Anda di halaman 1dari 179

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan pelayanan kesehatan

utama yang diberikan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru

lahir. Setiap ibu hamil akan menghadapi resiko yang bisa mengacam jiwanya.

Maka dari itu setiap ibu hamil memerlukan asuhan kebidanan selama masa

kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir (Dwi, 2014).

Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu

keadaan yang fisiologis, namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu

keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat

menyebabkan kematian. (Maharani,2016).

Peran bidan dalam pelayanan kebidanan

a. Peran sebagai pelaksana

Sebagai pelaksana, bidan

memiliki tiga kategori tugas,

yaitu tugas mandiri, tugas

kolaborasi, dan tugas

ketergantungan.

a) Tugas mandiri

 Menetapkan

manajemen

kebidanan pada
2

setiap asuhan

kebidanan yang di

berikan

 Memberi

pelayanan dasar

pranikah pada

anak remaja dan

dengan

melibatkan

mereka sebagai

klien

b) Memberi asuhan

kebidanan kepada klien

selama kehamilan normal

b. Tugas kolaborasi

a) Menerapkan manajemen

kebidanan pada setiap

asuhan kebinanan sesuai

fungsi kolaborasi dengan

melibatkan klien dan

keluarga

b) Memberi asuhan

kebinanan pada ibu hamil


3

dengan resiko tinggi dan

pertolongan pertama pada

kegawatdaruratan yang

memerlukan tindakan

kolaborasi.

c) Memberikan asuhan

kebinanan pada ibu dalam

masa persalian dengan

resiko tinggi serta

keadaan

kegawatdaruratan yang

memerlukan pertolongan

pertama dengan tindakan

kolaborasi dengan

melibatkan klien dan

keluarga.

c. Tugas Ketergantungan

a) Menerapkan manajemen

kebinanan, pada setiap

asuhan sesuai dengan

fungsi keterlibatan klien

dan keluarga.
4

b) Memberi asuhan

kebinanan melalui

konsultasi dan rujukan

pada kasus kehamilan

dengan resiko tinggi serta

kegawatdaruratan

c) Memberi asuhan

kebinanan melalui

konsultasi serta rujukan

pada masa persalinan

dengan penyulit tertentu

dengan melibatkan klien

dan keluarga

a. Peran bidan sebagai pengelola

 Mengembangkan pelayanan dasar

kesehatan bidan bertugas,

mengembangkan pelayanan dasar

kesehatan, terutama pelayanan untuk

individu.

 Menyusun rencana kerja sesuai dengan

hasil pengkajian bersama masyarakat

 Mengembangkan strategi untuk

meingkatkan kesejahteraan masyarakat


5

khususnya kesehatan ibu dan anak serta

KB

 Mempertahankan, meningkatkan mutu

dan keamanan praktik profesional

melalui pendidikan, pelatihan, serta

kegiatan dalam kelompok profesi

b. Peran sebagai pendidik

 Memberi pendidikan dan penyuluhan

kesehatan pada klien

 Melatih dan membimbing kader

Bidan melatih dan membimbing kader,

peserta didik kebinanan dan

keperawatan, serta membina dukun di

wilayah setempat

c. Peran sebagai peneliti atau investigator

 Mengidentifikasi kebutuhan investigasi

yang akan dilakukan

 Melaksanakan investigasi sesuai rencana

 Menyusun laporan hasil investigasi dan

tindak lanjut

 Memanfaatkan hasil investigasi untuk

meningkatkan dan mengembangkan

program kerja atau pelayanan kesehatan


6

Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin intra

uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.

Pertumbuhan dan perkembangan kehamilan menentukan derajat kesehatan

ibu hamil dan sampai bersalin. Selama masa kehamilan terjadi perubahan

dalam sistem tubuh yang menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu

hamil seperti frekuensi berkemih, konstipasi, insomnia, nyeri pinggang dan

keringat berlebihan (Sastrawinata, 2015).

Kehamilan merupakan proses yang  alamiah,danmerupakan

pengalaman yang sangat bermakna bagi perempuan, keluarga dan

masyarakat. Asuhan kebidanan mengutamakan pelayanan berkesinambungan

(Continuity Of Care), sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan

pelayanan dari tenaga profesional yang akan menangani perawatan

berkelanjutan sejak ibu hamil, ibu nifas serta perawatan bayi baru

lahir.Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang sudah cukup

berada dalam rahim ibunya, dengan disusul oleh keluarnya plasenta dan

selaput janin dari tubuh ibu (Fitriana dan nurwiyandani 2018).

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan denga presentasi

belakang kepalayang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi

dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang

nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk

melahirkan bayi (Walyani dan Purwoastuti 2016).


7

Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang sudah

cukup berada dalam rahim ibunya, dengan disusul oleh keluarnya plasenta

dan selaput janin dari tubuh ibu (Fitriana dan Nurwiyandani 2018).

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan denga presentasi

belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi

dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang

nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk

melahirkan bayi (Walyani dan Purwoastuti 2016).

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa

maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke

kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan

baik. Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun

tidak ada batasan yang pasti. Menurut psikolgi, bayi adalah priode

perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau24 bulan. Masa

bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak

kegiatan psikologi yang terjadi hanya sebagai permulaan sebagai bahasa,

pemikiran simpolis, koordinasi sensorimotor dan belajar sosial. Pada masa ini

manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap

kematian. Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal (kematian di

27 hari pertama hidup) dan post-neonatal (setelah 27 hari). (Marmi dan

Rahardjo, 2019).
8

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2017, angka

kematian ibu (AKI), menjadi salah satu indikator penting dari derajat

kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal

dari sutau penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau

penanganannya (tidak termaksud kecelakaan atau kasus insidentil) selama

kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)

tanpa menghitung lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. .(Survei

demografi dan kesehatan Indonesia,2015)

Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih cukup

tinggi. Padahal jumlah pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan di

Indonesia cukup banyak. Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia

setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi

kehamilan atau persalinan.

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesiamerupakan tertinggi di

ASEAN yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup, penurunan AKI adalah

program prioritas Indonesia (PWS-KIA, 2010).

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia merupakan jumlah kematian

selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya

kehamilan,akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh

kehamilan atau penanganannya,tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau

cedera (WHO,2016)
9

Berdasarkan data survei demografi kesehatan indonesia( 2017 )bahwa AKI

di indonesia 359 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab langsung

adalah perdarahan,preeklamsi,eklamsi,dan infeksi. Penyebab tidak langsung

adalah karena 3 terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan, terlamat

sampe ke tempat rujukan,terlambat mendapat penanganan. Dan 4 terlalu yaitu

: kehamilan terlalu muda,usia yang terlalu tua untuk hamil,jarak kehamilan

terlalu dekat,kehamilan terlalu banyak. AKB di indonesia adalah 32/1000

kelahiran dengan penyebab Asfiksia, BBLR, dan Diare.

Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan tahun 2018 jumlah

kasus kematian ibu di NTT adalah 142 orang dengan penyebab Sistem

jantung,Perdarahan dengan Hipertensi dalam kehamilan, dan jumlah kasus

kematian bayi adalah 912 orang, dengan penyebab Diare,BBLR dengan

Asfiksia.

Berdasarkan data yang di peroleh di Puskesmas Tarus tahun 2018

jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja berjumlah 1.741, jumlah

sasaran ibu bersalin 1388 sedangkan jumlah ibu yang akan melakukan

operasi Sectio Caesarea berjumlah 353. Jumlah sasaran ibu nifas 1741,

jumlah sasaran bayi sebanyak 1741, jumlah K1 sebanyak 1741, jumlah K4

sebanyak 1454, jumlah salin nakes sebanyak 1660, jumlah KF 1-3 sebanyak

1656, jumlah KN 1-3 sebanyak 1655.

Salah satu program untuk penurunan AKI dan AKB adalah program

perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K). Program

perencanaan stiker ini dapat meningkatkan peran aktif suami, keluarga dan
10

masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman. Program ini juga

meningkatkan persiapan menghadapi komplikasi pada saat kehamilan. Selain

program P4K provinsi NTT juga memiliki salah satu program Revolusi KIA

yaitu semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih

difasilitas kesehatan yang memadai. Berdasarkan uraian diatas maka penulis

sebagai mahasiswa Diploma III Kebidanan tertarik untuk melakukan Asuhan

Kebidanan Komprehensif pada Ny. Y.B, umur 27 tahun GIV PI A0 AHI usia

kehamilan 39-40 minggu di Puskesmas Tarus Kabupaten Kupang tahun

2019.

B. TUJUAN

Tujuan dari pelaksanaan laporan tugas akhir dengan Asuhan

Kebidanaan komprehensif ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Meningkatkan ketrampilan mahasiswa dalam memberikan Asuhan

kebidanan komprehensif kepada Ny. Y.B, pada masa hamil, bersalin,

bayi baru lahir dan nifas dengan pendekatan manajemen kebidanan 7

langkah varney dan

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian pada Ny.Y.B pada masa hamil, bersalin,

bayi baru lahir dan nifas.

b. Dapat menganalisa masalah, diagnosa kebidanan pada Ny. Y.B pada

masa hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas.


11

c. Dapat melakukan penatalaksanaanpadaNy. Y.Bpada masa hamil,

bersalin, bayibarulahir dannifas.

d. Dapat melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

C. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN KASUS

Pengambilan kasus dilakukan di ruang KIA Puskesmas Tarus dan

Rumah pasien dengan menerapkan asuhan kebidanan yang dimulai tanggal:

1. 31-10-2019     : Pemeriksaan kehamilan pertama

2. 02-11-2019     : Pemeriksaan kehamilan kedua

3. 09-11-2019 : Persalinan Normal

4. 09 -11-2019: Kunjungan nifas I dan/KN1 (hari ke 1)

5. 12-11-2019: Kunjungan rumah pertama, nifas II dan KN II (hari ke 3)

6. 19-11-2019: Kunjungan rumah kedua, KN III (hari ke 10)

7. 29-11-2019:Kunjungan rumah ketiga,nifas III (20 hari)


12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. ANTENATAL CARE TRIMESTER III

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan trimester III adalah trimester akhir kehamilan pada

periode ini pertumbuhan janin dalam rentang waktu 29-40 minggu dan

janin berada pada tahap penyempurnaan(Manuaba,2009).

Kehamilan trimester III adalah waktu untuk mempersiapkam

kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian

pada helahiran bayi. Ibu selalu waspada untuk melindungi bayinya dari

bahaya, cedera dan akan menghindari orang atau hal hal yang di

anggapnya membahayakn bayinya (Sarwono, 2009).

Kehamilan trimester III adalah waktu untuk mempersiapkam

kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian

pada helahiran bayi. Ibu selalu waspada untuk melindungi bayinya dari

bahaya, cedera dan akan menghindari orang atau hal hal yang di

anggapnya membahayakn bayinya (Sarwono, 2009).

2. Adaptasi Perubahan Fisik Kehamilan Trimester III

Perubahan kehamilan trimester III yang terjadi pada fisik (Marmi,

2011) meliputi:

a. Uterus

Pada trimester III tinggi fundus uteri usia 28 minggu mencapai

3 jari di atas pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosessus xifoideus
13

(25 cm). Pada usia kehamilan 32 minggu TFU kira-kira mencapai ½

antara pusat dan prosessus xifoideus (27 cm). Pada usia kehamilan 36

minggu TFU berada di 1 jari bawah prosessus xifoideus (30 cm),

sedangkan pada usia 40 minggu TFU terletak kira-kira di 3 jari

dibawah prosessus xifoideus (33 cm).Uterus yang semula biasanya 30

gram akan mengalami hipertropi dan hyperplasia karena pengaruh

hormone estrogen dan progesterone sehingga pada akhir kehamilan

uterus ini menjadi 1000 gram dengan panjang 20 cm.

b. Vulva dan Vagina

Pada akhir kehamilan, cairan vagina mulai meningkat dan lebih

kental karena akibat stimulasi estrogen (Aprilia,2010).

c. Serviks Uteri

Serviks uteri lebih banyak mengandung jaringan ikat yang

terdiri atas kolagen. Selain itu prostaglandin bekerja pada serabut

kolagen, terutama pada minggu-minggu akhir kehamilan. Serviks

menjadi lunak dan lebih mudah berdilatasi pada waktu persalinan.

d. Mamae atau Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan memberikan ASI pada saat laktasi, hormone yang

mempengaruhi:

1) Estrogen

a) Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga

payudara tampak semakin membesar.


14

b) Tekanan serta syaraf akibat penimbunan lemak dan air serta

garam menyebabkan rasa sakit pada payudara.

2) Somatotropin

a) Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara.

b) Merangsang pengeluaran colostrum pada payudara.

3) Progesterone

Mempersiapkan acinus sehingga dapat berfungsi:

a) Menambah jumalah sel acinus.

b) Pegeluaran ASI belum berlangsung karena prolactin belum

berfungsi.

Setelah persalinan, hambatan prolactin tidak ada

sehingga membuat ASI dapat keluar dengan lancar.

e. Sistem Perkemihan

Kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul, sehingga

keluhan sering kencing akan muncul kembali karena kandung kemih

tertekan oleh bagian terendah janin. Selain itu juga terjadi hemodilusi

menyebabakan metabolisme air menjadi lancar.

f. Sirkulasi Darah

Volume darah semakin meningkat kira-kira 25% dimana

jumlah serum darah lebih besar dari pada pertumbuhan sel darah,

sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi) dengan

puncaknya pada usia 32 minggu, terjadi supine hypotensive syndrome

karena penekanan vena kava inverior.


15

g. Sistem Pernapasan

Pada 32 minggu keatas karena usus-usus tertekan uterus yang

membesar ke arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa

bergerak mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami derajat

kesulitan bernafas.

h. Sistem Kardiovaskular

Pada usia kehamilan 30 minggu curah jantung turun kembali

karena pembesaran uterus yang menekan vena yang membawa darah

dari tungkai ke jantung.

i. Sistem Muskuloskeletal

Pada akhir kehamilan, hormon estrogen dan progesteron

memberi efek maksimal terhadap relaksasi otot dan ligamen pelvis.

Relaksasi ini digunakan pelvis untuk meningkatkan kemampuan

menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan dan pada saat kelahiran

(Sulistyawati, 2011).

3. Adaptasi Psikologis Kehamilan Trimester III

Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester III (Asrinah dkk, 2010)

yakni:

a. Trimeter III sering disebut sebagai periode penantian yang mana pada

trimester ketiga ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian

dari dirinya dia menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayinya dan

ada perasaan yang tidak menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat

waktu.
16

b. Trimester III adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan

kedudukan sebagai orang tua dan ini dapat menimbulkan perasaan

khawatir.

c. Pada Trimester III dapat timbul perasaan kekhawatiran terhadap

bayinya, khawatir bayinya mengalami ketidak normalan (kecacatan).

Akan tetapi kesibukan dalam mempersiapkan kelahiran bayinya dapat

mengurangi kekhawatirannya.

d. Hasrat seksual tidak seperti pada trimester kedua hal ini dipengaruhi

oleh perubahan bentuk perut yang semakin membesar dan adanya

perasaan khawatir terjadi sesuatu terhadap bayinya.

e. Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin

kuat menjelang akhir kehamilan. Ibu akan merasa canggung, jelek,

berantakan dan memerlukan dukungan dari pasangannya yang sangat

besar.

4. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

Asuhan kebidanan dilakukan pendokumentasian menggunakan

SOAP (Marmi, 2011) meliputi:

a. Data Subyektif

Subyektif adalah data yang didapat dan klien sebagai pendapat

terhadap suatu situasi dan kejadian. Pada trimester III data subjektif

ibu menyatakan telat haid 7-8 bulan dan nyeri pinggang bagian

belakang. Pada data subyektif meliputi:

1) Biodata
17

Biodata mencakup identitas pasien yaitu:

a) Nama yang jelas dan lengkap bila perlu ditulis nama panggilan

sehari-hari.

b) Umur, dicatat dalam tahun, berguna mengantisipasi diagnosa

masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan.

c) Agama, ditanyakan untuk kemungkinan pengaruhnya terhadap

kebiasaan kesehatan pasien dan mempermudah pendekatan

didalam melaksanakan asuhan kebidanan.

d) Suku/bangsa berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasan

sehari-hari.

e) Pendidikan, ditanyakan untuk mengetahui tingkat

intelektualnya, juga tingkat pengetahuan sikap perilaku

kesehatan seseorang.

f) Pekerjaan, gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat

sosial ekonominya, karena ini juga berpengaruh dalam gizi

pasien tersebut.

g) Alamat, ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan

bila diperlukan keadaan mendesak dengan diketahui alamat

bidan dapat mengetahui tempat tinggal pasien dan

lingkungannya.

2) Keluhan utama, ibu mengatakan telah haid 7 – 9 bulan, pernah atau

tidak pernah keguguran, jumlah anak yang hidup, serta jumlah

kelahiran.
18

3) Riwayat menstruasi, untuk mengetahui faal alat reproduksi yang

meliputi usia saat menarche, siklus haid, lamanya haid, sifat darah

dan nyeri yang terjadi pada saat haid.

4) Riwayat perkawinan yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah,

status menikah syah atau tidak, karena tanpa status yang jelas akan

berkaitan denga psikologis.

5) Riwayat kehamilan yang lalu, ditanyakan apakah ada gangguan

yang sangat selama kehamilan, selama hamil melakukakan

pemeriksaan dimana.

6) Riwayat kehamilan sekarang, untuk mengetahui sejak kapan

pergerakan anak dirasakan, keluhan yang dialami saat hamil,

imunisasi TT berapa kali dan therapi yang didapatkan.

7) Riwayat Keluarga Berencana, untuk mengetahui apakah pasien

pernah mengikuti KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama,

adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi, dan alasan

berhenti dari KB.

8) Riwayat Kesehatan Keluarga, data ini diperlukan untuk dapat

mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga

terhadap kesehatan pasien dan janinnya yaitu apabila ada penyakit

keluarga yang menyertai.

9) Keadaan Psikososial, untuk mengetahui respon ibu dan keluarga

terhadap kehamilannya. Wanita mengalami perubahan

emosi/psikologis selama masa kehamilan.


19

10) Riwayat Pola Nutrisi, menggambarkan tentang pola makan,

frekuensi, jenis makanan dan minuman dan keluhan.

11) Riwayat Eliminasi, menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu

kebiasaan buang air besar dan buang air kecil, meliputi frekuensi,

warna, bau, dan keluhan.

12) Pola Istirahat, meggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,

berapa jam pasien tidur dan keluhan yang dialami pasien saat

istirahat.

13) Riwayat Kebersihan Diri, dikaji untuk mengetahui apakah ibu

selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genitalia,

karena pada masa kehamilan terjadi peningkatan pH vagina.

Data subjektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat. Tanda

gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari pasien, suami

atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat menarche, riwayat

perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB,

penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga, riwayat psikososial, pola

hidup).

b. Objektif (data yang diobservasi)

Data Adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan pada

pasien, pemeriksaan umum, kebidanan dan pemeriksaan penunjang.

Pada data objektif pemeriksaan tersebut adalah meliputi:

1) Pemeriksaan fisik umum : keadaan umum pasien yang ditunjunkan

dengan kesadaran,postur tubuh, gerakan tubuh dan ekspresi wajah.


20

2) Pengukuran tanda-tanda vital : suhu ( 36,50C-37,50C ), nadi (80-

90x/menit), tekanan darah (110/70-120/80 mmHg), dapat

menentukan adanya gangguan kesehatan dalam tubuh pasien.

3) Pemeriksaan inspeksi, meliputi:

a. Kepala : Kebersihan rambut dan apakah ada

benjolan.

b. Wajah : Observasi kulit muka apakah ada pucat

atau edema dan cloasma.

c. Mata : Apakah ada ikterik dan pucat.

d. Hidung : Apakah ada polip dan sekret.

e. Telinga : Apakah ada serumen.

f. Leher : Apakah ada benjolan abnormal dan

pembesaran kelenjar.

g. Dada :
Bentuknya apakah ada benjolan abnormal,

apakah puting susu menonjolan atau tidak,

adakah hiperpigmentasi dan pengeluaran

colostrum.
h. Abdomen :
Apakah ada bekas operasi, strie dan linea

nigra.
i. Ekstremitas :
Ekstremitas atas dan bawah apakah ada

oedema dan varises.


j. Genitalia :
Apakah ada kelainan, pengeluaran cairan

abnormal dari jalan lahir.


21

4) Pemeriksaan palpasi meliputi :

a. Leopold I : Untuk menentukan usia kehamilan, tinggi

fundus uteri, dan bagian apa yang

terdapat pada fundus.

Pada Trimester III usia kehamilan:

7 bulan : 3 jari atas pusat

8 bulan : ½ pusat – PX

9 bulan : 3 jari bawah PX

b. Leopold II : Untuk menentukan letak punggung janin

sebelah kanan atau kiri dan bagian

terkecil janin, jika teraba keras, datardan

memanjang seperti papan( punggung)

c. Leopold III : Untuk menentukan apa yangterdapat

dibagian bawah ( jika kepala maka teraba

bulat, melenting, dan keras), bokong

(bulat, lunak, melenting) dan apakah

bagian bawah janin ini sudah atau belum

terpegang oleh pintu atas panggul.

d. Leopold IV : Untuk menentukan apa yang menjadi

bagian bawah dan berapa masuknya

bagian bawah kedalam rongga panggul.


22

5) Pemeriksaan Auskultasi

Apakah DJJ terdengar atau tidak, frekuensi, jelas dan

teratur atau tidak dan terdengar di kanan atau kiri perut ibu. DJJ

normal 120-160 x/menit.

6) Pemeriksaan Perkusi

Tungkai refleks atau tidak

7) Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan darah:

(1) Golongan darah : untuk mengetahui golongan darah

pasien: A, B,O dan AB.

(2) Hemoglobin (Hb): Hb normal adalah 11-16 g/dl.

(3) Malaria (DDR) : Hasil pemeriksaan negatif atau positif.

