Anda di halaman 1dari 16

Pendidikan Agama konghucu dalam merubah tatanan sosial

M. NGABDUL ROZAK (1717402232)


MUHAMAD ZAIRI LUTFI (1717402233)
MUHAMAD FAUZUL HAKIM (1717402234)
MUHAMMAD KHAIRIL HAKIM (1717402235)

Universitas Saifudin Zuhri

Abstrak
Sebelum kelahiran Konghucu kepercayaan agama masyarakat Tiongkok adalah Taoisme
dan Buddhisme, yang mengarah pada pemujaan alam, penghormatan kepada leluhur dan
pemujaan langit. Kekuatan alam dikuasai oleh Yang (tenaga laki-laki) dan Yin (tenaga
perempuan). Kemudian di langit bersemayam dua kekuatan, yakni Tao sebagai sumber hukum
alam dan Syangti sebagai pusat alam semesta. Dalam suasana seperti itu, Konghucu lahir pada
tahun 551 SM dengan julukan Tsin atau Confusius dalam bahasa latin atau Kung Fu Tse menurut
ejaan Cina yang berarti Tuan Kung. Konfusionisme yang diajarkannya lebih mengarah pada
filsafat keagamaan tentang etika dan susila, yang akhirnya diakui sebagai agama Nasional.
Ajaran Konghucu mengandung unsur pembentukan akhlak yang mulia bagi bangsa Tiongkok.
Konghucu selalu menghindari pembicaraan tentang metafisika, ketuhanan, jiwa, dan berbagai hal
yang ajaib. Namun ia tidak meragukan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa.

Kata Kunci: Konghucu, Ajaran, Meng Tsu, Hsun Tsu.

Kata Pengantar

Kong Hu Cu atau konfusis adalah seorang ahli filsafat Cina yang terkenal sebagai orang
pertama pengembang sistem memadukan alam pikiran dan kepercayaan orang Cina yang
mendasar. Ajarannya menyangkut kesusilaan perorangan dan gagasan bagi pemerintahan agar
melaksanakan pemerintahan dan melayani rakyat dengan teladan perilaku yang baik.
Agama Konfusius atau Kong Hu Cu atau Konfusianisme adalah agama yang paling tua di
Cina, tetapi bukan merupakan satu-satunya agama di sana. Sebagaimana sering dinyatakan
dalam suatu pepatah Cina, yang menyatakan bahwa Cina mempunyai tiga agama tetapi yang tiga
itupun sebenarnya hanya satu. Tiga agama yang dimaksud adalah Konfusianisme, Toisme dan
Budhisme. Pepatah tersebut berarti bahwa di Cina ketiga agama tersebut telah saling penagruh
mempengaruhi satu sama lain, sehingga sulit dan sukar membicarakan salah satunya tanpa
mengaitkannya dengan yang lain.
Literatur review
Alam semesta, atau dikenali sebagai universal, merupakan suatu bidang yang luas dan jauh
daripada pengetahuan manusia kuno, bahkan manusia kini. Kekurangan pengetahuan sains dan
teknologi mengakibatkan manusia menggunakan ilmu yang sedia ada dan terhad untuk
menjelaskan fenomena atau kejadian alam yang telah berlaku di sekelilingnya. Untuk
memunasabahkan penjelasan mereka, maka peminjaman unsur-unsur ghaib merupakan satu cara
penyelesaian yang paling sesuai. Berikut merupakan beberapa contoh mitos tamadun Cina

Di China, dipercayai bahawa dunia pada asalnya adalah berbentuk telur. Di dalam telur tersebut
hanyalah segala campur-campuran dan kekaburan. Seorang tokoh yang bernama Pan-gu telah
dilahirkan di antaranya. Pan-gu telah memecahkan kerangka telur mengakibatkan bahagian
kerangka atas berkembang menjadi langit dan bahagian kerangka bawah telah menjadi bumi.
Campuran yang terang dan ringan di dalam telur telah berkembang menjadi udara dan awam,
manakala campuran yang berat jatuh ke bawah menjadi tanah. Pecahan-pecahan kerangka telur
yang tercampur dengan campuran berat bertukar menjadi batu-batuan, manakala pecahan yang
tercampur dengan campuran ringan bertukar menjadi bintang. Dua pecahan kerangkan telur yang
besar pula bertukar menjadi matahari dan bulan. Sejak itu, terwujudnya langit dan bumi, pagi
dan malam. Selepas Pan-gu mati, badannya bertukar menjadi gunung Kunlun dan rohnya
menjadi dewa petir. (TaoYang & Zhong Xiu, 1990:1)

