Anda di halaman 1dari 2

Cinta Terbungkus Mimpi

Judul Cerpen Cinta Terbungkus Mimpi


Cerpen Karangan: Taufikur Rahman
Kategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 14 January 2017

Mentari menyapa di ufuk timur pertanda hari baru segera dimulai seperti biasa aku masih
malas bangkit dari tempat tidur, masih asik dengan lembutnya bantal guling dan hangatnya
selimut. Hari ini sedikit berbeda karena hari ini aku menjadi panitia Ospek Mahasiswa Baru.
Oiya.. dari tadi basa-basi aja belum tahu namaku kan? Perkenalkan namaku Koko Opek anak
jawa yang merantau di pulau dewata surga dunia. Aku sekarang kuliah di jurusan pendidikan
sosiologi Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) Singaraja Bali. Seperti Mahasiswa
senior pada umumnya aku berpenampilan sok berwibawa, dengan rambut klimis, dan
tampang sok cuek. Yaelahhh.. padahal karakter aslinya kalem loh, tetapi disini harus berperan
menjadi singa yang ramah dan terkadang harus marah.

Depan auditorium tempat berkumpulnya para maba (mahasiswa baru) semua panitia
berkumpul di depan serta mengsidak para maba yang melakukan pelanggaran mulai dari
pakaian mereka, barang bawaan mereka, serta perlengkapan mereka. Sekidit aneh sih mataku
dari tadi gagal fokus gara-gara lihat bidadari, yaelahhhh… bidadari sih aku bilangnya soalnya
cantik banget. Beruntungnya lagi dia panitia samalah kayak aku. Sayang beribu sayang aku
kagak tahu namanya, hati aku yang makin penasaran mencoba mendekat mengajaknya
berekenalan. “Hai.. selamat pagi, kamu jadi sie. Apa?” Tanyaku senyum kecil “aku jadi sie.
Acara” jawabnya ramah. “Oiya.. nama kamu siapa, sepertinya pertama kali kita ketemu?
“namaku sinta, aku juga pertama kali lihat mukamu”. “Oiya nama kamu siapa?” tanya sita
seperti penasaran. “namaku Koko Opek”. Tuhan pertama kali aku merasakan perasaan aneh
lagi seperti orang lapar tetapi kagak nafsu makan, deg deg gan, aliran darah mulai tidak
teratur, apa ini namanya cinta? Aku bertanya dan selalu bertanya seperti orang salah minum
obat.

Tepat jam 12.00 wita jam makan siang ketika semua mahasiswa baru dan panitia duduk di
lantai dengan nasi bungkus masing-masing, aku melihat kejauhan bidadari itu, iyaa… aku
menyebutnya bidadari karena kecantikan dan tingkah anggunnya. Seperti magnet saja
tubuhku tertarik untuk mendekatinya. “hai, boleh aku duduk di sampingmu?” sapaku. “boleh”
sinta dengan senyum manisnya.

Kita berdua asik menikmati nasi bungkus dengan obrolan-obrolan sedikit modus tetapi tulus.
Hari pertama ospek mahasiswa baru tidak terasa harus berakhir, semua panitia pulang ke kost
masing-masing tetapi aku masih dibuat pusing oleh bidadari yang seperti berkeliling dalam
fikir.

Malam ini tidurku sediki terganggu karena aneh hatiku mengatakan bahwa besok aku harus
menyatakan Cinta. Whattt, menyatakan cinta? Kedengarnya aneh, baru kenal sudah main
menyatakan cinta, aku tidak bisa melawan semakin melawan hatiku mengatakan dialah yang
terbaik.

Hari kedua ospek segera dimulai, hari ini aku bangun lebih pagi dari biasanya, parfum super
harum tampil perlente anak kost yang ala kadarnya. Wokeyyy.. pokoknya hari ini aku harus
sesempurna mungkin untuk bidadari. Disela-sela semua kesibukan panitia aku culik bidadari
ke tempat indah penuh bunga. “koko kenapa aku dibawa ke tempat ini” tanya sinta penuh
penasaran. Aku masih belum bisa berkata-kata karena jujur aku gugup. “aku membawamu ke
sini karena,” “karena apa?” Sambung sinta. “aku suka sama kamu, mau gak kamu jadi
cewekku?” Kataku seperti orang kurang darah, lunglai, gemeter, deg degan semua campur
menjadi satu. Ketika itu seakan dunia berhenti berputar, jawaban dari bibir bidadari belum
terlontar. “aku juga ada rasa sama kamu, waktu yang pas kamu datang di kehidupanku tetapi
terlambat datang di hatiku, kenapa harus sekarang? Ketika aku sudah ada yang punya”.
Jawabnya lirih sambil memelukku erat berlinangan air mata. Seakan semua organ tubuhku
tidak berfungsi lagi tubuhku lemas di pelukannya. Aku hanya bisa mendengar suara temen-
temenku mengoyang-goyangkan tubuhku seakan membangunkanku dari tidur di ruang
tunggu panitia. Yaelahhh.. ternyata aku hanya bermimpi, tetapi sinta si bidadari tepat berdiri
di hadapanku. Seakan-akan aku bertanya lagi ini mimpi atau kenyataan yang telah
diskenariokan Tuhan. Fix semua hanya mimpi ketika aku harus melihat sinta hanya
meninggalkan senyum isyarat aku harus mencintainya tetapi bukan sekarang waktunya.
Karena kita sama-sama berjanji untuk kuliah yang bener dan toga yang bisa membanggakan
orangtua.

Cerpen Karangan: Taufikur Rahman


Facebook: Taufikur Rahman Al Habsyi
Nama: Taufikur Rahman

Anda mungkin juga menyukai