Anda di halaman 1dari 3

Nama : Poeloeng Arsa Sidanu

NPM : 191169004
Mata Kuliah : Manajemen Stratejik

Quis

1. Adanya kajian berpikir strategis di latar belakangi oleh resesi ekonomi dunia
yang parah pada era 1930-an yang tidak dapat diatasi oleh teori ekonomi,
moneter, finansial, sosial dan cabang ilmu pengetahuan utama lainnya. Pada
saat itu, orang-orang mulai meragukan metode partial solution dan memilih
gabungan disiplin ilmu pengetahuan secara integratif karena dipandang lebih
tepat dan efektif untuk memecahkan masalah sosial dan kehidupan yang
kemudian terbentuk paham pemikiran kesisteman. Seiring kemajuan
peradaban, masalah yang timbul semakin kompleks dan canggih, sehingga
pemecahan masalahnya perlu pendekatan multidisiplin yang melibatkan
banyak cabang ilmu pengetahuan.
2. Seorang manager dituntut untuk dapat mempertahankan organisasinya dari
permasalahan yang ada. Dahulu, pemecahan masalah berbasis hanya pada
komponennya, tidak mempertimbangkan hubungan antar komponen..
Sedangkan banyak permasalahan saat ini yang mencapai kompleksitas yang
lebih tinggi dari biasanya. Kompleksitas yang meningkat ini muncul karena
adanya hubungan antara komponen. Kompleksitas tersebut menjadi tantangan
bagi manajer masa kini, seperti :
- Adanya perubahan lingkungan yang terus menerus dengan tingkat
fluktuasi yang besar, membutuhkan prediksi yang akurat, rencana dan
kecepatan bertindak.
- Suasana persaingan global, regional dan nasional yang semakin tajam
menuntut kemampuan daya saing yang kompetitif dan komparatif.
- Timbul issue global seperti HAM, demokratisasi, kelestarian lingkungan,
global warming dsb. Sering kali digunakan sebagai sarana penekan
terhadap negara-negara berkembang.
- Kemajuan iptek yang semakin cepat dan mencakup semua bidang
kehidupan sebagai tantangan yang nyata.
- Kebutuhan pendekatan rasional dan ilmiah dalam pemecahan masalah
menjadi semakin penting, karena bekal intuisi dan pengalaman saja tidak
lagi memadai.
- Kebutuhan wawasan berpikir visioner yang luas, menyeluruh,
komprehensif dan integralistik.
- Tumbuhnya kesadaran akan hak-hak masyarakat yang kadang-kadang
mendahului kesiapan para pemimpin atau manajer untuk
memfasilitasinya.

Oleh karenanya, seorang manager saat ini harus menggunakan paradigma


baru, yakni berfikir kesisteman dalam penyelesaian masalah demi tercapainya
tujuan organisasi.

3. Menciptakan learning organization (LO) dalam organisasi dibutuhkan


berfikir kesisteman yang tidak hanya manager yang terlibat, tetapi semua
elemen dalam organisasi juga ikut terlibat untuk dapat menyelesaikan
masalah yang komplek demi mencapai tujuan organisasi. Berfikir strategis ini
merupakan inti disiplin dari LO. Terdapat empat disiplin ilmu lainnya yang
membentuk LO, yakni personal mastery, mental models, building shared
vision, dan team learning. Keempat berpikir kesisteman tersebut
diintegrasikan oleh system thinking yang kemudian dipadukan menjadi acuan
teori dan praktek. Oleh karenanya, visi/misi bersama (shared vison) dan
mental models sangat penting adanya untuk merealisir potensi dalam berfikir
sistematik untuk menciptakan LO organisasi.
4. Sistem LO tersusun dari lima disiplin ilmu, yakni berpikir sistemik (systems
thinking), penguasaan pribadi (personal mastery), model-model mental
(mental models), membangun visi bersama (building shared vision) dan
pembelajaran tim (team leraning). Pada system thinking didekati dengan tiga
tingkatan, yakni :
- Esensi, yang terbagi menjadi dua, yaitu holism (keseluruhan) dan
interconnectedness (keterkaitan)
- Prinsip, yang terbagi menjadi tiga, yaitu structure (mempengaruhi
perilaku), policy resistance (penolakan kebijakan) dan leverage
(pengungkit)
- Praktek, yang terbagi menjadi tiga, yaitu system archetype (pola dasar
sistem), causal loop diagram, dan simulation (simulasi gambaran jelas
mengenai masalah)

Pada penerapannya, system thinking ini mengintegrasikan keempat disiplin


lainnya dan memadukannya menjadi acuan teori dan praktek.

5. Menurut saya penerapan system thinking dalam pencegahan wabah covid-19


pada era adaptasi kebiasaan baru yang produktif aman dari covid-19 saat ini
masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan masalahnya, yakni seperti
masuknya 59 pelaku perjalanan dari India yang positif Covid-19 ke Indonesia
pada bulan Mei lalu. Dalam hal ini, pemerintah kurang dapat menerapkan
system thinking, karena keputusan yang diambil tidak dapat mengantisipasi
hal-hal yang mungkin terjadi. Seperti pada pengambilan putusan Peraturan
Menteri Hukum dan HAM No. 26 Tahun 2020 Tentang Visa dan Izin Tinggal
Dalam Masa Adaptasi Kebiasaan baru; b. sesuai skema perjanjian bilateral
Travel Corridor Arrangement (TCA); dan/atau c. mendapatkan
pertimbangan/izin khusus secara tertulis dari kementrian/lembaga. Keputusan
tersebut telah meloloskan ratusan warga India yang masuk menggunakan
pesawat sewaan dan mendarat di Bandara Soekarno Hatta, sehingga
menambah pasien karantina. Keputusan ini tidak dapat didiskusikan dengan
baik, sehingga cara berfikir yang sebelumnya ingin menyelesaikan masalah
menjadi menciptakan masalah baru. Pemerintah harus dapat memandang
masalah yang tidak hanya dengan pemahaman holistic dan integralistik, tetapi
juga harus komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai