Anda di halaman 1dari 6

JURNAL MKMI, Vol. 14 No.

4, Desember 2018

Tingkat Risiko Psikologis Karyawan ATC di Salah Satu Cabang


Air NAV Indonesia

Psychological Risk Level of Air Traffic Controllers in Air NAV Indonesia


Lalu Muhammad Saleh1*, Syamsiar S. Russeng1, Hasanduddin Ishak2
1
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM Universitas Hasanuddin
2
Departemen Kesahatan Lingkungan FKM Universitas Hasanuddin
(*lalums@unhas.ac.id)

ABSTRAK
Air Traffic Controller (ATC) adalah profesi yang bertugas sebagai pemandu lalu lintas udara yang memiliki
tingkat stres tinggi dalam bekerja. ATC bekerja mengedepankan otak sehingga beban mental dapat terjadi. Pene-
litian bertujuan melihat sejauh mana tingkat risiko psikologis yang dihadapi ATC dalam bekerja dan jenis hazard
yang menjadi penyebab. Sampel penelitian adalah karyawan ATC di Makassar Air Traffic Service Centre yang ber-
jumlah 35 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran risiko menggunakan matriks
penilaian risiko menurut standar AS/NZS 4360. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat risiko paling tinggi
yang dapat memengaruhi aspek psikologis dalam bekerja adalah karena pola kerja 3 hari kerja 1 hari istirahat,
kurangnya jumlah teman dalam bekerja, jumlah pesawat yang diamati, suhu yang dingin. Kesimpulan penelitian
adalah karyawan ATC mengalami risiko psikologis karena beratnya pola kerja 3-1, jumlah teman yang kurang,
jumlah pesawat yang banyak, dan suhu yang dingin.
Katakunci : ATC, tingkat risiko, psikologis, Air NAV

ABSTRACT
Air Traffic Controller (ATC) is a profession that serves as an air traffic guide who has a high level of stress
in work. ATC works put forward the brain so that mental burden can occur. This study aims to see how far the level
of psychological risk factor ATC in work and hazard what causes it. The sample of research is ATC employees in
Makassar Air Traffic Service Center which amounted to 35 people. Data collection using questionnaire and risk
measurement using risk assessment matrix according to AS/NZS 4360 standard. The results showed that the high-
est level of risk that could affect the psychological aspects in work is due to work patterns 3 working days 1 rest
day, the lack of number of friends in work, number of planes observed, cold temperatures. The conclusion of the
study was that ATC employees had psychological risks due to the work pattern 3-1, lack of friends, large numbers
of aircraft, and cold temperatures. It is advisable to the management to immediately increase the amount of ATC
power, and provide work clothes as a protector of cold temperatures.
Keywords : ATC, risk level, psychological, Air NAV

Copyright © 2018 Universitas Hasanuddin. This is an open access article under the CC BY-NC-SA license
(https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/).
DOI : http://dx.doi.org/10.30597/mkmi.v14i4.5206

