Anda di halaman 1dari 27

AKUNTANSI BIAYA

JOB ORDER COSTING

DOSEN PENGAJAR
Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., M.Si., CA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4

Anisa Virdawati Amara 2007531216


I Gusti Ayu Agung Adinda Prameswari Anom 2007531288

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2021
A. Siklus Akuntansi Biaya dalam Perusahaan Manufaktur
Siklus akuntansi biaya dalam suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh siklus kegiatan
usaha dalam perusahaan tersebut. Pada perusahaan dagang, siklus akuntansi biaya dimulai dengan
pencatatan harga pokok barang dagangan yang dibeli dan berakhir dengan penyajian harga pokok
barang yang dijual. Tujuan akuntansi biaya dalam perusahaan dagang adalah untuk menyajikan
informasi harga pokok barang dagangan yang dijual, biaya administrasi dan umum, serta biaya
pemasaran.
Siklus kegiatan perusahaan jasa dimulai dengan persiapan penyerahan jasa dan berakhir
dengan penyerahan jasa kepada pemakainya, akuntansi biaya dalam perusahaan jasa bertujuan
untuk menyajikan informasi harga pokok per satuan jasa yang diserahkan kepada pemakai jasa.
Siklus kegiatan perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku di bagian
produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi ke bagian gudang, siklus akuntansi biaya
dimulai dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead yang dikonsumsi
untuk produksi, serta berakhir dengan disajikannya harga pokok produk jadi yang diserahkan oleh
bagian produksi ke bagian gudang. Akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur bertujuan untuk
menyajikan informasi harga pokok produksi per satuan produk jadi yang diserahkan ke bagian
gudang.

Kelebihan Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing)


Job Order Costing memiliki beberapa kelebihan, yakni:
1. Perhitungan biaya dan penentuan untung rugi untuk setiap pekerjaan lebih mudah
karena sebagian besar biaya bersifat langsung.
2. Bahan dibeli sesuai kebutuhan pekerjaan. Oleh karena itu, kemungkinan keusangan
Dari bahan sangat kurang.
3. Sistem penetapan biaya pekerjaan yang tepat memungkinkan untuk memperkirakan
biaya pekerjaan serupa di masa depan.
4. Kebutuhan bahan dihitung setelah mempelajari gambar dan lembar desain secara
mendalam. Karena itu, kemungkinan pemborosan material sangat kecil.
5. Perbandingan perkiraan biaya dengan biaya aktual pekerjaan akan membantu
mengidentifikasi area abu-abu yang pada gilirannya akan membantu organisasi untuk
meningkatkan profitabilitas.
6. Ketersediaan data biaya periodik membantu organisasi untuk memantau biaya pekerjaan
secara teratur.
7. Data biaya dari pekerjaan yang dieksekusi sebelumnya akan membantu organisasi untuk
mengutip harga yang tepat untuk memenangkan penawaran.
8. Penetapan biaya pekerjaan cocok untuk menentukan harga dalam hal kontrak atau pekerjaan
biaya tambahan.

Kelemahan Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing)


Selain memiliki kelebihan, di sisi lain job order costing juga memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya:

1. Dalam situasi inflasi, perbandingan biaya mungkin tidak membuahkan hasil.

2. Setiap pekerjaan terpisah. Oleh karena itu, standarisasi tidak mungkin dilakukan. Ini

juga mempengaruhi efisiensi dari para pekerja.

3. Biaya pekerjaan mahal dan tidak cocok untuk organisasi kecil.

4. Perubahan teknik dan teknologi produksi dapat menyebabkan peralatan yang mahal

menjadi usang dan mesin.

5. Dalam kondisi pasar yang dinamis, data biaya sebelumnya mungkin tidak berguna

untuk mengutip pekerjaan serupa.

A. Perbedaan Job Order Costing Dengan Process Costing


No. Job Order Costing Process Costing
1. Produk diproduksi sesuai spesifikasi Produk diproduksi terus menerus untuk
kebutuhan pelanggan stok, misalnya pengilangan minyak.
2. Setiap produk yang dihasilkan berbeda jenis Setiap produk yang dihasilkan sifatnya
antara satu dengan yang lainnya. homogen (sejenis).
3. Biaya diakumulasikan sesuai pekerjaan atau Biaya diakumulasikan berdasarkan proses
pesanan itu tersendiri. untuk setiap periode biaya.
4. Biaya dihitung saat pekerjaan atau pesanan Biaya dihitung untuk setiap proses dan
selesai kemudian ditransfer ke proses biaya rata-rata per unit dihitung pada
selanjutnya. proses akhir.
5. Lembar biaya pekerjaan atau pesanan Laporan proses produksi merupakan
merupakan dokumen utama untuk akumulasi dokumen yang utama.
biaya yang berbeda pada suatu pekerjaan atau
pesanan.
6. Biaya dihitung untuk setiap pekerjaan atau Biaya rata-rata per unit dihitung
pesanan secara terpisah pada lembar biaya berdasarkan proses pada laporan proses.
pekerjaan atau pesanan tersebut.
7. Pesanan dari suatu produk tidak Proses dan produk distandarisasi.
distandarisasi.

