Anda di halaman 1dari 17

Nama : Annisa Dwi Savira

NIM : 1810611015

Kelas :H

Dosen : Fitriyani,SAg,SH,MH

UAS SOSIOLOGI HUKUM

Soal

1. Jelaskan secara singkat: (a) pengertian,tujuan dan fungsi sosiologi hukum; serta (b)
karakteristik sosiologi hukum ?

Jawab :

Sosiologi hukum adalah dua istilah ilmu yang menjadi satu, yakni kata “Sosiologi”
yang memiliki arti ilmu pengetahuan tentang masyarakat dan “Hukum” yang bermakna
aturan yang terjadi karenanya penyesuaian terhadap gejala sosial yang ada dalam masyarakat.
A. Pengertian Sosiologi Hukum
Pengertian sosiologi hukum adalah suatu ilmu pengetahuan yang empiris analitis
sebagai bentuk mendalami tentang hubungan-hubungan yang karena gejala sosial yang terjadi
dalam masyarakat. Baik dilihat dari lembaga hukum, pranata sosial, dan perubahan sosial. 
 Pengertian Sosiologi Hukum Menurut Para Ahli
Adapun penjelasan mengenai sosiologi hukum, dalam pandangan para ahli adalah
sebagai berikut
Brade Meyer
Definisi tentang sosiologi hukum dalam pandangannya adalah ilmu pengetahuan yang
memusatkan hukum sebagai penelitian sosial, sehingga dalam upaya tersebut akan melihat
pandangan masyarakat  terhadap peraturan yang terjadi serta dampak yang ditimbulkannya.
Ia menambahkan bahwa dalam penelitian yang dilakukan lebih fokus dalam gejala sosial
sebagai tindakan melihat kepastian hukum.
Mochtar Kusumaatmadja
Pengertian sosiologi hukum adalah ilmu pengetahuan yang menitikberatkan pada
kaidah dan asas di dalam kehidupan manusia. Hingga akhirnya disiplin ilmu ini akan
membawa ketentraman dan keteraturan bersama antar masyarakat.

Soerjono Soekanto
Arti sosiologi hukum adalah cabang ilmu pengetahuan yang  dikaji dalam sususnan
analitis dan empiris di dalam menganalisis hubungan timbal balik gejala sosial dan berbagai
bentuk perosalan hukum yang ada dalam masyarakat.
Satjipto rahardjo
Pengertian sosiologi hukum ialah pengetahuan materi tentang hukum yang dikaji
dalam persolan prilaku sosial yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat
R.Otje Salman
Sosiologi hukum adalah hubungan sosial dan hukum yang diperjelas dengan adanya
timbal balik antara hukum dengan gejala sosial melalui suatu kajian yang analisis dan
empiris.
Soetandyo Wignjosoebroto
Sosiologi hukum adalah dalam pandangannya adalah cabang kajian sosiologi yang
menitikbertakan pada peroslan hukum sebagaiman sebagai upaya menciptakan keteraman
dan kebersahaan dalam bermasyarakat.
David N. Schiff
Sosiologi hukum adalah disiplin ilmu sosiologi yang mengkaji tentang berbagai
bentuk fenomena hukum baik secara tindakan, pola prilaku, dan dampak yang ditimbulkan
dalam masyarakat.
Dari pengeretian para ahli tentang sosiologi hukum diatas dapat disimpulkan secara
umum sosiologi hukum adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji kehidupan masyarakat
daalam pandangan ilmu hukum, sebagai upaya menciptakan keteraturan sosial yang terjadi di
dalamnya.

B. Tujuan:
- Untuk membuka serta menambah cakrawala berpikir dalam memahami
permsalahan serta perkembangan hukum yang ada di dalam masyarakat.
- Untuk memahami perkembangan hukum positif di dalam suatu negara dan
masyarakat dengan kontruksi perpaduan antara sosiologi dan hukum
- Untuk mengetahui efektifitas hukum yang diakui, dianut maupun berlaku
dalam masyarakat.

C. Fungsi Sosiologi Hukum


Berikut inilah beberapa fungsi dalam sosiologi hukum, diantaranya adalah sebagai berikut;
1. Sosiologi hukum sebagai kaidah yang yang mangatur kehidupan manusia sesuai
dengan hati nurani manusia itu sendiri, alasan ini diungkapkan karena melihat hukum
sebagai proses kemanusiaan.
2. Hukum sebagai sanksi yang diberikan dalam hubungan masyarakat yang dianggap
menyimpang dari proses ketaraturan sosial yang ada.
3. Sosiologi hukum dikaji dalam ilmu sosial dalam upaya menciptakan keselarasan dan
kesimbangan dalam kehidupan yang terjadi. Kajian ini dilakukan dalam upaya
membentuk masyarakat yang kondusif.
4. Sosiologi hukum sebagai orintasi masa depan dalam melakukan tindakan yang tidak
menyimpang antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