(4) Hepatitis B (HbsAg) : Hasil pemeriksaan positif atau

negatif.

b) Pemeriksaan Ultrasonografi(USG) : dilakukan atau tidak di

lakukan.

c) Analisa

G P A AH UK 28-40 minggu janin tunggal/gemeli, hidup,

presentasi Kepala/Sungsang/Lintang intra uterine.

d) Pelatalaksanaan

(1) Standar pelayanan Antenatal (10 T)

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2017),

menyatakan dalam melakukan pemeriksaan antenatal,


23

tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang

berkualitas sesuai standar terdiri dari:

(a) Timbangan Berat Badan Dan Ukur Tinggi Badan

Berat badan dihitung setiap ibu datang untuk

mengetahui kenaikan BB dan penurunan BB.

Kenaikan BB ibu hamil normal rata-rata antara 6,5

kg sampai 16kg (Prawirohardjo, 2010).

Pengukuran tinggi badan pada pertama kali

kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor

pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari

145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD

(Cephalo Pelvic Disproportion).

(b) Ukur Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali

kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi

adanya hipertensi (tekanan darah ≥140/90 mmHg)

pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai

edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau

proteinuria).

(c) Nilai Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas /Lila)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada

kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I

untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi


24

Kronis (KEK), disini maksudnya ibu hamil yang

mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung

lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang

dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan

melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

(d) Ukur Tinggi Fundus Uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap

kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi

pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur

kehamilan. Jika tinggi fundus uteri tidak sesuai

dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan

pertumbuhan janin. Standar pengukuran penggunaan

pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.

Tabel. 2 Perkiraan TFU terhadap kehamilan


Tinggi Fundus Usia Kehamilan
1/3 diatas simfisis atau 3 jari diatas simfisis 12 minggu
½ simfisis-pusat 16 minggu
2/3 diatas simfisis atau 3 jari dibawah pusat 20 minggu
Setinggi pusat 22 minggu
1/3 diatas pusat atau 3 jari diatas pusat 28 minggu
½ pusat-procesus xipoideus 34 minggu
Setinggi procesus xipoideus 36 minggu
2 jari dibawah procesus xipoideus 40 minggu
Sumber : (Walyani,2015)

(e) Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)


25

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir

trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan

antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui

letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin

bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul

berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada

masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester

I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ

lambat kurang dari 120x/menit atau DJJ cepat lebih dari

160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.

(f) Skrining Status Imunisasi Tetanus Dan Berikan Imunisasi

Tetanus Toxoid (TT)

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonaturum,

ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak

pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi ibu saat ini.

Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi TT2 agar

mendapat perlindungan terhadap imunisasi infeksi tetanus.

Ibu hamil dengan TT5 (TT Long Life) tidak perlu

diberikan imunisasi TT lagi. Pemberian Imunisasi TT

tidak mempunyai interval maksimal, hanya terdapat

interval minimal. Interval minimal pemberian Imunisasi

TT dan lama perlindungannya dapat dilihat pada tabel 2.

Selang waktu pemberian imunisasi Tetanus Toxoid.


26

Tabel. 3 Imunisasi TT

Imunisasi Interval % Masa


Perlindungan Perlindungan

TT1 Kunjungan ANC pertama 0 -

TT2 4 minggu setelah TT1 80 3 tahun

TT3 6 bulan setelah TT 2 95 5 tahun

TT4 1 tahun setelah TT 3 99 10 tahun

TT5 1 tahun setelah TT 4 99 25


tahun/seumur
hidup

(Sumber : Walyani, 2015)

(g) Beri Tablet Tambah Darah (Tablet Besi)

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu

hamil harus mendapat tablet tambah darah (tablet zat

besi) dan asam folat minimal 90 tablet selama kehamilan

yang diberikan sejak kontak pertama.

(h) Tes Laboratorium (Rutin Dan Khusus)

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada

ibu hamil adalah pemeriksaan laboratorium rutin dan

khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin adalah

pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada

setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah

dan pemeriksaan spesifik daerah endemis (malaria, HIV,

dll). Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah

pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas


27

indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan

antenatal. Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat

antenatal tersebut meliputi:

(1) Pemeriksaan Golongan Darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil

tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah

ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon

pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan

apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

(2) Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu

hamil dilakukan minimal sekali pada trimester

pertama dan sekali pada trimester ketiga.

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu

hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama

kehamilannya karena kondisi anemia dapat

mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam

kandungan. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah

ibu hamil pada trimester kedua dilakukan atas

indikasi.

(3) Pemeriksaan Protein Dalam Urin


28

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu

hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga

atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk

mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil.

Proteinuria merupakan salah satu indicator

terjadinya preeklapsia pada ibu hamil.

(4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes

mellitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah

selama kehamilannya minimal sekali pada trimester

pertama, sekali pada trimester kedua dan sekali pada

trimester ketiga.

(5) Pemeriksaan Darah Malaria

Semua ibu hamil di daerah endemis malaria

dilakukan pemeriksaan darah malaria dalam rangka

skrining pada kunjungan pertama antenatal. Ibu

hamil di daerah non endemis malaria dilakukan

pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi.

(6) Pemeriksaan Tes Sifilis

Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah

risiko tinggi dan ibu hamil yang menderita sifilis.

Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini

mungkin pada kehamilan.


29

(7) Pemeriksaan HIV

Tes HIV wajib ditawarkan oleh tenaga

kesehatan ke semua ibu hamil secara inklusif

dengan pemeriksaan laboratorium rutin. Teknik

penawaran ini disebut tes HIV atas inisitif pemberi

pelayanan kesehatan (TIPK).

(8) Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil

yang dicurigai menderita tuberkulosis sebagai

pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak

mempengaruhi kesehatan janin.

(i) Tatalaksana/Penanganan Kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan

hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang

ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan

standard an kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang

tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

(j) Temu Wicara (Konseling)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap

kunjungan antenatal yang meliputi:

(1) Kesehatan Ibu


30

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan

kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan

menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup

selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak

bekerja berat.

(2) Perilaku Hidup Sehat dan Bersih

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga

kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci

tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari dengan

menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan

sebelum tidur serta olahraga ringan.

(3) Peran Suami/Keluarga Dalam Kehamilan dan Perencanaan

Persalinan

Setiap ibu hamil perlu perlu mendapatkan

dukungan dari keluarga terutama suami dalam

kehailannya. Suami, keluarga atau masyarakatat perlu

menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi

rujukan dan calon pendonor darah. Hal ini penting apabila

terjadi komplikasi dalam kehamilan, persalinan, dan nifas

agar segera dibawah ke fasilitas kesehatan.

(4) Tanda Bahaya Pada Kehamilan, Persalinan, dan Nifas

Serta Kesiapan Menghadapi Komplikasi


31

Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-

tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas

misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua,

keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dan

sebagainya.

(5) Asupan Gizi Seimbang

Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan

asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang

seimbang karena hai ini penting untuk proses tumbuh

kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu

hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin

untuk mencegah anemia pada kehamilannya.

(6) Gejala Penyakit Menular Dan Tidak Menular

Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejal

penyakit menular dan tidak menular karena dapat

mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.

(7) Penawaran untuk melakukan tes HIV dan koseling di

daerah Epidemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil

dengan IMS dan Tuberkulosis di daerah Epidemi rendah.

Setiap ibu hamil ditawarkan untuk melakukan tes

HIV dan segera diberikan informasi mengenai risiko

penularan HIV dari ibu ke janinnya. Apabila ibu hamil

tersebut HIV positif maka dilakukan konseling


32

pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA). Bagi

ibu hamil yang negatif diberikan penjelasan untuk menjaga

tetap HIV negatif Selama hamil, menyusui dan seterusnya.

(8) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Dan Pemberian ASI Ekslusif

Setiap ibu hamil danjurkan untuk memberikan ASI

kepada bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI

mengandung zat kekebalan tubuh yang penting ASI

dilanjukan sampai bayi berusia 6 bulan.

(9) KB Pasca Bersalin

Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya

ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan

dan agar ibu punya waktu untuk merawat kesehatan diri

sendiri, anak dan keluarga.

(10) Imunisasi

Setiap ibu hamil harus mempunyai status imunisasi

(T) yang masih memberikan perlindungan untuk

mencegah ibu dan bayi mengalami tetanus neonaturum.

Setiap ibu hamil minimal mempunyai mempunyai status

imunisasi T2 agar terlindungi terhadap infeksi.

(11) Program Puskesmas P4K (Program Perencanaan

Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi) :


33

(a) Pengertian

P4K adalah merupakan suatu kegiatan yang

difasilitasi oleh bidan khususnya, dalam rangka peran

aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam

merencanakan persalinan yang aman dan persiapan

menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk

perencanaan penggunaan KB pasca persalinan dengan

menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran

dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu

pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.

Fokus dari P4K adalah pemasangan stiker

pada setiap rumah yang ada ibu hamil. Diharapkan

dengan adanya stiker (Gambar) di depan rumah,

semua warga masyarakat mengetahui dan juga

diharapkan dapat memberi bantuannya. Di lain pihak

masyarakat diharapkan dapat mengembangkan

norma-norma sosial termasuk kepeduliannya untuk

menyelamatkan ibu hamil dan ibu bersalin.

Dianjurkan kepada ibu hamil untuk melahirkan ke

fasilitas kesehatan termasuk bidan desa. Bidan

diharuskan melaksanakan pelayanan kebidanan antara

lain pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,

asuhan masa nifas dan perawatan bayi baru lahir


34

sehingga kelak dapat mencapai dan mewujudkan Visi

Departemen Kesehatan, yaitu ”Masyarakat Mandiri

untuk Hidup Sehat”.

Dalam rangka meningkatkan cakupan dan

mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru

lahir (DepKes RI, 2009). Gambar (2.1) stiker P4K

(Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan

Komplikasi).

(b) Peran dan fungsi bidan pada ibu hamil dalam P4K,

menurut Depkes (2009), yaitu:

(1) Melakukan pemeriksaan ibu hamil (ANC) sesuai

standar (minimal 4 kali selama hamil) muali dari

pemeriksaan keadaan umum, Menentukan

taksiran partus (sudah dituliskan pada stiker),

keadaan janin dalam kandungan, pemeriksaan

laboratorium yang diperlukan, pemberian

imunisasi TT (dengan melihat status

imunisasinya), pemberian tablet Fe, pemberian

pengobatan/ tindakan apabila ada komplikasi.

(2) Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu

hamil dan keluarga mengenai:tanda-tanda

persalinan, tanda bahaya persalinan dan

kehamilan, kebersihan pribadi dan lingkungan,


35

kesehatan & gizi, perencanaan persalinan

(bersalin di bidan, menyiapkan trasportasi,

menyiapkan biaya, menyiapkan calon donor

darah), perlunya Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

dan ASI Eksklusif, KB pasca persalinan.

(3) Melakukan kunjungan rumah untuk

penyuluhan/konseling pada keluarga tentang

perencanaan persalinan, memberikan pelayanan

ANC bagi ibu hamil yang tidak datang ke bidan,

motivasi persalinan di bidan pada waktu

menjelang taksiran partus, dan membangun

komunikasi persuasif dan setara, dengan forum

peduli KIA dan dukun untuk peningkatan

partisipasi aktif unsur-unsur masyarakat dalam

peningkatan kesehatan ibu dan anak.

(4) Melakukan rujukan apabila diperlukan.

Memberikan penyuluhan tanda, bahaya pada

kehamilan, persalinan dan nifas. Melibatkan

peran serta kader dan tokoh masyarakat, serta

melakukan pencatatan pada : kartu ibu, Kohort

ibu, Buku KIA.


36

B. PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR (BBL) UMUR 1 JAM

1. Persalinan

Persalinan terbagi menjadi 2 bagian yaitu persalinan normal dan

patologis.

a. Persalinan normal

1. Pengertian

Persalinan merupakan rangkaian dari ritme, kontraksi progresif pada

rahim yang biasanya memindahkan janin melalui bagian bawah rahim

(servik) dan saluran lahir (vagina) menuju dunia luar (Nuha Medika 2014).

Persalinan normal merupakan suatu proses pengeluaran bayi dengan usia

kehamilan yang cukup, letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu,

presentasi belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi dan panggul

ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri. Hampir sebagian besar persalinan

merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja (12-15%) merupakan

persalinan patologik (Saifuddin, 2010).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)

yang telah cukup umur kehamilannya dan dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau dengan kekuatan ibu

sendiri (Manuaba, 2010).


37

a. Tahapan persalinan

Proses persalinan ini terdiri dari 4 kala ( Desi warnalisa, 2014) yaitu :

1) Kala I

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap

yaitu 10 cm. Dimana kala I ini dibagi menjadi dua yaitu :

a) Fase laten

Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan

3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.

b) Fase aktif

Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase, yaitu :

(a) Periode akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.

(b) Periode dilatasi maksimal selama 2 jam pembukaan berlangsung

cepatmenjadi 9 jam.

(c) Periode deselarasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam

pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.

2) Kala II

Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah

kekuatan mengedan,mendorong janin keluar hingga lahir. Persalinan

kala II dimulai saat pembukaan serviks lengkap (10cm) dan berakhir

dengan keluarnya janin. Tanda dan gejala kala II, antara lain ibu ingin

meneran (dorongan meneran/doran), perineum menonjol (perjol), vulva

membuka (vulka), tekanan anus (teknus), meningkatnya pengeluaran


38

lendir dan darah, kepala telah turun di dasar panggul. Pada proses

persalinan kala II ini ternyata ada beberapa hal yang kita lakukan.

3) Kala III

Waktu pelepasan dan pengeluaran ari-ari/plasenta. Lepasnya plasenta

sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda- tanda seperti

uterus menjadi bulat, uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke

segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan.

4) Kala IV

Kala IV dimaksudkan untuk melahirkan observasi karena perdarahan

pasca persalinan paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi

yang dilakukan adalah tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-

tanda vital, kontraksi uterus, terjadi perdarahan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan ( Manuaba, 2010) antara

lain:

1) Power (Kekuatan)

Kekuatan atau tenaga yang mendorong janin keluar. Kekuatan tersebut

meliputi kontraksi dan tenaga meneran.

2) Passenger (Penumpang)

Penumpang dalam persalinana dalah janin dan plasenta. Hal-hal yang

perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin,

presentasi, letak, sikap dan posisi janin, sedangkan yang perlu

diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar, dan luasnya.


39

3) Passage (Jalan lahir)

Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan keras adalah ukuran dan

bentuk tulang panggul, sedangkan pada jalan lahir lunak adalah segmen

bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul,

vagina dan introitus vagina.

c. Tanda-tanda persalinan

Tanda-tanda persalinan (Manuaba, 2010) yaitu:

a) Terjadinya his persalinan.

Mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan,

sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatannya makin besar,

mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks, semakin beraktivitas

kekuatan makin bertambah.

b) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda)

Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan menyebabkan

lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan

karena kapiler pembuluh darah pecah.

c) Pengeluaran cairan.

Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan

pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang

pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan

berlangsung dalam waktu 24 jam.


40

d) Perubahan Serviks

Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks seperti pelunakan

serviks, pendataran serviks dan pembukaan serviks.

b. Sectio Caesarea

1) Pengertian

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding

rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di

atas 5000 gram.

Sectio Caesarea ialah tindakan untuk melahirkan janin

dengan berat badan diatas 5000 gram melalui sayatan pada

dinding uterus yang utuh.

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin

dengan membuka dinding perut dan dinding rahim. (Sarwono,

2009).

Persalinan Caesar ini akan menimbulkan rasa nyeri pada

luka bekas sayatan di perut bercampur rasa kebal disekitarnya.

Keadaan itu menyebabkan ibu merasa malas dan takut untuk

menggerakkan tubuh, akan tetapi kembali bergerak secepat

mungkin sangat disarankan bagi para ibu sesudah operasi caesar.

Operasi dan anastesi dapat menyebabkan pneumonia sehingga

sangat penting bagi ibu untuk bergerak. (Sudarti, 2014).


41

2) Indikasi

Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri

iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan

indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi

4.000 gram. Dari beberapa faktor diatas dapat diuraikan beberapa

penyebab sectio caesarea sebagai berikut: (Manuaba, 2002).

a) PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit

yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya

masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi

dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan

perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu

diagnosa dini sangat penting yaitu mampu mengenali dan

mengobati sehingga tidak terjadi eklamsi.

b) KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum

terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi

inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm

di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu hanya

sebagian terkecil.

c) Mengulangi Operasi Sectio Caesarea

Sebanyak 90 persen wanita yang pernah menjalani

operasi caesar adalah kandidat untuk kelahiran normal setelah


42

melahirkan saesar untuk kelahiran berikutnya vaginal birthafter

caesarea (VBAC). Risiko terbesar yang terlibat dalam VBAC

adalah ruptur uteri, yang terjadi pada 0,2-1,5% dari VBAC.

Namun, ada kriteria yang harus dipenuhi untuk memiliki

VBAC. Konsultasikan dengan dokter tentang kondisi tersebut.

d) Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.

Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi

komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi.

Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau

salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara

normal.

e) Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir misalnya jalan lahir

yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor

dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu

sulit bernafas.

f) Kelainan Letak Janin

Kelainan letak janin terbagi menjadi 2 bagian yaitu:

(1) Kelainan pada letak kepala


43

(a) Letak kepala tengadah

Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada

pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah.

Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya

bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar

panggul.

(b) Presentasi muka

Letak kepala tengadah (defleksi) sehingga

bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka.

Hal ini jarang terjadi kira-kira 0,27-0,5 %.

(c) Presentasi dahi

Posisi kepala antara fleksi dan defleksi dahi

berada pada posisi terendah dan tetap paling depan.

Pada penempatan dagu biasanya dengan sendirinya

akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang

kepala.

(2) Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin

terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan

bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal

beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,

presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki

tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).


44

2. Komplikasi

Yang sering terjadi pada ibu dengan operasi Sectio

Caesaria yaitu:

a. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari

dalam masa nifas dibagi menjadi:

1) Ringan dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.

2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan

dehidrasi dan perut sedikit kembung.

3) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

b. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat

pembedahan cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau

karena atonia uteri.

c. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung

kencing dan embolisme paru yang sangat jarang terjadi.

d. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus sehingga pada

kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.

Yang sering terjadi pada ibu dan bayi yaitu Kematian

perinatal.

3. Penatalaksanaan
45

a. Perawatan awal

1) Letakan pasien dalam posisi pemulihan Periksa kondisi

pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,

kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat

kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.

2) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi.

3) Transfusi jika diperlukan.

4) Jika tanda vital dan hematokrit turun

walau diberikan transfusi, segera kembalikan ke kamar bedah

kemungkinanterjadi perdarahan pasca bedah.

b. Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah

penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan

peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah

boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan

air teh.

c. Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah

operasi.

2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur

terlentang sedini mungkin setelah sadar.


46

3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan

selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghem

buskannya.

4) Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi

setengah duduk (semifowler).

5) Selanjutnya selama berturut-turut hari demi hari, pasien

dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan

kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca

operasi.

d. Fungsi gastrointestinal

1) Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair.

2) Jika ada tanda infeksitunggu bising usus timbul.

3) Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat.

4) Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan

baik.

e. Perawatan fungsi kandung kemih

1) Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau

sesudah semalam.

2) Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin

jernih.

3) Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter

terpasang sampai minimum 7 hari atau urin jernih.


47

4) Jika sudah tidak memakai antibiotika  berikan nirofurantoin 100

mg per oral per hari sampai kateter dilepas.

5) Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak

nyaman pada penderita, menghalangi involusi uterus dan

menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48

jam/lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan

penderita.

f. Pembalutan dan perawatan luka

1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan ti

dak terlalu banyak jangan mengganti pembalut.

2) Jika pembalut agak kendor jangan ganti pembalut tetapi beri

plester untuk mengencangkan.

3) Ganti pembalut dengan cara steril.

4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih.

5) Jahitan fasia adalah yang utama dalam bedah abdomen, angkat

jahitan kulit dilakukan pada hari kelima pasca operasi sectio

saesaria.

g. Jika masih terdapat perdarahan

1) Lakukan masase uterus.

2) Beri Oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologik

atau RL) 60 tetes/menit, Ergometrin 0,2 mg IM dan

Prostaglandin.
48

h. Jika terdapat tanda infeksi berikan Antibiotika kombinasi sampai

pasien bebas demam   selama    48 jam :

1) Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam

2) Ditambah Gentamisin 5 mg/kg berat badan IV setiap 8 jam.

3) Ditambah Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam

i. Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan

1) Pemberian Analgesia sesudah bedah sangat penting.

2) Supositoria = Ketopropen sup 2x/ 24 jam.

3) Oral = Tramadol tiap 6 jam atau paracetamol.

4) Injeksi  = Penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.

j. Obat-obatan lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita

dapat diberikan Caboransia seperti Neurobian I Vit. C.

h. Hal – hal lain yang perlu diperhatikan

a) Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan

komplikasi berupa perdarahan dan hematoma pada daerah

operasi.

b) Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah

terjadinya hematoma.

c) Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan

lutut ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang.

d) Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.

e) Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadiny infeksi.


49

f) Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.

g) Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang

dapat menaikkan tekanan intra abdomen.

h) pengkajian difokuskan pada kelancaran saluran nafas karena

bila terjadi obstruksi kemungkinan terjadi gangguan ventilasi

yang mungkin disebabkan karena pengaruh obat-obatan

anestetik, narkotik dan karena tekanan diafragma.  Selain itu

juga penting untuk mempertahankan sirkulasi dengan

mewaspadai terjadinya hipotensi dan aritmia kardiak. Hal ini

perlu memantau TTV setiap 10-15 menit dan kesadaran selama

2 jam dan 4 jam sekali.

i) Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa

nyeri dan kenyamanan psikologis juga perlu dikaji sehingga

perlu adanya orientasi dan bimbingan kegiatan post op seperti

ambulasi dan nafas dalam untuk mempercepat hilangnya

pengaruh anestesi.

j) Perawatan pasca operasi, jadwal pemeriksaan ulang tekanan

darah, frekuensi nadi dan nafas, Jadwal pengukuran jumlah

produksi urin, berikan infus dengan jelassingkat dan terinci bila

dijumpai adanya penyimpangan.

k) Penatalaksanaan medis cairan IV sesuai indikasi.

Anestesia; regional atau general perjanjian dari orang

terdekat untuk tujuan sectio caesaria.Tes laboratorium/diagnosti
50

k sesuai indikasi. Pemberian oksitosin sesuai indikasi. Tanda

vital per protokol ruangan pemulihan, persiapan kulit

pembedahan abdomen, persetujuan ditandatangani, pemasangan

kateter fole.

18Penapisan Asuhan Persalinan Normal (JNPK-KR, 2008:50):

1. Riwayat bedah sesar

2. Perdarahan pervaginam

3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)

4. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental

5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)

6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan

kurang dari 37 minggu)

7. Ikterus

8. Anemia berat

9. Tanda/gejala infeksi

10. Preeklampsi/hipertensi dalam kehamilan

11. Tinggi fundus 40cm atau lebih,

12. Gawat janin,

13. Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dan kepala janin

masih 5/5

14. Presentasi ganda (majemuk)

15. Kehamilan ganda (majemuk)

16. Kehamilan ganda atau gemeli


51

17. Tali pusat menumbung

18. Syok.

b. Evidence Based.

Evedence based artinya berdasarkan bukti. tidak lagi berdasarkan

pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan

bukti inipun tidak sekedar bukti. Tapi bukti alamiah terkini yang bias di

pertanggug jawabkan.

Evidence Based Midwifery ( EBM) ini sangat penting

peranannya dalam dunia kebidanan kerena dengan adanya EBM maka

dapat mencegah tindakan-tindakan yang tidak diperlukan/tidak

bermanfaat bahkan merugikan pasien, terutama pada proses persalinan

yang diharapkan berjalan dengan lancer dan aman sehingga dapat

menurunkan angka kematian Ibu dan angka kematian Bayi.

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara

berkembang, terutama di sebabkan oleh pasca persalinan, eklamsia,

sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab kesakitan

dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui upaya

pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir

semua negara maju, berhasil merununkan angka kesakitan dan kematian

ke tingkat yang sangat rendah Asuhan Kebidanan pada Persalinan.

c. Asuhan kebidanan di lakukan pendokumentasian menggunkan

SOAP(Marmi, 2010) meliputi:


52

a) Subjektif

Ibu mengatakan merasa nyeri pada perut bagian bawah

menjalar ke pinggang di sertai keluar lendir bercampur darah dari

jalan lahir, sejak kapan ibu mulai merasakan tanda-tanda persalinan,

HPHT dan riwayat persalinan yang lalu.

b) Objektif

Data obyektif di dapatkan dari pemeriksaan umum,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang:

1) Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum mencakup Keadaan umum (menilai

keadaan umum ibu lemah atau tidak) kesadaran: composmentis

(sadar penuh dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan

di sekelilingnya), ekspresi wajah(ceriah atau gelisah).

2) Tanda-Tanda Vital meliputi:

a) Suhu normal yaitu 36,5ºC-37ºC, jika lebih dari 38ºC maka

kemungkinan infeksi.

b) TD normal ibu hamil 110/70 mmHg-120/80 mmHg.

Dikatakan tinggi bila lebih dari 140-90 mmHg.

c) Nadi : dalam keadaan santai, denyut nadi normal sekitar 60-

80x/menit.

d) Pernapasan normal 16-20x/menit.

e) Berat Badan sebelum hamil dan BB saat hamil. Kenaikan

badan normal pada ibu hamil 9-12 kg.


53

f) Lila : di periksa pada tangan kiri, normalnya 23,5 cm jika

kurang dari 23,5 cm merupakan indikator status gizi kurang.

g) Tinggi badan : normalnya > 145 cm, jika < 145 cm beresiko

tinggi seperti panggul sempit.

3) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi

danperkusi.

(a) Inspeksi

1. Kepala : Kebersihan rambut dan apakah ada benjolan.

2. Wajah : Observasi kulit muka apakah ada pucat atau

oedema dan closma.

3. Mata : Apakah ada ikterik dan pucat.

4. Hidung : Apakah ada polip dan secret.

5. Telinga : Apakah ada serumen.

6. Leher : Apakah ada benjolan abnormal dan pembesaran

kelenjar.

7. Dada : Bentuknya apakah ada benjolan abnormal,

apakah puting susu menonjolan atau tidak, adakah

hiperpigmentasi dan pengeluaran colostrums.

8. Abdomen : tumor membesar sesuai umur kehamilan,

striae lividae dan striae albikans pada primi dan luka

bekas operasi pada multi.


54

9. Ekstermitas : Ekstremitas atas dan bawah apakah ada

oedema dan varises.

10. Genetalia : Apakah ada varices, oedema atau

pengeluaran lendir dan darah serta cairan ketuban yang

merembes warna putih keruh bau anyir.

11. Anus : Ada hemoroid atau tidak.

(b) Palpasi

1. Leopold I : Usia kehamilan :7 bulan : 3 jari atas ousat, 8

bulan : ½ pusat – PX, 9 bulan : 3 jari bawah PX

2. Leopold II : Menentukan dimana letak punggung janin

( kanan atau kiri, teraba datar, keras, seperti papan ) dan

letak bagian-bagian terkecil janin.

3. Leopold III : Menentukan apakah yang terdapat di

bagian bawah dan apakah bagian terbawah janin sudah

atau belum terpegang oleh pintu atas panggul. Kepala

(keras, bulat, melenting), bokong (bulat, lunak,

melenting).

4. Leopold IV : Divergen sudah masuk PAP berapa

masuknya bagian terbawah ke dalam rongga panggul,

dengan gambar V / V.
55

(c) Aukultasi

Apakah DJJ terdengar atau tidak, frkuensi, jelas dan

teratur atau tidak dan terdengar di kanan atau kiri perut ibu.

DJJ normal 120-160 x/menit.

(d) Perkusi

Tungkai refleks atau tidak

4) Pemeriksaan dalam

Hasil pemeriksaan dalam sesuai dengan keadaan pasien dan

kemajuan persalinan meliputi:

(a) Keadaan vulva : Tidak ada oedema, tidak ada massa, tidak

ada varises.

(b) Vagina : Ada pengeluaran lendir, darah dan air ketuban.

(c) Porsio : Tebal lunak, tipis lunak tidak teraba.

(d) Kantong ketuban : Ketuban positif atau negatif.

(e) Pembukaan : Pembukaan dimulai dari 1-10 cm.

(f) Kepala : Proses penurunan kepala dalam tahapan persalinan

yaitu hodge I-IV.

5) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah:

(a) Golongan darah : untuk mengetahui golongan darah pasien :

A, B,O dan AB.

(b) Hemoglobin (Hb) : Hb normal adalah 11-16 g/dl.

(c) Malaria (DDR) : Hasil pemeriksaan negatif atau positif.


56

(d) Hepatitis B (HbsAg) : Hasil pemeriksaan positif atau

negatif.

(e) Pemeriksaan Ultrasonografi(USG) : dilakukan atau tidak di

lakukan.

c) Analisa

G P A AHUK 37-42 minggu, Tunggal/Gemeli, Hidup, Presentasi

Kepala/Sungsang/Melintang intra uterine, Inpartu kala I Fase

laten/aktif – kala IV.

d) Penatalaksanaan

(1) Melakukan asuhan sayang ibu

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling

menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan ibu. Salah satu

prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga

selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan

dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan

mendapatkan rasa aman dan pengeluaran yang lebih baik, juga

mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan (ekstraksi

vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan akan

berlangsung lebih cepat. Asuhan sayang ibu dalam proses

persalinan, antara lain :

(2) Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan

memperlakukannya sesuai martabatnya.


57

(3) Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada

ibu sebelum memulai asuhan tersebut.

(4) Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.

(5) Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut

atau khawatir.

(6) Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran

ibu.

(7) Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan

menentramkan perasaan ibu serta anggota keluarga yang lain.

(8) Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota

keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.

(9) Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara

memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan

kelahiran bayinya.

(10) Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.

(11) Menghargai privasi ibu.

(12) Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama

persalinan dan kelahiran bayi.

(13) Menganjurkan ibu untuk minum dan makan makanan

ringan bila ia menginginkannya.

(14) Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan

(episiotomi, pencukuran, dan klisma).


58

b. Partograf

Menurut JNPK-KR (2008:157), partograf adalah alat bantu

untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan imformasi

untuk membuat keputusan klinik dan digunakan selama fase aktif

persalinan. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam.

b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjakan secara normal.

Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini

kemungkinan terjadinya persalinan lama.

c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, pemeriksaan

laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau

tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara

rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru

lahir. Pencatatatan selama fase aktif persalinan:

1) Imformasi tentang ibu

Nama, umur, gravida, para, abortus, nomor catatan

medis/nomor puskesmas, tanggal dan waktu mulai dirawat.

2) Kondisi janin

DJJ, catat setiap 30 menit

Warna dan adanya air ketuban

U : selaput utuh
59

J : selaput pecah

M : air ketuban bercampur mekonium

D : air ketuban berwarna darah

K : tidak ada cairan ketuban/kering

Penyusupan (molase) kepala janin

0 : sutura terpisah

1 : sutura yang tepat/bersesuaian

2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki

3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.

3) Kemajuan persalinan

Pembukaan serviks dimulai setiap 4 jam dan diberi

tanda silang (x). Penurunan bagian terbawah janin catat

dengan tanda lingkaran (o) pada setiap dalam.Pada posisi 0/5

atau separuh atas kepala berada di simfisis pubis. Garis

waspada dan garis bertindak.

4) Jam dan waktu

Waktu mulainya fase aktif persalinan.Waktu aktual saat

pemeriksaan atau penilaian.


60

5) Kontraksi uterus

Catat setiap setengah jam. Lakukan palpasi untuk

menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan

lamanya setiap kontraksi dalam hitungan detik: kurang dari

20 detik,antara 20 detik dan 40 detik,lebih dari 40 detik.

6) Obat-obatan dan cairan yang digunakan oksitosin, obat-

obatan lainnya dan cairan intra vena (IV) yang diberikan.

7) Kondisi ibu

Nadi setiap 30-60 dan tandai dengan sebuah titik

besar (.) Tekanan darah catat setiap 4 jam dan ditandai

dengan anak panah.Suhu badan catat setiap 2 jam.Urine

(volume,aseton,dan protein) catat setiap kali ibu BAK.

Langkah-langkah asuhan persalinan normal

c. Melakukan persalinan normal 60 langkah antara lain:

a) Mengenali tanda dan gejala kala II

(1) Mendengarkan dan melihat adanya tanda-tanda persalinan

kala dua. Ibu merasa dorongan kuat untuk meneran,ibu

merasakan tekanan yang semakin meningkat pada

rektum/vaginanya, perineum menonjol,vulva vagina dan

singfester ani membuka.

b) Menyiapkan pertolongan persalinan

(2) Memastikan perlengkapan peralatan,bahan dan obat-

obatan esensial untuk menolong persalinan dan


61

menatalaksanaan komplikasi ibu dan BBL. Untuk asfiksia

tempat datar,keras,2 kain dan 1 handuk bersih dan

kering,lampu sorot 60 watt dengan jarak 60cm dari tubuh

bayi. Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat

resusitasi serta ganjal bahu bayi,menyiapkan oksitosin 10

unit dan alat suntik steril sekali pakai dalam partus set.

(3) Memakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak

tembus cairan.

(4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang

dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

dan kemudian keringkan tangan dengan tissue atau

handuk pribadi yang bersih dan kering.

(5) Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan

digunakan untuk pemeriksaan dalam.

(6) Masukan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik

(gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT atau

Steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat

suntik).

c) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

(7) Membersihkan vulva, perineum, menyekanya dengan

hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan

kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat

tinggi. Jika mulut vagina, perineum dan anus


62

terkontaminasi oleh kotoran ibu,membersihkannya

dengan seksama dengan cara menyeka dari depan

kebelakang. Membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi kedalam wadah yang benar,mengganti

sarung tangan jika terkontaminasi.

(8) Dengan menggunakan teknik antiseptik, melakukan

pemeriksaan dalam untuk memstikan bahwa serviks

sudah lengkap,bila selaput ketuban belum pecah,

sedangkan pembukaan sudah lengkap lakukan

amniotomi.

(9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara

mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan

kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian

melepaskannya dalam keadaan terbalik serta

merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit,mencuci tangan.

(10) Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk

memastikan bahwa DJJ dalam keadaan baik dan semua

hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya di catat pada

partograf.

d) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses

bimbingan meneran.
63

(11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin baik. Membantu ibu dalam posisi yang

nyaman sesuai keinginannya, menunggu hingga ibu

mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan

pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin

sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan temuan-temuan, menjelaskan

kepada anggota bagaimana mereka dapat mendukung

dan memberi semngat kepada ibu saat ibu mulai

meneran.

(12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu

meneran.

(13) Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa

ada dorongan untuk meneran. Bimbing ibu agar dapat

meneran secara benar dan efektif. Dukung dan beri

semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran

apabila caranya tidak sesuai. Bantu ibu mengambil posisi

yang nyaman sesuai pilihannya. Anjurkan ibu untuk

istirahat diantara kontraksi. Anjurkan keluarga untuk

memberi semangat pada ibu. Berikan cukup asupan

cairan.Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.Segera

rujuk bila bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran

(primigravida) atau 1 jam meneran (multigravida).


64

(14) Menganjurkan pada ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi yang nyaman. Jika ibu belum merasa

ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

(15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di

perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan

diameter 5-6cm.

(16) Meletakan kain bersih yang diletakan 1/3 bagian di

bawah bokong ibu.

(17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali

perlengkapan alat dan bahan.

(18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

e) Persiapan pertolongan kelahiran bayi

(19) Setelah tampak kepala bayi diameter 5-6cm membuka

vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang

dilapisi kain bersih dan kering.Tangan yang lain

menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan

membantu lahirnya kepala.Anjurkan ibu untuk meneran

perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.Dengan

lembut,menyeka muka,mulut dan hidung bayi dengan

kain atau kasa yang bersih.

(20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan

ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera

lanjutkan proses kelahiran bayi.


65

(21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi

luar secara spontan.

(22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang

secara biparietal. Menganjurkan ibu meneran saat

kontraksi berikutnya dengan lembut menariknya ke arah

bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di

bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut

menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan

bahu posterior.

(23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan

mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah

perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior

lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran dan

tangan bayi saat melewati perineum,gunakan lengan

bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat

dilahirkan.

(24) Setelah tubuh dan tangan lahir, menelusurkan tangan

yang ada di atas dari punggung ke arah kaki bayi untuk

menyangganya saat punggung dan kaki lahir memegang

kedua mata kaki bayidengan hati-hati membantu

kelahiran bayi.

f) Penanganan bayi baru lahir


66

(25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik),apakah bayi

menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan,apakah bayi

bergerak kesulitan.Jika bayi tidak bernafas,tidak

menangis lakukan resusitasi, kemudian meletakkan bayi

di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih

rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu

pendek,meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan.

(26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan

handuk dan biarkan kontak kulit ibu dan bayi.Lakukan

penyuntikan oksitosin/IM.

(27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm

dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai

dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2cm

dari klem pertama (ke arah ibu).

(28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi

bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua

klem tersebut.

(29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih

dan kering, menutupi bagian kepala,membiarkan tali

pusat terbuka.Jika bayi mengalami kesulitan

bernapas,ambil tindakan yang sesuai.


67

(30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu

untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI.

g) Oksitosin

(31) Meletakkan kain yang bersih dan kering, melakukan

palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan

adanya bayi kedua.

(32) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

(33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi,berikan

suntikan oksitosin 10 unit Imdi gluteus atau 1/3 atas

paha kanan ibu bagian luar,setelah mengaspirasinya

terlebih dahulu.

h) Penegangan tali pusat terkendali

(34) Memindahkan klem pada tali pusat.

(35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut

ibu,tepat di atas tulang pubis dan menggunakan tangan

ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan

uterus.Memegang tali pusat dan klem dengan tangan

yang lain.

(36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan

lembut.Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada

bagian bawah uterus ke arah atas dan belakang (dorso

kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah


68

terjadinya inversio uteri.Jika plasenta tidak lahir setelah

30-40 detik,hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga kontraksi berikut mulai.Jika uterus

tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota

keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

i) Mengeluarkan plasenta

(37) Setelah plasenta terlepas,meminta ibu untuk meneran

sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian

ke arah atas,mengikuti kurva jalan lahir sambil

meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.Jika

tali pusat bertambah panjang,pindahkan klem hingga

berjarak 5-10cm dari vulva.Jika plasenta tidak lepas

setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15

menit: mengulangi pemberian oksitosin 10 unit

IM,menilai kandung kemih dan dilakukan katerisasi

kandung kemih dengan menngunakan teknik aseptik jika

perlu. Meminta keluarga untuk mnyiapkan

rujukan.Melakukan penegangan tali pusat selama 15

menit berikutnya,merujuk ibu jika plasenta tidak lahir

dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

(38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan

kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.

Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-


69

hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.

Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban

tersebut. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung

tangan disenfeksi tingkat tinggi atau steril dan

memeriksa vagina daan serviks ibu dengan seksama

menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps

disenfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan

bagian selaput yang tertinggal.

j) Pemijatan Uterus

(39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban

lahir,lakukan masase uterus,meletakkan telapak tangan

di fundus dan melakukan masase dengan gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi

(fundus menjadi keras).

k) Menilai Perdarahan

(40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke

ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan

bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan

utuh.Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau

tempat khusus.Jika uterus tidak berkontraksi setelah

melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan

yang sesuai.
70

(41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum

dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan

aktif.

l) Melakukan Prosedur Pasca Persalinan

(42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi

dengan baik.

(43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan

ke dalam larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan

yang masih bersarung tangan tersebut dengan air

disenfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan

kain yang bersih dan kering.

(44) Menempatkan klem tali pusat disenfeksi tingkat tinggi

atau steril atau mengikatkan tali disenfeksi tingkat tinggi

dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari

pusat.

(45) Mengikat satu lagi simpul di bagian pusat yang

bersebrangan dengan simpul mati yang pertama.

(46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam

larutan clorin 0,5%.

(47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian

kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih atau

kering.

(48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.


71

(49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan

perdarahan pervaginam:

(a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

(b) Setiap 15 menit pada 1 menit pertama pasca

persalinan.

(c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca

persalinan.

(d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,

laksanakan perawatan yang sesuai untuk

menatalaksana antonia uteri.

(e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan

penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia

lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.

(50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan

masase uterus dan memeriksa kontaraksi uterus.

(51) Mengevaluasi kehilangan darah

(52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaaan kandung

kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca

persalina dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca

persalinan. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap

jam selama dua jam pertama pascapersalinan.Melakukan

tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal

m) Kebersihan dan Keamanan


72

(53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan clorin

0,5% untuk didekontaminasi (10 menit).Mencuci dan

membilas peralatan setelah dekontaminasi.

(54) Membuang bahan-bahan yang terkontamiinasi ke dalam

tempat sampah yang sesuai.

(55) Memebersihkan ibu dengan menggunakan air disenfeksi

tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan

darah. Membantu ibu memakai pakian yang bersih dan

kering.

(56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Memebantu ibu

memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk

memberikan ibu minuman dan makanan yang

diinginkan.

(57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk

melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas

dengan air bersih.

(58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan

klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit.

(59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.


73

n) Dokumentasi

(60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

1. BBL umur 1 jam

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan

2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah,

2013).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram

sampai 4000 gram (Depkes RI, 2005). Bayi baru lahir normal adalah

Asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah

kelahiran.

1) Ciri-ciri Bayi Baru Lahir ( Sarwono, 2011)

a) Berat badan 2500 - 4000 gram.

b) Panjang badan 48 - 52 cm.

c) Lingkar dada 30 - 38 cm.

d) Lingkar kepala 33 - 35 cm.

e) Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit.

f) Pernafasan ± 40 - 60 kali/menit.

g) Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan subkutan

cukup.
74

h) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna.

i) Kuku agak panjang dan lemas.

j) Genetalia:

(1) Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora.

(2) Laki - laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.

k) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

l) Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah

baik.

m) Reflek graps atau menggenggam sudah baik.

n) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam

pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.

2) Pelayanan kesehatan pada Bayi Baru Lahir (Kunjungan Neonatal)

Pelayanan kesehatan Bayi Baru Lahir oleh

Bidan/Perawat/Dokter dilaksanakan minimal 3 kali antara lain:

a) KN1 : 6 jam - 48 jam.

b) KN2 : 3 - 7 hari.

c) KN3 : 8 - 28 hari.

3) Penanganan Bayi Baru Lahir

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang

diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah

kelahiran. Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru

lahir:
75

a) Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat.

b) Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya

sesegera mungkin.

Segera setelah melahirkan badan bayi lakukan

penilaian sepintas:

(1) Sambil secara cepat menilai pernapasannya (menangis

kuat, bayi bergerak aktif, warna kulit kemerahan) 

letakkan bayi dengan handuk diatas perut ibu.

(2) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah/lendir

dari wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya

terhalang. Periksa ulang pernapasan bayi (sebagian besar

bayi akan menangis atau bernapas spontan dalam waktu

30 detik setelah lahir).

(3) Nilai APGAR SKORnya, jika bayi bernafas megap-

megap atau lemah maka segera lakukan tindakan 

resusitasi bayi baru lahir.

(4) Penilaian Apgar Skor.

Tabel : 2 Penilaian apgar skor.

Nilai
Tanda 0 1 2
Denyut Lambat
Tidak ada >100
jantung (pulse) <100
Usaha nafas Lambattida Menangis
Tidak ada
(respisration) k teratur dengan keras
Tonus otot Lemah Fleksi pada Gerakan aktif
76

(activity) ekstremitas
Kepekaan

reflek Tidak ada Merintih Menangis kuat

(gremace)
Tubuh

merah
Warna(apperen Seluruhnya
Biru pucat muda,
ce) merah muda
ekstremitas

biru
Penggunaan Apgar Score bayi baru lahir ada 3 golongan:

(a) Apgar Score 1 menit 7-10 : Normal/baik

(b) Apgar Score 1 menit 4-6 : Asfiksia sedang

(c) Apgar Score 1 menit 0-3 : Asfiksia berat

b. Evidence Based

1) Memulai Pemberian Asi Dini dan Ekslusif

Berdasarkan evidence based yang up to date, upaya untuk

peningkatan sumber daya manusia antara lain dengan jalan

memberikan ASI sedini mungkin (IMD) yang dimaksudkan untuk

meningkatkan kesehatan dan gizi bayi baru lahir yang akhirnya

bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi.