B. Manfaat Informasi Harga Pokok Pesanan


Terdapat 5 manfaat yang didapat dari adanya informasi harga pokok produksi tersebut
yaitu:
1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan
2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan
3. Memantau realisasi biaya produksi
4. Menghitung laba atau rugi setiap pesanan
5. Menentukan harga pokok persediaan produk makara dan produk dalam proses yang disajikan
dalam neraca
Untuk lebih jelasnya masing-masing manfaat informasi harga pokok produksi per pesanan
sebagaimana ditampilkan diatas mulai dari no 1 hingga 5 akan dijelaskan dalam uraian sebagai
berikut:
a. Menentukan Harga Jual yang Akan Dibebankan kepada Pemesan
Perusahaan manufaktur yang produksinya menurut pada pesanan akan memproses
produksinya menurut spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Makara biaya produksi
produk pesanan yang satu dengan produk pesanan yang lainnya akan mempunyai biaya
produksi yang berbeda, tergantung pada spesifikasi yang dikehendaki oleh pemesan.
Dengan demikian Harga Jual yang dibebankan kepada para pemesan sangat ditentukan
oleh besarnya masing-masing biaya produksi yang dikeluarkan dalam pembuatan
produk pesanan tersebut. Rumus yang sanggup digunakan untuk menghitung harga jual
yang akan dibebankan kepada para pemesan ialah sebagai berikut:

b. Mempertimbangkan Penerimaan atau Penolakan Pesanan


Terkadang produk yang dipesan oleh pemesan, harga jualnya sudah terbentuk
dipasaran, sehingga manajemen hanya tinggal tetapkan apakah akan mendapatkan
pesanan yang diinginkan oleh pemesan tersebut atau menolak pesanan tersebut. Untuk
sanggup memilih entah itu menolak atau mendapatkan suatu pesanan tersebut, maka
administrasi membutuhkan informasi total harga pokok dari produk yang dipesan oleh
pemesan tersebut. Informasi total harga pokok pesanan memperlihatkan dasar
sumbangan bagi administrasi supaya perusahaan tidak mengalami kerugian saat
mendapatkan pesanan. Tanpa adanya informasi wacana total harga pokok pesanan,
maka administrasi tidak memiliki jaminan apakah harga yang diminta pemesan sanggup
mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Secara matematis perhitungan Total Harga
Pokok Pesanan sanggup dilakukan dengan formula berikut ini:
c. Memantau Realisasi Biaya Produksi
Apabila perusahaan telah mendapatkan sebuah pesanan, maka administrasi
membutuhkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan dalam
memenuhi pesanan tersebut. Akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur yang
memproduksi barang menurut pesanan digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan
informasi biaya produksi setiap pesanan yang diterima untuk sanggup memantau apakah
proses produksi untuk memenuhi pesanan tertentu menghasilkan total biaya produksi
pesanan yang sesuai dengan perhitungan sebelumnya. Pengumpulan biaya produksi
perpesanan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode harga pokok pesanan.
Pertimbangan biaya produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu
dilakukan dengan formula berikut ini:

Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xx


Biaya tenaga kerja sesungguhnya xx
Taksiran biaya overhead pabrik xx

Total biaya produksi sesungguhnya Rp xx

d. Menghitung Laba atau Rugi Setiap Pesanan


Manajemen sanggup mengetahui suatu pesanan tertentu menghasilkan keuntungan
bruto bagi perusahaan atau sebaliknya. Untuk mengetahui apakah suatu pesanan
menyebabkan rugi bruto, maka administrasi membutuhkan informasi biaya produksi
yang dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tersebut. Informasi keuntungan atau
informasi kerugian bruto setiap pesanan dibutuhkan untuk mengetahui bantuan setiap
pesanan dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan keuntungan atau
kerugian.
Oleh karena itu, metode harga pokok pesanan digunakan administrasi untuk
mengumpulkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk tiap
pesanan guna menghasilkan informasi keuntungan atau informasi kerugian bruto tiap
pesanan. Laba atau rugi bruto setiap pesanan sanggup dihitung dengan format sebagai
berikut:

e. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Makara dan Produk Dalam Proses yang
Disajikan dalam Neraca
Pada Neraca, yang merupakan salah satu bentuk laporan keuangan utama
perusahaan manufaktur, Manajemen wajib menyajikan harga pokok persediaan produk,
baik produk jadi maupun produk yang masih dalam proses, untuk tujuan tersebut maka
administrasi perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi untuk tiap pesanan.
Dengan dasar catatan biaya produksi per pesanan tersebut, maka administrasi
perusahaan manufaktur sanggup memilih biaya produksi yang menempel pada pesanan
yang telah simpulan diproduksi, namun hingga dengan tanggal neraca masih belum
diserahkan kepada pemesan. Selain itu menurut catatan tersebut, administrasi sanggup
juga memilih semua biaya produksi yang telah menempel dalam pesanan yang pada
tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan (produk dalam proses).

C. Pencatatan yang Dilakukan dalam Metode Pesanan


Dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan per pesanan dengan
menggunakan kartu harga pokok yang merupakan rincian rekening kontrol barang dalam proses
di dalam buku besar. Berdasarkan biaya produksi variabel yang dikumpulkan dalam kartu harga
pokok produk ini, harga pokok produk jadi dan produk dalam proses dihitung dan dicatat.
Rekening kontrol yang digunakan dalam buku besar yang perlu dibentuk untuk menampung
biaya produksi dan biaya nonproduksi dalam metode variabel costing dengan menggunakan
metode harga pokok pesanan adalah :
1. Barang dalam proses – biaya bahan baku
2. Barang dalam proses – biaya tenaga kerja langsung
3. Biaya dalam proses – biaya overhead pabrik
4. Biaya overhead pabrik sesungguhnya
5. Biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya
6. Biaya overhead pabrik tetap sesungguhnya
7. Biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan
8. Biaya pemasaran
9. Biaya administrasi dan umum
10. Biaya pemasaran variabel
11. Biaya pemasaran tetap
12. Biaya administrasi dan umum variable
Karena variable costing menghendaki biaya diklasifikasikan berdasarkan perilakunya
dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, maka akuntansi biaya produksi dan biaya
non produksi dilakukan sebagai berikut.
1. Biaya produksi variabel, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dicatat
langsung pada saat terjadinya dengan mendebit rekening barang dalam proses, dan ke
dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan
2. Biaya overhead pabrik variabel dibebankan kepada pesanan tertentu berdasarkan tarif
yang di tentukan di muka dengan mendebit rekening barang dalam proses-biaya overhead
pabrik dan ke dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
3. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan pertama kali mendebit
rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Pada akhir bulan, biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya terjadi, yang didebitkan ke dalam rekening biaya overhead pabrik
sesungguhnya, dianalisis untuk menentukan biaya overhead pabrik variabel dan biaya
overhead pabrik tetap. Teknis analisis yang digunakan dapat berupa analisis statistik
(analisis agresi) atau analisis yang lebih sederhana (misalnya metode titik tertinggi dan
terendah). Hasil analisis terhadap rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya tersebut
digunakan untuk membuat jurnal berikut ini.
Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya xxxxxx
Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya xxxxxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxxxxx
4. Biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan kepada produk selama periode akuntansi
tertentu ditutup ke rekening biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya untuk
menghitung pembebanan lebih kurang biaya overhead pabrik variabel.
5. Biaya pemasaran serta biaya administrasi dan umum juga perlu dipisahkan menurut
perilaku biaya tersebut dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini
sesungguhnya terjadi pertama kali dicatat ke dalam rekening kontrol biaya pemasaran
atau biaya administrasi dan umum. Pada akhir bulan, biaya pemasaran serta biaya
administrasi dan umum yang didebitkan ke dalam rekening biaya pemasaran atau biaya
administrasi dan umum dianalisis untuk menetukan biaya yang berperilaku variabel dan
biaya yang berperilaku tetap. Teknik analisis yang digunakan dapat berupa analisis
statistik (analisis regresi) atau analisis yang lebih sederhana (misalnya metode titik
tertinggi dan terendah). Hasil analisis terhadap rekening biaya pemasaran serta biaya
administrasi dan umum tersebut digunakan untuk membuat jurnal berikut ini :
Biaya pemasaran variabel xxxxx
Biaya pemasaran tetap xxxxx
Biaya pemasaran xxxxx
Biaya administrasi dan umum variabel xxxxx
Biaya administrasi dan umum tetap xxxxx
Biaya administrasi dan umum xxxxx

D. Kartu Harga Pokok (Job Order Cost Sheet)


Kartu Harga Pokok merupakan catatan yang penting dalam metode harga pokok pesanan.
Kartu harga pokok ini berfungsi sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk
mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Biaya produksi langsung, dicatat dalam
kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung, sedangkan biaya produksi tidak
langsung dicatat dalam kartu harga pokok berdasarkan suatu tarif tertentu. Berikut merupakan
contoh Kartu Harga Pokok :
PT Eliona Sari
Yogyakarta

KARTU HARGA POKOK

Nomor Pesanan : A-101 Pemesanan : PT Remendi


Jenis Produk : Undangan Sifat Pesanan : Segera
Tgl Pesan : 2 Januari 2011 Jumlah : 500 eksemplar
Tgl Selesai : 22 Januari 2011 Harga Jual : Rp 500.000
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik

No.
No.
Tgl Ket. Jumlah Tgl Kartu Jumlah Tgl Jam Mesin Tarif Jumlah
BPB
Jam
G
Kerja

E. Pencatatan transaksi, Merancang atau Mengisi Kartu Harga Pokok Pesanan


Contoh 1:
PT. Eliona bergerak dalam bidang percetakan. Semua pesanan diproduksi berdasarkan
spesifikasi dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima.
Pendekatan yang digunakan perusahaan dalam penentuan harga pokok produksi adalah full
costing. Untuk dapat mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomor dan setiap dokumen
sumber dan dokumen pendukung diberi identitas nomor pesanan yang bersangkutan. Dalam bulan
November 20X1, PT Elona mendapat pesanan undangan sebanyak 1.500 lembar dari PT Rimendi.
Harga yang dibebankan pada pemesan tersebut adalah Rp3.000 per lembar. Dalam bulan yang
sama perusahaan juga menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan sebanyak 20.000 dari PT
Oki, dengan harga yang dibebankan kepada pemesan sebesar Rp 1.000 per lembar. Pesanan dari
PT Rimendi diberi nomor 101 dan pesanan dari PT Oki diberi nomor 102. Berikut ini adalah
kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut.
1. Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong. Pada tanggal 3 November perusahaan
membeli bahan baku dan bahan penolong berikut ini:
Bahan Baku:
Kertas Jenis X 85 rim @ Rp 10.000 Rp 850.000
Kertas Jenis Y 10 roll @ Rp 350.000 3.500.000
Tinta Jenis A 5 kg @ Rp 100.000 500.000
Tinta Jenis B 25 kg @ Rp 25.000 625.000
Jumlah bahan baku yang dibeli Rp 5.475.000
Bahan Penolong:
Bahan penolong P 17 kg @ Rp 10.000 Rp 170.000
Bahan penolong Q 60 liter @ Rp 5.000 300.000
Jumlah bahan penolong yang dibeli Rp 470.000
Jumlah total Rp 5.945.000

Bahan baku dan bahan penolong tersebut dibeli oleh bagian pembelian. Bahan tersebut
kemudian disimpan dalam gudang menanti saatnya dipakai dalam proses produksi untuk
memenuhi pesanan tersebut. Perusahaan menggunakan dua rekening kontrol untuk
mencatat persediaan bahan : persediaan bahan baku dan bahan penolong.
Jurnal #1:
Persediaan bahan baku Rp 5.475.000
Utang dagang Rp 5.475.000

Jurnal #2:
Persediaan bahan penolong Rp 470.000
Utang dagang Rp 470.000

2. Pemakaian bahan baku dan penolong dalam produksi. Untuk dapat mencatat bahan
baku yang digunakan dalam tiap pesanan, perusahaan menggunakan dokumen yang
disebut bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang. Untuk memproses pesanan
101 dan 102, bahan baku yang digunakan adalah sebagai berikut:
Bahan Baku untuk Pesanana #101:
Bahan Baku:
Kertas Jenis X 85 rim @ Rp 10.000 Rp 850.000
Tinta Jenis A 5 kg @ Rp 100.000 500.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan #101 Rp 1.350.000
Kertas Jenis Y 10 roll @ Rp 350.000 3.500.000
Tinta Jenis B 25 kg @ Rp 25.000 625.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan #101 Rp 4.125.000
Jumlah bahan baku yang dipakai Rp 5.475.000
Pada saat memproses pesanan tersebut, perusahaan menggunakan bahan penolong sebagai
berikut:
Bahan penolong P 10 kg @ Rp 10.000 Rp 100.000
Bahan penolong Q 40 liter @ Rp 5.000 200.000
Jumlah bahan penolong yang Rp 300.000
dibeli

Pencatatan pemakaian bahan baku dalam metode harga pokok pesanan dilakukan dengan
mendebit rekening barang dalam proses dan mengkredit rekening persediaan bahan baku
atas dasar dokumen bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang. Pendebitan
rekening barang dalam proses ini diikuti dengan pencatatan rincian bahan baku yang
dipakai dalam kartu harga pokok pesanan bersangkutan.

Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku tersebut adalah sebagai Jurnal #3:
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 5.475.000
Persediaan Bahan Baku Rp 5.475.000

Jurnal pencatatan pemakaian bahan penolong adalah sebagai Jurnal #4


Biaya Overhead pabrik sesungguhnya Rp 300.000
Persediaan Bahan Penolong Rp 300.000
3. Pencatatan biaya tenaga kerja. Upah tenaga kerja langsung dicatat dengan mendebit
rekening barang dalam proses dan dicatat pula dalam kartu harga pokok pesanan. Upah
tenaga kerja tidak langsung dicatat dengan menerbitkan rekening biaya overhead pabrik
sesungguhnya.
Pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan melalui 3 tahap berikut ini:
a. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan.
b. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja.
c. Pencatatan pembayaran gaji dan upah.
Dari data di atas, jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja adalah sebagai berikut
:
a. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan. Atas dasar
daftar gaji dan upah yang dibuat, jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
yang terutang oleh perusahaan adalah sebagai berikut:
Jurnal #5:
Gaji dan Upah Rp20.400.000
Utang Gaji dan Upah Rp20.400.000
b. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja. Karena biaya tenaga kerja tersebut
terdiri dari berbagai unsur biaya, maka perlu diadakan distribusi biaya tenaga
kerja sebagai berikut:
• Biaya tenaga kerja langsung: dibebankan kepada pesanan yang
bersangkutan dengan mendebit rekening barang dalam proses dan
mencatatnya dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
• Biaya tenaga kerja tidak langsung: merupakan unsur biaya produksi tidak
langsung dan dicatat sebagai unsur biaya overhead pabrik serta didebitkan
dalam rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya.
• Biaya tenaga kerja non produksi: merupakan unsur biaya non produksi dan
dibebankan ke dalam rekening kontrol biaya administrasi dan umum atau
biaya pemasaran.
Jurnal pencatatan pemakaian bahan penolong adalah sebagai Jurnal #6
Barang Dalam Proses Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 5.900.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 3.000.000
Biaya Administrasi dan Umum 4.000.000
Biaya Pemasaran 7.500.000
Gaji dan Upah Rp 20.400.000

a. Pencatatan pembayaran gaji dan upah.


Jurnal #7:
Utang Gaji dan Upah Rp 20.400.000
Kas Rp 20.400.000

4. Pencatatan biaya overhead pabrik. Pencatatan biaya overbead pabrik dibagi menjadi
dua, yaitu pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka dan pencatatan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi. Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik kepada
pesanan tersebut adalah sebaga berikut: Jurnal #8 :
Barang dalam proses – Biaya Overhead pabrik Rp 8.850.000
Biaya Overhead pabrik yang dibebankan Rp 8.850.000

Junal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi: Jurnal #9 :
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 5.700.000
Akumulasi Depresiasi Mesin Rp 1.500.000
Akumulasi Depresiasi Gedung 2.000.000
Persekot Asuransi 700.000
Persediaan Suku Cadang 1.000.000
Persediaan Bahan Bangunan 500.000

Jurnal penutup. Jurnal #10


Biaya Overhead pabrik yang Dibebankan Rp 8.850.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 8.850.000

Jika terjadi selisih pembebanan kurang, maka dibuatkan jurnal #11 :


Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp 150.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 150.000

5. Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi
yaitu Jurnal #12:
Biaya bahan baku Rp. 1.350.000
Biaya tenaga kerja langsung 900.000
Biaya Overhead pabrik 1.350.000
Jumlah harga pokok pesanan #101 Rp. 3.600.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi tersebut adalah sebagai Jurnal #12:
Persediaan Produk Jadi Rp 3.600.000
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp 1.350.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung 900.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik 1.350.000

6. Pencatatan Harga Produk dalam Proses. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk
pesanan yang belum selesai adalah sebagai Jurnal #13:
Perserdiaan Prdouk Dalam Proses Rp 16.625.000
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp 4.125.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung 5.000.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik 7.500.000

7. Pencatatan harga produk produk yang dijual. Jurnal untuk mencatat harga produk yang
dijual adalah sebagai Jurnal #14:
Harga Pokok Penjualan Rp 3.600.000
Persediaan Produk Jadi Rp 3.600.000

8. Pencatatan pendapatan penjualan produk. Jurnal yang dibuat untuk mencatat piutang
kepada pemesan adalah sebagai Jurnal #15:
Piutang Dagang Rp 4.500.000
Hasil Penjualan Rp 4.500.000

F. Perlakuan Produk Rusak dan Cacat pada Metode Harga Pokok Pesanan
Barang cacat adalah unit yang selesai atau separuh selesai namun cacat dalam hal tertentu.
Barang cacat tidak dapat diperbaiki, baik secara teknis maupun ekonomis. Contohnya produk
plastik yang dibuat dari cetakan yang penyok atau dicetak dengan warna yang salah, tidak dapat
dibetulkan. Perlakuan akuntansi untuk barang cacat tergantung pada jenis penyebabnya.
a. Barang cacat yang disebabkan oleh pelanggan seperti penggantian spesifikasi setelah
produksi dimulai. Jika barang cacat terjadi karena kesalahan pelanggan, maka hal
tersebut tidak boleh dianggap sebagai biaya mutu. Pelanggan yang sebaiknya
membayar jenis barang cacat seperti ini. Biaya yang tidak tertutup dari penjualan
barang cacat sebaiknya dibebankan ke pesanan tersebut.
Contoh: PT X memproduksi 1.000 kursi atas pesanan PT Y dengan diberi no job 101.
Setelah selesai membuat 100 kursi, pelanggan merubah desain sehingga kursi ini tidak
dapat digunakan dan tidak dapat diperbaiki. PT X dapat menjual 100 kursi tersebut
dengan harga Rp 10 per kursi. Biaya untuk memproduksi 100 kursi ditambahkan pada
job 101 sehingga total biaya untuk 1.100 kursi adalah Rp 38.500 (bahan baku Rp 22.000,
tenaga kerja langsung Rp 5.500 dan overhead pabrik Rp 11.000).
Saat produk selesai dan dikirim ke pelanggan maka ayat jurnalnya adalah sebagai
berikut:
Dr. Spoiled goods inventory 1.000
Dr. Cost of goods sold 37.500
Cr. Work in process 38.500

Saat perusahaan menjual produknya dengan harga 150% dari cost maka ayat jurnalnya
adalah sebagai berikut:
Dr. Cash/ Account receivable 56.250
Cr. Sales 56.250

Saat spoiled goods dijual maka ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:
Dr. Cash/ Account receivable 1.000
Cr. Spoiled goods inventory 1.000

b. Barang cacat yang disebabkan oleh kegagalan internal seperti kecerobohan karyawan
atau rusaknya peralatan. Jika barang cacat terjadi karena kegagalan internal, biaya
yang tidak tertutup dari penjualan barang cacat sebaiknya dibebankan ke pengendali
overhead pabrik dan dilaporkan secara periodik kepada manajemen. Jika biaya dari
barang cacat cukup besar sehingga dapat mendistorsi biaya produksi yang dilaporkan,
maka sebaiknya dilaporkan secara terpisah sebagai kerugian di laporan laba rugi. Jika
barang cacat memiliki nilai sisa, maka barang cacat tersebut harus disimpan sebagai
“Persediaan” sebesar nilai sisanya dan selisihnya (yang tidak tertutup oleh nilai sisa
tersebut) sebaiknya dibebankan ke pengendali overhead pabrik. Apabila barang cacat
dapat diprediksi sebelumnya tetapi tidak dapat dihilangkan, tarif biaya overhead
pabrik yang ditentukan sebelumnya harus disesuaikan dengan memasukkan biaya
barang cacat ke dalam total biaya overhead pabrik. Pendekatan ini meningkatkan tarif
biaya overhead pabrik yang ditentukan sebelumnya untuk periode tersebut, yang
pada akhirnya akan meningkatkan biaya overhead pabrik yang dibebankan ke setiap
produk.
Contoh: sama seperti contoh di atas, hanya saja 100 kursi yang spoiled diakibatkan
kegagalan plastic mood. Saat produk selesai dan dikirim ke pelanggan maka ayat jurnalnya
adalah sebagai berikut:

Dr. Spoiled goods inventory 1.000


Dr. FOH control 2.500
Dr. Cost of goods sold 35.000
Cr. Work in process 38.500
Saat perusahaan menjual produknya dengan harga 150% dari cost maka ayat jurnalnya
adalah sebagai berikut:
Dr. Cash/ Account receivable 52.500
Cr. Sales 52.500
Saat spoiled goods dijual maka ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:
Dr. Cash/ Account receivable 1.000
Cr. Spoiled goods inventory 1.000

A. Variabel Costing dengan Metode Harga Pokok Pesanan


Dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan per pesanan dengan
menggunakan kartu harga pokok, yang merupakan rincian rekening kontrol barang dalam proses
di buku besar. Berdasarkan biaya produksi variabel yang dikumpulkan dalam kartu harga pokok
produk ini, harga pokok produk jadi dan produk dalam proses dihitung dan dicatat.
B. Rekening Kontrol yang digunakan
Rekening kontrol dalam buku besar yang perlu dibentuk untuk menampung biaya produksi
dan biaya nonproduksi dalam metode variabel costing dengan menggunakan metode harga pokok
pesanan adalah:
1. Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku.
2. Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung
3. Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik.
4. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.
5. Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya.
6. Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya.
7. Biaya Overhead Pabrik Variabel yang Dibebankan.
8. Biaya Pemasaran.
9. Biaya Administrasi & Umum.
10. Biaya Pemasaran Variabel.
11. Biaya Pemasaran Tetap
12. Biaya Administrasi & Umum Variabel.
13. Biaya Administrasi & Unum Tetap.
Karena variabel costing menghendali biaya dilklasifilkasikan berdasarkan perilakunya
dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, maka akuntansi biaya produksi dan
biaya nonproduksi dilakukan sebagai berikut.
1. Biaya produksi variabel, seperti biaya baban baku dan biaya tenaga kerja langsung
dicatat langsung pada saat terjadinya dengan mendebit rekening barang dalam proses,
dan ke dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
2. Biaya overhead pabrik variabel dibebankan kepada pesanan tertentu berdasarkan tarif yang
ditentukan di muka dengan mendebit rekening barang dalam proses biaya overhead pabrik,
dan ke dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
3. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan pertama kali mendebit
rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Pada akhir bulan, biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya terjadi, yang didebitkan ke dalam rekening biaya overhead pabrik
sesungguhnya, dianalisis untuk menentukan biaya overhead pabrik variabel dan biaya
overhead pabrik tetap. Teknik analisis yang digunakan dapat berupa analisis statistic
(analisi regresi) atau analisis yang lebih sederhana. Hasil analisis terhadap rekening biaya
overhead pabrik sesungguhnya tersebut digunakan untuk membuat jurnal berikut ini:
Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya xx
Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
4. Biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan kepada produk selama periode akuntansi
tertentu ditutup ke rekening biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya untuk
menghitung pembebanan lebih/kurang biaya onerbead pabrik variabel.
5. Biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum juga perlu dipisahkan menurut perilaku
biaya tersebut dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Biaya pemasaran
dan biaya administrasi & umum yang sesungguhnya terjadi pertama kali dicatat ke dalam
rekening kontrol biaya pemasaran atau biaya administrasi dan umum. Pada akhir bulan,
biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum yang didebitkan ke dalam tekening biaya
pemasaran atau biaya administasi & umum dianalisis untuk menentukan biaya yang
berperilaku variabel dan biaya yang berperlaku tetap. Teknik analisis yang digunakan dapat
berupa analisis statistik (analisis regresi) atau analisis yang lebih sederhana (misalnya
metode titik tertinggi dan terendah). Hasil analisis terhadap rekening biaya pemasaran dan
biaya adminisuasi & urnum tersebut digunakan untuk membuat jurnal berikut ini:
Biaya Pemasaran Variabel xx
Biaya Pemasaran Tetap xx
Biaya Pemasatan xx
Biaya Administrasi & Umum Variabel xx
Biaya Administrasti & Umum Tetap xx
Biaya Administrasi & Umum xx

C. Contoh Variabel Costing Dengan Metode Harga Pokok Pesanan


Berikut ini disajikan contoh penggunaan variabel costing oleh suatu perusahaan
percetakan yang menggunakan metode harga pokok pesanan dalam pengumpulan biaya
produksinya.
Contoh 1: Eliona berusaha dalam bisnis percetakan. Proses produksinya dilaksanakan
berdasarkan pesanan dari langganan. Metode penentuan harga pokok produksi yang
digunakan adalah metode variabel costing, karena menurut pertimbangan manajemen
puncak, informasi yang dihasilkan oleh metode penentuan hanga pokok produksi ini sangat
bermanfaat untuk perencanaan dan pengambilan keputusan jangka pendek.
1. Pemakaian bahan baku dan bahan penolong untuk menyelesaikan produk yang masih
dalam proses pada awal bulan dan pengolaan pesanan #104 yang diterima dalam bulan
januari 20X1 adalah sebagai berikut :