D. Karakteristik sosiologi hukum:


 
1. Sosiologi hukum memberikan kejelasan tujuan terhadap praktik hukum yang
menjelaskan mengapa praktik hukum demikian: (a) Apa sebabnya; (b) Apa faktor
yang mempengaruhi; (c) Apa yang melatar belakangi;
2. Sosiologi hukum selalu menguji kesahihan empiris aturan atau pernyataan hukum;
3. Sosiologi hukum tidak melakukan penilaian terhadap hukum, melainkan hanya
memberikan penjelasan apa adanya dalam kenyataan, dengan demikian mendekatkan
hukum dari sisi obyektivitasnya. 

2. Saat ini penduduk di Indonesia yang terjangkit covid-19 semakin hari semakin
bertambah walaupun jumlah yang sembuh juga meningkat. Untuk mengurangi atau
menurunkun jumlah penderita covid- 19, pemerintah daerah di berbagai kota/kabupaten
memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-I9). Berdasarkan hal tersebut:

a)  Dalam sosiologi hukum dikenal dengan adanya teori mengenai hukum merupakan alat
untuk mengubah masyarakat (social engineering), apabila dikaitkan dengan pandemi covid-
19, apakah Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 dapat mengubah perilaku
masyarakat dalam menghadapi covid-19, jelaskan pendapat Saudara.

b)  Apa yang dimaksud dengan PSBB dan lock down, jelaskan.

c)  Apa dasar hukum ditetapkannya PSBB dan bagaimanan proses penetapannya. (nilai 20)

Jawab :

A. Setiap masyarakat manusia pasti akan mengalami suatu perubahan. Perubahan sosial
perubahan didalam kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk
nilai,sikap, pola perilaku di anatra kelompok masyarakat, sehingga perubahan-
perubahan mana kemudian mempengaruhi segi-segi struktur masyarakat lainnya.
Perubahan sosial mempunyai tujuan, diantarannya perubahan yang tidak dikehendaki
atau direncanakan. Seperti, yang sekarang seluruh dunia ditakutkan dengan wabah
virus corona. Covid-19 merupakan penyakit menular yang berpotensi menimbulkan
kedaruratan kesehatan masyarakat. Munculnya pendemi covid-19 membuat dunia
menjadi resah, termasuk di indonesia. Menurut saya pendemi covid-19 ini dapat
mengubah perilaku masyarakat, terlebih sejak pemerintah menghimbau untuk
mengisolasi diri dirumah dan melakukan social distancing untuk memutus rantai
persebaran covid-19. Dan yang dilakukan saat ini juga yaitu peraturan yang
menetapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dengan ini memaksa
masyarakat untuk mengubah perilaku sehari-hari. Tentunnya, akan berdampak dalam
banyak hal. Dengan adanya sistem lockdown kehidupan masyarakat pasti akan
mengalami, jalan menjadi sepi, kegiatan masyarakat akan dibatasi.

B. Aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)


adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga
terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah
kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi.
Lockdown merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu upaya
pengendalian penyebaran infeksi. Yang berarti lockdown mengharuskan sebuah
wilayah menutup akses masuk maupun keluar sepenuhnya.
Masyarakat di wilayah yang diberlakukan lockdown tidak dapat lagi keluar rumah dan
berkumpul, sementara semua transportasi dan kegiatan perkantoran, sekolah, maupun
ibadah akan dinonaktifkan. Kendati demikian, definisi lockdown sebenarnya masih
belum begitu jelas dan belum disepakati secara global. Penerapan lockdown di setiap
negara atau wilayah memiliki cara atau protokol yang berbeda.

C. Permenkes 9 tahun 2020 tentang Pedoman PSBB dalam rangka Percepatan


Penanganan COVID-19 adalah kelanjutan dari Peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6487).
PSBB dalam Permenkes 9 tahun 2020 tentang Pedoman PSBB dalam rangka
Percepatan Penanganan COVID-19 adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar
sebagaimana juga dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020
tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala
Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) menyebutkan bahwa PSBB ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Sebagaimana kita ketahui saat ini dunia tengah menghadapi krisis dan wabah Pandemi
Corona Virus Disease 2019 dengan jumlah kematian dan kasus infeksi yang melebihi
satu juta orang sehingga memiliki dampak serius terhadap berbagai aspek kehidupan,
dan cilakanya juga sampai saat ini belum ada treatmen, obat, antivirus dan serum
untuk Pandemi Coronavirus.

