- Keg- Keg-
asi per
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 MP
1. Akuntabilitas 3 4 3 2 1 2 3 3 3 3 3 4 19
2. Nasionalisme 1 3 2 2 0 1 1 2 2 1 1 0 7
3. Etika Publik 2 1 3 0 1 1 3 3 2 2 2 3 15
4. Komitmen 3 4 0 2 1 2 2 4 2 3 2 2 15
Mutu
5. Anti Korupsi 2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
Jumlah Realisasi 10 13 8 6 3 6 10 12 9 9 8 9
Aktualisasi per
Kegiatan

39
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang ASN membutuhkan kemampuan untuk mampu mendeteksi
permasalahan atau isu yang berada di lingkungan sekitrnya. Kemampuan
tersebut berfungsi sebagai dasar agar selanjutnya dapat menganalisis akar
masalah dan dampak dari permasalahan, sehingga dapat memunculkan gagasan
atau ide kreatif untuk menyelesaikan masalah tersebut. Seorang ASN juga
memiliki nilai-nilai dasar yang membentuk pribadi ASN yang berkarakter,
dimana implementasinya dapat melalui kegiatan-kegiatan pemecahan
masalah/isu yang ada di sekitarnya
Penulis sebagai ASN telah mengidentfikasi dan menganalisis core issue
dari beberapa isu yang ditemui mengunakan alat bantu analisis APKL (Aktual,
Problematik, Kekhalayakan, dan Kelayakan), USG (Urgency, Seriousness,
Growth) dan teknik analisis fishbone. Core issue yang muncul adalah risiko
terjadinya kesalahan dalam pengisian informed consent kemoterapi yang tidak
sesuai dengan SOP yang berlaku. Berdasarkan core issue tersebut, penulis
merancang kegiatan untuk mencegah kesalahan dalam pengisian informed
consent tersebut. Terdapat 6 kegiatan yang didalamnya terkandung komponen-
komponen nilai dasar PNS yaitu akuntbilitas, nasionalisme, etika publik,
komitmen mutu, serta anti korupsi. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan sesuai
jadwal yang telah ditetapkan.
Dari kegiatan aktualisasi didapatkan nilai ANEKA berupa nilai
akuntabilitas, etika publik, komitmen mutu dan nasionalisme yang sudah
dilaksanakan dari kegiatan 1 sampai 6. Terjalin hubungan kerjasama antara
dokter residen dalam memberikan pelayanan kepada pasien khususnya hal
persetujuan tindakan kemoterapi (aspek legal etik). Hasil dari kegiatan edukasi
pengisian informed consent didapatkan 8 dari 10 pasien yang mengisi informed
consent diisi oleh pasien sendiri dan keluarga (sebagai saksi ) diharapkan
kegiatan habituasi ini bisa dilaksanakan berkelanjutan diruangan komering 1.1

40
B. Rencana Tindak Lanjut
Melalui kegiatan ini, penulis diharapkan dapat menginternalisasi nilai-nilai
dasar PNS, serta dapat memberikan dampak yang baik bagi lingkungan di
sekitarnya. Mengingat besarnya manfaat dari kegiatan ini, penulis berharap dapat
terus melanjutkan kegiatan setelah masa pelatihan dasar CPNS ini berakhir dengan
membuat rencana tindak lanjut sebagai berikut:
1. Penulis akan mengangkat isu ini dalam DRK (Diskusi Refleksi Kasus) yang
secara rutin dilakukan dan melibatkan unit perawatan lain di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang sebagai bentuk sosialisasi pada lingkup yang
lebih luas.
2. Penulis akan secara konsisten menerapkan inovasi yang telah dibuat terhadap
pasien dengan tindakan kemoterapi yang bekerja sama dengan rekan sejawat
dan PPDS PDL diruangan. Penulis berharap agar inovasi yang telah dibuat
dapat diterapkan dalam lingkup yang lebih luas sehingga dapat meningkatkan
pelayanan secara aman dan legal etik.

41
DAFTAR PUSTAKA

Direksi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. 2020. Laporan Akuntabilitas


Kinerja (LKj) RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2020
Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2021. Salinan Keputusan Kepala Lembaga
Adinistrasi Negara Nomor: 93/K.1/PDP.07/2021 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2015. Akuntabilitas. Modul Pelatihan Dasar
CPNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2015. Nasionalisme. Modul Pendidikandan
Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2015. Etika Publik. Modul Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2015. Komitmen Mutu. Modul Pendidikan
dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2015. Anti Korupsi. Modul Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2017. Whole of Government. Modul
Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2017. Pelayanan Publik. Modul Pelatihan
Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2017. Manajemen ASN. Modul Pelatihan
Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

42
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. 2020. Keputusan Direktur Utama RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang Nomor: OT.01.01/XVII.2/1577/2020
Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang
http://eprints.undip.ac.id/18836/1/RATIH_KUSUMA_WARDHANI.pd
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/viewFile/808/626

43
LAMPIRAN 1
RINGKASAN MATERI AGENDA II & III

Nilai-Nilai Dasar dan Kedudukan Serta Peran PNS Dalam NKRI


A. Konsep Nilai-Nilai Dasar PNS
Bahwa dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudakan
tujuan Negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun aparatur sipil
negara yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik.
Untuk menciptakan seorang PNS yang profesional, PNS harus memiliki
nilai-nilai dasar yang meliputi Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, Anti Korupsi. Penjabaran nilai-nilai tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggung jawaban yang harus
dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu kelompok
atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya,
amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik yaitu:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok dan dan pribadi.
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan ASN dalam politik praktis.
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
d. Menujukan sikap dan prilaku konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Brovens, 2007) yaitu:

44
a. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); dengan
membangun suatu sistem yang melibatkan steakholder dan user yang
lebih luas (termasuk masyarakat, pihak swasta, legislatif, yudikatif dan
di lingkungan pemerintah itu sendiri baik tingkat kementerian, lembaga
maupun daerah)
b. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional)
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas (peran belajar)
Nilai-Nilai akuntabilitas yaitu :
a. Kepemimpinan f. Kepercayaan
b. Transparansi g. Keseimbangan
c. Integritas h. Kejelasan
d. Tanggung jawab i. Konsisten
e. Keadilan

2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah pandangan tentang rasa cinta yang wajar
terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Prinsip
nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila.
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Tidak
sekedar memahami namun ASN harus mampu mengaktualisasikan
Pancasila dan semangat nasionalisme serta wawasan kebangsaan dalam
setiap pelaksanaan fungsi dan tugasnya sesuai bidang masing-masing.
Sebagai pelaksana kebijakan peayanan publik tentu setiap pegawai
ASN harus memiliki nilai-nilai kepublikan, berorientasi pada kepentingan
publik dan senantiasa menempatkan kepentingan publik, bangsa dan negara
diatas kepentingan lainnya, mengedepankan kepentingan nasional
ketimbang kepentingan sektoral atau golongan. Fungsi nasionalisme bagi
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah:
a. ASN sebagai pelaksana kebijakan publik ASN adalah aparat pelaksana
(eksekutor) yang melaksanakan segala peraturan perundang-unangan

45
yang menjadi landasan kebijakan publik di berbagai bidang dan sektor
pemerintahan.
b. ASN yang berorientasi pada kepentingan publik dan kualitas pelayanan
dengan nilai yang terkandungnya; ketepetan waktu, pelayanan yang
akurat, ramah dan santun dalam memberikn pelayanan, tanggung jawab,
kelengkapan, kemudahan mendapatkan pelayanan, variasi model
pelayanan, kenyamanan, bersikap adil dan tidak deskriminatif.
c. ASN yang berintegritas tinggi, dengan melaksanakan tugasnya dengan
jujur, bertanggung jawab dan berintegritas tinggi, melaksanakantugasnya
dengan cermat dan disiplin, melayani dengan sikap hormat, sopan dan
tanpa tekanan, melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan
atau pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundangan dan etika pemerintahan, menjaga kerahasiaan
yang menyangkut kebijakan negara, menggunakan kekayaan dan barang
milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan efisien, menjaga agar
tidak terjadi konflik kepentingan dalam menjalankan tugas, memberikan
informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi, tidak menyalahgunakan informasi, dan
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang baik/buruk, benar/salah prilaku,
tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Merujuk Pasal 3 huruf a dan
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara nilai dasar etika publik yang dimaksud adalah:

a. Memegang teguh ideologi Pancasila;


b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
c. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
d. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpiihak;

46
e. Membuat keputusan berdasar prinsip keahlian;
f. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
g. Memelihara dan menjunjung tinggi standard etika yang luhur;
h. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
i. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah;
j. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
k. Mengutamkan kepemimpinan berkualitas tinggi;
l. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
m. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
n. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
o. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sitem karier.

4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang
lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja
pegawai. Komitmen mutu merupakan tindakan untuk menghargai
efektivitas, efisiensi, inovasi dan kinerja yang berorientasi mutu dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik. Ada empat indikator
dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang harus diperhatikan, yaitu :

a. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan
target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target
yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil
kerja. Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk
mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi
sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya
kebutuhan pelanggan.

47
b. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi
merupakan tingkat ketepatan realiasi penggunaan sumberdaya dan
bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga dapat diketahui adatidaknya
pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan
prosedur dan mekanisme yang ke luar alur.
c. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang
konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan
sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
d. Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi
harapan konsumen atau pengguna. Mutu mencerminkan nilai
keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui harapannya. Mutu
merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur
capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat pembeda atau
pembanding dengan produk/ jasa sejenis lainya yang dihasilkan oleh
lembaga lain sebagai pesaing (competitors).
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam
mengevaluasi kualitas pelayan (Berry dan Pasuraman dalam Zulian
Zamit, 2010:11), yaitu :
1) Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi.
2) Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang
telah dijanjikan.

48
3) Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk memberikan
pelayanan dengan tanggap.
4) Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan
sifat dapat dipercaya.
5) Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi
yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.

5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai
kejahatan luar biasa, karena dampaknya yang luar biasa, menyebabkan
kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan
kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tidak hanya terjadi dalam kurun
waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang. Ada
9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus
diperhatikan, yaitu :
a. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama
bagi penegakan integritas diri seseorang. Seseorang dituntut untuk bisa
berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap dirisendiri
maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri terhadap godaan
untuk berbuat curang.
b. Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki
sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan
memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak
orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan.
c. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas

49
kemandirian yang dimiliki seseorang memungkinkannya untuk
mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif.
d. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan
konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang
akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya.
Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan
utama dalam bekerja.
e. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari
bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan
perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak
tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan
sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan
bangsanya.
f. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas
hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-
besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk
melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-baiknya.
g. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari
kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan
semestinya tanpa berlebih-lebihan.
h. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian
untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan
mentolerir adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan
secara tegas.

50
i. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa
yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut
untuk mendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan.