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu

segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting

susu ibunya sendiri. Pada prinsipnya IMD merupakan kontak

langsung antara kulit ibu dan kulit bayi, bayi ditengkurapkan di

dada atau di perut ibu selekas mungkin setelah seluruh badan


77

dikeringkan (bukan dimandikan), kecuali pada telapak tangannya.

Kedua telapak tangan bayi dibiarkan tetap terkena air ketuban

karena bau dan rasa cairan ketuban ini sama dengan bau yang

dikeluarkan payudara ibu dengan demikian ini menuntun bayi

untuk menemukan puting. Lemak (verniks) yang menyamankan

kulit bayi sebaiknya dibiarkan tetap menempel. Kontak antar kulit

ini bisa dilakukan sekitar satu jam sampai bayi selesai menyusu.

Selain mendekatkan ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan

bayi pada jam-jam pertama kehidupannya, IMD juga berfungsi

menstimulasi hormon oksitosin yang dapat membuat rahim ibu

berkontraksi dalam proses pengecilan rahim kembali ke ukuran

semula. Proses ini juga membantu pengeluaran plasenta,

mengurangi perdarahan, merangsang hormon lain yang dapat

meningkatkan ambang nyeri, membuat perasaan lebih rileks,

bahagia, serta lebih mencintai bayi.

2) Baby Friendly

Baby friendly atau dikenal dengan Baby Friendly

Initiative (inisiasi sayang bayi) adalah suatu prakarsa

internasional yang didirikan oleh WHO/UNICEF pada tahun

1991 untuk mempromosikan, melindungi dan mendukung inisiasi

dan kelanjutan menyusui.Program ini mendorong rumah sakit dan

fasilitas bersalin yang menawarkan tingkat optimal perawatan


78

untuk ibu dan bayi. Sebuah fasilitas Baby Friendly

Hospital/Maternity berfokus pada kebutuhan bayi dan

memberdayakan ibu untuk memberikan bayi mereka awal

kehidupan yang baik. Dalam istilah praktis, rumah sakit sayang

bayi mendorong dan membantu wanita untuk sukses memulai dan

terus menyusui bayi mereka dan akan menerima penghargaan

khusus karena telah melakukannya. Sejak awal program, lebih

dari 18.000 rumah sakit di seluruh dunia telah menerapkan

program baby friendly. Negara-negara industri seperti Australia,

Austria, Denmark, Finlandia, Jerman, Jepang, Belanda,

Norwegia, Spanyol, Swiss, Swedia, Inggrisdan Amerika Serikat

telah resmi di tetapkan sebagai rumah sakit sayang bayi.

3) Regulasi suhu bayi baru lahir dengan kontak kulit dan kulit

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya,

sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan

lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang

suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban

menguap lewat kulit pada lingkungan yang dingin, pembentukan

suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama

seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.

Kontak kulit bayi dengan ibu dengan perawatan metode kangguru

dapat mepertahankan suhu bayi dan mencegah bayi kedinginan/

hipotermi. Keuntungan cara perawatan bayi dengan metode ini


79

selain bisa memberikan kehangatan, bayi juga akan lebih sering

menetek, banyak tidur, tidak rewel dan kenaikan berat badan bayi

lebih cepat. Ibu pun akan merasa lebih dekat dengan bayi, bahkan

ibu bisa tetap beraktivitas sambil menggendong bayinya.

4) Perawatan Tali Pusat

Saat bayi dilahirkan, tali pusar (umbilikal)

yangmenghubungkannya dan plasenta ibunya akan dipotong

meski tidak semuanya. Tali pusar yang melekat di perut bayi akan

disisakan beberapa senti. Sisanya ini akan dibiarkan hingga pelan-

pelan menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan sendirinya.

Agar tidak menimbulkan infeksi, sisa potongan tadiharus dirawat

dengan benar.

Cara merawatnya adalah sebagai berikut:

a) Saat memandikan bayi, usahakan tidak menarik tali pusat.

Membersihkan tali pusat saat bayi tidak berada di dalam bak

air. Hindari waktu yang lama bayi di air karena bisa

menyebabkan hipotermi.

b) Setelah mandi, utamakan mengerjakan perawatan tali pusat

terlebih dahulu.

c) Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi

bedak karena dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya

kuman.
80

d) Tetaplah rawat tali pusat dengan menutupnya menggunakan

kasa steril hingga tali pusat lepas secara sempurna.

c. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Umur 1 Jam

Asuhan kebidanan dilakukan pendokumentasian

menggunakan SOAP (Marmi, 2011):

1) Subjektif

Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya 1 jam yang

lalu dengan jenis kelamin perempuan/laki-laki pada tanggal ....

dan jam ... WITA. Bayi dalam keadaan sehat/tidak sehat.

2) Objektif

a) Pemeriksaan umum

Yang perlu diperhatikan dalam kondisi umum,antara

lain keadaan umum,kesadaran,keaktifan dan kulit. Observasi

warna kulit bayi dalam hubungannya dengan perubahan

aktifitas, posisi dan temperatur. Pada umumnya bayi akan

memerah jika dia menangis, penurunan temperatur dapat

meningkatkan derajat sianosis karena vasokontriksi

(Sarwono,2008).

b) Pemeriksaan fisik

(1) Kepala : Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil,

sutura,moulase, caput

succedaneum,cephal hematome,

(2) Mata : hidrosepalus.


81

Ukuran, bentuk (strabismus,

pelebaranefikantus), kesimetrisan,

bengkak pada kelopakmata,

(3) Telinga : perdarahan subkonjungtiva.

Kesimetrisanletak dihubungkan

dengan mata dan kepala serta adanya

(4) Hidung : gangguan pendengaran.

Bentuk hidung, pola pernafasan,

(5) Mulut : kebersihan.

Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut

kering/basah, lidah, palatum, bercak

putih pada gusi, refleks menghisap,

(6) Leher : ada labio/palatoskisis.

Bentuksimetris/tidak, adakah

pembengkakan dan benjolan,


(7) Dada :
kelainan tiroid.

Bentuk dan kelaian bentuk dada,

putting susu, gangguan pernafasan,

auskultasi bunyi jantung, dan


(8) Abdomen :
pernafasan.

Penonjolan sekitar tali pusat pada

saat menangis, perdarahan tali pusat,

dinding perut dan adanya benjolan,


82

gastroskisis, omfalokel,bentuk

(9) Genetalia : simetris/tidak, palpasi hati, ginjal.

Kelamin laki-laki: panjang penis,

penis sudah turun dalam skorotum,

urifisium uretra diujung penis

(fimosis, hipospadia/epispadia).

Kelamin perempuan: labia mayora,

labia minora, orifisium vagina,

(10) Anus : orifisium uretra, sekret dan lain-lain.

Berlubang/tidak, posisi, fungsi

(11) Ekstremitas : sfingter ani, adanya atresia ani.

Gerakan, bentuk simetris/tidak,

jumlah jari (sindaktili, polidaktili).

3) Analisa

Bayi Baru Lahir umur ..... jam

4) Penatalaksanaan

a) Pencegahan infeksi

BBL sangat rentan terhadap infeksi mikrooganisme yang

terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung maupun

beberapa saat setelah lahir. Oleh karena itu dalam asuhan BBL

pastikan tangan, semua peralatan dan pakaian dalam keadaan

bersih.
83

b) Penilaian segera setelah lahir

Penilaian meliputi apakah bayi cukup bulan, apakah air

ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium, apakah bayi

menangis atau bernafas, apakah tonus otot bayi baik.

c) Pencegahan kehilangan panas

BBL dapat mengalami kehilangan panas tubuhnya

melalui proses konduksi, konveksi, evaporasi dan radiasi.

Segera setelah bayi lahir upayakan untuk mencegah hilangnya

panas dari tubuh bayi, hal ini dapat dilakukan dengan cara

mengeringkan tubuh bayi, selimuti bayi terutama bagian kepala

dengan kain yang kering, jangan mandikan bayi sebelum suhu

tubuhnya stabil, yaitu 6 jam setelah bayi lahir, lingkungan yang

hangat.

Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir:

(1) Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada

tubuh bayi. Kehilangan panas terjadi karena menguapnya

cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi setelah lahir

karena bayi tidak cepat dikeringkan atau terjadi setelah bayi

dimandikan.

(2) Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung

antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi

yang diletakkan diatas meja, tempat tidur atau timbangan


84

yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh

melalui konduksi.

(3) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi

ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur

tubuh rendah dari temperature tubuh bayi. Bayi akan

mengalami kehilangan panas melalui cara ini meskipun

benda yang lebih dingin tersebut tidak bersentuhan

langsung dengan tubuh bayi.

(4) Konveksi Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran

udara sekeliling bayi. Misal: bayi diletakkan dekat,

pintu/jendela terbuka.

d) Asuhan tali pusat

Setelah tali pusat dipotong dan diikat, biarkan tali pusat

tetap dalam keadaan terbuka tanpa mengoleskan cairan atau

bahan apapun ke puntung tali pusat. Mengoleskan alkohol atau

povidon iodin masih diperbolehkan, tetapi tidak dikompreskan

karena akan menyebabkan tali pusat basah dan lembab. Jika tali

pusat basah atau kotor bersihkan menggunakan air DTT dan

sabun kemudian segera dikeringkan dengan kain atau handuk

bersih. Apabila tali pusat berdarah, bernanah, kemerahan yang

meluas dan berbau maka segera ke pelayanan kesehatan untuk

segera ditangani.

e) IMD
85

Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit

ibunya segera setelah lahir selama kurang lebih 1 jam. Bayi

harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan IMD.

f) Manajemen laktasi

Memberikan ASI dini akan membina ikatan emosional

dan kehangatan ibu dan bayi. Manajemen laktasi meliputi masa

antenatal, segera setelah bayi lahir, masa neonatal dan masa

menyusui selanjutnya.

g) Pencegahan infeksi mata

Pencegahaninfeksi tersebutmenggunakan

antibiotika eritromisin 1%. Salep antibiotika harus tepat

diberikan pada waktu satu jam setelah kelahiran.

h) Pemberian vitamin K1

Pemberian K1 diberikan secara injeksi IM setelah kontak

kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah

perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dialami

sebagian BBL.

i) Pemberian imunisasi HBO

Imunisasi hepatitis B bermafaat untuk mencegah infeksi

hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan melalui ibu

kepada bayi. Imunisasi ini diberikan 1 jam setelah pemberian

vitamin K1, pada saat bayi baru berumur 2 jam.

j) Pemeriksaan BBL
86

k) Pemeriksaan BBL dapat dilakukan 1 jam setelah kontak kulit ke

kulit. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan antropometri.

(Saputra, 2014), mengatakan asuhan kebidanan yang

diberikan pada bayi baru lahir, antara lain:

(1) Anjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin setiap 2

jam.

(2) Beritahu tanda-tanda bahaya pada Bayi Baru Lahir.

(3) Melakukan konseling tentang ASI Eksklusif.

Kemenkes RI, 2015 asuhan kebidanan yang diberikan pada

Bayi Baru Lahir meliputi:

(a) Lakukan kunjungan ulang.

(b) Lakukan imunisasi sesuai jadwal yang ditentukan.

C. BAYI

1. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa melalui alat, pada usia kehamilan
87

genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500-

4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Yulianti, 2010).

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu

yangsedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran

sertaharus dapat melakukan penyesuaian diri dan kehidupan intrauterin

kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang

lahirdengan berat lahir antara 2500-4000 gram pada usia kehamilan 37-

42minggu (Karyuni, 2009).

2. Tanda-tanda yang harus diwaspadai pada bayi

a. Pernapasan: sulit atau lebih dari 60x/menit.

b. Kehangatan: terlalu panas (>38c) atau terlalu dingin (<36C).

c. Warna: kuning (terutama pada 24 jam pertama) biru atau

pucat,memar.

d. Pemberian makan: hisapan lemah,mengantuk berlebihan,banyak

muntah.

e. Tali pusat:merah,bengkak,keluar cairan,bau busuk,berdarah.

f. Infeksi:suhu meningkat,merah,bengkak,keluar cairan atau nanah,bau

busuk,pernapasan sulit.

g. Tinja/kemih: tidak berkemih dalam 24 jam,tinja lembek, sering,hijau

tua,ada lendir atau darah pada tinja.

h. Aktivitas: menggigil atau tangis tidak biasa,sangat mudah

tersinggung,lemah,mudah mengantuk,lunglai,kejang, kejang

halustidak bisa tenang,menangis terus-menerus.


88

3. Perubahan yang terjadi pada bayi

Perubahan-perubahan yang terjadi pada Bayi Baru Lahir yaitu:

a. Perubahan metabolisme karbohidrat dalam waktu 2 jam setelah lahir

bayi akan terjadi penurunan kadar gula darah untuk menambah

energi pada jam pertama setelah bayi diambil dari metabolisme asam

lemak.

b. Perubahan suhu tubuh

Ketika bayi baru lahir,bayi berada dalam satu lingkungan

yang lebih rendah dari suhu didalam rahim ibu,akibatnya

metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan O2 juga.

c. Perubahan pernapasan

Selama dalam uterus janin mendapatkan O2 dari

plasenta,setelah lahir melalui paru-paru bayi.

d. Perubahan sirkulasi

Dengan berkembangnya paru, tekanan O2 meningkat CO2

menurun mengakibatkan resistensi pembuluh darah sehingga aliran

darah meningkat hal ini menyebabkan darah dalam uterus

pulmonalis mengalir ke paru dan duktus arteriesus menutup.

e. Perubahan alat pencernaan, hati, ginjal mulai berfungsi.

4. Asuhan kebidanan pada bayi

Asuhan kebidanan pada bayi adalah asuhan yang bersih dan aman

serta upaya mencegah komplikasi pada bayi (Marmi, 2011). Meliputi:

1) Subjektif
89

Ibu mengatakan keadaan bayinya sehat, selama ini

bayinya hari diberikan ASI saja, saat menyusui bayi menyusu

kuat/lemas. Selama ini juga ibu rajin membawakan bayinya pergi

imunisasi setiap bulan dan memeriksakan pertumbuhan bayinya.

2) Objektif

Data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan

umum, pemeriksaan antropometri dan pemeriksaan fisik pada BBL

umur 1 jam sampai 40 hari, bila bayi mempunyai masalah atau pun

saat melakukan kunjungan ulang.

3) Analisa

Kesimpulan yang dibuat untuk mengambil suatu diagnosa

berdasarkan data subjektif dan data objektif.

4) Penatalaksanaan

Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan

kesimpulan.

D. NIFAS (PUERPERIUM)

1. Pengertian Masa Nifas (Puerperium)

Masa puerperium atau masa nifas dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Nugroho, 2014).


90

Nifas merupakan sebuah fase setelah ibu melahirkan dengan

rentang waktu kira-kira 6 minggu. Masa nifas ( puerperium ) dimulai

setelah plasenta keluar sampai alat-alat kandungan kembali normal

seperti sebelum lahir (Purwanti, 2012).

2. Periode Masa Nifas (Marmi, 2011)

a) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

b) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

c) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih

dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu

persalinan mempunyai komplikasi.

3. Adaptasi psikologis masa nifas

Tiga tahap perubahan perilaku menurut Reva Rubin yaitu:

a. Taking In

Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan

sangat tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih

mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami,

kebutuhan tidur meningkat.

b. Taking Hold

Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi

pada kemampuannya menerima tanggung jawab sepenuhnya

terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif
91

sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk

mengatasi kritikan yang dialami ibu.

c. Letting Go

Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan

pengaturan bersama keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai

ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat

tergantung dari kesehatan sebagai ibu.

4. Adaptasi perubahan fisik masa nifas

a. Perubahan pada uterus

Terjadi kontraksi yang meningkat setelah bayi keluar.Hal

yang menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan sehingga jaringan

perlekatan antara plasenta dan dinding uterus mengalami nekrosis dan

lepas.

Ukuran uterus kembali mengecil kembali setelah 2 hari

pasca persalinan, setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk

panggul, setelah 4 mingggu kembali pada ukuran sebelum hamil.

Jika sampai 2 minggu postpartum uterus belum masuk

panggul dicurigai adanya subinvolusi hal ini dapat disebabkan oleh

infeksi atau perdarahan lanjut (late postpartum haemorrage).Jika

terjadi subinvolusi dengan kecuragaan infeksi, diberikan antibioka.

Untuk memperbaiki kontraksi uterus dapat diberikan

uterotonika (ergometrin maleat), namun ergometrin mempunyai efek

samping menghambat produksi laktasi karena menghambat produksi


92

prolaktin tetapi uterus akan mengalami pengecilan secara berangsur-

angsur sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

b. Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti

corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak kadang-

kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir,

tangan masih biasa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat

dilalui oleh 2-3 jari, dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1

jari.

c. Ligamen-ligamen

Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada

waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur

menjadi mengecil dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus

jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligmentum

rotundum menjadi kendor.

d. Vagina dan Perineum

1) Vagina

Pada minggu ketiga, vagina akan mengecil dan timbul

rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali.

2) Perlukaan Vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka

perineum tidak sering dijumpai.Mungkin ditemukan setelah


93

persalinan, tetapi juga sering terjadi akibat ektraksi cunam,

terlebih apabila kepala janin harus diputar.Robekan terdapat pada

dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan spekulum.

e. Perubahan pada Perineum

Terjadinya robekan perineum pada hampir semua persalinan

pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan

perineum umunya terjadi digaris tangan dan bisa menjadi luas apabila

kepala janin lahir terlebih dahulu dan terlalu cepat, sudut arkus pubis

lebih kecil dari pada biasanya, kepala janin melewati pintu panggul

bawah dengan ukuran yang lebih besar dari sirkumferensia

suboksipito bregmatika.

f. Sistem Pencernaan

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan, hal ini

umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya berserat

selama persalinan. Disamping itu rasa takut buang air besar sehubung

dengan jahitan perineum jangan sampai lepas dan juga takut akan rasa

nyeri.

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah

persalinan.Bilamana masih juga terjadi konstipasi dan BAB mungkin

keras dapat diberikan obat laksan per oral atau rektal, bila masih juga

belum berhasil dilakukan klisma/enema.

g. Perkemihan
94

Saluran Kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8

minggu, tergantung pada:

(a) Keadaan atau status sebelum persalinan.

(b) Lamanya partus kala II dilalui.

(c) Besarnya tekanan kepala janin yang menekan pada saat

persalinan.

h. Sistem Muskuloskeletal atau Diatesis Rectie Abdominali

1) Diatesis

Setiap wanita nifas memiliki derajat diatesis/konstitusi

(yakni keadaan tubuh yang membuat jaringan-jaringan tubuh

beraksi secara kuar biasa terhadap rangsangan-rangsangan luar

tertentu sehingga membuat orang itu lebih peka terhadap

penyakit-penyakit tertentu).Seberapa diatesis terpisah ini

tergantung dan beberapa faktor termasuk kondisi umum dan tonus

otot.

Sebagian besar wanita melakukan ambulasi

(ambulation=bisa berjalan) 4-8 jam post partum. Ambulasi dini

dianjurkan untuk menghindari komplikasi, meningkatkan involusi

dan meningkatkan cara pandang emosional.

Konstipasi terjadi umunya selama periode post partum

awal karena penurunan tonus otot, rasa tidak nyaman pada

perineum dan kecemasan. Hemoroid adalah peristiwa lazim pada


95

periode post partum awal karena tekanan pada dasar panggul dan

merejan selama persalinan.

2) Abdominalis dan peritoneum

Akibat peritorium berkontraksi beretraksi pasca persalinan

dan beberapa hari setelah itu, peritonium yang membungkus

sebagian besar dari uterus membentuk lipatan-lipatan dan

kerutan-kerutan.Ligamentum rotundum sangat lebih kendor dari

kondisi sebelum hamil.Memerlukan waktu cukup lama agar dapat

kembali normal seperti semula.

Hal ini disebabkan karena sebagian konsekuensi dari

putusnya serat-serat elastis kulit dan distensi yang berlangsung

lama aklibat pembesaran uterus selama hamil. Pemulihannya

dengan cara berlatih.

3) Kulit

Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa

tempat karena proses hormonal. Pigmentasi berupa kloasma

gravidarum pada pipi, hiperpigmentasi kulit sekitar payudara,

hiperpigmentasi kulit dinding perut (striae graviarum).Setelah

persalinan hormonal berkurang dan hiperpigmentasipun

menghilang. Pada dinding perut akan menjadi putih mengkilap

(striae albican).

4) Tanda-Tanda Vital

a. Suhu Badan
96

(1) Sekitar hari ke 4 setelah persalinan, suhu ibu mungkin

naik sedikit antara 37,2ºC sampai 37,5ºC kemungkinan

disebabkan dari aktivitas payudara (produksi ASI).

(2) Bila kenaikan mencapai 38ºC pada hari kedua sampai

hari-hari berikutnya harus diwaspadai adanya infeksi atau

sepsis nifas.

b. Denyut Nadi

(1) Denyut nadi ibu akan melambat sekitar 60x/menit yakni

pada waktu setelah persalianan karena ibu dalm keadaan

istirahat penuh ini terjadi utamanya pada minggu utama

post partum.

(2) Pada ibu yang nerfus bisa cepat, kira-kira 110X/menit.

Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi, khusunya

bila disertai peningktan suhu tubuh.

c. Tekanan Darah

(1) Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut

dapat meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post

partum.

(2) Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya

pendarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah

tinggi menunjukkan kemungkinan adanya pre-eklamsi

yang bisa timbul pada masa nifas.

d. Respirasi
97

1) Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal, hal

ini karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam

kondisi istirahat.

2) Bila ada respirasi cepat post partum (>30x/menit),

mungkin adanya tanda-tanda shock.

5.Laktasi

Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari

kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar payudara

yaitu:

a. Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan

lemak bertambah.

b. Keluaran cairan susu kental dari duktus laktiferus disebut

colostrum, berwarna kuning putih susu.

c. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana

vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.

Setelah persalinan, pengaruh supresiastrogen dan progesteron

hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin

yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin

menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu

keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.

1). Nifas Dini

Masa nifas dini adalah masa permulaan nifas yaitu 1 hari

sesudah melahirkan sampai 7 hari lamanya (1 minggu pertama).