TATA CARA PENETAPAN PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR

Pembatasan Sosial Berskala Besar di suatu wilayah ditetapkan oleh Menteri


berdasarkan permohonan gubernur/bupati/walikota, atau Ketua Pelaksana Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Mekanisme permohonan tersebut dilakukan sebagai berikut:
1. Gubernur/bupati/walikota menyampaikan usulan kepada Menteri disertai
dengan data gambaran epidemiologis dan aspek lain seperti ketersediaan logistik
dan kebutuhan dasar lain, ketersediaan fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, dan
perbekalan kesehatan termasuk obat dan alat kesehatan. Data yang disampaikan
kepada Menteri juga termasuk gambaran kesiapan Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Daerah.
2. Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) dalam menyampaikan usulan kepada Menteri untuk
menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar di wilayah tertentu, berdasarkan
penilaian terhadap kriteria Pembatasan Sosial Berskala Besar.
3. Permohonan oleh gubernur/bupati/walikota dapat disampaikan secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama.
4. Permohonan dari gubernur untuk lingkup satu provinsi atau kabupaten/kota
tertentu di wilayah provinsi.
5. Permohonan dari bupati/walikota untuk lingkup satu kabupaten/kota di
wilayahnya.
6. Dalam hal bupati/walikota akan mengajukan daerahnya ditetapkan Pembatasan
Sosial Berskala Besar, maka terlebih dahulu berkonsultasi kepada gubernur dan
Surat permohonan penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar ditembuskan
kepada gubernur.
7. Dalam hal terdapat kesepakatan Pemerintah Daerah lintas provinsi untuk
ditetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar secara bersama, maka pengajuan
permohonan penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar kepada Menteri
dilakukan melalui Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID- 19). Untuk itu, kepada Pemerintah Daerah
yang daerahnya akan ditetapkan secara bersama-sama harus berkoordinasi
dengan Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19).
8. Untuk kecepatan proses penetapan, permohonan tersebut dapat disampaikan
dalam bentuk file elektronik, yang ditujukan pada alamat
email psbb.covid19@kemkes.go.id.
9. Penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar oleh Menteri dilakukan
berdasarkan rekomendasi kajian dari tim yang dibentuk yang sudah
berkoordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19). Kajian tersebut berupa kajian epidemiologis dan
kajian terhadap aspek politik, ekonomi, sosial, budaya pertahanan, dan
keamanan. Untuk itu tim yang dibentuk terdiri dari unsur kementerian
kesehatan, kementerian/lembaga lain yang terkait dan para ahli.
10. Menteri menyampaikan keputusan atas usulan Pembatasan Sosial Berskala
Besar untuk wilayah provinsi/kabupaten/kota tertentu dalam waktu paling lama
2 (dua) hari sejak diterimanya permohonan penetapan.
11. Dalam hal permohonan penetapan belum disertai dengan data dukung, maka
Pemerintah Daerah harus melengkapi data dukung paling lambat 2 (dua) hari
sejak menerima pemberitahuan dan selanjutnya diajukan kembali kepada
Menteri.
12. Penetapan dilaksanakan dengan mempertimbangkan rekomendasi tim dan
memperhatikan pertimbangan dari Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID- 19).
13. Pertimbangan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) paling lama disampaikan kepada Menteri dalam waktu 1
(satu) hari sejak diterimanya permohonan penetapan. Dalam hal waktu tersebut
tidak dapat dipenuhi, maka Menteri dapat menetapkan Pembatasan Sosial
Berskala Besar dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
14. Formulir permohonan penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar oleh
gubernur/bupati/walikota, atau Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), sebagai berikut: [ unduh
di tautan ini, atau lihat lampiran PDF.

3. Perubahan-perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga


kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya,
termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perikelakuan di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat yang dapat berakibat terjadinya perubahan
hukum. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial dan
sebutkan pula contohnya.
Jawab :
Perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur atau struktur sosial dan perilaku manusia
dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan yang lain. Perubahan sosial budaya itu
biasanya terjadi karena adanya dorongan dari beberapa faktor baik yang berasal dari dalam
masyarakat (internal) maupun yang berasal dari luar masyarakat (eksternal).
Faktor-faktor internal, merupakan faktor-faktor perubahan yang berasal dari dalam
masyarakat, misalnya :
1. perubahan aspek demografi (bertambah dan berkurangnya penduduk),
2. konflik antar-kelompok dalam masyarakat,
3. terjadinya gerakan sosial dan/atau pemberontakan (revolusi), dan
4. penemuan-penemuan baru, yang meliputi :
 discovery, atau penemuan ide/alat/hal baru yang belum pernah ditemukan
sebelumnya
 invention, penyempurnaan penemuan-penemuan pada discovery oleh individu
atau serangkaian individu, dan
 inovation, yaitu diterapkannya ide-ide baru atau alat-alat baru menggantikan atau
melengkapi ide-ide atau alat-alat yang telah ada.