B. Konsep Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


1. Manajemen ASN
Manejemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Manajemen ASN lebih mengdepankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya ASN yang unggul
selaras dengan perkembangan jaman.

a. Kedudukan ASN
1) Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK). PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
Sedangkan PPPK adalah warga negara Indonesia yang memnuhi
syarat tertentu, yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan
tugas pemerintahan.
2) Pegawai ASN berkedudukan sebagai apartur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi
pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota
dan/atau pengurus partai politik. Selain itu untuk menjauhkan
birokrasi dari pengaruh partai politik, hai ini dimaksudkan untuk
menjamin keutuhan, kekompakan dan

51
persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran
dan tenaga pada tugasyang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu
dalam pembinaan karir pegawai ASN, khususnya di daerah
dilakukan oleh pejabat berwenang yaitu pejabat karir tertinggi.
3) Kedudukan ASN berada di pusat, daerah dan luar negeri. Namun
demikian pegawai ASN merupakan kesatuan. Kesatuan bagi
pegawaiASN sangat penting, mengingat dengan adanya
desentralisasi dan otonomi daerah, sering terjadinya isu putra daerah
yang hampir terjadi dimana-mana sehingga perkembangan birokrasi
menjadi stagnan di daerah-daerah. Kondisi tersebut merupakan
ancaman bagi kesatuan bangsa.

b. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai
ASN berfungsi dan bertugas sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan
kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai
dengan ketentuanperaturan perundang-undangan. Untuk itu ASN
harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, serta harus
mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan
publik.
2) Pelayan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan
pelayanan publik yang profesional da berkualitas. Pelayanan publik
merupakan kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai peraturanperundang-undangan bagi setiap warga
negaradan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan
administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan
publik dengan tujuan kepuasan pelanggan.

52
3) Perekat dan pemersatu bangsa
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat
persatuan dan kesatuan NKRI. ASN senantiasa setia dan taat
sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah.
ASN senantiasa menjunung tinggi martabat ASN serta senantiasa
mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan diri
sendiri, seseorang dan golongan. Dalam UU ASN disebutkan
bahwa dalam penyelengaraan dan kebijakan manajemen ASN,
salah satu diantaranya asas persatuan dan kesatuan.

c. Hak dan Kewajiban ASN


Hak dan kewajiban ASN Hak adalah suatu kewenangan atau
kekuasaan yang diberikan oleh hukum, suatu kepentingan yang
dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat diatikan
bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik , dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejateraan ASN dan
akuntabel, maka setiap SN diberikan hak. Hak ASN dan PPPK yang
diatur dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN:
PNS berhak memperoleh:
1) gaji, tunjangan, dan fasilitas;
2) cuti;
3) jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
4) perlindungan; dan
5) pengembangan kompetensi.
PPPK berhak memperoleh:

1) gaji dan tunjangan;


2) cuti;
3) perlindungan; dan
4) pengembangan kompetensi.
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70
UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa setiap pegawai

53
ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan
kompetensi. Berdasarkan Pasal 92 UU ASN pemerintah juga wajib
memberikan perlindungan berupa:

1) Jaminan kesehatan;
2) Jaminan kecelakaan kerja;
3) Jaminan kematian;
4) Bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang
bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah suatu yang
sepatutnya diberikan.Pegawai ASN berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014
tentang ASN wajib:

1) Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan pemerintah yang sah;
2) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
4) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab;
6) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di
luar kedinasan;
7) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

d. Kode etik dan kode perilaku ASN


Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa
ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku.

54
Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat
dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan
perilaku agar pegawai ASN.
1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat
yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
6) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan;
7) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secarabertanggung
jawab, efektif, dan efisien;
8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya;
9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan
kedinasan;
10) tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
11) memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN;
12) melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai
disiplin Pegawai ASN.

2. Whole of Government
A. Pengertian Whole of Government
(WoG) Berdasarkan interpretasi analitis dan manifestasi empiris
di lapangan maka WoG didefinisikan sebagai “suatu model pendekatan

55
integratif fungsional satu atap” yang digunakan untuk mengatasi wicked
problems yang sulit dipecahkan dan diatasi karena berbagaikarakteristik
atau keadaan yang melekat antara lain: tidak jelas sebabnya, multi
dimensi, menyangkut perubahan perilak

B. Penerapan Whole of Government (WoG) dalam pelayanan


terintegrasi
1) Praktek Whole of Government
(WoG) Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat
dilakukan, baik dari sisi penataan institusi formal maupun informal.
Cara-cara ini pernah dipraktekkan oleh beberapanegara, termasuk
Indonesia dalam level-level tertentu.
2) Penguatan koordinasi antar lembaga
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga-
lembaga yang dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable.
Dalam prakteknya, span of control atau rentangkendali yang rasional
akan sangat terbatas. Salah satu alternatifnya adalah mengurangi
jumlah lembaga yang ada sampai mendekati jumlah yang ideal untuk
sebuah koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang rasional, maka
koordinasi dapat dilakukan lebih mudah.
3) Membentuk lembaga koordinasi khusus
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas
dalam mengkoordinasikan sektor atau kementrian adalah salah satu
cara melakukan WoG. Lembaga koordinasi ini biasanya diberikan
status lembaga stingkat lebih tinggi, atau setidaknya setara dengan
kelembagaan yang dikoordinasikan.
4) Membangun gugus tugas
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang
dilakukan di luar struktur formal, yang setidaknya tidak permanen.
Pembentukan gugus tugas biasanya menjadi salah satu cara agar
sumber daya yang terlibat dalam koordinasi tersebut dicabut

56
sementara dari lingkungan formalnya untuk berkonsentrasi dalam
proses koordinasi tadi.
5) Koalisi sosial
Koalisi sosial merupakan bentuk informal dari penyatuan
koordinasi antar sektor atau lembaga,tanpa perlu mebentuk
pelembagaan khusus dalam koordinasi.