98

Kunjungan masa nifas :

a) Kunjungan I (6-48 jam setelah persalinan)

Tujuan:

(1) Mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri.

(2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk

jika perdarahan berlanjut.

(3) Memberikan konseling pada ibu atau satah satu anggota

keluarga, bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri.

(4) Pemberian ASI awal.

(5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

(6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi

hipotermi.

(7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus

tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama

setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan

stabil.

b) Kunjungan II ( 4-28 hari setelah persalinan)

Tujuan:

(1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi dengan baik, fundus di bawah umbilikus,

tidak ada perdarahan abnormal atau tidak ada bau.


99

(2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal.

(3) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan

istirahat.

(4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

(5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat

bayi sehari-hari.

c) Kunjungan III (29-42 setelah persalinan)

Tujuan: Sama dengan kunjungan II.

2). Nifas Lanjut

a) Pengertian

Masa nifas lanjut adalah satu minggu sesudah

melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan.

b) Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

Tujuan:

(1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia atau bayi

alami.

(2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

3). Evidence Based

Table: 4 Evedance Based

NO Tindakan yang Sebelum EBM Setelah EBM


100

dilakukan
1. Pemakaian Tampon Tampon dapat

Tampon menyerap menyebabkan

Vagina perdarahan tapi Infeksi

tidak

menghentikan

perdarahan.
2. Perawatan Bayi benar-benar Untuk mempererat

terpisah Ibu siaga selama 2 Bounding

dan Bayi jam pertama. Attachhment.


3. Pemakaian Gurita untuk Gurita mempersulit

Gurita atau memperbaiki pemantauan

sejenisnya bentuk tubuh Ibu. involusio rahim

dan menyebabkan

infeksi.
4. Perawatan tali Perawatan tali Perawatan tali

pusat pusat dikasih pusat sekarang

alcohol dan hanya

betadine. menggunakan kasa

steril.

4). Asuhan Kebidanan Nifas

a) Subjektif

Ibu telah melahirkan 6 jam sampai dengan 42 hari.

b) Objektif

(1) Pemeriksaan Umum


101

1) KU : Baik, Cukup, Buruk.

2) Kesadaran : Composmentis/tidak.

3) Tensi/Suhu/Nadi/Respirasi/: TD Normal : 120/80

mmHg, suhu : 36,50 C– 37,50 C, Nadi : 80 –

100 x /Mnt, Presperasi 16 – 24 x/Mnt.

(2) Pemeriksaan fisik

(a) Kepala dan wajah : Untuk mengetahui kebersihan,

kerontokan dan warna rambut.

(b) Mata : Clasoma gravidarum,conjungtiva merah

muda/tidak, skleraputih/tidak.

(c) Mulut dan gigi : Untuk mengetahui kebersihan,

adakah sianosis atau caries gigi.

(d) Leher : Ada atau tidak pembesaran vena jugularis,

kelenjar limfe, thiroid, atau stroma.

(e) Payudara

Bentuk : Normalnya berbentuk simetris

Areola : Terjadi Hyperpigmentasi/Tidak

Putting susu : Sudah menonjol atau belum

Keluaran : Apa keluarnya ASI, pus/Darah.

(f) Abdomen

TFU : Untuk mengetahui involusi Uteri

Konsistensi Uterus : Keras /lembek

Kontraksi uterus : Kuat /lemah.


102

(g) Pengeluaran Pervaginaan/Lochea

Warna : Merah, putih atau yang lainnya.

Jumlah : Banyaknya Lochea yang keluar tiap hari.

Bau : Berbau busuk atau tidak.

(h) Perineum

Bekas jahitan : Ada atau tidk bekas jahitan pada

perineum, kering atau tidak.

Kebersihan: Keadaan Perineum bersih atau tidak.

Oedema : Ada oedema pada perineum atau tidak.

(i) Anus : Ada tidaknya hemoroid.

(j) Ekstremitas: Ada/tidak oedema padaekstermitas.

c) Analisa

P A AH, nifas normal 6 jam-42 hari.

d) Penatalaksanaan

(1) KF1(6 jam-48 jam): Melakukan pemeriksaan umum dan

pemeriksaan fisik, melakukan masase untuk memastikan

kontraksi uterus baik, melakukan mobilisasi dini, memastikan

ibu makan dan minum yang bergizi, menjaga kebersihan diri,

istirahat teratur, tanda bahaya masa nifas, menyusui bayinya

sesering mungkin setiap 2 jam dan memberikan ASI Ekslusif

dan kunjungan ulang.

(2) KF2 (4 hari-28 hari): Melakukan pemeriksaan umum dan

pemeriksaan fisik, menjelaskan tanda bahaya masa nifas,


103

menjaga kebersihan diri, perawatan payudara, makan dan

minum bergizi, istirahat teratur, membeikan ASI pada bayi dan

kunjungan ulang.

(3) KF3 (28 hari-40 hari): Melakukan pemeriksaan umum dan

pemeriksaan fisik, menyakan penyulit yang di alami,

memberikan konseling KB pada ibu, mengingatkan ibu untuk

memberikanASIEkselusif.

E. TEORI PENDOKUMENTASIAN SOAP

Pendokumentasian SOAP merupakansalah satu metode

pendokumentasian yang di kerjakan oleh bidan, setelah memberikan asuhan

kepada pasien yang meliputi: status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, dan

kegiatan asuhan serta respon pasien terhadap asuhan yang telah diterimanya.

(Anjarwati, 2010).

Pendokumentasian manajemen kebidanan menggunakan SOAP

yaitu:

a. Data subjectif

Data subjectif (S) merupakan pendokumentasian kebidanan

menurut Helen Varney langkah pertama ( pengkajian data ) terutama data

yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjectif ini berhubungan dengan

masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai

kekhwatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung

dengan diagnosis. Data subjectif ini nantinya akan menguatkan diagnosis

yang akan disusun.


104

b. Data objectif

Data objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data) terutama

data yang diperoleh melalui hasil observasi dari pemeriksaan pasien,

pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostic lain, catatan medic dan

informasi dari keluarga atau orange lain dapat dimasukan dalam data

objectif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta

yang berhubungan dengan diagnosa.

c. Analisa (A)

Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisa dan

intervensi( kesimpulan) dari data subjectif dan objektif. Dalam

pendokumentasian manenjemen kebidanan, karena keadaan pasien yang

setiap saat bisa mngalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru

dalam data subjectif maupun objektif.

Analisa/assessment meupakan pendokumentasian metode

kebidanaan menurut Hellen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat

sehingga mencakup hal hal berikut ini : diagnosis/masalh kebidanan,

diagnosis masalh potensial serta perlunya identifiksi kebutuhan tindakan

segera untuk antisipasi diagnosis atau masalah potensial, kebutuhan


105

tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi:

tindakan mandiri, kolaborasi dan merujuk pasien.

d. Penatalksanaan

Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

yang akan datang. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan

tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkindan mempertahankan

kesejahteraan.

(P) dalam soap meliputi pendokumentasian manejemen kebidanan

menurut Hallen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.

Pendokumentasian dalam SOAP ini adalah pelaksanaan asuhan sesuai

rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dalam rangka

mengatasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh

pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan atau membahayakan

keselamtan pasien.

Dalam penatalksanaan ini harus mencantumkan evaluasi yaitu

tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektifitas

asuhan atau hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang

telah dicapai dan merupakan fokus ketetapan nilai tindakan atau asuhan.
106

Untuk pendokumentasian proses evaluasi ini, diperlukan catatan

perkembangan, dengan tetap mengacu pada metode SOAP.

BAB III

PERKEMBANGAN KASUS

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN NORMAL NY. Y.B,

GIV PIII A0 AHIII UK 39-40 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP

PRESENTASE KEPALA INTRA UTERIN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Kunjungan ANC I : Tanggal 31Oktober 2019 jam : 12.00 Wita

Identitas

Nama Istri : Ny. Y.B Nama Suami : Tn. A.T


107

Umur : 27 tahun Umur : 30 tahun

Agama : Kristen protestan Agama :Kristen protestan

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Penghasilan : Tidak ada penghasilan : Rp.1.500.000/bln

Alamat Rumah : Penfui Alamat Rumah : Penfui

Data Subjektif

a. Keluhan utama

Ibu mengatakan ini adalah kehamilanya yang ke 4 dengan usia

kehamilan 9 bulan, pernah melahirkan 3 kali tidak pernah keguguran

dan keluhan saat ini ibu merasa perut kencang dan sering buang air

kecil.

b. Riwayat haid

Menarche :13 Tahun

Siklus : 28 hari

Lamanya : 4-5 hari

Sifat Darah : Encer

Nyeri Haid : Tidak Ada

HPHT : 28-02- 2019

TP : 7-11- 2019

c. Riwayat perkawinan

Status perkawinan : Syah


108

Lamanya : 4 Tahun

Umur saat kawin : 23 Tahun

Berapa kali kawin : 1 kali

d. Riwayat kehamilan yang lalu

1) Apakah ada gangguan yang sangat : Tidak ada

2) Apakah ada muntah yang berlebihan : Tidak ada

3) Toksemia Gravidarum : Tidak ada

4) Selama Hamil Periksa dimana : Puskesmas Tarus

e. Riwayat kehamilan sekarang

1) TM I berapa kali : 2 kali,

Keluhan : Tidak ada

Terapi : SF, Kalk, Vit C,

2) TM II berapa kali : 2kali

Keluhan : Tidak ada

Terapi : SF, Kalk, dan Vit C

3) TM III berapa kali : 4 kali

Keluhan : Tidak ada

Terapi : SF, Kalk dan Vit C

Imunisasi TT berapa kali : 2 kali

Kapan : 23mei 2019

Pergerakan janin di rasakan pertama kali pada usia kehamilan : 4

bulan

Keluhan selama hamil : Tidak ada


109

Terapi : SF, Kalk, Vitamin C, B1, Bc

4) Riwayat kehamilan, persalinandan nifas yang lalu

Table : 3 Riwayat hehamilan, persalinan dan nifas.

KET
Persalinan Nifas (H/
M)
No Kmplks
Km
Tgl Jns J Lk
UK Penolong Ibu Bayi BB PB plk
lahir pers K ts
s

1 23- Aterm _ _ 3400 48c Ya _ H


02- Spon Dukun P Kg m
2014 tan

H
2 27- Atere Spon Bidan _ _ L 3200 49 Ya _
02- m tan kg cm
2016

23-
Atere Spon
3 02- Bidan _ _ L 3800 48 Ya _ H
m tan
2018 kg cm

AH
4 INI GIV PIII A0
III

5) Riwayat keluarga berencana

a) KB yang pernah di gunakan : Tidak ada

b) Lamanya : Tidak ada

c) Efek samping : Tidak ada

d) Alasan berhenti : Tidak ada

6) Riwayat kesehatan
110

a) Riwayat penyakit yang di derita : Tidak ada

b) Riwayat penyakit yang lalu : Tidak ada

c) Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada

7) Riwayat kesehatan dan penyakit keturunan

a) Apakah ada keluarga yang menderita penyakit kronis : Tidak

ada

b) Apakah ada keluarga yang menderita penyakit menular: Tidak

ada

c) Apakah ada keturunan kembar : Tidak ada

8) Keadaan psiko sosial

Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan: Ibu dan keluarga

sangat menginginkan kehamilan ini.

Dukungan dari keluarga : Suami dan keluarga sangat

mendukung ibu.

Tempat dan petugas yang di inginkan untuk menolong persalinan :

RS/puskesmas Bidan/Dokter

Beban kerja dan kegiatan sehari-hari : Pekerjaan rumah

tangga

Jenis kelamin yang di harapkan : Laki-laki atau

perempuan sama saja

Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami

Perilaku kesehatan:

Merokok : Tidak pernah


111

Miras : Tidak pernah

Konsumsi obat terlarang : Tidak pernah

Minum kopi : Tidak pernah

9) Latar belakang budaya

a) Kebiasaan melahirkan di tolong oleh : Bidan dan dukun

b) Pantangan makanan : Tidak ada

c) Kepercayaan yang berhubungan dengan persalinan : Tidak

ada

d) Kepercayaan yang berhubungan dengan nifas : Tidak ada

10) Pemenuhan kebutuhan dasar

Pola kebutuhan dasar Sebelum hamil Selama hamil


a. Nutrisi

Jenis makanan Nasi, sayur, Nasi, sayur, ikan,

tempe, ikan, telur. tempe, tahu,

telur,daging

Frekuensi makan 1-2x/hari, porsi: 1 2-3x/hari, porsi: 1

piring piring

Nafsu makan Baik Baik

Jenis minuman Air putih dan teh Air putih dan susu
b. Eliminasi

1) BAK :

Frekuensi 2-3x/hari 4-5x/hari


112

Warna Kuning jernih Kuning jernih

Bau Khas amoniak Khas amoniak

2) BAB

Frekuensi 1-2x/hari 1-2x/hari

Warna Kuning Kuning

Bau Khas veses Khas veses

Konsistensi Lembek Lembek


c. Istirahat

Tidur siang 1-2 jam/hari ± 1 jam/hari

Tidur malam 7-8 jam/hari 4-5 jam/hari

Keluhan Tidak ada Susah tidur

d. Kebersihan diri

Mandi 2x/hari 2x/hari

Sikat gigi 2x/hari 2x/hari

Keramas rambut 2x/minggu 2x/minggu

Ganti pakaian 2x/hari 2x/hari

dalam

Ganti pakaian 2x/hari 2x/hari

luar

11) P4K, terdiri dari:

a) Persiapan tempat persalinan : Puskesmas Tarus


113

b) Dana persalinan : Jaminan Kesehatan

(BPJS)

c) Transportasi : Roda 4

d) Metode KB setelah melahirkan : Tidak ada

e) Pendonor darah : 3 orang

2. DATA OBJEKTIF
Tanggal : 31 Oktober 2019 Jam : 12:00 Tempat : Rumah Pasien
S (SUBYEKTIF) :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Bentuk tubuh : Lordosis
Ekspresi wajah : Ceria
Berat Badan : Sebelum hamil 42kg
Saat ANC 47kg
Lila : 24 cm
Tafsiran persalinan : 7 Novenber 2019
Tanda-tanda vital : Suhu : 36,7°c
Pernapasan : 21x/menit
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
O (OBYEKTIF) :
a. Pemeriksaan fisik
Kepala : Bersih,tidak ada luka,tidak ada ketombe,tidak ada benjolan
Rambut : Bersih, Hitam,lurus
Wajah : Tidak oedama, tidak pucat,tidak ada cloasma gravidarum
Mata : Bersih,tidak ada secret,conjungtiva merah muda, sclera putih.
Telinga: Bersih tidak ada serumen
Mulut dan gigi: Bersih tidak ada caries
114

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, thyroid, dan vena


jugularis
Hidung : Lubang hidung simetris kiri dan kanan,tidak ada polip
Dada : Payudara simetris,tidak ada benjolan di sekitar payudara,
adanya pengeluaran kolustrum,terasa nyeri di payudara, aerola
hiperpigmentasi, putting susu menonjol
Abdomen :Tidak ada luka bekas operasi, ada strie albicans, dan linea nigra.
Ekremitas: Tidak oedama, tidak varises
Genetalia : Bersih
Anus : Tidak haemoroid.
b. Pemeriksaan Obstetrik :
Leopold 1: TFU 3 jari dibawah px ( 29 cm) difundus teraba lunak, dan
tidak melenting ( bokong).
Leopold 2: Disebelah kanan perut ibu teraba keras, datar dan memanjang
sepertipapan( punggung) dan sebelah kiri perut ibu teraba tonjolan
tonjolan kecil( Ektremitas).
Leopold 3: Bagian terendah teraba keras, bulat dan melenting ( kepala)
dan tidak dapat digoyang ( masuk PAP).
Leopold 4: Kepala sudah masuk PAP.(Divergen) TBBJ (29-12) x 155 :
2635 gram.
Auskultasi denyut jantung janin terdengar jelas,kuat dan teratur
disebelah kiri dibawah pusat. Djj 145x / menit, Pada vulva tidak ada
oedema, tidak ad avarices, tidak ada kondiloma, tidak ada pengeluaran
pervaginaan, tidak ada haemoroid.
c. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
- Darah : Hb 11,5 gr (Pemeriksaan dilakukan saat kunjungan
pertama.), Golongan darah : O
- Urine : reduksi tidak dilakukan, protein urin tidak di lakukan
USG : tidak dilakukan
A (ANALISA MASALAH) :
115

Ny Y.B GIV PIII A0 AHIII, UK 38-39 minggu, Janin tunggal, hidup,


intrauterin presentasi kepala
P ( PENATALAKSANAAN) :

.1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu TD: 110/80 mmHg S:


36,7°c BB: 54kg, bayi letak kepala, kepala sudah masuk PAP, DJJ
145x/m. ) TBBJ (29-12) x 155 : 2635 gram.
 Ibu merasa senang dengan hasil pemeriksaan dan dapat
mengulang kembali penjelasan tentang hasil
pemeriksaan
2. Menjelaskan tanda bahaya kehamilan trimester III yaitu perdarahan,
janin kurang bergerak dari biasanya, sakit kepala, pusing, nyeri perut
bagian bawah yang hebat,kejang. Jika ibu mengalami tanda bahaya
segera kefasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan.
 Ibu mengerti dan dapat mengulangi penjelasan tentang
tanda tanda bahaya kehamilan trimester III dan berjanji
akan ke fasilitas kesehatan jika mengalami tanda tanda
bahaya
3. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan meliputi sakit
pada pinggang menjalar ke perut bagian bawah yang semakin lama
semakin sering, keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir, keluar
air-air atau ketuban dari jalan lahir bila mengalami tanda-tanda
tersebut ibu harus ke fasilitas kesehatan.
 Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali tanda tanda
persalinan dan ibu berjanji akan ke fasilitas kesehatan
jika mengalami tanda-tanda persalinan.
4. Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan dirinya seperti
mandi, keramas rambut, sikat gigi, dan ganti pakaian.agar memberikan
kenyamanan pada ibu.
 Ibu mengerti dan dapat mengulang kembali penjelasan
tentang pentingnya menjaga kebersihan diri.
116

5. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup yaitu tidur siang 1-
2 jam/hari, dan tidur malam 7-8 jam/hari.agar menjaga kondisi tubuh
ibu.
 Ibu mengerti dengan penjelasan tentang istirahat yang
cukup dan dapat mengulang kembali
6. Menganjurkan pada ibu untuk makan makanan bergizi seperti ikan,
tempe, tahu dan sayuran. Agar memenuhi kebutuhan gizi pada ibu dan
membantu proses tumbuh kembang janin.
 Ibu mengerti dan dapat mengulang kembali penjelasan
tentang mengonsumsi makanan bergizi.
7. Menganjurkan pada ibu untuk minum obat secara teratur yaitu: SF
pada obat ini berfungsi sebagai untuk mengobati atau mencegah kadar
zat besi rendah dalam darah diminum 1x1 pada malam hari sebelum
tidur untuk mengurangi mual muntah,VIT C pada obat ini berfungsi
untuk menunjang perkembangan janin dan menjaga kondisi tubuh
diminum 1x1, KALK pada obat ini berfungsi untuk mencegah serta
mengatasi kadar kalsium yang rendah di dalam darah atau
hipokalsemia diminum 1x1, dan tidak boleh dikonsumsi bersamaan
dengan teh atau kopi karena dapat menghambat proses penyerapan.
 Ibu mengerti dengan penjelasan

tentang mengonsumsi obat secara

baik dan benar dan dapat

mengulang kembali penjelasan

8. Menjelaskan pada ibu untuk melakukan persiapan persalinan meliputi

persiapan pakaian ibu dan bayi, tabungan, rencanakan melahirkan di

faskes yang di inginkan ibu dan yang akan menolong persalinan ibu,
117

siapkan kartu JKN, kendaraan yang akan mengantarkan ibu dan orang

yang akan mendampingi ibu saat persalinan, calon pendonor darah.

 Ibu mengrti dengan penjelasan tentang persiapan

persalinan dan dapat mengulang kembali

9. Menganjurkan ibu untuk mengikuti program KB karna KB adalah

usaha mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera melalui pengaturan

kelahiran anak dengan cara menunda kelahiran anak

pertama,menjarangkan kelahiran anak berikutnya,maupun membatasi

kelahiran anak selanjutnya melalui penggunaan alat/obat kontrasepsi

setelah melahirkan.