Faktor-faktor eksternal, atau faktor-faktor yang beasal dari luar masyarakat, dapat berupa:
1. pengaruh kebudayaan masyarakat lain, yang meliputi proses-proses difusi (penyebaran
unsur kebudayaan), akulturasi (kontak kebudayaan), dan asimilasi (perkawinan
budaya),
2. perang dengan negara atau masyarakat lain, dan
3. perubahan lingkungan alam, misalnya disebabkan oleh bencana.

Contoh Perubahan Sosial


Untuk perubahan sosial terbagi menjadi beberapa contoh, antara lain sebagai berikut :
 Pertanian

Pada sektor pertanian terjadi perubahan sosial pada bidang teknologi dan masuknya berbagai
jenis pupuk.
 Kejahatan Siber

Dengan teknologi yang semakinmaju informasi sangat mudah didapat dan salah satu
kejahatannya seperti cyber crime seperti pada pembajakan akun, pada online bullying dan
juga pembobolan website.
 Musik

Bidang musik tentu akan menjadi contoh perubahan sosial bidang budaya. Dulu pada musik
daerah mungkin akan cukup populer dan juga masih banyak untuk diputar, kini ada pengaruh
musik western banyak juga yang masuk sehingga jenis musik pop, ada rock, juga hip hop dan
juga electro dance music (EDM) yang semakin populer juga.
 Ekonomi

Perubahan sosial budaya juga untuk mempengaruhi pada sektor ekonomi. Contoh masyarakat
lebih untuk menggemari produk dari impor pada banding dari produk-produk di dalam
negeri. Selain itu ada tren liburan menuju luar negeri dan banyak juga yang terjadi pada
kalangan masyarakat dengan sektor ekonomi pada kelas menengah ke bagian atas.
 Budaya Barat

Pengaruh dari globalisasi juga dengan banyak menyebabkan perubahan sosial yang menjadi
lebih pada kebarat-baratan atau juga dikenal dengan istilah pada westernisasi. Hal ini bisa
dilihat di berbagai sektor yang di mulai dari musik , fashion, lifestyle, dan juga film.
 Kesenian

Perubahan sosial pada sektor kesenian, sudah banyak kesenian lokal yang malah
ditinggalkan. Hal ini juga dapat mendorong dengan berbagai masuknya pada kesenian luar
negeri yang akan dianggap lebih modern. Contoh masuknya tari ballet.
 Industri

Sektor industri banyak mengalami perubahan seiring dengan berkembangnya teknologi yang
ada. Contohnya revolusi industri. Adanya produktivitas industri yang meningkat dan ada juga
ketimpangan sosial yang terjadi.
 Pola Pikir

Pada pola pikir terjadi perubahan sosial yang spesifik, dengan berkembangnya sumber
iformasi yang membuat pemikiran masyarakat untuk lebih kritis.
 Bahasa

Perubahan yang terjadi dengan bahasa ialah masuknya bahasa yang disebut dengan bahasa
gaul, atau dengan bahasa Indonesia yang dikombinasi dengan bahasa asing.
 Permainan

Dahulu anak-anak sering untuk memainkan aneka dari permainan tradisional dan juga
berinteraksi dengan langsung. Dan perubahannya kini anak-anak akan lebih suka dengan
berbagai permainan modern misal konsol pada video game dan game online.
 Transportasi
Pada sektor transportasi dulu orang bepergian dengan para hewan, tetapi kini terdapat banyak
kendaraan yang dapat digunakan. Selain itu pada era digital juga terdapat inovasi dari
transportasi online sehingga memperbanyak ragam jenis kendaraan.
 Kepercayaan

Dulu masyarakat lebih mempercayai hal mistis, namun sekarang masyarakat telah
mempunyai kepercayaan masing masing.
 Cara Berpakaian

Pada zaman dahulu cara berpakaian begiu begitu saja yang berbeda pada masa sekarang
dimana setiap hari akan dapat tren fashion terbaru.
 Komunikasi

Zaman dahulu orang menggunakan media surat yang dikirim post yang harus menunggu
waktu berhari hari untuk sampai tujuan, namun sekarang banyak pilihan alat komunikasi
seperti email, whattapp dan lain sebagainya.
 Model Rambut

Gaya rambut yang pada masa sekarang dengan berbagai model mengikuti para idola dengan
berbagai pilihan warna.
 Gaya Hidup

Dengan mengikuti perkembangan zaman, gaya hidup dimulai dari fashion, makanan, wisata,
pendidikan dan lain sebagainya.
 Emansipasi Wanita