C. Tantangan dalam praktek Whole of Government (WoG)


Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di tataran
praktek sebagai berikut:
1) Kapasitas SDM dan institusi
Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat dalam WoG
tidaklah sama. Perbedaan kapasitas ini bisa menjadi kendala serius
ketika pendekatan WoG, misalnya mendorong terjadinya merger atau
akuisisi kelembagaan, dimana terjadi penggabungan SDM dengan
kualifikasi yang berbeda.
2) Nilai dan budaya organisasi
Nilai dan budaya organisasi menjadi kendala ketika terjadi
upaya kolaborasi sampai dengan kelembagaan.
3) Kepemimpinan
Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam
pelaksanaan WoG. Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah
kepemimpinan yang mampu mengakomodasi perubahan nilai dan
buadaya organisasi serta meramu SDM yang tersedia guna mencapai
tujuan yang diharapkan.

D. Praktek Whole of Government (WoG) dalam pelayanan publik


Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan
menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan publik. Jenis
pelayanan publik yang dikenal dapat didekati oleh pendekatan WoG
sebagai berikut:

57
1) Pelayanan yang bersifat administratif, yaitu pelayanan publik yang
menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan
warga masyarakat. Dokumen yang dihasilkan bisa meliputi KTP,
status kewarganegaraan, status usaha, surat kepemilikan, atau
penguasaan atas barang, termasuk dokumen-dokumen resmi seperti
SIUP, izin trayek, izin usaha, akta, sertifikat yanah dan lain-lain;
2) Pelyanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk
jasa yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti pendidikan,
kesehatan, ketenagkerjaan, perhubungan dan lain-lain.
3) Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis barang
yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti jalan, jembatan,
perumahan, jaringan telepon, listrik, air bersih, dan lain-lain.
4) Pelayanan regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan hukuman dan
peraturan perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang
mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Adapun berdasarkan pola pelayanan publik, juga dapat dibedakan
dalam lima macam pola pelayanan sebagai berikut:

1) Pola pelayanan teknis fungsional, yaitu suatu pola pelayanan publik


yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan bidang
tugas, fungsi dan kewenangannya. Pelayanan merupakan pelayanan
sektoral, yang bisa jadi sifatnya hanya relevan dengan sektor itu,
atau menyangkut pelayanan di sektor lain. WoG dapat dilakukan
manakala pola pelayanan publik ini mempunyai karakter yang sama
atau memiliki keterkaitan antar satu sektor dengan yang lainnya.
2) Pola pelayanan satu atap, yaitu pola pelayanan yang dilakukan secara
terpadu pada suatu instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai
kwenangan masing-masing. Pola ini memudahkan masyarakat
pengguna izin untuk mengurus permohonan izinnya, walaupun belum
mengurangi jumlah rantai birokrasi izinnya.
3) Pola pelayanan satu pintu, yaitu pola pelayanan yang dilakukan secara
tunggal oleh suatu unit kerja pemerintah berdasarkan pelimpahan
wewnang dari unit kerja pemerintah terkait lainnya yang

58
bersangkutan. Ini adalah salah satu bentuk kelembagaan WoG yang
lebih utuh, dimana pelayanan publik disatukan dalam satu unit
pelayanan saja, dan rantai izin sudah dipangkas menjadi satu saja.
4) Pola pelayanan terpusat, yaitu pola pelayanan yang dilakukan oleh
suatu instansi pemerintah yang bertindak selaku koordinator terhadap
pelayanan instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan bidang
pelayanan masyarakat yang bersangkutan.
5) Pola pelayanan elektronik, yaitu pola pelayanan elektronik yang
dilakukan menggunakan teknologi infromasi dan komunikasi yang
merupakan otomasi dan otomatisasi pemberian layanan yang bersifat
elektronik atau daring (online) sehingga dapat menyesuaikan diri
dengan keinginan dan kapasitas masyarakat pengguna.

E. Nilai-nilai dasar Whole of Government


Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan
menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan publik
berdasarkan nilai-nilai dasar berikut ini:
1) Koordinasi
Kompleksitas lembaga membutuhkan koordinasi yang efektif
dan efisien antar lembaga dalam menjalankan kegiatan kelembagaan.
2) Integrasi
Integrasi dilakukan dengan pembauran sebuah sistem antar
lembaga sehingga menjadi kesatuan yang utuh.
3) Sinkronisasi
Sinkronisasi merupakan penyelarasan semua kegiatan/data yang
berasal dari berbagai sumber, dengan menyingkronkan seluruh
sumber tersebut
4) Simplifikasi
Simplikasi merupakan penyederhanaan segala sesuatu baik
terkait data/proses di suatu lembaga untuk mengefisienkan waktu,
tenaga dan biaya.

59
3. Pelayanan Publik
A. Konsep pelayanan publik
1) Pengertian pelayanan publik
Berkaitan dengan pelayanan, ada dua istilah yang perlu
diketahui, yaitu melayani dan pelayanan. Pengertian melayani adalah
membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang.
Sedangkan pengertian pelayanan adalah "usaha rnelayani kebutuhan
orang lain" (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995). Adapun menurut
Keputusan MENPAN Nomor 63 tahun 2003, mengenai pelayanan
adalah sebagai berikut:

a) Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang


dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupunpelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b) Penyelenggara adalah Pelayanan Publik adalah Instansi
Pemerintah;
c) Instansi Pemerintah adalah sebutan kolektif meliputi satuan kerja
satuan organisasi Kementrian, Departemen, Kesekretariatan
Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, dan instansi Pemerintah
lainnya, baik Pusat maupun Daerah termasuk Badan Usaha Milik
Negara, Badan Hukum Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Daerah;
d) Unit Penyelenggara pelayanan publik adalah unit kerja pada
instansi Pemerintah yang secara langsung memberikan
pelayanan kepada penerima pelayanan publik;
e) Pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai instansi
pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan
publik sesuai dengan peraturan perundang- undangan;
f) Penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi
pemerintah dan badan hukum yang menerima pelayanan dari
instansi pemerintah.

