DOSEN PENGAJAR
Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., M.Si., CA
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
2. Setiap pekerjaan terpisah. Oleh karena itu, standarisasi tidak mungkin dilakukan. Ini
4. Perubahan teknik dan teknologi produksi dapat menyebabkan peralatan yang mahal
5. Dalam kondisi pasar yang dinamis, data biaya sebelumnya mungkin tidak berguna
e. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Makara dan Produk Dalam Proses yang
Disajikan dalam Neraca
Pada Neraca, yang merupakan salah satu bentuk laporan keuangan utama
perusahaan manufaktur, Manajemen wajib menyajikan harga pokok persediaan produk,
baik produk jadi maupun produk yang masih dalam proses, untuk tujuan tersebut maka
administrasi perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi untuk tiap pesanan.
Dengan dasar catatan biaya produksi per pesanan tersebut, maka administrasi
perusahaan manufaktur sanggup memilih biaya produksi yang menempel pada pesanan
yang telah simpulan diproduksi, namun hingga dengan tanggal neraca masih belum
diserahkan kepada pemesan. Selain itu menurut catatan tersebut, administrasi sanggup
juga memilih semua biaya produksi yang telah menempel dalam pesanan yang pada
tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan (produk dalam proses).
No.
No.
Tgl Ket. Jumlah Tgl Kartu Jumlah Tgl Jam Mesin Tarif Jumlah
BPB
Jam
G
Kerja
Bahan baku dan bahan penolong tersebut dibeli oleh bagian pembelian. Bahan tersebut
kemudian disimpan dalam gudang menanti saatnya dipakai dalam proses produksi untuk
memenuhi pesanan tersebut. Perusahaan menggunakan dua rekening kontrol untuk
mencatat persediaan bahan : persediaan bahan baku dan bahan penolong.
Jurnal #1:
Persediaan bahan baku Rp 5.475.000
Utang dagang Rp 5.475.000
Jurnal #2:
Persediaan bahan penolong Rp 470.000
Utang dagang Rp 470.000
2. Pemakaian bahan baku dan penolong dalam produksi. Untuk dapat mencatat bahan
baku yang digunakan dalam tiap pesanan, perusahaan menggunakan dokumen yang
disebut bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang. Untuk memproses pesanan
101 dan 102, bahan baku yang digunakan adalah sebagai berikut:
Bahan Baku untuk Pesanana #101:
Bahan Baku:
Kertas Jenis X 85 rim @ Rp 10.000 Rp 850.000
Tinta Jenis A 5 kg @ Rp 100.000 500.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan #101 Rp 1.350.000
Kertas Jenis Y 10 roll @ Rp 350.000 3.500.000
Tinta Jenis B 25 kg @ Rp 25.000 625.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan #101 Rp 4.125.000
Jumlah bahan baku yang dipakai Rp 5.475.000
Pada saat memproses pesanan tersebut, perusahaan menggunakan bahan penolong sebagai
berikut:
Bahan penolong P 10 kg @ Rp 10.000 Rp 100.000
Bahan penolong Q 40 liter @ Rp 5.000 200.000
Jumlah bahan penolong yang Rp 300.000
dibeli
Pencatatan pemakaian bahan baku dalam metode harga pokok pesanan dilakukan dengan
mendebit rekening barang dalam proses dan mengkredit rekening persediaan bahan baku
atas dasar dokumen bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang. Pendebitan
rekening barang dalam proses ini diikuti dengan pencatatan rincian bahan baku yang
dipakai dalam kartu harga pokok pesanan bersangkutan.
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku tersebut adalah sebagai Jurnal #3:
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 5.475.000
Persediaan Bahan Baku Rp 5.475.000
4. Pencatatan biaya overhead pabrik. Pencatatan biaya overbead pabrik dibagi menjadi
dua, yaitu pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka dan pencatatan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi. Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik kepada
pesanan tersebut adalah sebaga berikut: Jurnal #8 :
Barang dalam proses – Biaya Overhead pabrik Rp 8.850.000
Biaya Overhead pabrik yang dibebankan Rp 8.850.000
Junal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi: Jurnal #9 :
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 5.700.000
Akumulasi Depresiasi Mesin Rp 1.500.000
Akumulasi Depresiasi Gedung 2.000.000
Persekot Asuransi 700.000
Persediaan Suku Cadang 1.000.000
Persediaan Bahan Bangunan 500.000
5. Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi
yaitu Jurnal #12:
Biaya bahan baku Rp. 1.350.000
Biaya tenaga kerja langsung 900.000
Biaya Overhead pabrik 1.350.000
Jumlah harga pokok pesanan #101 Rp. 3.600.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi tersebut adalah sebagai Jurnal #12:
Persediaan Produk Jadi Rp 3.600.000
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp 1.350.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung 900.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik 1.350.000
6. Pencatatan Harga Produk dalam Proses. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk
pesanan yang belum selesai adalah sebagai Jurnal #13:
Perserdiaan Prdouk Dalam Proses Rp 16.625.000
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp 4.125.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung 5.000.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik 7.500.000
7. Pencatatan harga produk produk yang dijual. Jurnal untuk mencatat harga produk yang
dijual adalah sebagai Jurnal #14:
Harga Pokok Penjualan Rp 3.600.000
Persediaan Produk Jadi Rp 3.600.000
8. Pencatatan pendapatan penjualan produk. Jurnal yang dibuat untuk mencatat piutang
kepada pemesan adalah sebagai Jurnal #15:
Piutang Dagang Rp 4.500.000
Hasil Penjualan Rp 4.500.000
F. Perlakuan Produk Rusak dan Cacat pada Metode Harga Pokok Pesanan
Barang cacat adalah unit yang selesai atau separuh selesai namun cacat dalam hal tertentu.
Barang cacat tidak dapat diperbaiki, baik secara teknis maupun ekonomis. Contohnya produk
plastik yang dibuat dari cetakan yang penyok atau dicetak dengan warna yang salah, tidak dapat
dibetulkan. Perlakuan akuntansi untuk barang cacat tergantung pada jenis penyebabnya.
a. Barang cacat yang disebabkan oleh pelanggan seperti penggantian spesifikasi setelah
produksi dimulai. Jika barang cacat terjadi karena kesalahan pelanggan, maka hal
tersebut tidak boleh dianggap sebagai biaya mutu. Pelanggan yang sebaiknya
membayar jenis barang cacat seperti ini. Biaya yang tidak tertutup dari penjualan
barang cacat sebaiknya dibebankan ke pesanan tersebut.
Contoh: PT X memproduksi 1.000 kursi atas pesanan PT Y dengan diberi no job 101.
Setelah selesai membuat 100 kursi, pelanggan merubah desain sehingga kursi ini tidak
dapat digunakan dan tidak dapat diperbaiki. PT X dapat menjual 100 kursi tersebut
dengan harga Rp 10 per kursi. Biaya untuk memproduksi 100 kursi ditambahkan pada
job 101 sehingga total biaya untuk 1.100 kursi adalah Rp 38.500 (bahan baku Rp 22.000,
tenaga kerja langsung Rp 5.500 dan overhead pabrik Rp 11.000).
Saat produk selesai dan dikirim ke pelanggan maka ayat jurnalnya adalah sebagai
berikut:
Dr. Spoiled goods inventory 1.000
Dr. Cost of goods sold 37.500
Cr. Work in process 38.500
Saat perusahaan menjual produknya dengan harga 150% dari cost maka ayat jurnalnya
adalah sebagai berikut:
Dr. Cash/ Account receivable 56.250
Cr. Sales 56.250
Saat spoiled goods dijual maka ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:
Dr. Cash/ Account receivable 1.000
Cr. Spoiled goods inventory 1.000
b. Barang cacat yang disebabkan oleh kegagalan internal seperti kecerobohan karyawan
atau rusaknya peralatan. Jika barang cacat terjadi karena kegagalan internal, biaya
yang tidak tertutup dari penjualan barang cacat sebaiknya dibebankan ke pengendali
overhead pabrik dan dilaporkan secara periodik kepada manajemen. Jika biaya dari
barang cacat cukup besar sehingga dapat mendistorsi biaya produksi yang dilaporkan,
maka sebaiknya dilaporkan secara terpisah sebagai kerugian di laporan laba rugi. Jika
barang cacat memiliki nilai sisa, maka barang cacat tersebut harus disimpan sebagai
“Persediaan” sebesar nilai sisanya dan selisihnya (yang tidak tertutup oleh nilai sisa
tersebut) sebaiknya dibebankan ke pengendali overhead pabrik. Apabila barang cacat
dapat diprediksi sebelumnya tetapi tidak dapat dihilangkan, tarif biaya overhead
pabrik yang ditentukan sebelumnya harus disesuaikan dengan memasukkan biaya
barang cacat ke dalam total biaya overhead pabrik. Pendekatan ini meningkatkan tarif
biaya overhead pabrik yang ditentukan sebelumnya untuk periode tersebut, yang
pada akhirnya akan meningkatkan biaya overhead pabrik yang dibebankan ke setiap
produk.