Pesanan #101 Rp 50.000


Pesanan #102 Rp 40.000
Pesanan #103 Rp 20.000
Pesanan #104 Rp 130.000
Jumlah Rp 240.000
Pemakaian bahan penolong selama bulan Januari 20X1berjumlah Rp 25.000, biaya
ini berprilaku tetap.
2. Menurut kartu jam kerja, jumlah jam kerja yang dikonsumsikan untuk mengerjakan
bebagai pesanan yang diproduksi dalam bulan Januari 20X1 disajikan dalam :
Catatan:
a) Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah berperilaku tetap
b) Biaya tenaga ketja di fungsi pemasaran dan fungsi administrasi & umum
dipisahkan menurut perilakunya sebagai berikut:

Variabel Tetap
Biaya Tenaga Kerja pemasaran Rp 75,000 Rp 50,000
Biaya Tenaga Kerja Administrasi & Umum Rp 100,000 Rp 40,000
Total Biaya Rp 175,000 Rp 90,000

3. Tarif Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk ditentukan menurut anggaran
sebesar Rp500 per jam tenaga kerja langsung.
4. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, (kecuali biaya bahan penolong sebesar
Rp25.000 dan biaya tenaga kerja tidak langsung pabrik sebesar Rp50.000) adalah sebesar
Rp192.000. Biaya overhead pabrik ini terdiri dari biaya overhead pabrik variabel sebesar
Rp142.000 dan biaya overhead pabrik tetap sebesar Rp50.000.
5. Pesanan nomor 101,102, dan 103 telah selesai diproduksi dalam bulan Januari 20X1.
Pesanan nomor 101 dan 102 diserahkan kepada pemesan dengan harga jual:
Pesanan #101 Rp 750,000
Pesanan #102 Rp 650,000
Jumlah Rp 1,400,000

Pesanan No. 103 pada akhir bulan Januari 20X1 masih disimpan di Gudang sebagai produk
jadi, sedangkan pesanan #104 masih dalam proses pengolahan.
Akuntansi biaya produksi dan biaya nonproduksi dalam metode variabel costing dibagi
menjadi tahap berikut ini:
1. Pencatatan pemakaian bahan baku dan bahan penolong.
2. Pencatatan biaya tenaga kerja langsung.
3. Pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik variabel kepada produk.
4. Pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
5. Pemisahan biaya overhead pabrik sesungguhnya ke dalam biaya variabel dan biaya tetap.
6. Pencatatan harga pokok produk jadi.
7. Penutupan rekening biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan ke rekening biaya
overhead pabrik variabel sesungguhnya.
8. Pencacatan biaya komersial.
9. Pencatatan penyerahan produk kepada pemesanan.

1. Pencatatan Pemakaian Bahan Baku Dan Bahan Penolong


• Pemakaian bahan baku selama bulan januari dicatat dengan jurnal berikut.
Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp 240.000
Persediaan bahan Rp 240.000
• Pemakaian bahan penolong dicatat dengan jurnal berikut.
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 25.000
Persediaan Bahan Rp 25.000

2. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung


Pencatatan Biaya Tenaga kerja yang dikeluarkan selama bulan januari 20x1 sebagai
berikut.Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 260.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 50.000
Biaya Pemasaran Rp 125.000
Biaya Administrasi dan Umum Rp 140.000
Gaji dan Upah Rp 575.000
3. Pencatatan Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Variabel Kepada Produk
Pembelian biaya overhead pabrik variable kepada produk didasarkan pada tarif biaya
overhead pabrik yang dihitung pada saat pembuatan anggaran sebesar Rp 500 per jam tenaga
kerja langsung. Pembebanan biaya overhead pabrik variable kepada tiap pesanan adalah
sebagai berikut.

Total BOP Variabel


Pesanan Jam Tenaga Kerja Tarif yang Dibebankan
Kepada Produk
Pesanan #101 75 jam Rp 500 Rp 37,500
Pesanan #102 30 jam Rp 500 Rp 15,000
Pesanan #103 55 jam Rp 500 Rp 27,500
Pesanan #104 100 jam Rp 500 Rp 50,000
Jumlah biaya tenaga kerja langsung Rp 130,000

4. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik Yang Sesungguhnya Terjadi


Pencatatan Overhead Pabrik yang sesungguhnya terjadi selain biaya bahan penolong dan
biaya tenaga kerja tidak langsung dicatat sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp192.000
Berbagai rekeneing yang dikredit Rp192.000

5. Pencatatan Pemisahan biaya overhead pabrik sesungguhnya ke dalam biaya variabel


dan biaya tetap
Pemisahan biaya overhead pabrik sesungguhnya ke dalam biaay variable dan baiaya tetap
dijurnal sebagai berikut.