Pada masa dulu wanita hanya akan bekerja dan berhenti ketika menjadi ibu rumah tangga,
namun pada masa emansipasi wanita ini, para wanita bebas menentukan pilihan mereka bisa
menjadi wanita karir namun harus memenuhi kewajiban sebagai seorag ibu rumah tangga.
 Pendidikan

Contoh perubahan sosial budaya pada bidang pendidikan ini terjadi karena terdapat kemajuan
teknologi. Kini sistem pengajaran dapat dilakukan melalui dari berbagai media cara
pembelajaran seperti dengan video dan melalui online. Banyak pula ilmu pengetahuan yang
dapat diperoleh dari internet.
6. Roscoe Pound adalah ahli hukum pertama menganalisis yurisprudensi serta metodologi
ilmu- ilmu sosial, beliau menyatakan bahwa hukum dikonstruksikan sebagai alat untuk
merubah masyarakat, sebutkan dan jelaskan teori yang dikeluarkan oleh Pound?
Jawab :
Roscoe Pound adalah ahli hukum pertama menganalisis yurisprudensi serta metodologi ilmu-
ilmu sosial. Hingga saat itu, filsafat yang telah dianut selama berabad-abad dituding telah
gagal dalam menawarkan teori semacam itu, fungsi logika sebagai sarana berpikir semakin
terabaikan dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh Langdell serta para koleganya dari
Jerman. Pound menyatakan bahwa hukum adalah lembaga terpenting dalam melaksanakan
kontrol sosial. Hukum secara bertahap telah menggantikan fungsi agama dan moralitas
sebagai instrumen penting untuk mencapai ketertiban sosial. Menurutnya, kontrol sosial
diperlukan untuk melestarikan peradaban karena fungsi utamanya adalah mengendalikan
“aspek internal atau sifat manusia”, yang dianggapnya sangat diperlukan untuk menaklukkan
aspek eksternal atau lingkungan fisikal.
Pound menyatakan bahwa kontrol sosial diperlukan untuk menguatkan peradaban masyarakat
manusia karena mengendalikan perilaku antisosial yang bertentangan dengan kaidah-kaidah
ketertiban sosial. Hukum, sebagai mekanisme control sosial, merupakan fungsi utama dari
negara dan bekerja melalui penerapan kekuatan yang dilaksanakan secara sistematis dan
teratur oleh agen yang ditunjuk untuk melakukan fungsi itu. Akan tetapi, Pound
menambahkan bahwa hukum saja tidak cukup, ia membutuhkan dukungan dari institusi
keluarga, pendidikan, moral, dan agama. Hukum adalah sistem ajaran dengan unsur ideal dan
empiris, yang menggabungkan teori hukum kodrat dan positivistik.
Roscoe Pound memiliki pendapat mengenai hukum yang menitik beratkan hukum pada
kedisiplinan dengan teorinya yaitu: “Law as a tool of social engineering” (Bahwa Hukum
adalah alat untuk memperbaharui atau merekayasa masyarakat). Untuk dapat memenuhi
peranannya Roscoe Pound lalu membuat penggolongan atas kepentingan-kepentingan yang
harus dilindungi oleh hukum itu sendiri, yaitu sebagai berikut:
1. Kepentingan Umum (Public Interest)
a. Kepentingan negara sebagai Badan Hukum
b. Kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan masyarakat.
2. Kepentingan Masyarakat (Social Interest)
a. Kepentingan akan kedamaian dan ketertiban
b. Perlindungan lembaga-lembaga sosial
c. Pencegahan kemerosotan akhlak
d. Pencegahan pelanggaran hak
e. Kesejahteraan sosial.
3. Kepentingan Pribadi (Private Interest)
 Kepentingan individu
 Kepentingan keluarga
 Kepentingan hak milik.

Menurut Roscoe Pound untuk membantu para mahasiswa yang belajar Ilmu Hukum perlu
kiranya dikemukakan tentang Disiplin ilmu Hukum.
Ilmu hukum termasuk kedalam ilmu pengetahuan kemasyarakatan yang khusus mempelajari
mengenai tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan kaidah-kaidah hidupnya
terutama yang berlaku pada masa kini (hukum positif).
Kemudian hal-hal yang termasuk ke dalam ilmu hukum itu adalah :
1. Ilmu Kaidah
2. Ilmu Pengertian
3. Ilmu Kenyataan.
Sedangkan kaidah hukum menurut Pound terdiri dari tiga macam yaitu :
1. Kaidah-kaidah hukum yang berisikan suruhan
2. Kaidah-kaidah hukum yang berisikan larangan
3. Kaidah-kaidah hukum yang berisikan kebolehan.