60
Pelayanan merupakan suatu proses. Proses tersebut
menghasilkan suatu produk yang berupa pelayanan, kemudian
diberikan kepada pelanggan. Sebagai contoh adalah proses pelayanan
surat masuk. Proses pelayanan surat masuk adalah sebagai berikut:

a) surat diterima oleh seorang petugas;


b) surat disortir (dipisah-pisahkan);
c) surat diterima pencatat surat dan kemudian dicatatdalam buku
agenda atau kartu kendali;
d) Surat disampaikan ke pengarah surat;
e) Surat didistribusikan ke unit organisasi sesuai dengan alamat
yang tertulis dalam surat (sering di sebut dengan istilah "unit
pengelola");
f) Surat diterima oleh unit pengolah.
Pelayanan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok (Gonroos,
1990), yaitu :

a) Core service adalah pelayanan yang ditawarkan kepada


pelanggan, yang merupakan produk utamanya. Misalnya untuk
pelayanan pembuatan KTP, maka penyediaan KTP merupakan
layanan utamanya.
b) Facilitating service adalah fasilitas pelayanan tambahan kepada
pelanggan, misalnya terkait dengan pelayanan administrasi
kependudukan (KTP, akte kelahiran, dll), maka pemerintah
menyediakan layanan satu atapatau satu pintu dengan
menggunakan teknologi yang canggih.
c) Supporting service adalah pelayanan tambahan (pendukung)
untuk meningkatkan nilai pelayanan atau untuk membedakan
dengan pelayanan-pelayanan dari pihak "pesaingnya". Misalnya
dalam membuat pelanggan atau masyarakat nyaman, maka
disediakan ruang tunggu yang memadai bahkan bisa saja diberi
AC. Demikian juga dengan penyediaan tempat parkir kendaraan.

61
2) Jenis barang / jasa
Menurut Savas (1987) membagi barang layanan menjadi 4
(empat) kelompok:
a) Barang yang digunakan untuk memenuhi kepentingan individu
yang bersifat pribadi. Barang privat (private goods) ini tidak ada
konsep tentang penyediaannya, hukum permintaan dan penawaran
sangat tergantung pada pasar, produsen akan memproduksi sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, dan bersifat terbuka. Oleh sebab itu
penyediaan layanan barang yang bersifat barang privat ini dapat
berlaku hukum pasar, hanya apabila barang privat ini menyangkut
kesejahteraan orang banyak, misalnya beras atau bahan kebutuhan
pokok masyarakat Iainnya, maka pemerintah tidak akan
membiarkan berlakunya pasar secara murni. Dengan kata lain
apabila pasar mengalami kegagalan dan demi kesejahteraan, maka
perlu intervensi pemerintah.
b) Jenis barang yang kedua disebut toll goods, yakni barang yang
digunakan atau dikonsumsi bersama-sama dengan persyaratan
apabila menggunakannya harus membayar atau ada biaya
penggunaan, apabila pengguna atau konsumen tidak membayar
maka tidak dapat menggunakannya. Penyediaannya bisa
menggunakan hukum pasar dimana produsen akan menyediakan
permintaan/kebutuhan barang tersebut. Barang seperti ini hampir
sama seperti barang privat, penyediaan barang ini di beberapa
negara disediakan oleh negara dan seringkali menggunakan ukuran
pemakaiannya atau dapat dikatakan barang privat tetapi
dikonsumsi bersama-sama;
c) Jenis barang ketiga disebut collective goods, yaitu barang yang
digunakan secara bersama-samaatau kolektif dan penyediaannya
tidak dapat dilakukan dengan melalui mekanisme pasar, karena
barang ini digunakan secara terus menerus dan secara bersama-
sama serta sulit diukur berapa besar penggunaan bar ang ini untuk
setiap individu. Dalam penggunaan barang ini apabila diukur dari

62
sisi ekonomi akan muncul pembonceng gratis (free rider) dimana
mereka ikut menggunakan atau menikmati barang tersebut tanpa
membayar dan tanpa kontribusi secara fair. Penyediaan barang ini
tidak ada yang mau menyediakan atau memproduksinya secara
sukarela. Oleh karenanya penyediaan barang ini dilakuan dengan
kontribusi secara kolektif yaitu dengan menggunakan pajak.
d) Jenis barang yang keempat adalah common pool goods, jenis
barang ini memiliki karakteristik dimana yang menggunakan
barang ini tidak ada yang mau membayar, biasanya
digunakan/dikonsumsi secara bersama-sama dan kepemilikan
barang ini oleh umum, tidak ada orang yang mau menyediakan
barang ini. Untuk itu pemerintah melakukan pengaturan terhadap
barang ini. Dalam kenyataannya keempat jenis barang diatas sangat
sulit dibedakan atau dipisahkan masing-masing jenis termasuk
barang yang mana, karena setiap barang tidak murni menjadi salah
satu karakteristik jenis barang yang ada. Setiapbarang mempunyai
kecenderungan karakteristik barang yang satu dengan barang yang
lain.