 Ibu mengerti dan bisa menjelaskan ulang

10. Menjelaskan pada ibu kondisi susah tidur karna pada trimester 3 ini
susah tidur disebabkan karena rutinitas tidur yang buruk,hiperaktivitas
fisik,menonton TV tepat sebelum tidur atau emosional yang tidak
stabil
 Ibu mengerti dan memahami apa yang sudah di jelaskan
11. Menjadwalkan ibu untuk kunjungan ulang yaitu tanggal 08 November
2019, atau jika mendapat tanda tanda persalinan dan atau tanda tanda
bahaya kehamilan. untuk memantau perkembangan ibu maupun janin
 Ibu mengerti tentang jadwal kunjungan ulang yang
disampaikan dan berjanji akan datang untuk kunjungan ualang
pada tanggal 08 November 2019
12. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan pada buku
 Sudah dilakukan pendokumentasian
118

KUNJUNGAN KEDUA

Tanggal : 02 November 2019. Jam : 14.00 wita Tempat : Rumah Pasien

S (SUBYEKTIF) : Ibu mengatakan sakit pada perut bagian bawah

O (OBYEKTIF) :
Keadaan umum : Baik.
TTV:
TD:110/ 80 mmhg,
N: 22x/m, S: 36,7°c,
RR;82x/m,
DJJ;140x/m.
Leopold 1: TFU 3 jari dibawah px (30 cm) teraba bulat, lunak, dan
kuarng melenting (bokong).
Leopold 2: pada perut bagian kanan teraba keras, datar, dan
memanjang seperti papan (punggung), pada bagian kiri teraba tonjolan
tonjolan kecil (ekremitas),
Leopold 3: bagian terendah teraba keras, bulat dan
melenting(kepala).tidak dapat digoyang.
Leopold 4: kepala sudah masuk PAP (Divergen).
TBBJ: (30cm – 12)x 155=2790g
A (ANALISIS MASALAH) :
Ny Y.B GIV PIII A0 AHIII UK 39-40 minggu janin tunggal hidup intra
uterin letak kepala.
P (PENATALAKSAAN)
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu TD: 110/80
mmHg S: 36,7°c , RR: 20x/m, nadi: 80x/m. bayi letak kepala,
kepala sudah masuk PAP, DJJ 140x/m.
 Ibu merasa senang dengan kondisi ibu dan janin dan dapat
mengulang kembali hasil pemeriksaan yang disampaikan
119

b. Mengevaluasi kembali tanda bahaya kehamilan trimester III


yaitu perdarahan, janin kurang bergerak dari biasanya, sakit
kepala, pusing, nyeri perut bagian bawah yang hebat,kejang.
Jika ibu mengalami tanda bahaya segera kefasilitas kesehatan
untuk mendapatkan penanganan
 Ibu mengerti dan dapat mengulangi penjelasan tentang tanda
tanda bahaya kehamilan trimester III dan berjanji akan ke
fasilitas kesehatan jika mengalami tanda tanda bahaya
c. Mengingatkan kembali pada ibu tentang tanda-tanda persalinan
meliputi sakit pada pinggang menjalar ke perut bagian bawah
yang semakin lama semakin sering, keluar lendir bercampur
darah dari jalan lahir, keluar air-air atau ketuban dari jalan lahir
bila mengalami tanda-tanda tersebut ibu harus ke fasilitas
kesehatan. Dan menanyakan pada ibu apakah sudah
mendapatkan tanda tanda persalinan atau belum.
 Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali tanda tanda
persalinan dan ibu berjanji akan ke fasilitas kesehatan jika
mengalami tanda-tanda persalinan. Serta ibu mengtakan belum
mendapat tanda tanda persalinan.
d. Mengingatkan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan dirinya
seperti mandi, keramas rambut, sikat gigi, dan ganti
pakaian.agar memberikan kenyamanan pada ibu.
 Ibu mengerti dan dapat mengulang kembali penjelasan tentang
pentingnya menjaga kebersihan diri.
e. Mengingatkan kembali pada ibu untuk istirahat yang cukup
yaitu tidur siang 1-2 jam/hari, dan tidur malam 7-8 jam/hari.agar
menjaga kondisi tubuh ibu.
 Ibu mengerti dengan penjelasan tentang istirahat yang cukup
dan dapat mengulang kembali
f. Memastikan kemabali apakah ibu sudah makan makanan bergizi
seperti ikan, tempe, tahu dan sayuran. Agar memenuhi
120

kebutuhan gizi pada ibu dan membantu proses tumbuh kembang


janin.
 Ibu sudah makan makanan bergizi yang ditandai dengan ibu
tidak mengeluh pusing, dan konjungtiva ibu berwarna merah
muda.
g. Memastikan pada ibu untuk minum obat secara teratur yaitu: SF
pada obat ini berfungsi sebagai untuk mengobati atau mencegah
kadar zat besi rendah dalam darah diminum 1x1 pada malam
hari sebelum tidur untuk mengurangi mual muntah,VIT C pada
obat ini berfungsi untuk menunjang perkembangan janin dan
menjaga kondisi tubuh diminum 1x1, KALK pada obat ini
berfungsi untuk mencegah serta mengatasi kadar kalsium yang
rendah di dalam darah atau hipokalsemia diminum 1x1, dan
tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan teh atau kopi karena
dapat menghambat proses penyerapan.
 Ibu sudah mengomsumsi obat yang sudah diberikan secara
teratur , dan ibu mengatakan bahwa obatnya masih ada ( Tablet
Fe sisanya 23 tablet, kalak 3 tablet, vit c 3 tablet ).
h. Memastikan kembali persiapan persalinan meliputi persiapan

pakaian ibu dan bayi, tabungan, rencanakan melahirkan di

faskes yang di inginkan ibu dan yang akan menolong persalinan

ibu, siapkan kartu JKN, kendaraan yang akan mengantarkan ibu

dan orang yang akan mendampingi ibu saat persalinan, calon

pendonor darah.

 Ibu sudah melakukan persiapan persalinan sesuai penjelasan


i. MenJadwalkan ibu untuk kunjungan ulang yaitu tanggal 08
November 2019, atau jika mendapat tanda tanda persalinan dan
atau tanda tanda bahaya kehamilan. untuk memantau
perkembangan ibu maupun janin.
121

 Ibu mengerti tentang jadwal kunjungan ulang yang


disampaikan dan berjanji akan datang untuk kunjungan ualang
pada tanggal 08 November 2019 atau jika mengalami tanda
tanda persalinan dan tanda tanda bahaya
j. Melakukan pendokumentasian pada buku KIA
 Pendokumentasian telah dilakukan.

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU PERSALINAN NORMAL Ny Y.B


kala 1 Tanggal : 09 November 2019 Jam: 03.00 wita
Tempat: Puskesmas Tarus
a. Subjectif
keluhan utama : ibu mengatakan nyeri pada pinggang menjalar ke
perut bagian bawah serta keluar air sejak jam 02.00 wita.
b. Objectif
Keadan umum:baik,kesadaran: composmentis, ekspresi; meringgis
kesakitan. TD :120/80 Mmhg, N:82x/m, S:37c, RR:20x/m.
DJJ:140x/m
HIS : 3 x (10 menit) lamanya 40-45 detik
Palpasi:
Leopold 1: TFU 3 jari dibawah px (30 cm), teraba bulat, lunak dan
kurang melenting (bokong).
Leopold 2: pada perut bagian kanan teraba keras, datar dan memanjang
seperti papan( punggung) dan pada perut bagian kiri teraba tonjolan
tonjolan kecil(eksremitas)
Leopold 3: bagian terendah teraba bulat, keras dan melenting( kepala) dan
tidak dapat digoyang
Leopold 4 : kepala sudah masuk PAP (Divergen).TBBJ: (30-
12)x155=2790
Pemeriksaan dalam: jam 04.00 wita, vulva; tidak ada kelainan, vagina :
adanya pengeluaran lendir darah, portio; tipis lunak, pembukaan 6 cm,
122

kantong ketuban:utuh, bagian terendah : kepala, posisi; ubun ubun kecil


kiri depan. Kepala turun hodge II-III
His: 3 x (10 menit) lamanya 40-45 detik
Djj : 145x/menit
c. Analisa / Diagnosa kebidanan
GIV PIII A0 AHIII UK 39-40 Minggu inpartukala 1 fase aktif keadaam
ibu dan janin tunggal hidup intrauterine presentase kepala.
d. Penatalaksanaan
a) Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan: yaitu TTV: TD:
120/ 80 mmhg, S;37C, N 82x/m, RR: 23x/m,
DJJ:140x/m.pembukaan 6 cm. keadaan ibu dan janin baik,dan ibu
sudah memasuki proses persalinan.
 Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali kondisinya
b) Menganjurkan pada ibu untuk tidur miring ke kiri agar menjaga
sirkulasi oksigen antaraibu dan janin tetap terjaga.
 Ibu mengerti dan bersedia melakukan sesuai anjuran yang di
sampaikan
c) Mengajari ibu cara relaksasi saat adanya sakit yang baik dan
benar yaitu menarik napas dari hidung menghembuskan pelan dari
mulut .agar mengurangi rasa sakit yang berlebihan
 Ibu mengerti penjelasan tentang posisi tidur yang baik dan
benar. Dan ibu sudah tidur miring ke kiri
d) Pada ibu untuk makan dan minum bila tidak adanya his, agar
memberikan energy pada ibu
 Ibu mengerti dengan penjelasan tentang pentingnya makan dan
minum saat tidak adanya his. Dan ibu sudah minum the dan
makan nasi
e) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu:
SAFT 1

a. a.Partus set terdiri dari


123

 Handscoon steril 2 pasang


 Klem tali pusat
 Klem steril 2 buah
 koher 1 buaH
 Gunting episiotomi 1 buah
 kassa secukupnya
 Com berisi Obat oxytosin 10 ampl,lidocain 1% aquades ,vit
k,salap mata,kom air DTT dan kapas ,korentang dalam
tempatnya,funduscop,pita centi,disposibel 3cc,5cc,1cc

SAFT II

a. heating set terdiri dari :


 handscoon steril 1buah
 nalfuder 1 buah
 jarum otot dan kulit
 benang
 gunting benang
 pinset 2 buah
 kasa secukupnya
 spuit 3 cc 1 buah
 tampon
 duk steril
 tempat plasenta dan plastik
 tempat cairan 0,5% handscon
 tempat spuit bekas
 tempat ampul bekas

SAFT III
124

 bengkok 2 buah
 infus set
 spuit 3 cc dan 1 cc
 cairan infuse RL 3 buah
 betadine
 tempat ampul bekas
 kapas sublimat
 tempat spuit bekas
 hand sanitaser
 abocat no. 16 dan 18 2 ( 2 buah )
 obat-obatan
 Tempat plasenta
 Tensimeter/ stetoskop
 Pakaian ibu dan bayi
 Handscon steril 2 buah
 Kantong plastik merah 1
 Plastik hitam 1
 APD ( celemek 2,kacamata 2,masker 2, sepatu bot 1 )
 Pakian ibu (handuk 1,kain bedong 3,baju1,topi 1,popok 1)

SAFT 1V

 Alat dan tempat resusitasi


 Tempat yang hangat,datar,kering,dan keras
 3 buah kain (mengeringkan bayi,kain ganti bayi di letakan di atas
meja resusitasi)
 Alat resusitasi (selang O2,reservoir)
 Pengisap lendir
 Stetescope
 Tabung O2

SAFT V
125

 Celemek
 tempat pakian kotor beserta plastic
 Waslap
 sepatu both
 Sarung tangan
 baskom air klorin
 Baskom air DTT
 baskom air detergen
 tempat sampah medis dan non medis
 peralatan, obat, dan pakain ibu dan bayi telah siap.
 Mengobservasi kemajuan persalinan menggunakan partograf.mulai dari
jam 03.00 wita
Jam 03.00 wita: DJJ 140x/m, his: 3xdalam 10 menit lamanya 30-35
detik
Jam 03.30 wita : DJJ 135x/m, his:3xdalam 10 menit lamanya 30-35
detik
Jam 04.00 wita : DJJ 150x/m, his :3xdalam 10 menit lamanya 35-40
detik
Jam 04.30 wita : DJJ 130x/m,his :3xdalam 10 menit lamanya 35-40
detik
Jam 05.00 wita : DJJ 140x/m, his :4xdalam 10 menit lamanya 40-45
detik
Jam 05.30 wita : DJJ 152x/m, his :4xdalam 10 menit lamanya 40-45
detik
Jam 06.00 wita : DJJ 141x/m, his: 4xdalam 10 menit lamanya 45-50
detik

2. Kala II, Tanggal : 09 November 2019, jam 06.00 wita.

Tempat : puskesmas tarus


126

a. Subjectif : keluhan utama: Ibu mengatakan ingin BAB dan merasa


ingin mengedan

b. Objectif : TTV: Tekanan darah 120/80 mmhg, suhu 37c, nadi 82x/m,
pernapasan 23x/m, vulva/vagina tidak ada kelainan,portio tidak teraba,
pembukaan lengkap 10 cm, ketuban pecah spontan, berwarna jernih,
bagian terendah kepala, posisi ubun ubun kecil depan, kepala turun
hodgeIII-1V His,4xdalam 10 menit lamanyan 45-50 detik Djj
145x/menit teratur

c. Analisa/ Diagnosa kebidanan: Inpartu kala II

d. penatalaksanaan

f) pertolongan persalinan oleh bidan puskesmas Tarus menggunakan


60 langkah APN
a. Memberitahukan pada ibu dan keluarga bahwa dirinya sudah memasuki
tahap persalinan yaitu pembukaan sudah lengkap, kantong ketuban
sudah pecah.
 Ibu mengerti dan mempersiapkan diri untuk proses persalinan
b. Melihat tanda dan gejala kala II : ada dorongan yang kuat untuk
meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vuiva dan sfingter
anus membuka.
 ibu telah mengalami tanda gejala
c. Mengajarkan pada ibu cara meneran yang baik dan benar yaitu pada saat
ada his kedua paha dirangkul kedada dan kepala diangkat serta mata
terbuka lebar melihat keperut serta menarik napas dalam dan
menghembuskan seperti buang air besar.
 Ibu mengerti dan melakukan saat adanya kontraksi
d. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
 Ibu telah memilih posisi tidur terlentang
Memimpin meneran saat ada dorongan yang kuat untuk
meneran
127

 Ibu meneran dengan baik dan benar saat ada kontraksi


e. Memakai handscoon steril.
 Handcoon sudah di pakai
f. Menyokong perineum saat kepala bayi membuka vulva 5-6 cm dengan
tangan kanan dan menahan puncak kepala dengan tangan kiri
 Kepala sudah muncul dan tangan kanan penolong sudah
menahan puncak kepala dengan tangan kiri
g. Memeriksa adanya lilitan tali pusat
 Tidak adanya lilitan tali pusat
h. Menunggu kepala melakukan putaran paksi luar
 Kepala melakukan putaran paksi luar kearah kiri
i. Melahirkan bayi dengan cara kedua tangan diletakkan secara biparietal
pada kepala bayi lalu menarik kepala kearah bawah untuk melahirkan
bahu depan dan menarik kepala keatas untuk melahirkan bahu
belakang, kemudian melahirkan bayi secara sangga susur
 bayi lahir pukul 06.00 wita, jenis kelamin laki laki
j. Menilai bayi segera setelah lahir ; menangis spontan, kulit kemerahan,
pergerakan aktif
 Bayi dalam keadaan sehat
k. Mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan kain bersih dan kering
 Bayi telah dikeringkan dan diselimuti
l. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan janin tunggal
 janin tunggal
m. Menilai Perdarahan
 Perdarahan 100 cc

3.Kala III, Tanggal 09 November 2019, jam 06.00 wita

Tempat Puskesmas Tarus


128

a. Subjectif; keluhan utama ibu mengatakan perut masih mules

b. Objectif: tali pusat bertambah panjang, semburan darah tiba tiba,


fundus membundar

c. Analisa/Diagnosa kebidanan: PIV A0 AH1V Partus kala III

d. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu bahwa akan di suntik oksitosin

 Penyuntikan telah dilakukan

2.Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha atas bagian


luar

 Penyuntikan telah dilakukan

3. Menjepit tali pusat dengan klem pertama ± 3 cm dari perut bayi, dan
memasang klem kedua ± 2 cm dari klem pertama, memotong tali
pusat dan mengikatnnya dengan pengikat tali pusat yang steril

 Tali pusat sudah dipotong


4. Mengganti kain pembungkus bayi dengan kain bersih dan kering
 Kain pembungkus telah diganti
5. Melakukan IMD
 IMD telah dilakukan
6. Memindahkan klem pada tali pusat hingga
berjarak 5-6 cm dari vulva
 Klem telah dipindahkan
7. Meletakkan tangan kiri di atas simphisis
dan kanan memegang tali pusat
Tangan kanan telah memegang tali pusat
8) Menunggu uterus berkontraksi kemudian melakukan peregangan
tali pusat terkendali dengan tangan kanan, sementara tangan kiri
melakukan tekanan pada uterus secara dorsocranial
129

9) Dorsalcranial dialkukan
10) Pegang plasenta dengan kedua tangan, putar plasenta searah jarum
jam (berpilin) sampai plasenta dan selaput ketuban lahir ;
11) plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap pukul 06.05 wita
12) Melakukan masase uterus
13) uterus teraba keras dan bundar
14) Memeriksa robekan jalan lahir
15) Tidak ada robekan jalan lahir

4. Kala IV,tanggal 09 November 2019, jam 08.00 wita


a. Data Subjektif : Ibu mengatakan masih merasakan mules pada perut dan
ibu merasa lelah
b. Objectif: Plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap pukul 06.05wita,
Kontraksi uterus baik, keras dan bundar, TFU Dua jari bawah pusat,
Perdarahan ± 100 cc
c. Analisa: P4 A0 AH4 partus Kala IV
d. Penatalaksanaan
1. Melakukan masase uterus

16) Telah dilakukan mesase uterus


2.Memeriksa robekan jalan lahir ;
17) Tidak ada robekan jalan lahir

3. Membersihkan ibu dari sisa darah dan air ketuban

18) Telah dibersihkan

4. Memeriksa kontraksi uterus

19) uterus teraba keras dan bundar


5. Merendam alat dalam larutan clorin 0,5 %
20) Alat alat telah direndam
130

1. Membersihkan sarung tangan, membersihkan secara terbalik dan


membuangnya dalam tempat sampah
21) Sarung tangan telah dilepas secara terbalik
2. Mengobservasi perdarahan
22) perdarahan ± 100 cc
3. Mengobservasi tanda- tanda vital
23) Tekanan darah: 110/70 mmHg,Suhu: 36,8°c, Nadi : 82 x/menit,
Pernapasan : 20 x/menit
4. Mengajarkan ibu dan keluarga cara masase fundus uteri ;
24) ibu dan keluarga mengerti
5. Memberikan ibu minum
25) ibu minum teh manis
6. Mendekontaminasi tempat persalinan
26) Tempat persalian telah di dekontaminasi
7. Mencuci tangan
27) Telah dilakukan

C.ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


131

Kunjungan neonatus umur 1 Hari ( KN I)

Tanggal : 10 November 2019

Jam : 09 : 00 wita

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang keempat pada

tanggal 09 November 2019 wita, jenis kelamin laki laki ,berat

badan 3800 gr,lahir normal, saat ini bayi menyusu kuat

b. Data Objektif

1. Pemeriksaan fisik umum

a) Keadaan umum : Baik, Tangis Bayi Kuat, Tonus otot

Kuat, ASI Lancar

b) Tanda-tanda vital : S: 36,8 0C ; HR :132 x/menit ;

RR : 46 x/menit

2. Pemeriksaan Antropometri

Berat Badan : 3800 gram, Panjang badan 48 cm,Lingkar

kepala 32 cm, Lingkar Dada 30 cm, Lingkar perut 29 cm.

3. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi)

Mata :simetris, sclera tidak ikterus, konjuntiva

tidak anemis.

Mulut :bibir lembab, tidak tampak stomatitis,

lidah bersih.
132

Abdomen :tidak tampak benjolan abnormal, tali

pusat masih basah dan tidak berbau,

masih dalam keadaan terjepit, tidak

terdapt pus

Genetalia : Tidak ada kelainan,labia mayora

menutupi labia minora

Anus : Tidak ada kelainan dan berlubang.

Ekstermitas atas :simetris, tidak terdapt andaktil,

polidaktil atau sindaktil, jari-jari

lengkap, ekstermitas tidak kebiruan,

tidak ikterus.

Ekstermitas bawah :simetris, tidak terdapat andaktil,

polidaktil atau sindaktil, jari-jari

lengkap, ekstermitas tidak kebiruan,

tidak ikterus.

c. Analisa

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa KehamilanUmur 1 Hari.

Penatalaksanaan

1. Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan pada bayinya yakni S : 36,8 ,Nadi :126 x/mnt,RR 46 x/

mnt,Berat Badan : 3800 gram, dan menjelaskan kepada ibu

bahwa bahwa keadaan bayinya dalam keadaan sehat.


133

28) Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan ibu merasa

senang dengan hasil pemeriksaan karna keadaan bayinya dalam

keaadan sehat.

2. Memberitahukan kepada ibu untuk menjaga kehangatan bayi

dengan cara membungkus bayi dengan kain kering serta

mengganti popok bayi yang basah dengan yang baru.

29) sudah dilakukan dan bayi dalam keadaan terbungkus kain yang

bersih dan kering.

3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin

setiap 2 jam, apabila bayi tertidur bangunkn bayi.

30) ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan ibu akn

menyusui bayi tiap 2 jam.

4. Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya yang dapat terjadi pada

bayi baru lahir. Diantaranya bayi rewel, tali pusat bau, bengkak

dan berwarna merah, bayi kuning dan tidak mau menyusui. Jika

terjadi tanda-tanda tersebut, diharapkan pada ibu menghubungi

petugas kesehatan secepatnya.

31) Ibu mengerti mengenai tanda –tanda bahaya pada bayi yang sudah

dijelaskan dan ibu akan menghubungi petugas kesehatan jika

terjadi salah satu tanda bahaya pada bayi.


134

5. Mengajarkan kepada ibu cara perawatan tali pusar yaitu : selalu

cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum dan

sesudah memegang bayi ; jangan memberikan apa pun pada tali

pusar bayi ; Rawat tali pusar terbuka dan kering; Bila tali pusat

kotor atau basah, cuci dengan air bersih dan sabun mandi dan

keringkan dengan kain bersih.

32) Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan ibu akan

merawat tali pusat bayinya sesuai cara yang diajarkan.

6. Memberitahu ibu agar selalu membawa bayinya ke

puskesmas/posyandu untuk penimbangan dan mendapatkan

imunisasi BCG dan polio sesuai jadwal.

33) Ibu mengerti dan akan segera membawa bayinya ke posyandu

/puskesmas untuk menimbang bayinya serta mendapatkan

suntikan imunisasi pada bayinya sesuai jadwal yang sudah

ditetapkan

2.Kunjungn Neonatus umur 6 hari (KN II)

Tanggal :16 November 2019

Jam : 15.00 wita


135

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan saat ini bayinya menyusu kuat, BAB 2-3 x/hari,

warna kuning, BAK 5-6 x/hari, warna kuning jernih. Dan tidak

ada masalah pada bayinya.

b. Data Objektif

1. Pemeriksaan fisik umum

a) Keadaan umum : baik, Tangis bayi kuat, Tonus otot

kuat

b) Tanda-tanda vital :Nadi : 128 x/menit, Suh 37,2


0
C ,Pernafasan 52 x/menit

2. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi)

Mata :simetris, sclera tidak ikterus, konjuntiva

tidak anemis

Hidung :tidak terdapat pernafasan cuping hidung

Mulut :bibir lembab, tidak tampak stomatitis, lidah

bersih

Dada :simetris, tidak ada ronchi dan wheezing

Abdomen :tidak tampak abnormal, tali pusat sudah

terlepas

Ekstermitas atas :tidak ikterus

Ekstermitas bawah :tidak ikterus

c. Analisa
136

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan umur 6 hari

d. Penatalaksanaan

1. Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan pada bayinya bahwa keadaan bayinya sehat.