345
Lalu Muhammad Saleh : Tingkat Risiko Psikologis Karyawan ATC di Salah Satu Cabang Air NAV Indonesia

PENDAHULUAN hubungan sosial para pekerja, kemudian boredom


Penerbangan global akhir-akhir ini me- yang dikaitkan dengan kurangnya aktivitas peker-
ngalami peningkatan dari jumlah armada maupun ja, dan burnout yang dihubungkan dengan work-
jumlah penumpang. Keadaan yang sama terja- load.3
di pada industri penerbangan di Indonesia yang Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
mengalami kemajuan dalam 10 tahun terakhir. Udara Nomor KP 218 Tahun 2017 menetapkan
Menurut International Air Transport Association jumlah jam kerja personal pemandu lalu lintas pe-
(IATA) Indonesia memiliki potensi yang sangat nerbangan yakni, jam pemanduan dalam 1 minggu
besar dalam sektor penerbangan, diestimasikan tidak lebih dari 24 (dua puluh empat) jam. Jum-
bahwa pada tahun 2034 Indonesia akan mampu lah jam pemanduan dalam 1 hari tidak lebih dari 6
menjadi 6 (enam) pasar terbesar dalam air tra- (enam) jam, dengan ketentuan pemanduan paling
vel di dunia, diekspektasikan terdapat sekitar 270 lama dilakukan selama 2 jam berturut-turut, dan
juta penumpang yang akan terbang melakukan harus diberikan jeda waktu istirahat selama 1 jam.4
perjalanan domestik, maupun internasional atau- Sehingga, jika ketentuan ini tidak diaplikasikan
pun hanya melewati lintas udara negara Indonesia. sebagaimana mestinya tingkat kelelahan kerja
Olehnya IATA meminta kepada para pemangku akan terjadi.
kepentingan penerbangan di Indonesia untuk me- Terkait kelelahan kerja pada ATC di Indo-
rencanakan segala prioritas utama baik keamanan, nesia diketahui berkisar 92% yang mengalami
kapasitas, dan peraturan.1 perasaan lelah, dengan kelelahan kerja yang ter-
Lancarnya penerbangan sudah tentu tidak jadi dapat berdampak pada munculnya gangguan
lepas dari berbagai peran para pemandu lalu lin- atau bahaya dalam penerbangan sehingga memicu
tas udara atau air traffic controller yang mengatur, timbulnya produktivitas kerja menurun. Dampak
memantau, dan menginformasikan segala bentuk lain adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan
yang berhubungan dengan fluensi penerbangan. pesawat atas faktor kelelahan petugas ATC. Kiner-
Namun, tidak dapat dipungkiri, perhatian akan ja yang baik dari karyawan ATC akan mendukung
aspek keselamatan dan kesehatan kerja karyawan keselamatan penerbangan, dan penerbangan yang
Air Traffic Controller (ATC) harus menjadi perha- selamat akan menyelamatkan jutaan jiwa nyawa
tian penting, agar produktivitas tetap optimal un- penumpang dalam setiap harinya. Olehnya kese-
tuk dapat memandu lalu lintas udara. Konsentra- hatan dan keselamatan kerja dari karyawan ATC
si optimal dalam memandu pilot mengemudikan harus selalu menjadi salah satu prioritas untuk
pesawat harus selalu dimiliki oleh petugas ATC, mendapatkan kinerja yang optimal. Penelitian
tetapi kelelahan kerja tetap dapat terjadi sewaktu- bertujuan mengetahui tingkat risiko psikologis
waktu pada controller jika tidak memperhati- karyawan Air Traffic Controller, dengan meli-
kan keselamatan dan kesehatan kerja. Kelelahan hat faktor yang paling mempengaruhi terjadinya
psikologis merupakan aspek yang sering terjadi risiko psikologis tersebut.
pada karyawan ATC berupa kejenuhan, stres, dan
burnout. Kelelahan merupakan suatu yang inevi- BAHAN DAN METODE
table dalam sektor kerja yang periode kerjanya Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif
berlangsung 24 jam/7 hari dikarenakan fungsi dengan desain cross sectional study, lokasi peneli-
otak dan tubuh manusia yang optimal tidak tidur tian di laksanakan di Makassar Air Traffic Service
dengan baik dimalam hari2 diketahui bahwa jam Centre, Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
operasional sektor penerbangan hampir bekerja dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
mencapai waktu 24 jam/7 hari sekalipun dalam Agustus 2017, populasi penelitian adalah seluruh
manajemen waktu ATC dilakukan waktu kerja per karyawan Air Traffic Controller (ATC) dan sam-
shift (pagi, siang, dan malam). Menurut Interna- pel penelitian adalah sebanyak 35 orang respon-
tional Civil Aviation Organization (ICAO), shift den, teknik sampling dengan accidental sampling.
work tetap berkontribusi atas terjadinya gangguan Pendekatan teknik accidental sampling merupa-
psikologis pada ATC berupa stress karena dapat kan jenis non-probability sampling yang paling
mengganggu waktu tidur dan mempengaruhi mudah untuk memenuhi jumlah sampel penelitian