3) Pelayanan prima
Pelayanan prima merupakan terjemahan dari istilah "Excellent
Service" yang secara harfiah berarti pelayanan yang sangat baik dan
atau pelayanan yang terbaik. Disebut sangat baik atau terbaik, karena
sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki oleh
instansi yang memberikan pelayanan. Apabila instansi pelayanan
belum memiliki standar pelayanan, maka pelayanan disebut sangat
baik atau terbaik atau akan menjadi prima, manakala dapat atau
mampu memuaskan pihak yang dilayani (pelanggan). Jadi pelayanan
prima dalam hal ini sesuai dengan harapan pelanggan. Tentunya agar
keprimaan suatu pelayanan dapat terukur, bagi instansi pemberi
pelayanan yang belum memiliki standar pelayanan, maka perlu
membuat standar pelayanan prima dengan tugas dan fungsinya.

63
Tujuan pelayanan prima adalah memberikan pelayanan yang
dapat memenuhi dan memuaskan pelanggan atau masyarakat serta
memberikan fokus pelayanan kepada pelanggan.

Adapun pelayanan prima akan bermanfaat bagi upaya


peningkatan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat
sebagai pelanggan dan sebagai acuan untuk pengembangan
penyusunan standar pelayanan. Baik pelayan, pelanggan atau
stakeholder dalam kegiatan pelayanan, akan memiliki acuan
mengenai mengapa, kapan, dengan siapa, dimana dan bagaimana
pelayanan dilakukan.

B. Nilai-nilai dasar pelayanan publik


Perhatian pemerintah terhadap perbaikan pelayanan kepada
masyarakat, sebenarnya sudah diatur dalam beberapa pedoman, antara
lain adalah Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
(MENPAN) Nomor 63 Tahun 2003 yang mengemukakan tentang
prinsip-prinsip pelayanan publik sebagai berikut:

1) Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit,mudah dipahami dan
mudah dilaksanakan.
2) Kejelasan
a) Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;
b) Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/
persoalan/ sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik;
c) Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
3) Kepastian waktu
Pelaksanaan pelayanan Publik dapat diselesaikan dalamkurun
waktu yang telah ditentukan.
4) Akurasi
Produk pelayanan Publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.

64
5) Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan
kepastian hukum.
6) Tanggung jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang
ditunjuk ber tanggungjawab atas penyelengaraan pelayanan dan
penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan
publik.
7) Kelengkapan
Sarana dan prasarana. Tersedianya sarana dan prasarana kerja,
peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk
penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (
telematika ).
8) Kemudahan akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai,
mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan
teknologi telekomunikasi dan informatika.
9) Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun,
ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.
10) Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang
tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat
serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti
parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

65
LAMPIRAN 2
TINJAUAN TEORI INFORMED CONSENT

A. Definisi dan Prinsip Informed Consent


Informed Consent adalah suatu persetujuan mengenai akan dilakukannya
tindakan kedokteran oleh dokter terhadap pasiennya. Persetujuan ini bisa dalam
bentuk lisan maupun tertulis. Pada hakikatnya Informed Consent adalah suatu
proses komunikasi antara dokter dan pasien tentang kesepakatan tindakan medis
yang akan dilakukan dokter terhadap pasien. Penandatanganan formulir
Informed Consent secara tertulis hanya merupakan pengukuhan atas apa yang
telah disepakati sebelumnya. Tujuan penjelasan yang lengkap adalah agar pasien
menentukan sendiri keputusannya sesuai dengan pilihan dia sendiri (informed
decision). Karena itu, pasien juga berhak untuk menolak tindakan medis yang
dianjurkan. Pasien juga berhak untuk meminta pendapat dokter lain (second
opinion), dan dokter yang merawatnya.
Prinsip informed consent merupakan hak dan kewajiban setiap individu
yang kompeten untuk meningkatkan kehidupan spiritualnya dan kesejahteraan
jasmaninya melalui persetujuan bebasnya, atau dengan menolak memberi
persetujuan atas tindakan medis tertentu berdasarkan pengetahuan yang cukup
tentang keuntungan, kerugian dan resiko yang terkait.
Formulir Informed Consent ini juga merupakan suatu tanda bukti yang
akan disimpan di dalam arsip rekam medis pasien yang bisa dijadikan sebagai
alat bukti bahwa telah terjadi kontrak terapeutik antara dokter dengan pasien.
Pembuktian tentang adanya kontrak terapeutik dapat dilakukan pasien dengan
mengajukan arsip rekam medis atau dengan persetujuan tindakan medis
(informed consent) yang diberikan oleh pasien.
Bentuk persetujuan tindakan medis pada umumnya telah disusun
sedemikian rupa sehingga pihak dokter dan Rumah Sakit tinggal mengisi
kolom yang disediakan untuk itu setelah menjelaskan kepada pasien dan
keluarga pasien. Sebelum ditandatangani, sebaiknya surat tersebut dibaca
sendiri atau dibacakan oleh yang hadir terlebih dahulu. Pasien seharusnya
diberikan waktu yang cukup untuk menandatangani persetujuan dimaksud.