Terdapat juga cerita yang mengatakan bahawa selepas Pan-gu mati, matanya bertukar menjadi
matahari dan bulan; rambut dan jangutnya bertukar menjadi bintang; nafas dari
Mitos penciptaan universal biasanya akan disambung atau diteruskan oleh mitos
kewujudan manusia. Kesinambungan ini memperlihatkan pandangan manusia zaman kuno
menganggap bahawa manusia adalah dilahirkan kemudian selepas dunia tercipta. Alam semesta
telah mengurniakan nyawa kepada manusia serta semua mahluk di dunia, dan membekalkan
mereka segala keperluan demi kehidupan.
Selain memberi penjelasan terhadap punca kewujudan alam semesta serta fenomena alam
semulajadi, mitos tamadun Cina turut membekalkan penjelasan terhadap kewujudan manusia di
dunia. Terdapat banyak mitos yang mencerita tentang kewujudan manusia. Kandungan mitos
tersebut juga adalah berbeza-beza mengikut bangsa masing-masing.
Namun di antaranya, mitos yang paling popular ditemurunkan adalah mitos N¸wa mencipta
manusia. N¸wa dikatakan ialah seorang dewi berbadan ular tetapi berkepala manusia. Selepas
Pan-gu mencipta dunia, N¸wa merasakan masih terdapat kekurangan di dalam dunia tersebut.
Oleh itu, N¸wa menggunakan tanah liat dari Sungai Kuning untuk mencipta patung manusia.
Dengan bantuan kuasa saktinya, N¸wa berjaya mengibaskan mereka kepada manusia yang hidup.
(TaoYang & Zhong Xiu, 1990: 30, 126-130; Wikipedia, 2009a, 2009b)
A. Sejarah A gama Konghucu
Pendidikan Agama Khonghucu yang Anda pelajari ini adalah berdasarkan ajaran Nabi
Kongzi atau Confucius. Zhong Ni (nama kecil Nabi Kongzi) dilahirkan di negeri Lu
(Provinsi Shandong di Tiongkok sekarang ini) pada tahun 551 SM dalam keluarga
bangsawan. Namun, pada masa itu banyak keluarga kaum bangsawan yang hidupnya
miskin karena terjadi peperangan dan perubahan keadaan sosial. Keluarga Kongzi adalah
salah satu di antaranya.
Ayahnya wafat ketika Nabi Kongzi berusia tiga tahun sehingga kehidupan
bersama ibunya sangatlah berat. Ia berusaha dan berjuang untuk mempelajari berbagai
segala hal sendiri. Pada waktu muda, Nabi Kongzi telah memperoleh banyak
pengetahuan.
Pada masa dewasa, ia menduduki jabatan dalam pemerintahan. Ia pernah memikul
tanggung jawab terhadap hasil panen dan peternakan sapi dan domba. Pekerjaan ini
memerlukan keahlian di bidang ilmu hitung dan pembukuan. Tentu saja, Nabi Kongzi
sudah mempelajari keahlian itu sejak kecil. Namun, ia telah belajar lebih banyak daripada
itu. Terlebih lagi, Nabi Kongzi bukan hanya melatih kemampuan intelektualnya,
melainkan juga sikap moralnya. Hal ini ditunjukkan Nabi Kongzi dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya dengan cermat.
Nabi Kongzi merasa tidak puas dengan keadaan kehidupan pada masa itu. Ia ingin
merubah dunia ke dalam tatanan moral yang sebenarnya. Ia percaya bahwa pendidikan
adalah cara untuk menyelesaikan masalah pada masa itu dan itu adalah merupakan jalan
keluar yang paling efektif. Pendidikan harus tersedia bagi semua orang dan semua
kalangan.
Kongzi mempelajari tata upacara (li) dan menjadi seorang pendidik li pada usia
sekitar tiga puluh tahun. Ia mengajarkan tentang enam seni yaitu tata upacara, musik,
ilmu memanah, berkereta kuda, menulis dan ilmu hitung. Selain itu, Kongzi juga
memberikan latihan untuk bersikap baik, latihan upacara, latihan tata cara kehidupan, dan
dan keahlian lainnya. Pada masa itu para pendidik li mendapat dukungan dari keluarga
bangsawan dan hanya orang-orang yang mempunyai kedudukan saja yang mempunyai
kesempatan untuk mempelajari Li tersebut. Kongzi berusaha untuk mengubah keadaan
tersebut. Nabi Kongzi hanya mengenakan biaya yang sangat
murah. Bahkan, orang miskin pun mampu menjangkaunya. Nabi Kongzi membuat ajarannya
berguna bagi semua orang yang rajin dan pandai. Berkat kepandaian dan kemampuannya sebagai
seorang pendidik itulah, Nabi Kongzi pada usia tiga puluh empat namanya sudah sangat terkenal.