346
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 4, Desember 2018

dan subyektif.5-7 Teknik pengumpulan data dilaku- kerja lama sebanyak 25 orang (71,4), shift kerja
kan secara primer dengan mengumpulkan data tertinggi pada shift kerja siang sebanyak 26 orang
secara langsung kepada responden menggunakan (74,3%), jam istirahat tertinggi 61-120 menit se-
kuesioner, analisis data dengan analisis univariat, banyak 14 orang (40%), dan unit kerja tertinggi
dan penyajian data menggunakan tabel dan narasi. pada unit Aerodrome Control Unit (ADC) seba-
Metode dalam menganalisis tingkat risiko dilaku- nyak 21 orang (60%).
kan dengan menggunakan standar AS/NZS 4360. Tabel 2 menjelaskan tentang tingkat risiko
pada karyawan Air NAV cabang Makassar yang
HASIL tertinggi adalah pada tingkat risiko rendah karena
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karak- hubungan antar karyawan ATC sebanyak 97,1%,
teristik karyawan ATC menjelaskan tentang jenis pada tingkat risiko sedang tertinggi adalah ritme
kelamin, umur, tingkat pendidikan, masa ker- kerja pola 3 hari kerja 1 hari istirahat, lama kerja
ja, shift kerja, lama istirahat, dan unit kerja yang 2-3 jam/shift, dan jumlah pesawat yang diamati,
dapat dijelaskan pada Tabel 1 yang menunjukkan pada tingkat risiko tinggi tertinggi adalah karena
bahwa karyawan ATC yang tertinggi pada jenis ritme kerja pola 3 hari kerja 1 hari istirahat, dan
kelamin laki-laki sebanyak 29 orang (82,9%), tingkat risiko extreme tertinggi adalah peralatan
umur ter- tinggi pada umur 20-29 tahun sebanyak dan fasilitas kerja dan bertugas pada cuaca buruk
20 orang (57,1%), tingkat pendidikan tertinggi sebanyak 5,7%.
pada tingkat pendidikan Diploma Tiga (D3) 27 Berdasarkan hasil Tabel 2 memperlihatkan
orang (77,1%), masa kerja tertinggi adalah masa bahwa tingkat risiko extreme tertinggi karena per-
alatan dan fasilitas kerja dan bertugas pada cuaca
Tabel 1. Karakteristik Karyawan Air NAV buruk. Tingkat risiko tinggi karena ritme kerja pola
Indonesia Cabang Makassar 3 hari kerja 1 hari istirahat, tingkat risiko sedang
Karakteristik n % tertinggi karena ritme kerja pola 3 hari kerja 1 hari
Jenis Kelamin 29 82,9 istirahat, lama kerja 2-3 jam/shift, jumlah pesawat
Laki-laki 6 17,1 yang diamati. Tingkat risiko rendah yang tertinggi
Perempuan karena hubungan dengan pimpinan.
Umur (tahun) 20 57,1
20-29 8 22,9 PEMBAHASAN
30-39 4 11,4
Penelitian menemukan hasil bahwa tingkat
40-49 3 8,6
50-59
risiko tertinggi pada risiko extreme karena keadaan
Tingkat Pendidikan 27 77,1 fasilitas kerja dan bertugas saat cuaca buruk, ting-
D3 7 20,0 kat risiko tinggi terbanyak karena pola kerja 3-1
D4/S1 1 2,9 yaitu 3 hari bekerja dengan 1 hari istirahat. Hasil
S2 ini memperlihatkan bahwa kondisi fasilitas kerja
Masa Kerja 25 71,4 dan bertugas saat cuaca buruk memberikan pe-
Lama 10 28,6 ngaruh yang besar terhadap kerja sebagai control-
Baru ler, di samping itu adalah karena pola kerja 3-1
Shift Kerja 7 20,0 sangat berat dirasakan oleh karyawan ATC. Pe-
Pagi 26 74,3
nelitian ini semakin memperkuat bukti yang telah
Siang 2 5,7
Malam
dikemukakan International Civil Aviation Organi-
Jam Istirahat (menit) 10 28,6 zation (ICAO) bahwa peralatan kerja yang tidak
0-60 14 40,0 memadai merupakan salah satu faktor yang dapat
61-120 11 31,4 memicu munculnya gangguan psikologis berupa
121-180 stres pada pengendali lalu lintas udara olehnya
Unit Kerja 21 60,0 ICAO menyarankan untuk mengeluarkan pekerja
ADC 1 2,9 untuk sementara dan jika tuntutan waktu ATC un-
APP 13 37,1 tuk pekerjaan tertentu dirasakan berlebihan maka
ACC beban kerja tersebut harus dikurangi dengan me-