Contoh: sama seperti contoh di atas, hanya saja 100 kursi yang spoiled diakibatkan
kegagalan plastic mood. Saat produk selesai dan dikirim ke pelanggan maka ayat jurnalnya
adalah sebagai berikut:
Variabel Tetap
Biaya Tenaga Kerja pemasaran Rp 75,000 Rp 50,000
Biaya Tenaga Kerja Administrasi & Umum Rp 100,000 Rp 40,000
Total Biaya Rp 175,000 Rp 90,000
3. Tarif Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk ditentukan menurut anggaran
sebesar Rp500 per jam tenaga kerja langsung.
4. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, (kecuali biaya bahan penolong sebesar
Rp25.000 dan biaya tenaga kerja tidak langsung pabrik sebesar Rp50.000) adalah sebesar
Rp192.000. Biaya overhead pabrik ini terdiri dari biaya overhead pabrik variabel sebesar
Rp142.000 dan biaya overhead pabrik tetap sebesar Rp50.000.
5. Pesanan nomor 101,102, dan 103 telah selesai diproduksi dalam bulan Januari 20X1.
Pesanan nomor 101 dan 102 diserahkan kepada pemesan dengan harga jual:
Pesanan #101 Rp 750,000
Pesanan #102 Rp 650,000
Jumlah Rp 1,400,000
Pesanan No. 103 pada akhir bulan Januari 20X1 masih disimpan di Gudang sebagai produk
jadi, sedangkan pesanan #104 masih dalam proses pengolahan.
Akuntansi biaya produksi dan biaya nonproduksi dalam metode variabel costing dibagi
menjadi tahap berikut ini:
1. Pencatatan pemakaian bahan baku dan bahan penolong.
2. Pencatatan biaya tenaga kerja langsung.
3. Pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik variabel kepada produk.
4. Pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
5. Pemisahan biaya overhead pabrik sesungguhnya ke dalam biaya variabel dan biaya tetap.
6. Pencatatan harga pokok produk jadi.
7. Penutupan rekening biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan ke rekening biaya
overhead pabrik variabel sesungguhnya.
8. Pencacatan biaya komersial.
9. Pencatatan penyerahan produk kepada pemesanan.
Berdasarkan data pemakaian bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang terjadi, biaya
produksi untuk tiap pesanan dicatat dalam kartu harga pokok tiap pesanan seperti disajikan dalam
gambar dibawah ini.
• Kartu Harga Pokok Pesanan #101
Pesanan #101
Harga pokok pesanan yang telah selesai dalam bulan januari 20x1 dicatat sebagai berikut
Persediaan Produk Jadi Rp 1,197,500
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan baku Rp 500,000
Barang Dalam Proses - Biaya tenaga kerja langsung Rp 465,000
Barang Dalam Proses - Biaya BOP Variabel Rp 232,500
.
Jurnal tersebut dibuat berdasarkan rincian harga pokok tiap pesanan yang telah selesai diproduksi
berikut ini.
7. Pencatatan Penutupan Rekening Biaya Overhead Pabrik Variabel Yang Dibebankan
Penutupan rekening biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan dicatat dengan jurnal
sebagai berikut:
Hasil penjualan pesanan yang diserahkan kepada pemesan tersebut dicatat sebagai berikut.
Harga pokok pesanan yang diserahkan kepada pemesan tersebut dicatat sebagai berikut :
Jakarta:Salemba Empat.
Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya Edisi 5. Yogyakarta:UPP STIM YKPN