Untuk memperbaiki pemerintahan dan masyarakat agar kembali ke dalam jalan suci (dao), Nabi
Kongzi ingin memangku jabatan dalam pemerintahan. Ia ingin memberikan nasihat kepada para
penguasa pada zaman itu untuk berbuat kebajikan dan memperhatikan kehidupan rakyat
sehingga mereka akan menjadikan rakyat setia dan dapat dipercaya.
Menurut catatan sejarah, Nabi Kongzi menjadi terkenal dan bahkan pernah menduduki
jabatan sebagai Menteri Kehakiman di negeri Lu tempat kelahirannya. Namun, banyak para
pejabat yang merasa iri dan jahat yang menentangnya. Para pejabat tersebut suka menentang dan
menolak semua nasihatnya. Ketika menyadari bahwa ia tidak mungkin berbuat banyak untuk
memperbaiki keadaan Negeri Lu, Nabi Kongzi memilih untuk mengundurkan diri dan
melepaskan jabatan daripada membuang waktu.Pada usia 55 tahun, Nabi Kongzi meninggalkan
negeri Lu. Nabi Kongzi mulai mengembara ke seluruh negeri Tiongkok untuk menyebarkan
ajarannya. Nabi Kongzi berharap akan dapat mempengaruhi para penguasa dan membantu
memperbaiki negara dengan cara yang lebih praktis. Ketika ditanya apakah seseorang yang
menyimpan mestikanya yang berharga dan membiarkan negerinya berantakan, dapatkah ia
dinamai seorang yang berperi cinta kasih? Nabi Kongzi menjawab ”Tidak”
(Lunyu XVII:1). Nabi Kongzi menyadari bahwa membagi “mestika” atau ajarannya ke seluruh
negeri Tiongkok adalah firman atau kehendak Tian.
Setelah tiga belas tahun berkelana dari negeri ke negeri untuk membagi “mestika” atau
ajarannya, Nabi Kongzi kembali ke negeri Lu dan mengabdikan sisa hidupnya untuk mengajar
dan menyusun kitab-kitab suci. Nabi Kongzi menyusun kitab-kitab kuno dan catatan sejarah
yang akhirnya menjadi Kitab Yang Lima (Wu Jing). Dengan demikian, Nabi Kongzi telah
meninggalkan warisan yang dapat dipahami oleh generasi mendatang.
Nabi Kongzi wafat pada tahun 479 SM saat berusia 72 tahun. Meskipun kehidupan
politiknya kurang berhasil, pengaruhnya telah menyebar ke seluruh negeri Tiongkok. Setelah
Nabi Kongzi wafat, ajaran Khonghucu terus menyebar. Para peserta didiknya mengumpulkan
dan menyusun ajarannya ke dalam kitab yang dikenal dengan Kitab Sabda Suci (Lunyu). Jalan
kehidupan dan ajarannya telah mempengaruhi kehidupan masyarakat di negeri Tiongkok dan
Asia Timur. Etika kehidupan bangsa Tiongkok sangat dipengaruhi oleh ajaran Nabi Kongzi.
Selanjurnya, ajarannya telah menjadi dasar pendidikan di Tiongkok.
a. Orang harus menjaga adanya lima hubungan timbal balik sebagai sesuatu
lingkaran keseimbangan hidup, hal ini dapat juga dikatakan ajaran Kong Hu Cu
dibidang Kesusilaan, yaitu:
- Hubungan antara ayah dan anak; ayah mencintai anaknya, anak
menghormati ayahnya.
- Hubungan antara saudara tua dengan saudara muda.
- Hubungan antara suami dan isteri.
- Hubungan antara teman dengan teman.
- Hubungan penguasa dengan warga masyarakatnya.6 Kong Hu Cu juga
mengatakan bahwa ada tiga hal yang menjadi tempat orang besar, yaitu kagum
terhadap perintah Tuhan, kagum terhadap orang-orang penting dan kagum
terhadap kata-kata bijaksana.7
2. Pandangan Kong Hu Cu tentang dunia, bahwa dunia itu dibangun atas dasar moral,
jika masyarakat dan negara rusak moralnya, maka begitu pula tatanan alam menjadi
tertanggu, terjadilah bahaya peperangan, banjir, gempa, kemarau panjang, penyakit
merajalela dan lain-lain. Kong Hu Cu mengatakan bahwa bukan sistem yang
membuat manusia itu hebat, melainkan orang-orang yang membuat sistem itu yang
hebat. (Lun Yu, 15;29).8
3. Ajaran tentang budi luhur terdapat dalam kitab Lun Yu sebagai berikut
- Laksanakan apa yang diajarkan, baru kemudian ajarkan apa yang dilaksanakan
(Lun Yu 2;13).
- Orang cerdas mengerti apa yang benar, orang yang kurang cerdas mengerti apa
yang dijual (Lun Yu 4;16).
- Orang yang berada mencintai jiwanya, orang yang kekurangan
mencintai miliknya.

- Orang atasan selalu teringat bagaimana ia dihukum karena salahnya, orang


rendahan selalu teringat pada hadiah yang diterimanya (Lun Yu, 4;11).
- Orang atasan akan menyalahkan diri sendiri, orang rendahan akan menyalahkan
orang lain. (Lun Yu, 15;20)
- Orang atasan jika dihargai merasa senang tetapi tidak bangga, orang bawahan itu
bangga tetapi tidak dihargai. (Lun Yu, 13;26).
- Orang ungggul bersifat liberal terhadap pendapat orang lain, tetapi tidak
menyetujuinya dengan sempurna, orang rendahan hanya menyetujui dengan
sempurna pendapat orang lain, tetapi tidak liberal terhadap mereka. (Lun Yu,
13;23).
- Orang-orang cerdas berpandangan universal, jujur dan adil, orang-orang awam
tidak jujur dengan pandangan yang tidak universal (LunYu, 12;14).
4. Setiap manusia harus memelihara kekuatan batin yang disebut “TE” menurut Kong
Hu Cu mengandung pengertian psikologis yang dalam, yang berarti “kekuatan atau
kekuasaan” yang tidak hanya terbatas pada kekuatan psychis saja akan tetapi meluas
sampai kepada kekuatan physik (jasmaniah). Oleh karena itu dipandang tidak baik
bilamana ada yang beranggapan bahwa kekuasaan yang efektif itu hanya dalam
bentuk lahiriyah saja sebagaimana anggapan orang-orang yang beraliran realisme.
Kong Hu Cu menganggap inti kekuasaan manusia adalah terletak di dalam kekuatan
rohaniahnya.10
5. Konsep terpenting dari Kong Hu Cu ialah apa yang disebut dengan “Wen” yang
artinya “damai”. Berarti juga bentuk kehidupan yang tentram, jauh daripada
peperangan. Bentuk hidup seperti ini hasil dari kebudayaan yang tinggi. Menurut
Kong Hu Cu kesuksesan atau kemenangan yang diperoleh suatu negara atas negara
lain bukan disebabkan besarnya jumlah tentara, melainkan kemenangan tersebut
disebabkan oleh “WEN” yakni kebudayaan yang bernilai tinggi atau seni yang
terindah atau filsafat dan syair-syair yang bermutu tinggi. Baginya syair-syair yang
bermutu tinggi merupakan kekuatan

rohaniah yang dapat membangkitkan jiwa manusia, demikian pula dengan musik
tujuan hidup dapat dicapai. Nyanyian bersama dapat menggerakkan getaran jiwa
dan dapat mengantarkannya kepada ketenangan batin dan mendidik perasaan, serta
meringankan perasaan duka nestapa, bahkan dapat menghindarkan seseorang dari
keinginan berbuat dosa.11

A. Filsafat Konfusianisme

Konfusianisme adalah ajaran dari Konfusius atau dalam Bahasa Mandarin


“Kongzi” merupakan filsuf besar dari Cina. Dengan nama asli Kong Qiu alias Zhong
Ni. Ia lahir pada tahun 551 SM di Negara Lu, Konfusius tutup usia pada umur 72
tahun pada tahun 479 SM.

Ajaran pokok dari Konfusius adalah lima sifat mulia yang memiliki arti lima
kebajikan, yaitu :

a. Ren yaitu cinta kasih yang universal yang tidak mementingkan diri sendiri
tetapi mementingkan orang lain.
b. Yi yaitu kebenaran atau pribadi luhur.
c. Li yaitu kesusilaan, sopan santun, rasa susilam dan budi pekerti.
d. Ci yaitu kebijaksanaanm pengertian, kearifan.
e. Xin yaitu kejujuran kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya orang lain serta
dapat memegang janji dan menepati janji.

Dalam ajaran agung ditekankan terciptanya keteraturan. Konfusius juga


mengatur hubungan antar manusia dalam prinsip Wulun berarti lima kesopanan dalam
masyarakat yang mengatur hubungan antara :

a. Raja dengan menteri, atau atasan dengan bawahan,


b. Ayah dengan anak laki-laki,
c. Suami dengan istri,
d. Anak laki-laki dengan anak laki-laki, dan
e. Hubungan antar teman.
Keteraturan dalam masyarakat adalah suatu pandangan yang harus diciptakan
oleh Konfusius. Untuk dapat menciptakan keteraturan dalam masyarakat harus dapat
mengatur keluarganya sendiri.pengolahan diri merupakan dasar dari segala sesuatu
dan setiap manusia harus dapat melakukan pengolahan diri untuk mencapai hal yang
menjadi tujuan dalam kehidupannya.

Konfusius dan murid-muridnya mengajarkan bagaimana seharusnya menjadi


manusia yang bermoral, dan bagaimana penguasa harus sangat bermoral untuk dapat
memerintah dan mengatur masyarakatnya, memiliki perasaan yang sensitive akan
kebutuhan social dan ekonomi rakyatnya. Konfusianisme juga memegang peranan
sangat penting dalam pembentukan sejaran Cina dan tidak mungkin untuk memahami
Cina tanpa mengacu pada sejarahnya.

Dalam ajaran-ajarannya tidak suka mengaitkan dengan paham ketuhanan, ia


menolak membicarakan tentang akhirat dan soal-soal metafisika, ia hanya seorang
filosof sekuler mempermasalahkan moral kekuasaan dan akhlak pribadi manusia yang
baik. Namun ajarannya lebih banyak mengarah pada kesusilaan dan mendekati ajaran
keagamaan maka ia sering digolongkan dan dianggap sebagai pembawa agama.

Dalam tradisi filsafat dan agama, baik Barat maupun Timur, diketahuai
manusia merupakan makhluk multidimensi. Manusia memiliki empat dimensi dasar,
yaitu.

a. Dimensi fisik : tubuh (psikomotorik)


b. Dimensi intelektual : pikiran (kognitif)
c. Dimensi emosional : hati (afektif)
d. Dimensi rohani : jiwa (spiritual)
Dari keempat dimensi tersebut mencerminkan kebutuhan dasar hidup manusia.
a. Kebutuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
b. Kebutuhan untuk belajar
c. Kebutuhan untuk mencintai dan dicintai
d. Kebutuhan untuk meninggalkan nama baik
1. Daya Hidup Rohani dan Daya Hidup Jasmani
Berdasarkan prinsip Yin dan Yang, Tuhan Yang Maha Esa menciptakan
kehidupan ini dengan dua unsur yang berbeda, namun saling mendukung dan
melengkapi satu sama lain. Yakni Yin dan Yang adalah negatife dan positif, wanita
dan pria, bumi dan langit, malam dan siang, kanan dan kiri, dan seterusnya. Diyakini
manusia adalah makhluk yang termulia sebab selain memiliki fisik atau jasmani juga
memiliki roh atau rohani.
Didalam rohani bersemayam “Xing” atau watak sejati mengandung benih
kebajikan yaitu Ren, watak sejati inilah menjadi kodrat suci dan kemampuan manusia
berbuat kebajikan. Nyawa atau hidup jasmani terkandung daya rasa atau nafsu bagi
manusia untuk melangsungkan hidupnya. Oleh karena itum daya hidup rohani (watak
sejati) maupun jasmani (nafsu) adalah dua unsur mutlak setiap manusia.
Ren/manusia dibagi menjadi dua unsur
a. Shen/ daya hidup rohani
1) Xing (watak sejati) : Cinta kasih, kebenaran, kesusilaan, dan
kebijaksanaan
b. Gui/ daya hidup jasmani
1) Gembira, marah, sedih, dan senang.
2. Empat Bagian Unsur Nyawa dan Roh
Ren/ manusia dibagi menjadi dua unsur
a. Shen/ roh
1) Qi (Roh) Semangat
2) Ling (sukma) Hati
b. Gui/ nyawa
1) Fen (Arwah) Pikiran
2) Bo (Jasad) Fisik

Hidup adalah ketika roh dan nyawa masih saling mendukung. Qi (semangat)
menjadi perwujudan adanya roh. Sementara Bo (fisik) perwujudan adanya nyawa. Bo
adalah sarana yang mendukung Qi, ketika Bo tidak didukung oleh Qi, Bo menjadi
rusak. Inilah yang dinamakan kematian.

Sementara roh atau semangat tetap hidup, Roh tidak memiliki bagian seperti
fisik karena sifatnya tidak berubah. Oleh karena itu, roh menjadi abadi. Roh tetap
hidup meskipun badan atau fisik tidak lagi mendukung.

3. Memelihara Empat Bagian Unsur Nyawa dan Roh


Rem/ manusia memiliki dua unsur
a. Shen/ roh
1) Qi (roh) semangat -> santapan rohani -> kebahagiaan
2) Ling (sukma) hati -> hiburan -> kebahagiaan
b. Gui/ nyawa
1) Fen (arwah) pikiran -> kepemilikan ->kepuasan
2) Bo (jasad) fisik -> makanan -> kepuasaan

Untuk menjaga keseimbangan hidup manusia, keempat bagian unsur nyawa


dan roh harus terpelihara dengan baik dengan menerima pasokan makanan. Qi /
semangat memerlukan siraman rohani berupa nasehat-nasehat atau petunjuk-petunjuk
untuk memelihara semangat. Ling/ sukma memerlukan penyegaran berupa hiburan-
hiburan atau kenyamanan tertentu. Fen/ arwah memerlukan makanan berupa dapat
meraih sesuatu yang diinginkan. Bo/ jasad memerlukan makanan dan minuman.

4. Empat Kecerdasan Pokok


Ren dibagi menjadi dua
a. Shen /roh
1) QI/semangat -> dimensi rohani -> SQ (Spiritual) -> peninggalan
2) Ling/sukma -> dimensi emosional -> EQ (Emostional) -> gairah
b. Gui /Nyawa
1) Fen/arwah -> dimensi intelektual -> IQ (Intelektual) -> visi /cita
2) Bo/jasad -> dimensi fisik -> PQ (Physical) -> disiplin.

Ketua Dewan Rohaniawan Matakin memberi penjelasan mengenai manusai


yang berpulang dalam damai dengan uraian, “ Didalam Yi Jing dibicarakan tentang
dua macam diagram Ba Gua yaitu Xian Tian Ba Gua dan Hou Ba Gua. Xian Tian
mengandung pengertian alam sebelum penciptaan makhluk dan Hou Tian
mengandung pengertian alam setelah penciptaan makhluk. Hidup kekal, baik di alam
Xian Tian maupun Hou Tian, mati adalah suatu gejala satu jead dalam hidup.