347
Lalu Muhammad Saleh : Tingkat Risiko Psikologis Karyawan ATC di Salah Satu Cabang Air NAV Indonesia

Tabel 2. Tingkat Risiko Karyawan Air NAV Cabang Makassar


Tingkat Risiko
Uraian Rendah Sedang Tinggi Extreme
n % n % n % n %
Ritme Kerja Pola 3 hari kerja 1 hari istirahat 12 34,3 10 28,6 13 37,1
Lama Kerja 2-3 jam/shift 18 51,4 10 28,6 7 20,0
Jumlah pesawat yang diamati 15 42,9 10 28,6 10 28,6
Kurangnya jumlah teman kerja 14 40,0 9 25,7 11 31,4 1 2,9
Shift kerja harian 19 54,3 7 20,0 8 22,9 1 2,9
Hubungan antar karyawan ATC 34 97,1 1 2,9
Hubungan dengan pimpinan 33 94,3 2 5,7
Pencahayaan yang kurang 26 74,3 6 17,1 2 5,7 1 2,9
Iklim kerja yang tidak sehat 21 60,0 6 17,1 7 20,0 1 2,9
Suhu 19 54,3 6 17,1 10 28,6
Kelembaban 34 97,1 1 2,9
Peralatan dan Fasilitas Kerja 22 62,9 7 20,0 4 11,4 2 5,7
Bertugas saat cuaca buruk 18 51,4 7 20,0 8 22,9 2 5,7
Permasalahan Internal keluarga 30 85,7 3 8,6 1 2,9