7. Bagaimana pendapat Anda tentang hubungan hukum, kekuasaan dan Hak Asasi
Manusia?
Jawab :

Di dalam masyarakat dijumpai berbagai institusi yang masing-masing diperlukan oleh


masyarakat itu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan mempelancar jalanya pemenuhan
kebutuhan tersebut. Oleh karena fungsinya yang demikian itu maka masyarakat sangat
membutuhkan kehadiran institusi tesebut. Institusi bergerak di sekitar kebutuhan tertentu
manusia. Agar kita bisa berbicara mengenai adanya suatu insttiusi yang demikian itu,
kebutuhan yang dilayaninya telebih dulu harus medapakan pengakuan masyarakat.
Pengakuan di sini diartikan, bahwa masyarakat di situ memang telah mengakui pentingnya
kebutuhan tersebut bagi kehidupan manusia.
Apabila masyarakat telah mulai memperhatikan suatu kebutuhan tertentu maka akan
berusaha agar dalam masyarakat dapat diciptakan suatu sarana untuk memnuhinya. Dari
sinilah mulai dilahirkan suatu institusi tersebut. Jadi institusi itu pada hakikatnya merupakan
alat perlengkapan masyarakat untuk menjamin agar kebutuhan-kebutuhan dalam masyarakat
dapat dipenuhi secara seksama. Keadilan merupakan salah satu kebutuhan dalam hidup
manusia yang umumnya diakui semua tempat di dunia ini. Apabila keadilan itu kemudian
dikukuhkan ke dalam institusi yang namanya hukum, maka institusi hukum itu harus mampu
untuk menjadi saluran agar keadilan itu dapat diselenggarakan secara seksama dalam
masyarakat. Beberapa ciri yang umumnya melekat pada institusi sebagai perlengkapan
masyarakat :
1.      Stabilitas. Di sini kehadiran institusi hukum menimbulkan suatu kemantapan dan
keteraturan dalam usaha manusia untuk memperoleh keadilan itu.
2.      Memberikan kerangka sosial terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam masyarakat. Di
dalam ruang lingkup kerangka yangt telah diberikan dan dibuat oleh masyarakat itu, anggota-
anggota masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhanya.
3.      Institusi menampilkan wujudnya dalam bentuk norma. Norma-norma inilah yang
merupakan sarana untuk menjamin agar anggota-anggota masyarakat dapat dipenuhi
kebutuhanya secara terorganisasi.
4.      Jalinan antar institusi. Terjadinya tumpang tindih antara institusi.
Hukum merupakan institusi  sosial yang tujuannya untuk menyelenggarakan
keadilan dalam masyarakat. Sebagai suatu institusi sosial, maka penyelenggaraanya yang
demikian itu bekaitan dengan tingkat kemampuan masyarakat itu sendiri untuk
melaksanakannya. Oleh karena itu suatu masyarakat akan menyelengarakannya dengan cara
tertentu yang berbeda dengan masyarakat pada masyarakat  yang lain. Perbedaan ini
berhubungan erat dengan persediaan perlengkapan yang terdapat dalam masyarakat untuk
penyelenggaraan keadilan itu dan hak ini berarti adanya berhubungan yang erat antara
institusi hukum suatu masyarakat dengan tingkat perkembangan organisasi sosialnya.
Suatu pengamatan terhadap masyarakat sacara sosiologis memeperlihatkan, bahwa
kekuasaan itu tidak tebagi secara merata dalam masyarakat. Struktur pembagian yang
demikian itu menyebabkan, bahwa kekuasaan itu terhimpun pada sekelompok orang-orang
tertentu, sedangkan orang-orang lain tidak atau kurang memiliki kekuasaan itu. Keadaan
seperti inilah yang menimbulkan perlapisan sosial di dalam masyarakat. Bagaimana stuktur
yang berlapis-lapis itu bisa terbentuk banyak tergantung dari sistem perekonomian suatu
masyarakat. Terjadinya penumpukan kekuasaan di tangan sekelompok orang-orang tertentu
berhubungan dengan sistem pembagian sumber daya dalam masyarakat. Kekuasaan itu tidak
terlepas dari penguasaan barang-barang dalam masyarakat.
Oleh karena itu terjadinya perlapisan kekuasaan berhubungan erat dengan barang-
barang yang bisa dibagi-bagikan itu tentunya susah dibayangkan timbulnya perlapisan sosial
dalam masyarakat. Kondisi pengadaan barang-barang menetukan apakah dalam suatu
masyarakat akan menjumppai struktur kekuasaan yang berlapis-lapis itu. Pentingnya
pembicaraan mengenai perlapisan sosial dalam rangka pembicaraan tentang hukum
disebabkan oleh dampak dari adanya struktur yang demikian itu terhadap hukum, baik itu di
bidang pembuatan hukum, pelaksanaan, maupun penyelesaian sengketanya. Pada masyarakat