66
B. Bentuk Informed Consent
Persetujuan Tindakan Medis ada 2 yaitu :
1. Implied Consent (dianggap diberikan) umumnya implied consent diberikan
dalam keadaan normal, artinya dokter dapat menangkap persetujuan tindakan
medis tersebut dari isyarat yang diberikan/dilakukan pasien. Demikian pula pada
kasus emergency sedangkan dokter memerlukan tindakan segera sementara
pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarganya tidak
ada ditempat, maka dokter dapat melakukan tindakan medik terbaik menurut
dokter.
2. Expressed Consent (dinyatakan) Dapat dinyatakan secara lisan maupun
tertulis. Dalam tindakan medis yang bersifat invasive dan mengandung resiko,
dokter sebaiknya mendapatkan persetujuan secara tertulis, atau yang secara
umum dikenal di rumah sakit sebagai surat izin operasi.
Hakikat Informed consent mengandung 2 unsur esensial yaitu :
1. Informasi yang diberikan oleh dokter;
2. Persetujuan yang diberikan oleh pasien. Sehingga persetujuan yang diberikan
oleh pasien memerlukan beberapa masukan sebagai berikut :
a. Penjelasan lengkap mengenai prosedur yang akan digunakan dalam
tindakan medis tertentu (masih berupa upaya percobaan).
b. Deskripsi tentang efek-efek sampingan serta akibat-akibat yang tidak
diinginkan yang mungkin timbul.
c. Deskripsi tentang keuntungan-keuntungan yang dapat diantisipasi untuk
pasien.
d. Penjelasan tentang perkiraan lamanya prosedur / terapi / tindakan
berlangsung.
e. Deskripsi tentang hak pasien untuk menarik kembali consent tanpa
adanya prasangka mengenai hubungannya dengan dokter dan lembaganya.
f. Prognosis tentang kondisi medis pasien bila ia menolak tindakan medis
tersebut. Informasi yang harus diberikan oleh dokter dengan lengkap kepada
pasien menurut UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Pada hakikatnya Informed Consent adalah suatu proses komunikasi antara
dokter dan pasien tentang kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan
dokter terhadap pasien (ada kegiatan penjelasan rinci oleh dokter), sehingga
kesepakatan lisan pun sesungguhnya sudah cukup. Penandatanganan formulir
67
Informed Consent secara tertulis hanya merupakan pengukuhan atas apa yang
telah disepakati sebelumnya.
Tujuan penjelasan yang lengkap adalah agar pasien menentukan sendiri
keputusannya sesuai dengan pilihan dia sendiri (informed decision). Karena itu,
pasien juga berhak untuk menolak tindakan medis yang dianjurkan. Pasien juga
berhak untuk meminta pendapat dokter lain (second opinion), dan dokter yang
merawatnya.
Yang berhak memberikan persetujuan atau menyatakan menolak tindakan
medis pada dasarnya, pasien sendiri jika ia dewasa dan sadar sepenuhnya.
Namun, menurut Penjelasan Pasal 45 UU Nomor 29 Tahun 2004 tersebut di atas,
apabila pasien sendiri berada di bawah pengampuan, persetujuan atau penolakan
tindakan medis dapat diberikan oleh keluarga terdekat, antara lain suami/isteri,
ayah/ibu kandung, anak-anak kandung atau saudara-saudara kandung. Dalam
keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien tidak diperlukan
persetujuan. Namun, setelah asien sadar atau dalam kondisi yang sudah
memungkinkan, segera diberikan penjelasan dan dibuat persetujuan.
Informed consent dapat diberikan secara tertulis, secara lisan, atau secara
isyarat. Dalam bahasa aslinya, yang terakhir ini dinamakan implied consent.
Untuk tindakan medis dengan risiko tinggi (misalnya pembedahan atau tindakan
invasive lainnya), persetujuan harus secara tertulis, ditandatangani oleh pasien
sendiri atau orang lain yang berhak dan sebaiknya juga saksi dari pihak keluarg

68
LAMPIRAN 3

PROFIL RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

A. Gambaran Umum Instansi


Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang (RSMH)
merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI yang diberikan mandat untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya dalam
wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Didirikan sejak tahun 1953, RSMH saat
ini adalah Rumah Sakit Badan Layanan Umum berdasarkan SK Menkes RI
Nomor 1243 / Menkes / SK / VIII / 2005, tanggal 11 Agustus 2005.
RSMH sebagai Rumah Sakit Rujukan Nasional untuk wilayah Sumsel
sendiri serta ke 4 provinsi lain seperti Jambi, Lampung, Bengkulu dan Bangka-
Belitung, sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.02.02/MENKES/390/2014 tanggal 17 Oktober 2014 serta penetapan
RSMH sebagai Rumah Sakit Pendidikan Utama Kelas A Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK 02.02/MENKES/192/2015 tanggal 27 Mei 2015 memacu RSMH untuk
terus meningkatkan mutu dan layanannya sesuai standar akreditasi nasional
(KARS) paripurna yang berhasil diraih pada tanggal 25 November 2019 serta
akreditasi internasional (JCI) yang telah berhasil diraih pada tanggal 18 Januari
2020.

B. Profil Organisasi
Nama RumahSakit : RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Direktur Utama : dr. Bambang Eko Sunaryanto,Sp.Kj., MARS
Alamat : Jalan Jenderal Sudirman KM 3,5 Palembang
Telepon : (0711) 354088
Email : rsmhplg@yahoo.com

69
C. Visi, Misi, dan Nilai Organisasi
Visi
“Rumah Sakit Pendidikan dan Rujukan Nasional yang Mandiri dan
Terpercaya”.
Misi
1. Menyelenggarakan standarisasi pelayanan, pendidikan dan penelitian;
2. Meningkatkan SDM yang unggul dan berbudaya kerja;
3. Menyelenggarakan produktifitas dan efisiensi;
4. Menjalin kemitraan dengan jaringan bisnis rumah sakit secara
kompherensif dan berkelanjutan.
Nilai
1. Sinergi : Koordinasi, kolaborasi, satu persepsi dalam
meningkatkan mutu dan keselamatan.
2. Integritas : Jujur, Disiplin, Konsisten, Komitmen dan menjadi
teladan.
3. Profesional : Tanggung Jawab, Kompeten, Bekerja tuntas, Akurat,
Efisien dan Efektif.