rancang ulang tugas dan mengalokasikan kembali dan untuk shift malam dikaitkan dengan operator
tanggung jawab yang sesuai.8 Penelitian Widodo ATC yang harus menuntun pilot dengan kondi-
et al., terkait tingkat stres pemandu lalu lintas uda- si jarak pandang pilot yang pendek pada suasana
ra menemukan bahwa ada hubungan yang kuat an- gelap11, hal ini sejalan dengan temuan Åkerstedt
tara tingkat stres kerja dengan kinerja petugas ATC and Wright, shift kerja malam juga memiliki efek
Jakarta. Hasil analisis statistik dalam persamaan negatif terkait siklus tidur, mampu menyebabkan
regresi menemukan Ŷ= 90,86 – 0,785X atau diar- kantuk, kinerja dan berisiko terhadap terjadinya
tikan bahwa bahwa tiap satu satuan kenaikan ting- kecelakaan.12 Kemudian temuan Zużewicz, et al.,
kat stres kerja petugas, maka akan mempengaruhi terkait shift work ditemukan bahwa ketika jadwal
penurunan kinerja petugas pemandu lalu lintas pe- penerbangan padat dalam suatu shift work maka
nerbangan sebesar 0.785 dalam satuan konstanta ritme sikardian tubuh controller juga akan ber-
90.86.9 ubah atau Heart Rate Variability (HRV) akan ber-
Hasil kajian literatur King et al., terkait pengaruh.13 Padahal diketahui bahwa ketika jad-
pengetahuan dan kemampuan ATC pada weath- wal tugas berturut-turut dilaksanakan oleh petugas
er dalam penerbangan menemukan bahwa masih ATC maka dapat mengakibatkan gangguan tidur
terdapatnya petugas ATC yang pemahaman dasar atau tidur yang terbatas, sehingga individu dinya-
meteorologinya masih kurang, masih kurangnya takan memiliki hutang waktu tidur dan kemung-
pelatihan terkait skenario cuaca, berbagai pera- kinan juga akan mengalami gangguan psikologis
latan dan informasi terkait kondisi cuaca spesifik berupa peningkatan kelelahan, dan sebagai solusi-
pada daerah yang dilintasi pesawat masih terba- nya ialah individu atau petugas membutuhkan
tas, Existing Protocol, dan kesalahpahaman dalam minimal dua malam penuh tidur secara berturut-
koordinasi antar pilot dan ATC.10 Segala bentuk turut atau berdasarkan akumulasi hutang tidur un-
masalah yang ditemukan tersebut menjadikan tuk memulihkan kondisinya.2
acuan agar tercipta rencana keselamatan pener- Menurut Simon Ashley Bennet Direktur Unit
bangan yang lebih ditingkatkan lagi. Kemudian Sipil Keselamatan dan Keamanan (CSSU) Uni-
penelitian Budiman et al., di bandara Angkasa versity of Leicester telah menemukan fakta bah-
Pura II Indonesia menemukan rata-rata beban wa beberapa faktor yang berkontribusi terjadinya
kerja seluruh petugas ATC diklasifikasikan atas kecelakaan pesawat yakni kesalahan pilot (50%),
beban mental yang tinggi disebabkan peak hours kegagalan teknik (20%), cuaca (10%) sekalipun
biasanya terjadi pada shift siang dan shift pagi, telah dibantu menggunakan peralatan berupa