mana pun juga, orang atau golongan yang bisa menjalankan kekuasaannya secara efektif
adalah mereka yang mampu mengontrol institusi-institusi politisi dan ekonomi dalam
masyarakat.
Para ahli sosiologi hukum memberikan perhatian besar terhadap hubungan antara
hukum dengan perlapisan sosial ini. Dengan terjadinya perlapisan sosial maka hukum pun
susah untuk memperhatikan netralitas atau kedudukannya yang tidak memihak. Perlapisan
sosial ini merupakan kunci penjelasan mengapa hukum itu bersifat distriminatif, baik pada
peraturan-peraturannya sendiri, maupun melalui penegakannya. Para ahli tersebut di muka
berpendapat, bahwa peraturan-peraturan hukumnya sendiri tidaklah memihak. Dalam
keadaan yang demikian ini pendapat yang berkuasapun akan menentukan bagaimana isi
peraturan hukum di situ.
 Dengan demikian, bagaimanapun diusahakan agar penegakan hukum itu tidak
memihak, namun karena sudah sejak kelahirannya peraturan-peraturan itu tidak lempeng,
maka hukum pun bersifat memihak, keadaan yang demikian itu juga dijumpai pada masalah
penegakan hukum.
Hukum Sebagai Sosial Kontrol, dimana setiap kelompok masyarakat selalu ada
problem sebagai akibat adanya perbedaan antara yang ideal dan yang aktual, antara yang
standard dan yang parktis. Penyimpangan nilai-nilai yang ideal dalam masyarakat dapat
dicontohkan : pencurian, perzinahan hutang, membunuh dan lain-lain. Semua contoh ini
adalah bentuk prilaku yang menyimpang yang menimbulkan persoalan didalam masyarakat,
baik pada masyarakat yang sederhana maupun pada masyarakat yang modern. Dalam situasi
yang demikian itu, kelompok itu berhadapan dengan problem untuk menjamin ketertiban bila
kelompok itu menginginkan, mempertahankan eksistensinya.
Fungsi Hukum dalam kelompok masyarakat adalah menerapkan mekanisme control
sosial yang akan membersihkan masyarakat dari sampah-sampah masyarakat yang tidak
dikehendaki, sehingga hukum mempunyai suatu fungsi untuk mempertahankan eksistensi
kelompok masyarakat tersebut. Hukum yang berfungsi demikian adalah merupakan
instrument pengendalian social.
Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat, adalah hukum sebagai sosial
control, dan sebagai alat untuk mengubah masyarakat atau biasa disebut social enginnering,
sebagai alat pengubah masyarakat adalah dianalogikan sebagai suatu proses mekanik.
Terlihat akibat perkembangan Industri dan transaksi-transaksi bisnis yang memperkenalkan
nilai-nilai baru, dengan melakukan “interprestasi”, ditegaskan dengan temuan-temuan tentang
keadaan social masyarakat melalui bantuan ilmu sosilogi, maka akan terlihat adanya nilai-
nilai atau norma-norma tentang hak individu yang harus dilindungi, dan unsur tersebut
kemudian dipegang oleh masyarakat dalam mempertahankan kepada apa yang disebut
dengan hukum alam. (natural law).
Oleh karena itu, sekalipun hukum itu mempunyai otonomi tertentu,
tetapi hukum juga harus fungsional dan menempatkan peranan dari keadilan dalam konteks
kehidupan hukum secara lebih seksama.
Hukum dan kekuasaan merupakan dua hal yang berbeda namun saling mempengaruhi
satu sama lain. Hukum adalah suatu sistem aturan-aturan tentang perilaku manusia. Sehingga
hukum tidak merujuk pada satu aturan tunggal, tapi bisa disebut sebagai kesatuan aturan yang
membentuk sebuah sistem. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu
kelompok untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan
keinginan perilaku. Bisa dibayangkan dampak apabila hukum dan kekuasaan saling
berpengaruh. Di satu sisi kekuasaan tanpa ada sistem aturan maka akan terjadi kompetisi
seperti halnya yang terjadi di alam.
Siapa yang kuat, maka dialah yang menang dan berhak melakukan apapun kepada siapa saja.
Sedangkan hukum tanpa ada kekuasaan di belakangnya, maka hukum tersebut akan “mandul”
dan tidak bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Hal ini karena masyarakat tidak
memiliki ikatan kewajiban dengan si pengeluar kebijakan. Sehingga masyarakat berhak
melakukan hal-hal yang di luar hukum yang telah dibuat dan di sisi lain pihak yang
mengeluarkan hukum tidak bisa melakukan paksaan ke masyarakat untuk mematuhi hukum.
Dari dasar pemikiran diatas maka bisa disimpulkan bahwa antara hukum dan