Gambar 1.1 RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

70
D. Struktur Organisasi RSUP Dr. Mohammad HoesinPalembang

Gambar 1.2.Struktur Organisasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin

E. Gambaran Umum Instalasi Rawat Inap Sub Instalasi Rawat Inap Gedung
G Komering 1.1 RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Instalasi Rawat Inap Sub Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam
merupakan salah satu bagian dari Instalasi Rawat Inap di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang yang terdiri dari 8 ruangan baik ruang
kelas I, kelas II, dan kelas III. Salah satu ruang rawat inap bedah kelas III adalah
Ruang Komering 1.1 Ruang tersebut memiliki kapasitas 42 tempat tidur yang
semuanya khusus bed laki-laki. Pasien yang dirawat pada ruangan tersebut
dikhususkan untuk pasien-pasien dengan rencana kemoterapi dan pasien
thalassemia dengan jaminan BPJS / umum kelas III.
Berikut adalah struktur organisasi Instalasi Rawat Inap :

71
DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR PELAYANAN
MEDIK DAN KEPERAWATAN

KEPALA INSTALASI RAWAT


INAP

KASUB INSTALASI RANAP


BEDAH

KOORDINATOR KOORDINATOR UMUM


LAYANAN DAN LOGISTIK

KARU KOMERING 1.1

KARU KOMERING 1.2

KARU RUPIT 1.1

KARU RUPIT 1.2

KARU RUPIT 2

KARU KELINGI 1.1

KARU KELINGI 1. 2

KARU LEMATANG 1.1

Gambar 1.3.Struktur Organisasi Instalasi Rawat Inap RSMH

72
LAMPIRAN 4
DATA DIRI PESERTA, MENTOR, DAN COACH

A. Data Peserta
Nama : Tiara Putri Zulyana, S.Kep.,Ns
NIP : 199501252020122013
Jabatan/ Golongan : Perawat Ahli Pertama / III a
Tempat/ Tanggal Lahir : Muara Enim, 25 Januari 1995
Instansi : RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Alamat : Jl. Sudarman Ganda Subrata RT 52 RW 7
Kelurahan Sukamaju Kecamatan Sako Kota
Palembang
Alamat email : tiarazulyana25@gmail.com
No. HP/Whatsapp : 0812783636302
Daftar Kegiatan Tugas Pokok Jabatan berdasarkan Sasaran Kerja Pegawai
(SKP) :
1. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu, keluarga
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada individu
3. Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan pada individu
4. Melakukan pendidikan kesehatan pada individu, keluarga, kelompok,
masyarakat
5. Melakukan manajemen inkontinen urine
6. Melakukan manajemen inkontinen fecal
7. Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan
8. Memfasilitasi pasien dalam pemenuhan kebutuhan spiritual
9. Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care)
10. Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman
11. Memantau pemberian elektrolit konsentrasi tinggi
12. Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai meninggal
13. Memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan kematian
14. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu
15. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan

73
B. Data Mentor
Nama : Rodiah, S.Kep.,M.Kes
NIP 196707101989032002
Tanggal Lahir : 10 Juli 1967
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Jabatan : Kepala Instalasi Rawat Inap
Unit Kerja : RSUP Dr.M.Hoesin Palembang

C. Data Coach
Nama : Alfithar Meirosandra, MARS
NIP 198305162015031001
Jabatan : Widyaiswara Ahli Muda
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Marina View, Tanjung Uncang, Batu
Aji, Kota Batam
Email : alfendra@gmail.com

74
75
LAMPIRAN 4
DOKUMENTASI KEGIATAN AKTUALISASI

Tabel 2.2 Dokumentasi Kegiatan Aktualisasi


Kegiatan 1. Mengajukan permohonan izin dan dukungan kegiatan kepada pimpinan dan stakeholder terkait
Dokumentasi
No Tahapan Kegiatan
Proses Hasil
1. Menyiapkan materi yang akan disampaikan kepada
pimpinan dan stakeholder terkait

2. Menemui Kepala Ruang Komering 1.1 untuk meminta izin


m sekaligus memaparkan rencana kegiatan

76
3. Menemui Ka.Sub Instalasi Rawat Inap Non Bedah untuk
meminta izin sekaligus memaparkan rencana kegiatan

4. Menemui Ka. Instalasi Rawat Inap untuk meminta izin


Sekaligus mem rencana kegiatan

77
Kegiatan 2. Persiapan Materi dan Media Edukasi
Dokumentasi
No Tahapan Kegiatan
Proses Hasil
1. Melakukan telaah SOP edukasi pasien secara umum

3. Mendesain media edukasi (memo)

4. Menemui Kepala Ruang Komering 1.1 untuk meminta


saran terkait konten dan desain media edukasi (memo)

78
5. Mencetak Media Edukasi (Memo)

Kegiatan 3. Sosialisasi kegiatan kepada rekan sejawat perawat dan PPDS PDL diruangan
Dokumentasi
No Tahapan Kegiatan
Proses Hasil

79
1. Membuat undangan sosialisasi di grup whatsapp staf
ruang Komering 1.1

2. Menyiapkan lembar daftar hadir peserta sosialisasi.

3. Memaparkan rencana kegiatan

80
Kegiatan 4. Screening data pasien dan keluarga pasien yang membutuhkan intervensi kemterapi
Dokumentasi
No Tahapan Kegiatan
Proses Hasil
1. Mengkaji data pasien melalui
medical record

81
Kegiatan 5. Implementsi kegiatan edukasi pemberian informed consent
Dokumentasi
No Tahapan Kegiatan
Proses Hasil
4. Memantau pengisian informed
consent

82
Kegiatan 6. Evaluasi hasil implementasi kegiatan edukasi informed consent
Dokumentasi
No Tahapan Kegiatan
Proses Hasil
1 1. Mendokumentasikan tindakan pada
medical record pasien

2. Melaporkan hasil implementasi


kegiatan kepada pimpinan

83

Anda mungkin juga menyukai