348
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 4, Desember 2018

kompas, gyroscopic, navigasi satelit, dan uplink si adalah suhu, jet stream, pegunungan, dan wake
data cuaca, pesawat masih tidak dapat menghalau turbulence.16
badai, salju, dan kabut. Kemudian terdapat fak- Berdasarkan hasil ini memperlihatkan bah-
tor sabotase (sambaran petir) yang menyumbang wa pola kerja 3-1 harus segera dirubah oleh pihak
berkisar 10%, serta kesalahan manusia itu sendiri, manajemen Air NAV sehingga akan memberikan
dalam hal ini dikaitkan dengan kesalahan pada air waktu istirahat yang cukup buat karyawan. Hal
traffic controller dan beberapa pihak terkait (dis- lainnya adalah bertugas pada saat cuaca buruk
patcher, loader, pengisi bahan bakar, atau teknisi harus dilakukan upaya pencegahan agar tidak me-
pemeliharaan). Adapun peran Air Traffic Control- ngalami tekanan yang berat buat karyawan ATC.
ler dikaitkan dengan shift panjang petugas14 yang Fasilitas yang rusak harus segera diperbaiki agar
dapat menyebabkan kelelahan. tidak menambah beban kerja ATC.
Penelitian yang di laksanakan Antoško M, Permasalahan yang dihadapi oleh karyawan
et al., dalam pengujian kesiapan psikologis oleh ATC harus disadari agar dapat dicegah dan tidak
ATC diketahui bahwa subjek yang diteliti menca- memberikan risiko yang lebih berat kedepannya.
pai kinerja maksimal setiap hari hanya dalam dua Langkah-langkah yang harus ditempuh manaje-
jam pengujian. Hilangnya konsentrasi dan berku- men Air NAV harus menjalankan aturan waktu
rangnya kinerja kerja terjadi setelah delapan jam cuti 34 hari sesuai Peraturan Direktur Jenderal
dan mencapai nilai kritis setelah dua belas jam Perhubungan Udara Nomor SKEP/17/II/2009
pengujian. Kurva rasio kesalahan menunjukkan Tanggal 13 Pebruari 2009. Waktu cuti 12-16 hari
kecenderungan naik. Oleh karena itu, dapat di- setahun harus dirubah dan mengikuti aturan dir-
asumsikan bahwa semakin lama petugas diteliti jen perhubungan udara yang mewajibkan 34 hari
maka akan memburuk pengujian. Perlu diketahui dalam setahun. Solusi lainnya adalah semua per-
bahwa subjek dalam penelitian ini tidak terlibat alatan dan fasilitas yang rusak harus cepat diper-
dalam kegiatan yang menantang, yang akan hadir baiki atau jika memungkinkan fasilitas terkait
dalam operasi nyata, studi ini lebih menekankan kerja harus segera diganti dengan teknologi yang
pada konsentrasi dan perhatian yang besar.15 Se- memadai agar tidak menambah risiko bahaya pe-
hingga dapat ditarik kesimpulan bahwa jika se- nerbangan.
orang controller yang dalam keadaan pengujian Penerbangan Indonesia akan menjadi le-
atau pelatihan diberikan beban kerja rendah, teta- bih baik dan memiliki kualitas yang optimal jika
pi berkesinambungan akan mengalami gangguan semua elemen dalam penerbangan bekerja secara
psikologis, maka sudah tentu gangguan psiko- optimal dan berkualitas. Karyawan ATC memiliki
logis dan kesalahan mungkin akan terjadi kepa- tingkat risiko psikologis seperti stres, jenuh, dan
da petugas ATC jika petugas tersebut dihadapkan burnout. Risiko yang dialami oleh karyawan ATC
langsung dengan suatu yang real pada periode ker- tersebut harus dikelola sehingga tidak menimbul-
ja yang berlangsung lama. kan kelelahan psikologis yang lebih berat. Faktor
Hal ini dapat disimpulkan bahwa petugas manusia dalam dunia penerbangan mempunyai
yang memiliki shift kerja panjang atau kapasitas andil paling besar dalam terjadinya kecelakaan
kerja tidak memadai dapat berkontribusi dalam yaitu 66%.16
munculnya kelelahan psikologis dan kejadian Tingkat kemajuan suatu bangsa dalam pe-
yang tidak diinginkan baik pada petugas ATC nerbangan dilihat dari penerapan kebijakan ke-
maupun pada pelayanan pesawat terlebih jika amanan dan keselamatan penerbangan dari ne-
fasilitas yang digunakan tidak mendukung kelan- garanya. Sistem Manajemen Keselamatan (Safety
caran kerja dan sedang menghadapi kondisi cuaca Management System) merupakan bentuk upaya
yang buruk. Cuaca yang buruk bisa menyebabkan dari perusahaan penerbangan dalam memonitor
dampak buruk dalam dunia penerbangan dan dapat kegiatan penerbangan agar dapat diciptakan ke-
mengakibatkan kecelakaan yang disebabkan oleh selamatan dalam penerbangan. SMS adalah suatu
cuaca yaitu turbulensi, icing, dan kilat turbulensi. sistem monitoring yang berupa tim atau organisa-
Turbulensi adalah golakan udara yang umumnya si di dalam suatu perusahaan penerbangan yang
tidak dapat dilihat. Penyebab terjadinya turbulen- memiliki tugas dan tanggung jawab serta memoni-