kekuasaan saling berhubungan dalam bentuk saling berpengaruh satu sama lain. Kekuasaan
perlu sebuah “kemasan” yang bisa memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan yaitu
politik. Yang menjadi permasalahan adalah mana yang menjadi hal yang mempengaruhi atau
yang dipengaruhi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tidak bisa satu hal saja
yang mempengaruhi hal yang dipengaruhi. Antara hukum dan kekuasaan saling berpengaruh
satu sama lain atau bisa disebut saling melengkapi. Sehingga di satu sisi hukum yang
dipengaruhi oleh kekuasaan begitu sebaliknya.
Namun tetap tidak dapat dipungkiri bahwa proporsi dari kekuasaan dalam
mempengaruhi hukum lebih berperan atau menyentuh ke ranah substansial dalam artian
hukum dijadikan “kendaraan” untuk melegalkan kebijakan-kebiajakn dari yang berkuasa.
Sedangkan hukum dalam mempengaruhi kekuasaan hanya menyentuh ke ranah-ranah formil
yang berarti hanya mengatur bagaimana cara membagai dan menyelenggarakan kekuasaan
seperti yang ada dalam konstitusi.
Hukum dalam Mempengaruhi Kekuasaan
Kekuasaan tanpa suatu aturan maka akan mengkondisikan keadaan seperti hal nya
hutan rimba yang hanya berpihak kepada yang kuat dalam dimensi sosial. Disnilah hukum
berperan dalam membentuk rambu-rambu cara bermain pihak-pihak yang berada di lingkaran
kekuasan. Hal tersebut bisa ditemui di konstitusi dimana konstitusi secara garis besar berisi
tentang bagaimana mengatur, membatasi dan menyelenggarakan kekuasaan dan mengatur
tentang Hak Asasi Manusia. Peran hukum dalam mengatur kekuasaan berada dalam lingkup
formil.
Kekuasaan yang diatur hukum merupakan untuk kepentingan masyarakat luas agar
masyarakat yang merupakan objek dari kekuasaan tidak menjadi korban dari kekuasaan.
Selain sebagai kepentingan masyarakat, hukum dalam mempengaruhi kekuasaan juga
berguna sebagai aturan bermain pihak-pihak yang ingin berkuasa atau merebut kekuasaan.
Aturan tersebut berguna sebagai cara main yang fair yang bisa mngkoordinir semua pihak
yang terlibat dalam kekuasaan. Hukum dalam hal ini tidsak hanya mengatur masyarakat
tetapi juga mengatur pihak-pihak yang memiliki kekuasaan.
Kekuasaan dalam Mempengaruhi Hukum
Eksistensi hukum tanpa ada kekuasaan yang melatarbelakanginya membuat hukum
menjadi mandul. Oleh karena itu perlunya suatu kekuasaan yang melatarbelakangi hukum.
Muncul pertanyaan bagaimana kekuasaan yang hanya dipegang oleh segelintir orang bisa
dipercaya untuk mempengaruhi hukum yang bertujuan untuk mengatur masyarakat. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut maka bisa didekati dengan metode konseptual bukan empiris
karena secara empiris kebanyakan hukum hanya digunakan untuk melegalkan kepentingan
penguasa saja.
Secara konseptual, kekuasaan yang dimiliki oleh sebagain pihak berangkat dari rasa
tidak nyaman masyarakat terhadap keadaan-keadaan yang dianggap bisa menggoyahkan
kestabilan masyarakat. Hal ini sama saja baik dalam masyarakat yang liberal ataupun sosialis.
Masyarakat tersebut sepakat untuk memberikan mandat kepada sekelompok orang untuk
berkuasa dan memiliki kewenangan untuk mengatur mereka agar tetap tercipta kestabilan
sosial. Kewenangan untuk mengatur masyarakat dari penguasa itulah terletak hukum.
Dalam perkembangannya tentu saja tidak dapat dihindari bahwa setiap rezim
penguasa memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut dapat dilihat dari karakteristik
hukum yang menjadi produk politiknya. Karakteristik hukum ternyata berjalan linier dengan
karaktersitik rezim kekuasaan yang melatarbelakangi hukum. Apabila kekuasaannya
demokratis, maka produk hukumnya berkarakter responsif sedangkan apabila kekuasaanya
otoriter, maka produk hukumnya berkarakter konservatif atau ortodoks.
Namun ada asumsi bahwa antara demokrasi dan otoriter ambigu. Artinya tidak bisa
dilihat secara tegas pembedanya. Bisa saja penguasa yang otoriter di suatu negara berdalih
bahwa karakterisitik produk hukum yang bersifat konservatif digunakan untuk melingungi
masyarakat. Dalam hal ini demokratis yang dari, untuk dan oleh rakyat mengalami
pengurangan peran hanya untuk rakyat sehingga rakyat sekedar menikmati hasil atau
kemanfaatannya.

Anda mungkin juga menyukai