Biaya overhead pabrik variable sesungguhnya Rp130.000


Biaya overhead pabrik tetap sesungguhnya Rp125.000
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp255.000

Berdasarkan data pemakaian bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang terjadi, biaya
produksi untuk tiap pesanan dicatat dalam kartu harga pokok tiap pesanan seperti disajikan dalam
gambar dibawah ini.
• Kartu Harga Pokok Pesanan #101
Pesanan #101

Biaya Bahan Biaya Tenaga Biaya Overhead


Keterangan Total
Baku Kerja Langsung Pabrik Variabel

saldo awal Rp 150.000 Rp 130.000 Rp 65.000 Rp 345.000


Januari Rp 50.000 Rp 75.000 Rp 37.500 Rp 162.500
Jumlah Rp 200.000 Rp 205.000 Rp 102.500 Rp 507.500

• Kartu Harga Pokok Pesanan #102


Pesanan #102
Biaya Bahan Biaya Tenaga Biaya Overhead
Keterangan Total
Baku Kerja Langsung Pabrik Variabel
saldo awal Rp 125.000 Rp 10.000 Rp 50.000 Rp 275.000
Januari Rp 40.000 Rp 30.000 Rp 15.000 Rp 85.000
Jumlah Rp 165.000 Rp 40.000 Rp 65.000 Rp 360.000

• Kartu Harga Pokok Pesanan #103


Pesanan #103
Biaya Bahan Biaya Tenaga Biaya Overhead
Keterangan Total
Baku Kerja Langsung Pabrik Variabel
saldo awal Rp 115.000 Rp 75.000 Rp 37.500 Rp 227.500
Januari Rp 20.000 Rp 55.000 Rp 27.500 Rp 102.500
Jumlah Rp 135.000 Rp 130.000 Rp 65.000 Rp 330.000

• Kartu Harga Pokok Pesanan #104


Pesanan #104
Biaya Bahan Biaya Tenaga Biaya Overhead
Keterangan Total
Baku Kerja Langsung Pabrik Variabel
saldo awal Rp - Rp - Rp - Rp -
Januari Rp 130.000 Rp 100.000 Rp 50.000 Rp 280.000
Jumlah Rp 130.000 Rp 100.000 Rp 50.000 Rp 280.000
6. Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi
Pesanan yang dapat diselesaikan oleh PT Eliona dalam bulan januari 20x1 adalah sebagai
berikut.

Total Biaya Produksi


Pesanan #101 Rp 507,500
Pesanan #102 Rp 360,000
Pesanan #103 Rp 330,000
Jumlah Rp 1,197,500

Harga pokok pesanan yang telah selesai dalam bulan januari 20x1 dicatat sebagai berikut
Persediaan Produk Jadi Rp 1,197,500
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan baku Rp 500,000
Barang Dalam Proses - Biaya tenaga kerja langsung Rp 465,000
Barang Dalam Proses - Biaya BOP Variabel Rp 232,500
.
Jurnal tersebut dibuat berdasarkan rincian harga pokok tiap pesanan yang telah selesai diproduksi
berikut ini.
7. Pencatatan Penutupan Rekening Biaya Overhead Pabrik Variabel Yang Dibebankan
Penutupan rekening biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan dicatat dengan jurnal
sebagai berikut:

Biaya Bahan Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead


Keterangan Total
Baku Langsung Pabrik Variabel

Pesanan #101 Rp 200,000 Rp 205,000 Rp 102,500 Rp 507,500


Pesanan #102 Rp 165,000 Rp 130,000 Rp 65,000 Rp 360,000
Pesanan #103 Rp 135,000 Rp 130,000 Rp 65,000 Rp 360,000
Jumlah Rp 500,000 Rp 465,000 Rp 232,500 Rp 1,197,500

Biaya Overhead Pabrik Variabel yang Dibebankan Rp 130.000


Pembebanan Lebih atau Kurang Biaya Ov. Pabrik Rp 12.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 142.000
Pada akhir tahun rekening pembebanan lebih atau kurang biaya overhead pabrik tersebut ditutup
ke rekening harga pokok penjualan dengan jurnal sebagai berikut:
Harga Pokok Penjualan Rp 12.000
Pembebanan Lebih atay Kurang Biaya Ov. Pabrik Rp 12.000

8. Pencatatan Biaya Komersial


Biaya nonproduksi yang terjadi dalam bulan januari 20x1 dicatat dengan jurnal sebagai berikut.
Biaya Pemasaran Rp 125.000
Biaya Administrasi dan Umum Rp 140.000
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp 265.000

Pemisahan biaya nonproduksi menurut perilakunya dicatat dengan jurnal:


Biaya Pemasaran Variabel Rp 75.000
Biaya Pemasaran Tetap Rp 50.000
Biaya Adm. & Umum Variabel Rp 100.000
Biaya Adm.& Umum dan tetap Rp 40.000
Biaya Pemasaran Rp 125.000
Biaya Adm. & Umum Rp 140.000

9. Pencatatan Penyerahan Produk Kepada Pemesan


Pesanan yang selesai diproduksi dan kemudian diserahkan kepada pemesan dalam bulan
januari 20x1 adalah sebagai berikut.
Harga Pokok Harga Jual
Penanan #102 Rp 507.500 Rp 750.000
Pesanan #103 Rp 360.000 Rp 650.000
Jumlah Rp 867.500 Rp 1.400.000

Hasil penjualan pesanan yang diserahkan kepada pemesan tersebut dicatat sebagai berikut.

Kas atau Piutang Rp 1.400.000


Hasil Penjualan Rp 1.400.000

Harga pokok pesanan yang diserahkan kepada pemesan tersebut dicatat sebagai berikut :

Harga Pokok Penjualan Rp 867.500


Persediaan Produk Jadi Rp 867.500
DAFTAR PUSTAKA
Carter, William K dan Usry, Mitton F. 2009. Akuntansi Biaya II Edisi 14.

Jakarta:Salemba Empat.
Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya Edisi 5. Yogyakarta:UPP STIM YKPN

Anda mungkin juga menyukai