349
Lalu Muhammad Saleh : Tingkat Risiko Psikologis Karyawan ATC di Salah Satu Cabang Air NAV Indonesia

tor kinerja keselamatan dari perawatan dan pengo- 6. Hasmi. Metode Penelitian Epidemiologi.
perasian serta memprediksi suatu bahaya, menga- Trans Info Media: Jakarta; 2012.
nalisis risiko dan melakukan tindakan penguran- 7. Notoatmodjo S. Metode Penelitian Kesehatan.
gan risiko.16 Rineka Cipta: Jakarta; 2010.
8. International Civil Aviation Organization
KESIMPULAN DAN SARAN (ICAO). Human Factors Digest No. 8–Human
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa Factors in Air Traffic Control. ICAO, Montre-
tingkat risiko extreme tertinggi karena peralatan al. Canada; 1993.
dan fasilitas kerja dan bertugas pada cuaca buruk, 9. Widodo ES, Fahmi R, Pantaryanto N. Tingkat
tingkat risiko tinggi adalah pola kerja ritme 3 hari Stres Petugas Pemandu Lalu Lintas Penerba-
kerja 1 hari istirahat, lama kerja 2-3 jam/shift, dan ngan. Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi
jumlah pesawat yang diamati, dan tingkat risiko dan Logistik. 2015;2(1):64-81.
rendah tertinggi adalah hubungan antar karyawan. 10. King JM, Ortiz Y, Blickensderfer BL, editors.
Manajemen diharapkan untuk merubah pola kerja ATC Weather Knowledge & Skills: A Contri-
3-1 menjadi 3-2, menambah jumlah tenaga ATC, butor to the General Aviation Weather Prob-
dan perbaikan fasilitas yang rusak. lem? Proceedings of the Human Factors and
Ergonomics Society Annual Meeting; 2016:
UCAPAN TERIMA KASIH SAGE Publications Sage CA: Los Angeles,
Ucapan terima kasih diberikan kepada 1) CA.
Kementerian Pendidikan Tinggi Indonesia 2) Ge- 11. Budiman J, Pujangkoro S, Kes AM. Anali-
neral Manajer Air Nav Cabang MATSC dan Ma- sis Beban Kerja Operator Air Traffic Control
najer Safety Management System 3) Karyawan Air Bandara Xyz dengan Menggunakan Metode
Traffic Controller (ATC) khususnya di Makassar. Nasa-Tlx. Jurnal Teknik Industri USU.
2013;3(3).
DAFTAR PUSTAKA 12. Åkerstedt T, Wright KP. Sleep loss and Fa-
1. International Air Transport Association tigue in Shift Work and Shift Work Disorder.
(IATA). Developing the Potential of In- Sleep medicine clinics. 2009;4(2):257-71.
donesia’s Aviation Sector 2015. Available 13. Zużewicz K, Kwarecki K, Waterhouse J. Cir-
from: http://www.iata.org/pressroom/pr/Pag- cadian Rhythm of Heart Rate, Urinary Cortisol
es/2015-03-12-01.aspx. Excretion, and Sleep in Civil Air Traffic Con-
2. Margison G. Fatigue Management Guide for trollers. International Journal of Occupational
Air Traffic Service Providers. Kanada; 2016. Safety and Ergonomics. 2000;6(3):383-92.
3. ICAO. Human Factors Training Manual. 14. Khoiri A. Lima Faktor Penyebab Ter-
ICAO, Montreal. Canada; 1993. jadinya Kecelakaan Pesawat Jakarta:
4. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan CNN Indonesia; 2016. Available from:
Udara. Peraturan Direktur Jenderal Perhubu- https://www.cnnindonesia.com/gaya-hid-
ngan Udara Nomor: Kp 218 Tahun 2017 up/20160524100733-269-133019/lima-fak-
Tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur tor-penyebab-terjadinya-kecelakaan-pesawat/.
Jenderal Perhubungan Udara Nomor Kp 287 15. Antoško M, Pil’a J, Korba P. Psychological
Tahun 2015 Tentang Pedoman Teknis Opera- Readiness of Air Tra ffic Controllers for their
sional Bagian 69-01 (Advisory Circular Part Job. NAŠE MORE, Znanstveno-stručni časo-
69-01) Tentang Lisensi, Rating, Pelatihan dan pis za more i pomorstvo. 2014;61(1-2):S5-8.
Kecakapan Personel Pemandu Lalu Lintas Pe- 16. Gunaryadi, dkk, Keselamatan Penerbangan,
nerbangan. In: Udara KPDJP, editor. Jakarta. Tinjauan Keselamatan Penerbangan Sipil
5. Saryono, Anggraeni MD. Metode Penelitian di Indonesia, Mitra Wacana Media. Jakarta;
Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Nuha 2016.
Medika; 2013.

350

Anda mungkin juga menyukai