Manusia dan segenap makhluk dijelmakan Tian dengan firman-Nya dari alam
Xian Tian kea lam Hou Tian. Setelah manusia menunaikan segenap tugas
kewajibannya, rohnya akan berpulang kea lam Xian Tian.

INTI AJARAN KONG HU CU

A. POKOK AJARAN KONG HU CU


Unsur pembentukan akhlak yang mulia bagi bangsa Tiongkok merupakan
ajaran inti dari agama Kong Hu Cu. Kong Hu Cu selalu menghindari pembicaraan
tentang metafisika, ketuhanan, jiwa, dan berbagai hal yang ajaib. Namun ia tidak
meragukan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa yang dianut masyarakatnya.
Pokok-pokok ajarannya sebagai berikut :

1. Hidup ini ada dua nilai yaitu Yen dan Li. Yen mengandung suatu pengertian
hubungan ideal diantara sesama manusia. Setiap manusia harus terdapat dalam
dirinya suatu kebaikan, budi pekerti, cinta dan kemanusiaan. Orang yang telah
memiliki Yen, akan senantiasa bersedia mengurbankan dirinya untuk menjaga
keseimbangan dirinya dengan orang lain. Dalam hubungan ini Kun Fu Tse
menyatakan sebagai berikut: “Janganlah berbuat sesuatu terhadap orang lain yang
tidak tuan ingini akan menimpa diri tuan sendiri”. Adapun orang yang memiliki Yen
menurut Kun Fu Tse, digambarkan sebagai “orang yang telah benar-benar terbentuk
dalam dirinya sikap dan watak yang senantiasa berusaha memperluas sampai kepada
pandangan yang tidak mengenal batas-batas nasional. Bagi orang yang memilki
Yen, hanya mengenal bahwa semua orang yang berada dalam daerah empat
samudera adalah satu saudara”. Pernyataan seperti ini menyebabkan para ahli
memberi nilai ajarannya sebagai ajaran yang bersifat universal.
Li artinya keserangkaian antara perilaku, ibadah, adat istiadat, tata krama dan sopan
santun. Untuk tetap menjaga Li dalam kaidah dan peraturan keseimbangan maka
Kong Hu Cu mengajarkan hal-hal sebagai berikut:
a. Orang harus menggunakan nama-nama yang baik dan benar, oleh karena bila
nama-nama yang dipergunakan tidak tepat, maka bahasa tidak akan sesuai
dengan kebenaran segala sesuatu, dan segala usaha tidak dapat dilaksanakan
untuk mencapai sukses.
b. Orang harus memiliki sifat-sifat yang disebut “Chung Yung” yaitu sifat atau
sikap yang senantiasa tetap berada ditengah-tengah antara hidup berlebih-
lebihan dan kekurangan yang dapat memberikan keseimbangan terhadap
perbuatan berlebih-lebihan serta mengendalikan perbuatan-perbuatan tersebut
sebelum terwujud.
c. Orang harus menjaga adanya lima hubungan timbal balik sebagai sesuatu
lingkaran keseimbangan hidup, hal ini dapat juga dikatakan ajaran Kong Hu Cu
dibidang Kesusilaan, yaitu:
1) Hubungan antara ayah dan anak; ayah mencintai anaknya, anak
menghormati ayahnya.
2) Hubungan antara saudara tua dengan saudara muda.
3) Hubungan antara suami dan istri.
4) Hubungan antara teman dengan teman.
5) Hubungan penguasa dengan warga masyarakatnya. Kong Hu Cu juga
mengatakan bahwa ada tiga hal yang menjadi tempat orang besar, yaitu kagum
terhadap perintah Tuhan, kagum terhadap orang-orang penting dan kagum
terhadap kata-kata bijaksana.
2. Pandangan Kong Hu Cu tentang dunia, bahwa dunia itu dibangun atas dasar moral,
jika masyarakat dan negara rusak moralnya, maka begitu pula tatanan alam menjadi
tertanggu, terjadilah bahaya peperangan, banjir, gempa, kemarau panjang, penyakit
merajalela dan lain-lain. Kong Hu Cu mengatakan bahwa bukan sistem yang
membuat manusia itu hebat, melainkan orang-orang yang membuat sistem itu yang
hebat. (Lun Yu, 15;29).
3. Ajaran tentang budi luhur terdapat dalam kitab Lun Yu sebagai berikut:
a. Laksanakan apa yang diajarkan, baru kemudian ajarkan apa yang
dilaksanakan (Lun Yu 2;13).
b. Orang cerdas mengerti apa yang benar, orang yang kurang cerdas mengerti
apa yang dijual (Lun Yu 4;16).
c. Orang yang berada mencintai jiwanya, orang yang kekurangan
mencintai miliknya.
d. Orang atasan selalu teringat bagaimana ia dihukum karena salahnya, orang
rendahan selalu teringat pada hadiah yang diterimanya (Lun Yu, 4;11).
e. Orang atasan akan menyalahkan diri sendiri, orang rendahan akan
menyalahkan orang lain. (Lun Yu, 15;20)
f. Orang atasan jika dihargai merasa senang tetapi tidak bangga, orang bawahan
itu bangga tetapi tidak dihargai. (Lun Yu, 13;26).
g. Orang ungggul bersifat liberal terhadap pendapat orang lain, tetapi tidak
menyetujuinya dengan sempurna, orang rendahan hanya menyetujui dengan
sempurna pendapat orang lain, tetapi tidak liberal terhadap mereka. (Lun Yu,
13;23).
h. Orang-orang cerdas berpandangan universal, jujur dan adil, orang-orang
awam tidak jujur dengan pandangan yang tidak universal (LunYu, 12;14).
4. Setiap manusia harus memelihara kekuatan batin yang disebut “TE” menurut Kong
Hu Cu mengandung pengertian psikologis yang dalam, yang berarti “kekuatan atau
kekuasaan” yang tidak hanya terbatas pada kekuatan psychis saja akan tetapi meluas
sampai kepada kekuatan physic (jasmaniah). Oleh karena itu dipandang tidak baik
bilamana ada yang beranggapan bahwa kekuasaan yang efektif itu hanya dalam
bentuk lahiriyah saja sebagaimana anggapan orang-orang yang beraliran realisme.
Kong Hu Cu menganggap inti kekuasaan manusia adalah terletak di dalam kekuatan
rohaniahnya.
5. Konsep terpenting dari Kong Hu Cu ialah apa yang disebut dengan “Wen” yang
artinya “damai”. Berarti juga bentuk kehidupan yang tentram, jauh daripada
peperangan. Bentuk hidup seperti ini hasil dari kebudayaan yang tinggi. Menurut
Kong Hu Cu kesuksesan atau kemenangan yang diperoleh suatu negara atas negara
lain bukan disebabkan besarnya jumlah tentara, melainkan kemenangan tersebut
disebabkan oleh “Wen” yakni kebudayaan yang bernilai tinggi atau seni yang
terindah atau filsafat dan syair-syair yang bermutu tinggi. Baginya syair-syair yang
bermutu tinggi merupakan kekuatan rohaniah yang dapat membangkitkan jiwa
manusia, demikian pula dengan musik tujuan hidup dapat dicapai. Nyanyian
bersama dapat menggerakkan getaran jiwa dan dapat mengantarkannya kepada
ketenangan batin dan mendidik perasaan, serta meringankan perasaan duka nestapa,
bahkan dapat menghindarkan seseorang dari keinginan berbuat dosa.
B. KONSEP DASAR KEHIDUPAN DAN KEMATIAN (DUNIA DAN AKHERAT
)
Didalam Kitab Suci Ya King atau kitab perubahan, kitab kejadian semesta
alam dijelaskan bahwa Tuhan itu Maha Sempurna/ Maha Pencipta (Gwan), Maha
Menjalin/Menembusi/ Maha Luhur (Hing), Maha pemberi Rahmat dan Berkah/Maha
Adil (Li) dan Maha Abadi Hukum-Nya (Cing). Didalam kitab Tengah Sempurna
Tuhan itu Maha Roh, Kebajikan-Nya Yang Maha Besar dan Maha Kuasa
menjadikan dan menyertai tiap wujud dan makhluk dengan masing-masing sifatnya.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, pembawa sifat
Tuhan dan Dunia. Manusia diciptakan melalui kekuatan alam (Yin dan Yang),
persatuan antara roh-roh suci (sheng) dan sifat-sifat hewaniah (kuei), serta hakekat
yang terhalus dan abstrak, yaitu lima unsur ( bumi, tumbuh- tumbuhan,logam,api dan
air). Unsur Yin adalah sifat wanita dan unsur Yang adalah sifat pria. Keduanya saling
melengkapi atau menggenapi.
Menurut ajaran Konghucu semua manusia ketika dilahirkan ke dunia membawa
kodrat sebagai makhluk yang pada hakikatnya baik adanya. Kodrat manusia yang baik
itu disebut Xing atau watak sejati. Xing adalah benih yang harus ditumbuhkembangkan.
Manakala terdapat badan manusiawi, maka terdapatlah Xing yang utamanya adalah hati
yang bercinta kasih. Cinta kasih adalah hati manusia. Agar Xing dapat berkembang dan
manusia menjadi makhluk yang sempurna, maka manusia harus senantiasa berada
dalam jalan kebenaran (jalan suci). Karena manusia mempunyai sifat hewani yang
apabila tidak dikendalikan merupakan sumber kelemahan, maka manusia memerlukan
suatu tuntunan agar manusia hidup di dalam jalan kebenaran. Tuntunan ke dalam Jalan
Kebenaran (Suci) itulah yang disebut Agama.
Manusia haruslah memanusiakan dirinya. Caranya dengan mengembangkan
benih-benih kebajikan yang sudah ada dalam watak sejatinya yang antara lain
mempunyai kualitas Jien (cinta kasih). Yong dan Gie (berani menegakkan kebenaran,
karena mampu membedakan mana yang benar dan mana pula yang salah). Lee
(kesusilaan/mengenal ketertiban dan hukum), ti (hikmat kebijaksanaan) dan sien (tulus
ikhlas/dapat dipercaya).
Kewajiban Pengikut Kong Hu Cu:
1. Beriman terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Beriman bahwa hidupnya (oleh dan) mengemban firman Tuhan.
3. Beriman bahwa Firman Tuhan itu menjadi tugas Suci yang wajib dipertanggung
jawabkan dan sekaligus menjadi rahmat dan kemampuan di dalam hidupnya.
4. Beriman bahwa hidupnya mampu mengikuti, tepat, selaras, serasi, dan
seimbang dengan watak sejati itu.
5. Beriman bahwa agama merupakan karunia bimbingan Tuhan Yang Maha Esa
untuk membina diri menempuh jalan kebenaran(suci).
6. Beriman bahwa jalan suci itu menghendaki hidup memahami, menghayati,
mengembangkan, menggemilangkan kebajikan, benih kesucian dalam watak
sejatinya.
7. Beriman bahwa kesetiaan menggemilangkan kebajikan wajib diamalkan dengan
mencintai, teposaliro sesama manusia, sesama makhluk dan menyayangi
lingkungan
8. Beriman bahwa kewajiban suci ialah menggemilangkan kebajikan dan
mengamalkannya sampai puncak baik.
9. Beriman hanya di dalam kebajikan itu Tuhan berkenan, hidup itu bermakna
apabila dapat setia kepada Khaliknya dan saudara sejati kepada sesamanya.
10. Beriman bahwa kebajikan itulah jalan keselamat, kebahagiaan tertinggi di dalam
harkat dan martabat manusia sebagai makhluk termulia ciptaan Tuhan.