34) Ibu mengerti dan mengetahui tentang keadaan bayinya sekarang.

2. Memastikan pada ibu apakah bayinya mendapatkan ASI cukup

tanpa diberikan pendamping ASI (susu formula)

35) Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan saat kunjungan

pertama dan ibu tetap memberikan ASI yang cukup tanpa

makanan tambahan seperti susu formula pada bayinya.

3. Mengevaluasi kembali pemahaman ibu dengan Mengingatkan

kembali tentang tanda-tanda bahaya yang dapat terjadi pada

bayi baru lahir. Seperti: bayi rewel, tali pusat bau, bengkak dan

berwarna merah, bayi kuning dan tidak mau menyusui. Jika

terjadi tanda-tanda tersebut, diharapkan ibu menghubungi

petugas kesehatan secepatnya.

36) Ibu mengerti dan ibu mengingat tanda- tanda bahaya dan ibu akan

segera menghubungi petugas kesehatan jika ada salah satu tanda

bahaya yang dialami bayinya.


137

4. Mengingatkan kembali pada ibu untuk menjaga kehangatan

bayi sehingga bayi tidak kedinginan sesuai cara yang sudah

diberitahukan saat kunjungan pertama

37) Ibu mengerti dan akan menjaga kehangatan bayinya.

5. Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang sebulan kemudian

agar membawa bayi ke puskemas untuk melakukan

penimbangan bayi dan mengikuti imunisasi BCG dan polio

sesuai jadwal.

38) Ibu mengerti dan ibu bersedia untuk membawa anaknya ke

posyandu/puskesmas untuk ditimbang serta mendapatkan

imunisasi pada bayinya.

3.Bayi baru lahir umur 28 hari (Kunjungan III)

Tanggal : 24 November 2019, Jam : 15.30 wita

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan, saat ini bayinya menyusui kuat, BAB 4-5x/hari,

BAK 6-7x/hari.dan tidak ada masalah yang terjadi pada bayinya.

b. Data Objektif

1. Pemeriksaan fisik umum

a) Keadaan umum : baik, Tangis bayi kuat, Tonus otot

kuat
138

b) Tanda-tanda vital :Nadi 128 x/menit, Pernafasan 46

x/menit,Suhu 37 0C BB 3600 gram

2. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)

Mata :simetris, sclera tidak ikterus, konjuntiva

tidak anemis

Hidung :tidak terdapat pernapasan cuping hidung

Mulut :bibir lembab tidak terdapat stomatitis, lidah

bersih

Dada :simetris, tidak ada ronchi dan wheezing

Abdomen :tidak terdapat benjolan abnormal, tali pusat

sudah lepas saat bayi berusia 6 hari.

Ekstermitas atas :tidak ikterus

Ekstermitas bawah :tidak ikterus

Warna Kulit : Kemerahan.

c. Analisa

Neonatus Cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 28 hari.

d. Penatalaksanaan

1. Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan pada bayinya bahwa keadaan bayinya sehat.

39) Ibu sudah mengetahui tentang keadaan bayinya.

2. Memastikan pada ibu apakah bayinya mendapatkan ASI cukup

tanpa diberikan ASI pendamping dan susu formula.


139

40) :Ibu mengerti tentang asi ekslusif dan selalu memberikan asi pada

bayinya tanpa makanan tambahan lainnya.

3. Mengingatkan kembali tanda-tanda bahaya yang dapat terjadi

pada bayi baru lahir. Seperi: bayi rewel, tali pusat bau, bengkak

dan kemerahan bayi kuning dan tidak mau menyusui. Jika

terjdi seperti yang di jelaskan diharapkan segera menghubungi

petugas kesehatan secepatnya.

41) Ibu masih mengingat tentang tanda- tanda bahaya pada bayi dan

ibu mampu menyebutkan salah satu tanda bahya yakni tali pusat

bau,bayi rewel dan ibu mampu untuk mewaspadai tentang tanda

bahaya pada bayinya.

4. Mengingatkan kembali pada ibu untuk kunjungan ulang

imunisasi BCG dan polio.

42) Ibu bersedia dan akan kembali membawa bayinya ke puskesmas

untuk mendapatkan imunisasi pada bayinya.

5. Mengingatkan kembali pada ibu untuk menjaga kehangatan

bayi sehingga bayi tidak hipotermi.

43) Ibu mengerti dan akan menjaga kehangatan bayi dengan cara yang

sudah diajarkan.
140

D.ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS Ny.Y.B PIVA0 AHIV POST

PARTUM NORMAL

1. Kunjungan nifas pertama ( KN 1 Hari )

Tanggal : 10 November 2019

Jam : 09.00 wita

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang keempat tanggal 09

November 2019 jam, 06.00 Wita di Puskesmas Tarus yang ditolong

bidan, dan ibu sudah BAB 1x, BAK 4-5 x/hari, dan mengeluh nyeri

pada luka jahitannya.

b. Data Objektif

1. Pemeriksaan fisik umum

a) Keadaan umum: baik, Kesadaran composmentis, Postur

tubuh tegak, Cara berjalan normal.

b) Tanda-tanda vital :Tekanan darah 110/80 MmHg, Nadi 86

x/menit,Suhu 37 ◦c, Pernafasan 18 x/menit

2. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi)

Payudara :terdapat hiperpigmentasi areola mamae,

putting susu menonjol, Ada pengeluaran Asi

yang banyak.

Abdomen :tidak ada luka bekas operasi, TFU 2 jari

dibawah pusat, kadung kemih kosong,

kontraksi uterus baik (keras).


141

Genetalia :jahitan belum kering, lochea rubra (merah

segar), masih memakai pembalut,

pendarahan 25 cc atau 1 pembalut tidak

penuh, tidak terdapat tanda-tanda infeksi.

c. Analisa

P4 A0 AH4 nifas normal 1 hari.

d. Penatalaksanaan

1. Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan bahwa keadaan ibu baik-baik saja. TD: 110/80 MmHg

N: 86 x/menit S: 37 0C RR: 18 x/menit, TFU 2 jari dibawah pusat,

kandung kemih kosong, kontraksi uterus baik (keras), pendarahan

25 cc, lochea rubra, jahitan belum kering.

44) Ibu mengerti dengan keadaanya sekarang.

2. Memberitahu ibu penyebab keluhan yang dirasakan ibu adalah hal

yang fisiologis dialami ibu nifas, luka perinium yang dirasakan ibu

akan sembuh dengan sendirinya selama 6 -7 hari jika tidak terjadi

infeksi.

45) Ibu mengerti dengan keluhan yang dirasakannya itu adalah hal

yang normal

3. Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi secara dini sehingga

dapat mempercepat pemulihan

46) Ibu mengerti dan ibu akan melakukan mobilisasi secara dini.
142

4. Memberikan ibu KIE tentang cara menyusui yang benar yaitu ibu

duduk atau tidur/berbaring dengan santai,perah sedikit kolostrum

atau ASI dan oleskan pada daerah puting dan sekitarnya ,bayi

diletakan menghadap ke ibu dengan posisi ,perut bayi menempel

ke payudara ,telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis

lurus,mulut bayi terbuka lebar menutupi daerah gelap sekitar

puting susu .Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong

sebelum pindah ke payudara lainnya,pemberian ASI berikutnya

mulai dari payudara yang belum kosong tadi.

47) Ibu mengerti dan ibu akan menyusui dengan cara yang benar yang

sudah di ajarkan.

5. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup yaitu minimal 8

jam/hari.

48) Ibu bersedia untuk istirahat yang teratur.

6. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang

bergisi minimal 500 kalori per hari seperti nasi,sayuran hijau,buah-

buahan,kacang-kacangan,telur,tempe,tahu,daging, ikan laut ,dan

banyak minum minimal 8 gelas/hari untuk membantu

memperbanyak produksi Asi berfungsi untuk menambah energi ibu

selama menyusui .

49) Ibu bersedia dan akan mengkonsumsi makanan yang bergisi.

7. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas yaitu


143

a. Infeksi pada payudara ditandai dengan pembengkakan pada

payudara,puting susu lecet,panas,kemerahan disekitar payudara dan

keluar darah dari puting susu.

b. Infeksi pada luka perineum yang ditandai dengan luka

kemerahan,bengkak,nyeri dan keluar cairan berbau dari jalan lahir.

c. Bengkak di wajah ,tangan dan kaki ,atau sakit kepala dan kejang-

kejang.

d. Demam lebih dari 2 hari.

e. Ibu terlihat sedih,murung dan menangis tanpa sebab ( Depresi)

50) Ibu sudah mengetahui tentang tanda bahaya masa nifas.

8. Menganjurkan ibu menjaga kebersihsn tubuhnya yaitu mandi 2x

sehari, ganti pakaian, celana dalam, segera mengganti pembalut 2-

3x/hari serta menjaga kebersihan daerah kemaluan dengan cara

mencebok dengan air bersih dari arah depan kebelakang agar

mencegah terjadinya infeksi

51) Ibu bersedia menjaga kebersihannnya dengan cara yang sudah di

ajarkan.

9. Menganjurkan pada ibu untuk tidak menahan jika ingin BAK /

BAB karena jika urin tertahan dalam kandung kemih dapat

mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan misalnya infeksi

dan semakin lama feses tertahann diusus maka akan sulit jauga

BAB secara lancar.

52) Ibu mengerti dan ibu tidak akan menahan jika ingin BAK/BAB
144

10. Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya secara Asi

ekslusif selama 6 bulan dan tanpa makanan tambahan apapun.

53) Ibu mengerti dan akan memberikan ASI ekslusif pada bayinya

selama 6 bulan.

11. Menganjurkan pada ibu untuk minum obat secara terarur sesuai

dosis yang diberikan yakni vitamin A 1x200.000 IU;Vit C 1x1;Pct

3 x1 ,Amox 3x1;sf 1x1

54) Ibu mengerti dan ibu akan minum obat secara teratur sesuai dosis

yang diberitahukan.

12. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang sesuai jadwal.

55) Ibu mngerti dan ibu akan kontrol ulang lagi sesuai jadwal yang

telah ditetapkan

2 . Kunjungan Nifas kedua ( KF 6 hari )

Tanggal : 16 November 2019 , Jam : 09.00

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan melahirkan 6 hari yang lalu tanggal 09 November

2019 jam: 06.00 Wita, BAK 4-5 x/hari, BAB 1x/hari,jahitannya

sudah kering dan tidak ada nyeri lagi.

b. Data Objektif

1. Pemeriksaan fisik umum

a) Keadaan umum : baik Kesadaran composmentis

b) Tanda-tanda vital: TD : 110/80 MmHg, S :36,50C , N :80

x/menit, RR 20 x/menit.
145

2. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi)

Muka :tidak pucat dan tidak oedema

Mata :simestris, konjuntiva merah mudah, sclera putih.

Payudara :terdapat hiperpigmentasi areola mamae, putting

susu menonjol, Ada pengeluaran Asi yang banyak.

Abdomen :tidak ada luka operasi, TFU pertengahan pusat -

sympisis , kandung kemih kosong, kontraksi uterus

baik (keras)

Genetalia :jahitan sudah kering, lochea sanguinolenta

warnanya merah kekuningan, masih memakai

pembalut, tidak terdapat tanda-tanda infeksi

c. Analisa

P4 AO AH4 Nifas normal 6 hari .

d. Penatalaksanaan

a. Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan bahwa ibu keadaan ibu baik-baik saja TD: 110/80

MmHg N: 80 x/menit S: 36,5 0C RR: 20 x/menit, TFU

pertengahan pusat- sympisis, kandung kemih kosong, kontraksi

uterus baik (keras) dan jahitan sudah kering.

56) Ibu mengerti tentang kondisinya.


146

b. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap menyusui bayinya

agar tidak terjadi pembengkakan pada payudara dan bayi tetap

mendapatkan nutrisi.

57) Ibu mengerti dan akan menyusui bayinya.

c. Mengingatkan kembali pada ibu menjaga bayi tetap hangat

yaitu dengan cara jangan membiarkan bayi bersentuhan

langsung dengan benda dingin misalnya lantai atau tangan yang

dingin. Jangan letakan bayi dekat jendela atau kipas angin.

Segera keringkan bayi setelah mandi atau saat bayi basah,

untuk mengurangi penguapan dan jaga lingkungan sekitar bayi

tetap hangatserta perawatan bayi sehari-hari seperti: hanya

berikan ASI saja kepada bayi sampai usia 6 bulan. Segera ganti

popok bayi setelah BAK atau BAB. Keringkan bayi segera

setelah mandi. Jangan menggunakan bedak pada badan bayi

untuk mencegah iritasi.

58) Ibu mengerti dan akan menjaga kehangatan bayinya.

d. Mengingatkan ibu kembali tentang gizi ibu nifas meliputi:

a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan

protein, mineral, vitamin yang cukup


147

c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu

untuk minum setiap kali menyusui)

d. Tablet zat besi harus diminum untuk menambahkan zat

besi setidaknya selama 40 hari pasca postpartum

59) Ibu mengerti dan ibu akan mengkonsumsi makanan yang bergisi

seimbang sesuai yang telah di beritahukan.

e. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan dirinya

yaitu dengan mengganti pakian dalam atau pembalut jika

penuh, cebok dengan air bersih dan sabun dari depan ke

belakang setiap BAK dan BAB untuk mencegah infeksi.

60) Ibu bersedia untuk memperhatikan kebersihan dirinya.

f. Menjelaskan pada ibu tentang macam-macam dan efek

samping KB.

61) Ibu mengerti tentang macam- macam kb dan efek sampinggnya.

g. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang sesuai jadwal.

62) Ibu mengertidan akan kontrol ulang lagi sesuai jadwal yang telah

ditetapkan.

3. Kunjungan Nifas Ketiga ( KN 40 hari)


148

Tanggal : 26 November 2019, Jam : 15.30 wita

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan tidak ada masalah yang dialami dalam masa nifasnya

dan dalam mengurus anaknya, BAK 4-5 x/hari, BAB 1x/hari

b. Data Objektif

1. Pemeriksaan fisik umum

a) Keadaan umum : baik, Kesadaran composmentis

b) Tanda-tanda vital :Tekanan darah 120/80 MmHg, Nadi 88

x/menit,Suhu 36,8 oC, Pernapasan 18 x/menit

2. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi)

Muka :tidah pusat, tidak oedema

Mata :simetris, conjuntiva merah muda, sclera

putih, palpebra tidak oedema

Payudara : Ada pengeluaran ASI

Abdomen :tidak ada luka bekas operasi, TFU tidak

teraba, kandung kemih kosong

Genetalia :jahitan tampak menyatu, lochea alba, tidak

terdapat tanda infeksi.

c. Analisa

P4 A0 AH4 nifas 40 hari

d. Penatalaksanaan
149

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan bahwa ibu dalam keadaan baik TD: 120/80 MmHg

N: 88 x/menit S: 36,8 ◦c RR: 18x/menit, TFU tidak teraba,

lochea alba jahitan tampak menyatu dan tidak terdapat infeksi.

63) Ibu mengerti tentang keadaannya.

2. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap memberikan ASI

esklusif pada bayinya selama 6 bulan tanpa pendamping ASI

apapun.

64) Ibu mengerti dan akan tetap memberikan asi pada bayinya selama

6 bulan tanpa makanan tambahan lainnya.

3. Menjelaskan pada ibu tentang macam-macam KB dan efek

samping KB yakni

1. Metode Alami

 Koitus terputus( senggama terputus) :peniss di

keluarkan dari vagina saat sebelum ejakulasi.

 Sistem kalender

Memantau siklus menstruasi menggunakan sistem

kalender.

 Metode amenore laktasi

Menyusui bayi secara esklusif selama 6 bulan tanpa

makanan tambahan.
150

2. Metode Perlindungan ( Barrier)

 Kondom digunakan pada penis pria untuk

mencegah sperma bertemu sel telur.efek

sampingnya kondom dapat tertinggal dalam

kelamin ibu dan ibu bisa keputihan dan terjadi

infeksi yang ringan.

 Spematesida : Bahan yang menon aktifkan sperma

sebelum masuk ke dalam rongga rahim. Efek

sampingnya iritasi vagina dan infeksi di saluran

kencing.

 Diafragma : lingkaran cincin yang dipasang

menutup mulut rahim sebelum vagina. Efek

samping Resiko infeksi tinggi,

 AKDR : Alat yang dipasang dalam rahim ,Efek

samping : Amenore/tidak mendapatkan haid ,

perdarahan bercak, nyeri.

3. Metode Hormonal

a. Pil Kb : Pil yang mengandung hormon progesteron.

Efeksamping,mual,muntah,amenore,

spotting.

b. Suntik Kb :suntikan yang mengandung hormon

progesteron yang diberikan tiap 3


151

bulan sekali. Efek samping

Amenorhea, Spoting.

c. Susuk kb implant :Alat yang dimasukan tabung

kecil dibawah kulit pada bagian

lengan. Efeksamping: amenorhea,

spoting, ekspulsi, ineksi pada daerah

insisi.

4. Metode kontrasepsi permanent/ kontrasepsi mantap

a. Tubektomi :saluran telur wanita disumbat dengan cara

diikat ,dipotong,atau dilaser/dilakukan pengangkatan

pada rahim

b. vasektomi ;memotong saluran sperma. Dan tidak ada

efek samping.

65) Ibu mengerti tentang macam- macam kb dan efek sampinggnya

dan ibu akan menentukan pilihannya untuk ber-kb.


152

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Dalam studi kasus ini penulis akan membahas tentang asuhan

kebidanan yang diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir

yang dilaksanakan dari usia kehamilan Trimester III yaitu 39-40 minggu

sampai dengan 6 minggu postpartum yang dimulai dari tanggal 31 Oktober

2019- 24 November 2019 di Puskesmas Taruskabupaten Kupang.

Pada BAB ini penulis membandingkan hasil asuhan dengan

tinjauan teori yang ada pada BAB II dan dianalisa faktor pendukung maupun

faktor penghambat sehingga hasil asuhan ada yang sesuai dan ada yang tidak

sesuai. Pembahasan mencakup:

A. ANTE NATAL CARE

Pada kasus Ny. Y.B GIV PIII A0 AHIII UK 39-40 minggu, Tunggl

Hidup Presentasi Kepala intra uteri mendapat pemeriksaan kehamilan pada

TM III sebanyak 2 kali.

Kunjungan ante natal care I pada tanggal 31 Oktober 2019 asuhan

kebebidanan yang diberikan adalah : mengobservasi tanda-tanda vital,

jelaskan tanda bahaya kehamilan, tanda persalinan, kebersihan diri, anjurkan

untuk istirahat, makan makanan bergizi, minum obat teratur, persiapan

persalinan dan jadwalkan kunjungan ulang.

Kunjungan ante natal II pada tanggal 02 November 2019 asuhan yang

diberikan adalah : menginformasikan tanda-tanda vital, mengevaluasi


153

kembali tanda bahaya, tanda persalinan, kebersihan diri, istirahat yang cukup,

makan-makanan bergizi, minum obat secara teratur, persiapan persalinan.

Program pemerintah bahwa ibu hamil trimester III mendapat pelayanan/

perawatan kehamilan minimal 2 kali yaitu pada saat hamil 7-8 bulan (UK 28-

36 minggu), sebanyak 1 kali dan minimal 9 bulan (UK 37- 40 mingg)

sebanyak 1 kali. Asuhan yang diberikan adalah 10 jenis pelayanan (10 T)

yaitu pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan, pengukuran

tekanan darah, pengkuruan lingkar lengan atas, pengukuraan tinggi fundus

uteri, penentuan letak janin dan penghitungan denyut jantung janin,

penentuan status imunisasi tetanus toksoid, pemberian tablet tambah darah,

tes laboratorium, konseling dan penjelasan, tata laksana atau mendapatkan

pengobataan (Kemenkes RI, 2017).

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi iuran maternal dan neonatal melalui

serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. (Manuaba, 2010) .

Berdasarkan kajian pada kasus Ny Y.B tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktek pada pelaksanaan ANC.Asuhan kebidanan dengan standar 8

T (Kemenkes,2017) meliputi: penimbangan berat badan, pengukuran tekanan

darah, pengkuruan lingkar lengan atas, pengukuraan tinggi fundus uteri,

penentuan letak janin dan penghitungan denyut jantung janin, konseling dan

penjelasan, tata laksana atau penanganan khusus tidak terdapat tanda-tanda

bahaya pada kehamilan serta tidak ada pengobatan lanjutan.


154

B. INTRANATAL CARE

Pada Kasus Ny.Y.B UK. 40-41minggu,janin Tunggal, Hidup, Presentasi

Kepala, Intra uterine,persalinan secara normal,tanpa ada penyulit dan ibu mau

pun bayi sehat. pada kasus ini persalinan ditolong oleh bidan di Puskesmas

Tarus , Kecamatan Kupang Tengah Kota Kupang, menerapkanAsuhan sayang

ibu dalam proses persalinan,antara lain :Memanggil ibu sesuai

namanya,menghargai dan memperlakukannya sesuai

martabatnya,Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu

sebelum memulai asuhan tersebut, Menjelaskan proses persalinan kepada ibu

dan keluarganya,Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa

takut atau khawatir,Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan

kekhawatiran ibu,Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan

menentramkan perasaan ibu serta anggota keluarga yang lain.;Menganjurkan

ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain selama

persalinan dan kelahiran bayinya,Mengajarkan suami dan anggota keluarga

mengenai cara memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan

kelahiran bayinya,Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara

konsisten;Menghargai privasi ibu,Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai

posisi selama persalinan dan kelahiran bayi,Menganjurkan ibu untuk minum

dan makan makanan ringan bila ia menginginkannya,Menghindari tindakan

berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi, pencukuran, dan

klisma). Memantau persalinan menggunakan lembar partograf serat


155

menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin 60 langkah dan keadaan ibu

dan bayi sehat.

Menurut (Syaifuddin, 2015) bahwa Asuhan kebidanan pada persalinan

meliputi:

I. Melihat tanda dan gejala kala II

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua

- Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

- Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada

rektum dan atau vagina.

- Perineum menonjol

- Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

II. Menyiapkan pertolongan persalinan

2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus

set.Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih

3. Melepaskan semua perhiasan yang di pakai dibawah siku,

mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang

mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali

pakai atau pribadi yang bersih.

4. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril dengan semua

pemeriksaan dalam
156

5. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril dan

meletakan kembali di dalam partus set/wadah desinfeksi tingkat

tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik).

6. Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik

7. Membersihkan vulva dan perineum,menyekanya dengan hati-

hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau

kasa yang sudah di basahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika

mulut vagina,perineum,atau anus terkontaminasi oleh kotoran

ibu,membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka

dari depan ke belakang,membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung

tangan jika terkontaminasi(meletakan kedua sarung tangan

tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi)

8. Dengan menggunakan teknik aseptik,melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah

lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah,sedangkan

pembukaan sudah lengakap,lakukan amniotomi.

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam

larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam

keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan(seperti diatas)


157

10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi

berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

(120-160 kali/menit)

- Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

- Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam,

DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan

lainnya pada patograf.

III. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Pimpinan

Meneran

11. Memberitahu tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman

sesuai dengan keinginannya

- Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk

meneran.melanjutkan pemantauan kesehatan dan

kenyaman ibu serta janin sesuai dengan pedoman

persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-

temuan.

- Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana

mereka dapat mendukung dan memberi semangat

kepada ibu saat ibu mulai meneran.

- Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi

ibu untuk meneran.(pada saat ada his,bantu ibu dalam

posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).


158

12. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran:

- Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran

- Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu

untuk meneran

- Membantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman

sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring

terlentang)

- Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi

- Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan

memberi semangat pada ibu

- Menganjurkan asupan cairan per oral

- Menilai DJJ setiap lima menit

- Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran

untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu

multipara,merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai

keinginan untuk meneran.

- Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok,atau

mengambil posisi yang aman jika ibu belum ingin

meneran dalam 60 menit,anjurkan ibu untuk mulai


159

meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan

beristirahat diantara kontraksi.

- Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi segera setelah 60 menit meneran,merujuk ibu

dengan segera.

- Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

13. jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan

bayi.

14. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian,dibawah

bokong ibu

15. Membuka partus set

16. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan

IV. Menolong Kelahiran Bayi

17. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,

letaka tangan yang lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang

lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,membiarkan

kepala keluar perlahan-lahan.menganjurkan ibu untuk meneran

perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

18. Dengan lembut menyeka muka,mulut,dan hidung bayi dengan

kain atau kasa yang bersih.


160

19. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi dan kemudian meneruskan segera

proses kelahirannya bayi:

- Jika tali pusat melilit leher janin dengan

longgar,lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

- Jika tali pusat melilit leher bayi dengan

erat,mengklemnya di dua tempat dan memotongnya

20. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

V. Lahir bahu

21. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan dimasing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu

untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Muncul dibawah

arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik kearah atas

dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior.

22. Setelah kedua bahu dilahirkan,menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah kearah

perieum,membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan

tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat

melewati perineum,gunakan lengan bagian bawah untuk

menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan

anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan

anterior bayi saat keduanya lahir.


161

23. Setelah tubuh dari lengan lahir,menelusurkan tangan yang ada

diatas (anterior) dan punggung ke arah kaki bayi untuk

menyangganya saat punggung,kaki lahirmemegang kedua mata

kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

VI. Penanganan Bayi Baru Lahir

24. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik),kemudian

meletakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi

sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu

pendek,meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila

bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

25. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan

oksitosin/IM.

26. Menjepit tali pusat meggunakan klem kira-kira 3cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah

ibu dan memasang klem kedua 2cm dari klem pertama

27. Memegang tali pusat dengan satu tangan,melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.

28. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan

kering,menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.

Jika bayi mengalami kesulitan bernapas,ambil tindakan yang

sesuai.
162

29. Memberikan bayi kepala ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

VII. Suntik oksitosin

30. Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi

kedua

31. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik

32. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi,berikan suntikan

oksitosin 10 unit IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu

bagian luar,setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

VIII. Penegangan tali pusat terkendali

33. Memindahkan klem pada tali pusat

34. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu,tepat

diatas tulang pubis,dan menggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.

Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

35. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan

belakang(dorso kranial)dengan hati-hati untuk membantu

mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir


163

setelah 30-40 detik,hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

- Jika uterus tidak berkontraksi,meminta ibu atau seorang

anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting

susu.

IX. Mengeluarkan Plasenta

36. Setelah plasenta terlepas,meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian kearah

atas,mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus.

- Jika tali pusat bertambah panjang,pindahkan klem

hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva

- Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan

tali pusat selama 15 menit:

- Mengurangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.

- Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi

kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik

jika perlu.

- Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan

- Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya

- Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30

menit sejak kelahiran bayi.


164

37. Jika plasenta terlihat di introitus vagina,melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan.memegang

plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin.dengan lembut

perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut

- Jika selaput ketuban robek,memakai sarung tangan

desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk memeriksa

vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan

jari-jari tangan atau klem atau forseps desinfeksi

tingkat tinggiatau steril untuk melepaskan bagian

selaput tertinggal.

X. Pemijatan uterus

38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,lakukan

masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dngan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi(fundus menjadi keras)

XI. Menilai perdarahan

39. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakan

plasenta didalam kantung plastik atau tempat khusus.


165

- Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan

masase selama 15 detik mengambil tindakan sesuai.

40. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

- Melakukan prosedur pascapersalinan

41. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan

baik

42. Mencelupkan kedua tangan yang mmemakai sarung tangan

kedalam larutan klorin 0,5% membilas kedua tangan ynag

masih bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi tingkat

tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan

kering.

43. Menempatkan klem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau

steril atau meningkatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan

simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

44. Mengikat satu satu lagi simpul mati dibagian pusat yang

berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

45. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya kedalam larutan

klorin 0,5%

46. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian

kepalanya.memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

47. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian Asi


166

48. Melanjutkan pemantawan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam:

- 2-3 kali dal 12 menit pertama pasca persalinan

- Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan

- Setiap 20-30 menit pada jam ke 2 pasca persalinan

- Jika uterus berkontraksi dengan baik, laksanakan

perawatan yang sesuaiuntuk menata laksana atonia

uteri

- Jika ditemukan lasersi yang memerlukan penjahitan

lakukan penjahitan dengan anestesi lokal dan

menggunakan teknik yang sesuai

49. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase

uterus dan memeriksa kontraksi uterus

50. Mengvaluasi kehilangan darah

51. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan nadi setiap 15

menit selama satu jam pertama pasca persalinan, dan setiap 30

menit selama jam ke 2 pasca persalinan

- Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam

selama 2 jam pertama pasca persalinan

- Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang

tidak normal

XII. Kebersihan dan keamanan


167

52. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 %

untuk dekontaminasi(10 menit) mencuci dan membilas

peralatan setelah dekantaminasi

53. Membuang bahan-bahan terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai.

54. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT

membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. membantu ibu

memakai pakaian bersih dan kering

55. Memastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan

ASI, menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu makanan

dan minuman yang diinginkan

56. Memastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan

ASI, menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu makanan

dan minuman yang diinginkan

57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih

58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klori 0,5 %,

membalikan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam

larutan klori 0,5% selama 10 menit

59. Mencuci ke dua tangan dengan sabun dan air mengalir

XIII. Dekontaminasi

60. Melengkapi patograf


168

Berdasarkan kajian pada kasus Ny.Y.B dan kajian teori tidak terdapat kes

enjangan karena asuhan yang diberikan pada Ny Y.B sesuai dengan kajian

teori sehingga ibu dan bayi dalam keadaan sehat. Tetapi dalam penulisan p

erkembangan kasus tidak dituangkan karena penulis tidak mendampingi pa

sien selama proses persalinan.

C. BAYI BARU LAHIR

Pada kasus Bayi Y.Bhasil pengkajian Subjektif Ibu mengatakan

melahirkan bayinya tanggal 09 November 2019 jam 06.00 wita, jenis kelamin

laki-laki berat badan 3800 gram dan bayi menyusui kuat, BAB 2 x/hari, BAB

3-4 x/hari. Objektif Keadaan umum baik, tangis baik kuat, tonus otot kuat,

tanda-tanda vital: nadi 132 x/menit, pernafasan 46 x/menit, suhu 36,8 ◦c bayi

menyusui kuat, ASI lancar.

Asuhan yang diberikan pada Bayi Ny.Y.B umur 1 hari kunjungan

neonatus pertama meliputi: Memberitahu kepada ibu tentang hasil

pemeriksaan yang telah dilakukan pada bayinya bahwa keadaan bayinya sehat,

Memberitahukan kepada ibu untuk menjaga kehangatan bayi, Menganjurkan

ibu untuk menyusui bayinya seseringsetiap 2 jam, Menjelaskan tentang tanda-

tanda bahaya yang dapat terjadi pada bayi baru lahir, Mengajarkan kepada ibu

cara perawatan tali pusar, Memberitahu ibu agar selalu membawa bayinya ke

puskesmas/posyandu untuk penimbangan dan mendapatkan imunisasi,

kunjungan neonatal kedua dilakukan pada Bayi Ny.Y.B umur 6 hari

dengan asuhan meliputi:memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan

yang telah dilakukan pada bayinya bahwa keadaan bayinya sehat,Memastikan


169

pada ibu apakah bayinya mendapatkan ASI cukup tanpa diberikan

pendamping ASI (susu formula), Mengevaluasi kembali pemahaman ibu

dengan Mengingatkan kembali tentang tanda-tanda bahaya yang dapat terjadi

pada bayi baru lahir, Mengingatkan kembali pada ibu untuk menjaga

kehangatan bayi sehingga bayi tidak kedinginan sesuai cara yg sudah

diberitahukan, Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang sebulan kemudian

agar membawa bayi ke puskemas untuk melakukan penimbangan bayi dan

mengikuti imunisasi,

kunjungan neonatal ketiga dilakukan pada Bayi Ny.Y.B umur 28 hari

dengan asuhan meliputi : memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan

yang telah dilakukan pada bayinya bahwa keadaan bayinya sehat, Memastikan

pada ibu apakah bayinya mendapatkan ASI cukup tanpa diberikan ASI

pendamping dan susu formula, Mengingatkan kembali tanda-tanda bahaya

yang dapat terjadi pada bayi baru lahir, Mengingatkan kembali pada ibu untuk

kunjungan ulang untuk imunisasi BCG dan polio.

Program pemerintah bahwa pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir

sampai umur 28 hari masa neonatus mendapat pelayanan neonatal 3 kali yaitu

pada umur 6 jam-48 jam setelah lahir, kunjungan kedua 3-7 hari setelah lahir

dan kunjungan ketiga 8-28 hari setelah lahir.

Menurut (Hilary, 2014) bahwa asuhan yang diberika pada bayi baru lahir

umur 1 jam sampai 40 hari meliputi: Menjaga dan mempertahankan

kehangatan, Menganjurkan kepada ibu untuk memberi ASI Eksklusif,


170

Mengobservasi tanda – tanda vital, Melakukan perawatan tali pusat,

Menjelaskan tanda tanda bahaya yaitu: suhu tubuh panas atau seluruh

tubuhnya terasa dingin, tali pusat merah, bengkak, keluar cairan barbau busuk

dan berdarah, pernapasan lebih cepat, tidak mau menyusui, bayi sangat

kuning, sianosis, Menjelaskan macam – macam imunisasi.

Berdasarkan kajian pada kasus bayi Ny.Y.B dan kajian teori tidak terdapat

kesenjangan karena asuhan yang diberikan pada bayi.Ny.Y.Bsesuai dengan

kajian teori.

D. POST NATAL CARE

Pada kasus Ny.Y.B PIVAO AHIV Post Partum Normal, dengan hasil

pengkajian Subjektif Ibu mengatakan melahirkan anak ke empat tanggal

09November 2019 jam: 06.00 wita, ibu merasa nyeri pada jahitan. Ibu BAK

4-5x dan BAB1x. Objektif keadaan umum baik, kesadaran composmentis,

postur tubuh tegak, cara berjalan normal, tanda-tanda vital: Tekanan darah

110/80 MmHg, Nadi 86 x/menit, Pernapasan 18 x/menit, Suhu 370 C.

Asuhan yang diberikan pada Ny. Y.B kunjungan nifas pertama (KF 1)

dilakukan pada 1 hari meliputi: Memberitahu kepada ibu tentang hasil

pemeriksaan yang telah dilakukan, Memberitahu ibu penyebab keluhan yang

dirasakan ibu adalah hal yang fisiologis dialami ibu nifas, Menganjurkan pada

ibu untuk mobilisasi secara dini untuk mempercepat pemulihan, Memberitahu

ibu KIE tentang cara menyusui yang benar, Menganjurkan ibu untuk

beristerahat yang cukup, Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang

bergizi, Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas,


171

Menganjurkan ibu menjaga kebersihan tubuhnya Menganjurkan pada ibu agar

tidak menahan jika ingin BAB dan BAK, Menganjurkan ibu untuk menyusui

bayinya secara ASI Esklusif tanpa makanan tambahan apapun, Menganjurkan

ibu untuk mengkonsumsi obat secara teratur, Menganjurkan ibu untuk kontrol

ulang ke tenaga medis sesuai jadwal. Ibu bersedia.

kunjangan nifas kedua (KF 2) dilakukan pada Ny.Y.B hari ke 6 dengan

asuhan meliputi: Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan

memberitahu ibu untuk tetap menyusui bayinya, memberitahu konseling

kepada ibu seluruh asuhan pada bayinya, Memberikan konseling tentang gizi

pada ibu nifas, menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan dirinya,

menganjurkan ibu untuk kontrol ulang sesuai jadwal.

kunjungan nifas ketiga dilakukan pada Ny.Y.B hari ke 28 dengan asuhan

meliputi: memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan, mengingatkan kembali

pada ibu untuk tetap memberikan ASI Esklusif pada bayinya selama 6 bulan

tanpa pendamping ASI apapun,Menjelaskan pada ibu tentang macam- macam

kb dan efek sampinnya serta menganjurkan ibu untuk segera memilih KB.

Program pemerintah pelayanan kesehatan pada ibu dalam masa nifas yaitu

mulai 6 jam sampai 42 hari dengan mendapat kunjungan untuk pelayanan

nifas sebanyak 3 kali yaitu pada saat 6 jam sampai 3 hari setelah melahirkan,

kunjungan kedua 4 sampai 28 hari setelah melahirkan dan kunjungan ketiga

29 samapi 42 hari setelah melahirkan.

Asuhan yang diberikan meliputi: mencegah perdarahan masa nifas oleh

karena antonia uteri, mendeteksi dan perawatan penyebab lain pendarahan


172

serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut, memberikan konseling

pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan

antonia uteri, pemberian asi awal, mengajarkan cara mempererat hubungan

antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan

hipotermi, setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus

menjaga menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau

sampai keadaan ibu dan bayi baik. Memastikan involusi uterus berjalan

dengan normal, uterus berkontarksi dengan baik, tinggi fundus uteri dibawah

umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal. Menilai adanya tanda-tanda

demam infeksi dan perdarahan. Memastikan ibu mendapat isterhat yang

cukup. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda

kesulitan menyusi. Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas,

mememberikan konseling KB secara dini. (Marmi, 2012)

Menurut (Marmi, 2012) bahwa asuhan yang diberikan pada post partum

normal meliputi: mencegah perdarahan masa nifas oleh karena antonia uteri,

mendeteksi dan perawatan penyebab lain pendarahan serta melakukan rujukan

bila perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu dan keluarga

tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan antonia uteri, pemberian

asi awal, mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir, menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi, setelah bidan

melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga menjaga ibu


173

dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan

bayi baik. Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus

berkontarksi dengan baik, tinggi fundus uteri dibawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal. Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi dan

perdarahan. Memastikan ibu mendapat istrhat yang cukup. Memastikan ibu

mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan. Memastikan ibu menyusui

dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusi.

Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir. Menanyakan

penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas, mememberikan

konseling KB secara dini.

Berdasarkan kajian pada kasus Ny.Y.B dan kajian teori tidak terdapat

kesenjangan karna asuhan yang di berikan pada Ny.Y.Bsesuai dengan kajian

teori.
174

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan secara

komprehensif dan pendokumentasian secara SOAP pada Ny. Y.B dari

kehamilan, persalinan, nifas dan BBL sejak tanggal 31 Oktober 2019

sampai 24 November 2019 . Maka penulis mengambil kesimpulan bahwa:

1. M

elakukan pengkajian data subyektif dan data obyektif pada :

a. Ibu hamil

(1) Data subyektif : ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang ke 2

dengan usia kehamilan 9 bulan, pernah melahirkan 1 kali, tidak

pernah keguguran, dan keluhan saat ini ibu merasakan perut

kencang serta sering buang air kecil.

(2) Data obyektif : keadaan umum : baik, kesadaran composmentis,

bentuk tubuh normal. Tanda vital : TD 120/80mmHg, Suhu 37,0c,

Nadi 82x/menit, RR 20x/menit, BB 54 kg, TP 09 No2019.

b. Ibu bersalin : section caesarea

c. Bayi

(1) Data subyektif : ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang

kedua 1 hari yang lalu jenis kelamin laki-laki.


175

(2) Data obyektif : keadaan umum baik, kesadaran composmentis,

bergerak aktif, kulit kemerahan. Suhu 36,8 c, RR 48x/menit, HR

142x/menit, PB 49 cm, LK 32 cm, LD 31 cm, BB 3800.

d. Ibu nifas

(1) Data subyektif : ibu mengatakan senang karena telah selesai

operasi dan keadaan baik, saat ini ibu masih merasakan nyeri

luka operasi.

(2) Data obyektif : KU baik, kesadaran composmentis, TTV : TD

100/70mmHg, Suhu 36,5 c, Nadi 80x/menit, RR 19x/menit.

2. M

enganalisa masalah dan diagnose kebidanan pada :

(1) Ibu hamil : GIVPII1A0AHII1 UK 39-40 minggu, janin tunggal,

hidup, presentasi kepala, intrauteri.

(2) Ibu bersalin : GIVPIVA0AH1V UK 39-40 minggu tunggal

hidup, presentasi kepala, intrauteri inpartu kala I fase aktif.

(3) Bayi :bayi baru lahir umur 1 jam

(4) Ibu nifas : PIVA0AHIV nifas hari ke 1

3. M

elaksanakan penatalaksanaan pada :

a) Ibu hamil : Mengobservasi tanda-tanda vital, jelaskan tanda bahaya

kehamilan, tanda persalinan, kebersihan diri, anjurkan untuk

istirahat, makan makanan bergizi, minum obat teratur, persiapan

persalinan dan jadwalkan kunjungan ulang.


176

b) Ibu bersalin : persalinan spontan

c) Bayi :Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital bayi, menjaga

kehangatan bayi, menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya

sesering mungkin setiap 2 jam, cara perawatan tali pusat, tanda

bahaya bayi baru lahir, mengingatkan ibu untuk membawa bayinya

ke puskesmas.

d) Nifas : menginformasikan hasil pemeriksaan, menganjurkan untuk

mobilisasi, makan makanan bergizi, jaga kebersihan diri, istirahat

yang cukup, KIE ibu tentang menyusui, tanda bahaya masa nifas.

B. Saran
1. Bagi Puskesmas Tarus

Bagi petugas kesehatan di Puskesmas Tarus dan Rumah Sakit Leona

Kota Kupang untuk tetap menjaga kualitas dalam melakukan asuhan

kebidanan yang selama ini telah melakukan asuhan kebidanan dengan

baik diharapkan dapat lebih mengembangkan asuhan dengan teori dan

cara terbaru dalam memberikan pelayanan kesehatan demi asuhan yang

lebih baik lagi.Lebih meningkatkan penyuluhan dan konseling pada saat

antenatal agar dapat meningkatkan pengetahuan ibu akan dirinya.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi Pendidikan diharapkan studi kasus ini terus dilakukan dan

ditingkatkandalam upaya peningkatan pemahaman asuhan kebidanan

serta diharapkan lebih memberikan proses belajar tentang asuhan

kebidanan secara mendalam dan khusus, supaya mahasiswi kebidanan

dapat melaksanakan asuhan kebidanan dengan benar dan akurat.


177

3. Bagi Profesi

Perlu adanya komunikasi yang edukatif antara tenaga kesehatan dan

pasien agar dapat menciptakan suasana yang harmonis dan dapat

meningkatkan pelayanan kebidanan terutama dalam pelayanan

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas.

4. Bagi Masyarakat

Untuk masyarakat dapat dengan kesadarannya untuk bisa membantu

dalam menyejahterakan kehidupan dengan berpartisipasi memberikan

dukungan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi agar tercapai

kehidupan yang sehat.

5. Bagi pasien

Agar pasien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan keadaan

kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin dan

nyaman karena mendapat gambaran tentang pentingnya pengawasan

pada saat hamil, bersalin BBL dan nifas dengan melakukan pemeriksaan

rutin difasilitas kesehatan.


178

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Y. 2010. Hipnostetri : Rileks, Nyaman, dan Aman Saat Hamil &
Melahirkan. Jakarta : Gagas Media.

Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta : Graha


Ilmu.

Dwi, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba medika.

Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes RI.

Kementrian Kesehatan RI. 2017. Buku saku pelayanan kesehatan Ibu di fasilitas
kesehatan dasar dan rujukan.

Manuaba,2008. Pengantar KuliahObstetri. Jakarta: EGC.

Marmi, 2011. Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: EGC.

Pusdiknakes. 2003. Profil Kesehatan Provinsi Lampung. Lampung : Dinkes Prov


Lampung.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Sarwono.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka sarwono


Prawirohardjo

Sulistyawati A.2011.Buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta:


Andi Offset

Sastrawinata, Dkk. 2015. Obstetri Patologi edisi Kedua. Jakarta : EGC

SDKI. 2017. Survei demografi dan kesehatan Indonesia. Jakarta

WHO. 2017. “ Pelayanan Kesehatan Ibu Di FasilitasKesehatan Dasar Dan


Rujukan”. Jakarta
179

Walyani, E.S. & Purwoastuti, E. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi
Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Survei Data Kesehatan Indonesia (2017), AKI dan AKB.

Laporan Puskesmas Tarus (2018), Data KIA Puskesmas Tarus.

Anda mungkin juga menyukai