Pada saat mengalami kematian roh seorang manusia meninggalkan badan dan
orang yang semasa hidupnya mampu hidup sesuai dengan fitrah/watak sejatinya, rohnya
menjadi sheng. “Orang yang sungguh sepenuh hati menempuh jalan suci, lalu mati, dia
lurus di dalam firman” (Bingcu VIIA). Sheng naik ke surga dan immortal, artinya hidup
abadi di dalam Surga (Sian Thian) di samping Tuhan. Sebaliknya orang yang
berlumuran dosa, yang mengingkari jalan suci rohnya menjadi kuei/hantu dan turun ke
neraka.

Methode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kajian pustaka dan library
research. Penulis mengumpulkan beberapa teori yang diambil dari berbagai sumber.
Kemudian membandingkan antara sumber satu dengan yang lainnya.
Selanjutnya, penulis menemukan hal-hal menarik lainnya terkait dengan Agama konghucu
dengan hal sehari-hari dalam kehidupan atau dunia sosial.
kesimpulan
Agama Konghucu adalah agama yang dibawa oleh seorang ahli filsafat Cina yang
terkenal sebagai orang pertama pengembang sistem memadukan alam pikiran dan
kepercayaan orang Cina yang mendasar. Mengenai konsep ketuhanan dalam agama
Konghucu Tuhan itu tidak dapat diperkirakan dan ditetapkan, namun tiada satu wujud pun
yang tanpa Dia. Dilihat tiada nampak, didengar tidak terdengar, namun dapat dirasakan oleh
orang beriman. Kitab suci agama Konghucu terdapat 3 kelompok, yakni: Su Si / Shi Su
(Empat Buku), Ngo King (Lima Kitab) dan Hauw King / Xiao Jing (Kitab Bakti). Secara
substansial kitab-kitab suci tersebut merupakan sumber dari ajaran Konghucu yang oleh
pengikutnya dijadikan pedoman dan acuan dalam pemikiran, tingkah laku, dan kepercayaan.
Daftar Pustaka

Tjay, Ing Tjie, Kitab Pengantar Membaca Susi. Solo, Matakin, 1983
Etika Konfusius dan Akhir Abad Ke 20, Solo, Matakin, 1991
Buanadjaya, Sidartanto, Ru Jiao, Agama Khonghucu, Solo, Matakin, 2002
Tedjo, Tony, Mengenal Agama Hindu, Buddha dan Khonghucu, Bandung, Agape, 2008
Hart, M H, 1982: 53 dikutip dari kamiluszaman.blogspot.co.id
Nahrawi, Nahar, Memahami Kong Hu Cu sebagai Agama: Jakarta, 2003,
Wasim,Alef, dkk. Agama-agama Dunia. Yogyakarta, PT. HANINDITA, 1988
Hadikusuma, Hilman Antropologi Agama I, Bandung, PT Citra Adtya Bakti, 1993, cet. I
Ahmadi, Abu, Perbandingan Agama, Jakarta, PT Rineka Cipta, 1991, cet. XVII

Anda mungkin juga menyukai