Anda di halaman 1dari 29

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH PERENCANAAN

TRANSPORTASI DAN LINGKUNGAN

DAMPAK FASILITAS TRANSPORTASI UDARA TERHADAP


LINGKUNGAN

Disusun Oleh:

1. Afuah Nur Istikhomah 12763

2. Anggita Yuliani 12765

3. Aryadhatu Dhaniswara 12768

4. Muhammad Rezki Fadhilah 12785

5. Muhammad Rezki Ian 12786

6. Muhammad Iqbal Habibi Kamal 12781

7. Noor Fatmawati Ahmad 12787

MAGISTER SISTEM DAN TEKNIK TRANSPORTASI


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................1
Daftar Isi........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang….........................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................3
1.3 Tujuan Masalah…........................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Transportasi Udara Menurut Para Ahli......................5
2.2 Fungsi dan Manfaat Transportasi Udara......................................5
2.3 Fasilitas Transportasi Udara........................................................7
2.4 Dampak Transportasi Udara Terhadap Lingkungan....................9
2.5 Penanggulangan Dampak Lingkungan Transportasi Udara........21
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan…..............................................................................23
3.2 Saran…........................................................................................23
Daftar Pustaka................................................................................................25

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan transportasi udara biasanya digunakan untuk mengangkut
penumpang/manusia, kargo, pos, militer. Transportasi udara saat ini adalah
salah satu pilihan yang dipilih untuk melakukan perpindahan karena
memiliki efisiensi waktu yang baik dibandingkan dengan alat transportasi
darat maupun air, akan tetapi biaya yang dikeluarkan untuk memilih
transportasi udara cukup tinggi. Hal ini dikarenakan transportasi udara
memiliki sistem dengan kecanggihan yang tinggi.
Selain transportasi udara juga memiliki efisiensi waktu dibandingkan
dengan transportasi darat atau air, pesawat udara sebagai transportasi udara
memiliki dampak bagi lingkungan. Lingkungan merupakan suatu kesatuan
yang ada di bumi ini yang mempengaruhi keberlangsungan hidup makhluk
hidup didalamnya. Lingkungan dibagi menjadi 3 jenis yaitu biotik, abiotik
dan budaya. Lingkungan biotik adalah lingkungan yang hidup, seperti
makhluk hidup (manusia, hewan dan tumbuhan) dan tanah, lingkungan
abiotik adalah lingkungan yang mencakup benda-benda tidak hidup seperti
benda, bangunan, dan yang terakhir budaya adalah suatu kebiasaan yang
telah diterapkan di daerah lingkungan sekitar.
Saat ini, transportasi udara semakin banyak peminatnya dan maskapai
penerbangan juga sudah banyak yang beroperasi. Hal ini memiliki dampak
yang buruk bagi lingkungan. Sehingga dapat menimbulkan dampak negatif
bagi kehidupan manusia dan sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut merupakan rumusan masalah dari makalah adalah sebagai berikut.
1. Apakah pengertian, fungsi, manfaat, dan fasilitas transportasi udara?
2. Bagaimana dampak dan solusi transportasi udara bagi lingkungan ?

1.3 Tujuan Masalah


Berikut merupakan tujuan makalah adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian, fungsi, manfaat, dan fasilitas transportasi
udara.
2. Untuk mengetahui dampak dan solusi yang ditimbulkan akibat
transportasi udara bagi lingkungan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transportasi Udara Menurut Para Ahli


Menurut Steenbrink (1974), pengertian transportasi adalah perpindahan
orang atau barang dengan menggunakan alat atau kendaraan dari dan ke tempat-
tempat yang terpisah secara geografis. Menurut Morlok (1981), pengertian
transportasi adalah kegiatan memindahkan atau mengangkut sesuatu dari suatu
tempat ketempat lainnya. Menurut Bowersox (1981), pengertian angkutan adalah
perpindahan barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lain, dimana
produk dipindahkan ke tempat tujuan. Menurut Hasim Purba, pengertian
transportasi adalah kegiatan pemindahan manusia dan atau barang dari suatu
tempat ke tempat lain baik melalui darat, perairan, maupun udara dengan
menggunakan alat angkutan tertentu. Menurut Soegijatna Tjakranegara,
pengertian transportasi adalah memindahkan barang (commodity of goods) dan
penumpang dari suatu tempat ketempat lain, sehingga pengangkut menghasilkan
jasa angkutan atau produksi jasa bagi masyarakat yang membutuhkan untuk
pemindahan atau pengiriman barang-barangnya. Menurut Miro, pengertian
transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau
mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lainnya di mana di tempat
tersebut objek yang dipindahkan lebih bermanfaat atau bermanfaat untuk tujuan-
tujuan tertentu.

2.2 Fungsi dan Manfaat Transportasi Udara


1. Fungsi Transportasi Udara
Alat transportasi memiliki beberapa fungsi utama bagi manusia. Adapun
beberapa fungsi transportasi adalah sebagai berikut:
a. Sebagai alat untuk memudahkan kegiatan manusia sehari-hari.
b. Sebagai alat untuk melancarkan proses perpindahan manusia dan atau
barang keperluan manusia.
c. Sebagai media yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan
pembangunan di daerah tertentu.
d. Sebagai media yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi nasional melalui bisnis jasa transportasi.
2. Manfaat Transportasi Udara
a. Manfaat Bagi Ekonomi
Seperti kita ketahui bahwa sebagian besar kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh manusia membutuhkan transportasi untuk memindahkan
manusia, hewan, dan barang. Artinya, setiap transaksi ekonomi yang
terjadi melibatkan bisnis jasa angkutan. Tanpa adanya jasa transportasi
maka kegiatan ekonomi akan berjalan sangat lambat, atau bahkan bisa
jadi lumpuh.
b. Manfaat Bagi Sosial
Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan satu sama
lainnya. Dengan adanya transportasi maka akan memudahkan dalam
berinteraksi satu sama lain. Beberapa manfaat transportasi bagi sosial
diantaranya;
1) Mempercepat proses perpindahan manusia dari suatu tempat ke
tempat lainnya.
2) Memudahkan proses pertukaran informasi dari setiap daerah.
3) Menjadi sarana pelayanan bagi masyarakat, baik perorangan maupun
kelompok.
4) Membuka peluang bisnis di bidang jasa angkutan atau perjalanan.
c. Manfaat untuk Kewilayahan
Indonesia terdiri dari banyak pulau sehingga dibutuhkan alat transportasi
agar bisa menjangkau setiap daerah di negara kita. Itu sebabnya
pembangunan prasarana untuk transportasi (jalan raya dan tol laut) sangat
dibutuhkan agar daerah-daerah pedalaman dapat dijangkau sehingga
proses pemenuhan berbagai kebutuhan di daerah tersebut dapat
dilakukan.
d. Manfaat Secara Politis
Transportasi juga memiliki manfaat secara politis, khususnya di
Indonesia. Adapun beberapa manfaat transportasi secara politis
diantaranya;
1) Mempersatukan setiap wilayah Indonesia.
2) Meningkatkan keamanan negara Indonesia.
3) Memudahkan dalam perluasan pelayanan bagi masyarakat.
4) Memudahkan dalam mengakses tempat-tempat tertentu, termasuk
ketika terjadi bencana.

2.3 Fasilitas Transportasi Udara


1. Sarana Transportasi Udara
Pesawat terbang atau pesawat udara atau kapal terbang atau cukup pesawat
saja adalah kendaraan yang mampu terbang di atmosfer atau udara. Adapun
beberapa maskapai penerbangan yang ada di Indonesia adalah Lion
Air¸Sriwijaya Air, Garuda Indonesia dll.
2. Prasarana Transportasi Udara
Bandar udara atau bandara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat
terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandara yang paling sederhana
minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya
dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan
maupun bagi penggunanya. Adapun bagian-bagian dari bandar udara adalah
sebagai berikut:
a. Sisi Udara (Air Side)
1) Landasan Pacu (Runway)
Runway adalah salah satu bangunan atau icon yang sangat mencolok
yang dimiliki di suatu bandar udara.. Pengertian runway tersendiri ialah
wilayah berbentuk persegi panjang di atas lapangan terbang yang
digunakan untuk pendaratan dan lepas landas pesawat.
2) Landasan Parkir (Apron)
Apron adalah tempat parkir pesawat yang dekat dengan bangunan
terminal, sedangkan taxiway menghubungkan antara apron dengan
runway. Konstruksi apron umumnya beton bertulang, karena memikul
beban besar yang statis dari pesawat.
3) Landasan Penghubung (Taxiway)
Taxiway adalah jalur yang menghubungkan antara Runway dan Apron
yang fungsinya utamanya adalah sebagai jalan keluar masuk pesawat dari
Runway ke bangunan terminal dan sebaliknya, atau dari Runway ke
Hanggar pemeliharaan yang dipersiapkan. Taxiway diatur sedemikian
rupa, sehingga pesawat yang baru mendarat tidak mengganggu pesawat
lain yang siap menuju ujung lepas landas.

b. Sisi Darat (Land Side)


1) Bangunan Terminal Penumpang
Terminal Bandar Udara atau concourse adalah pusat urusan penumpang
yang datang atau pergi. Di dalamnya terdapat counter check-in, (CIQ,
Carantine – Inmigration - Custom) untuk bandar udara internasional, dan
ruang tunggu serta berbagai fasilitas untuk kenyamanan penumpang.
2) Bangunan Terminal Kargo.
Terminal kargo merupakan salah satu fasilitas pokok pelayanan di dalam
bandar udara untuk memproses pengiriman dan penerimaan muatan
udara, domestic maupun internasional yang bertujuan untuk kelancaran
proses kargo serta memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan
penerbangan.
3) Bangunan Operasi
Fasilitas Bangunan Operasi pada bandar udara meliputi Gedung
operasional seperti menara kontrol, stasiun meteorologi dll. Bangunan
teknik penunjang yang terdiri dari power house dan stasiun bahan bakar.
Bangunan administrasi dan umum terdiri kantor bandara, kantor
keamanan dan rumah dinas bandara serta bangunan kantin dan tempat
ibadah.
4) Fasilitas Penunjang Bandar Udara
Fasilitas penunjang bandar udara meliputi : jalan dan parkir kendaraan
pengunjung merupakan fasilitas yang ditujukan untuk mendukung
pelayanan terhadap para pengunjung baik calon penumpang maupun
pengunjung non-penumpang, juga termasuk jembatan, drainase, turap
dan pagar serta taman. Fasilitas ini juga memberikan layanan keterkaitan
intermoda sebagai salah satu upaya integrasi bandar udara dengan sistem
moda transportasi lainnya.

2.4 Dampak Transportasi Udara Terhadap Lingkungan


Pembangunan transportasi Udara baik sarana maupun prasarananya
pada suatu kawasan erat kaitanya dengan keadaan lingkungan yang berada
pada
kawasan tersebut. Perubahan lingkungan yang terjadi pada kawasan setelah
dibangunnya transportasi udara menjadi perhatian utama pemerintah dan
masyarakat sekitar, lingkungan pada dasarnya terdiri dari 3 komponen yaitu
Biotik, Abiotik dan Budaya. Lingkungan biotik adalah lingkungan yang
hidup, seperti makhluk hidup (manusia, hewan dan tumbuhan) dan tanah,
lingkungan abiotik adalah lingkungan yang mencakup benda-benda tidak
hidup seperti benda, bangunan, dan yang terakhir budaya adalah suatu
kebiasaan yang telah diterapkan di daerah lingkungan sekitar.

1. Ditinjau dari Sarana


Pesawat udara sebagai sarana utama dari transportasi udara hanya
menimbulkan dampak abiotik sebagai berikut:
a. Dampak Biotik

Tabel 1 Matriks Dampak Utama Transportasi Udara

Dampak lingkungan yang dihasilkan selama adanya transportasi udara


menurut matriks dalam Guide Report Aviation Environment Federation
dapat terbagi menjadi biotik, abiotik, dan budaya. Dalam matriks tersebut
selama operasional pesawat melakukan operasional akan berdampak
pada lingkungan biotik ketika pesawat berada pada ketinggian tertentu.
Dampak biotik yang disebabkan adanya lalu lintas transportasi udara
ialah adanya fauna terutama burung yang tertabrak atau masuk ke dalam
mesin pesawat baik ketika pesawat berada di darat maupun ketika
pesawat terbang di udara. Hal tersebut terjadi ketika pesawat akan
melakukan take- off atau landing, menurut UK Civil Aviation Authority
85% pesawat bertabrakan dengan burung terjadi ketika pesawat di
ketinggian di bawah 800 kaki, dan 40% nya terjadi ketika pesawat berada
di perimeter bandar udara.
Menurut Departement For Transportation Inggris, kejadian pesawat
bertabrakan dengan burung dapat terjadi bergantung pada ketinggian
terbang burung dan pola terbang dari burung. Dari data yang disebutkan
oleh UK Civil Aviation Authority terdapat 0,54 kasus tabrakan pesawat
dengan burung setiap 1000 penerbangan di wilayah Inggris.
b. Dampak Abiotik
1) Polutan
Transportasi udara yang meliputi pesawat terbang, helikopter dan balon
udara. Pesawat terbang, helikopter dan balon udara digerakkan oleh
mesin menggunakan bahan bakar. Pada pesawat terbang menggunakan
bahan bakar jenis avtur (jet fuel) atau kerosene. Avtur adalah bahan bakar
fosil yang bersumber pada tambang minyak bumi. Bahan bakar avtur
akan menghasilkan suatu polutan apabila digunakan. Polutan akan
dibuang adalah karbon dioksida (CO2), CO, sulfur dioksida (SO2)
nitrogen oksida (NOx), CH4 .
Slamet, L. (2006) menyatakan bahwa pesawat terbang umumnya terbang
dengan ketinggian 60-80 km di atas permukaan bumi, hal ini dapat
mencemari udara karena bahan bakar fosil tersebut dibuang di lapisan
bagian atas troposfer dan lapisan bagian bawah stratosfer mendekati
lapisan ozon. Pada transportasi darat polutan yang ada di udara dapat
diabsorbsi oleh tumbuhan hijau (apabila tumbuhan hijau dengan CO 2
seimbang) sedangkan transportasi udara tidak dapat diabsorbsi oleh
tumbuhan hijau dapat mengakibatkan banyaknya CO2 di atmosfer dan
berperan sebagai gas efek rumah kaca yang semakin memanasi bumi.
Polutan udara yang ada di atmosfer tersebut dapat dicuci apabila terjadi
hujan. Selain bahan bakar pesawat terbang, terdapat pula gas CFC yang
ada pada freon AC untuk mendinginkan ruang dalam pesawat dan
penyemprot pengharum ruangan dalam pesawat dapat menyebabkan
kerusakan pada lapisan ozon. Penerbangan pesawat terbang dengan
menggunakan mesin jet akan menghasilkan constrails yang
mengakibatkan suhu bumi menjadi relatif tinggi. Lapisan ozon berfungsi
sebagai filter terhadap radiasi sinar ultraviolet dari matahari yang dapat
membahayakan makhluk hidup yang tinggal di bumi.
2) Kebisingan
Menurut Kep. Men LH. No. 48 Tahun (1996), kebisingan adalah bunyi
yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan. Peningkatan tingkat kebisingan yang terus
menerus dari berbagai aktivitas pada lingkungan Bandara dapat berujung
kepada gangguan kebisingan, efek yang ditimbulkan kebisingan
(Sasongko dkk, 2000) :
1) Efek psikologis pada manusia (kebisingan dapat membuat kaget,
mengganggu, mengacaukan konsentrasi).
2) Menginterferensi komunikasi dalam percakapan dan lebih jauh lagi
akan menginterferensi hasil pekerjaan dan keselamatan kerja.
3) Efek fisis kebisingan dapat mengakibatkan penurunan kemampuan
pendengaran dan rasa sakit pada tingkat yang sangat tinggi.
Herawati, P. (2016) mengatakan bahwa pengaruh buruk dari kebisingan
yang terus menerus dari aktifitas bandara tersebut sangat luas
memberikan efek terhadap tingkah laku berupa efek fisiologi dan efek
psikologis yang mengakibatkan terganggunya pendengaran, dimana
manusia normal hanya mampu mendengar suara berfrekuensi 20-20.000
Hz sehingga akan sangat rentan terhadap penurunan kesehatan
masyarakat. Pesawat udara pada saat lepas landas dan mendarat pada
jarak 100 meter dapat menghasilkan bising antara 110 dB hingga 130 dB
(Suryono, dkk, 2012). Dalam jangka waktu pendek gangguan ini tidak
sampai menyebabkan
kerusakan fisiologis pada sistem pendengaran manusia akan tetapi dalam
jangka panjang dapat mengakibatkan menurunnya tingkat ambang
pendengaran manusia.

2. Ditinjau dari Prasarana


Bandar Udara sebagai prasarana transportasi udara memberikan dampak
Biotik, abiotic dan budaya pada kawasan bandar udara. Berikut ini adalah
dampak yang terjadi pada lingkungan dengan adanya bandar udara.
a. Dampak Abiotik
1) Pencemaran Air
Air merupakan kebutuhan kebutuhan utama manusia untuk bertahan
hidup. Kualitas air yang baik merupakan air yang tidak tercemar baik
oleh limbah ataupun zat-zat lainnya. Dampak pencemaran air dari bandar
udara dapat menurunkan kualitas air dari kawasan tersebut. Dalam
Kajian MAnajemen lingkungan Bandar udara Ahmad Yani Semarang
yang dilakukan oleh Ranno Marlany Rachman telah terjadi penurunan
kualitas air permukaan di wilayah Bandar Udara Ahmad Yani Semarang
yang disebabkan oleh Limbah cair domestic, kegiatan sarana dan utilitas
bandar udara dan saluran limbah kota yang melalui sungai silandak. Hal
tersebut diketahui dari hasil Analisa kualitas air sungai silandak dimana
pada hilir sungai parameter residu terlarut sudah tinggi dan pada hulu dan
hilir sungai terdapat beberapa parameter seperti BOD, COD dan fenol
yang tinggi sehingga perlu adanya pengelolaan pencemaran air.
Dampak yang akan terjadi jika air telah tercemar adalah air tersebut tidak
dapat lagi digunakan untuk keperluan rumah tangga, industri dan
pertanian. Selain itu, air lingkungan yang tercemar dapat menyebabkan
lingkungan hidup tidak nyaman untuk dihuni. Dampak terburuk dari
pencemaran ini yaitu kematian dan menimbulkan berbagai macam
penyakit yang disebabkan air yang tercemar.
Upaya penanggulangan dan pengelolaan yang dilakukan di wilayah
bandar udara ahmad yani semarang terkait dengan kualitas air adalah
mengoperasikan dan memelihara penampungan air limbah secara
kontinyu dan mengatur limbah dari kegiatan DPPU dan Bengkel tidak
masuk
saluran drainase tetapi di tamping dalam Rebuse Tank yaitu tempat
penampungan limbah sementara. Selain itu dilakukan pengukuran
kualitas air. Selain itu dilakukan monitoring untuk mengamati
perkembangan dari pengelolaan limbah air agar dapat mengatasi
terjadinya perubahan kualitas air permukaan.

2) Pencemaran tanah (Sampah)


Sumber dampak atau sumber sampah terutama berasal dari penumpang
dan pengunjung bandar udara selain itu juga sampah dari pembersihan
pesawat saat transit, serta karyawan dari pengelola bandar udara itu
sendiri. Daratan mengalami pencemaran apabila ada bahan-bahan asing,
baik yang bersifat organik maupun bersifat anorganik, berada di
permukaan tanah yang menyebabkan daratan menjadi rusak, tidak dapat
memberikan daya dukung bagi kehidupan manusia
Berdasarkan hasil penelitian Yemima Agnes Leoni Berdasarkan data
statistik persampahan di Indonesia tahun 2008 tersebut, menunjukkan
bahwa sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai
barang sisa yang tidak berguna, belum memberi nilai sebagai sumber
daya yang perlu dimanfaatkan. Salah satu bandara besar di Indonesia
adalah bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, sebagai front of east
Indonesia tentunya makassar menjadi salah satu bandara dengan
pengunjung terbanyak. Dampak sampah yang akan terproduksi pun
banyak.
Gambar 1 Komposisi sampah Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.
Berdasarkan data Diagram di atas, dapat diketahui bahwa komposisi
sampah Bandara Internasional Sultan Hasanuddin terdiri dari sisa
makanan, plastik, kertas, kain, kayu, kaca, sisa halaman, kaleng/besi, serta
karet. Sisa makanan memiliki nilai komposisi sebesar 26,370% yang
umumnya berasal dari restoran maupun cafe. Komposisi sisa makanan
merupakan penyumbang kedua terbesar setelah kertas yang memiliki nilai
komposisi sebesar 6,192%. Kertas ini sebagian besar berasal dari area
counter, area check-in, serta terminal kargo.
Sedangkan komponen sampah berupa plastik berada di urutan ketiga
terbesar jenis sampah yang dihasilkan dengan nilai komposisi rata-rata
yaitu 24,954% Komponen sampah berupa kayu umumnya berasal dari
terminal kargo dengan nilai komposisi sebesar 0,559%. Adapun komponen
sampah terkecil berupa kain dengan nilai komposisi sebesar
0,179%.Berikutnya komponen sampah berupa kaca, kaleng/besi, serta
karet masing masing memiliki nilai komposisi sebesar 2,378%, 2,335%,
dan 0,264%. Adapun komponen sampah lainnya berupa sisa halaman
memiliki nilai komposisi sebesar 6,769%. Sisa halaman umumnya berupa
sisa daun.
Berdasarkan gambar 1, dapat diketahui bahwa komposisi sampah terbesar
adalah kertas sebesar 36,192%, sedangkan komposisi sampah terkecil
adalah kain sebesar 0,179%. Di samping itu, komposisi sampah berupa
sisa
makanan sebesar 26,370%, plastik sebesar 24,954%, kayu sebesar 0,559%,
kaca sebesar 2,378%, sisa halaman sebesar 6,76%, kaleng/besi sebesar
2,335%, serta karet sebesar 0,264%.
Berdasarkan data timbulan sampah dan komposisi sampah di Bandara
Internasional Sultan Hasanuddin maka penanganan sampah yang efektif
terhadap sampah yang dihasilkan adalah daur ulang dan pengomposan. Di
mana sampah komposisi sampah yang dapat didaur ulang sebesar 61,146%
dan komposisi sampah yang dapat dijadikan kompos sebesar 33,139%.
Sedangkan sisanya sebesar 5,715% yang terdiri dari kayu, kain,
kaleng/besi dan karet dapat dimanfaatkan menjadi barang bernilai
ekonomis. Di samping itu, perlu pula penanganan pewadahan terpisah
untuk jenis sampah organik dan anorganik.
Pengelolaan yang dilakukan adalah dengan melalui proses pemisahan
sampah di sumbernya agar memudahkan proses pemilahan sampah di TPS
sehubungan dengan proses daur ulang dan pengomposan terhadap sampah
yang dihasilkan. Di samping itu pihak Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin melakukan pengukuran terhadap timbulan sampah dan
komposisi sampah sehingga tersedia data apabila ingin dilakukan prediksi
terhadap timbulan sampah bandara di tahun-tahun yang akan datang.
Setelah diketahui prospek pengembangan terhadap sampah yang
dihasilkan di Bandara Hasanuddin, perlu dilakukan kajian sehingga proses
pengolahan sampah secara daur ulang maupun composting dapat
dilakukan secara efektif.
3) Gas Freon Air Conditioner
Seperti yg kita ketahui sekarang ini banyak sekali isu-isu krisis yang
melanda, mulai dari perubahan iklim yang tidak menentu. Salah satu
penyebabnya yang lazim kita perbincangkan , yaitu CFC, HFC dan HCFC
(C-Chloro, F-Fluor, C- Carbon, H-Hydro) atau disini biasa dikenal dengan
istilah FREON (Syntetic Refrigerant). Chlor adalah gas yang merusak
lapisan ozon sedangkan Fluor adalah gas yang menimbulkan efek rumah
kaca. Global warming potential (GWP) gas Fluor dari freon adalah 510,
artinya freon dapat mengakibatkan pemanasan global 510 kali lebih
berbahaya dibanding CO2, sedangkan Atmosfer Life Time (ALT) dari
freon adalah 15, artinya freon akan bertahan di atsmosfir selama 15 tahun
sebelum akhirnya terurai. Dari hal tersebut kita dapat melihat gambaran
betapa tingginya tingkat danger iousitas yang dihasilkan oleh AC ( Air
Conditioner). Dan kita tahu bahwa seberapa banyak jumlah AC yang
digunakan di dalam Bandara. Dengan jumlah yang begitu banyak, maka
secara tidak langsung akan menambah tingkat intensitas pencemaran udara
di sekitar bandara.
4) Asap Industri Pengolahan Makanan
Yaitu proses pengolahan dan pemanasan seperti pada proses pengolahan
makanan, daging, ikan, dan penyamakan. Bahan pencemar yang dihasilkan
terutama asap, debu, dan bau. Hal ini dapat kita jumpai pada industri kecil
seperti resto dan café yang selalu beroperasi setiap hari.
5) Limbah Buangan Industri Pengolahan Makanan
Limbah buangan yang dimaksud adalah hasil instalasi pengolahan air
buangan oleh industri kecil yang ada di dalam ruang lingkup bandara,
salah satu contohnya adalah café dan resto. Sedangkan bahan pencemarnya
yang terutama adalah gas H2S yang menimbulkan bau busuk.
6) Limbah Pembangunan
Yakni proses pembangunan seperti pembangunan gedung-gedung bandara,
fasilitas bandara, jalan dan kegiatan yang semacamnya. Bahan
pencemarnya yang terutama adalah asap dan debu.
7) Limbah Pembakaran
Limbah Pembakaran yang dimaksud seperti pembakaran sampah,
pembakaran pada kegiatan pembersihan di sekitar lingkungan bandara,
kendaraan bermotor, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan
antara lain asap, debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO).
8) Asap buangan kendaraan operasional Bandar udara
Gas CO yang dominan dihasilkan oleh alat operasional Bandar udara
terhadapa asap buangannya sangat berpotensi menghasilkan daftar polutan
terlebih bila dikalkulasikan dengan gas buangan yang berada diluar Bandar
udara.
b. Dampak Biotik
Bandar udara tidak hanya memberikan dampak biotik terhadap lingkungan di
sekitarnya, namun terdapat pula dampak biotik yang muncul ketika bandar
udara beroperasi. Dilihat dalam Tabel 1 Matriks Dampak Utama Transportasi
Udara, dampak lingkungan biotik yang terpengaruh oleh adanya bandar udara
salah satunya ialah dampak pada keanekaragaman hayati. Dampak
keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh bandar udara berdampak pada
flora dan fauna.
Dampak lingkungan biotik tersebut diawali ketika pembangunan bandar
udara tersebut mengurangi habitat flora dan fauna yang berada di lokasi
bandar udara. Tidak hanya mengurangi, namun habitat flora dan fauna
tersebut menjadi terbagi dan terpisah oleh pagar maupun jalan akses yang
digunakan pada bandar udara. Hal tersebut akan mempersulit hewan dalam
mencari makan dan hewan yang bermigrasi menjadi terganggu bahkan tidak
dapat bermigrasi karena terhalang oleh bangunan bandar udara.
Pengurangan habitat flora dan fauna tersebut juga akan mempengaruhi
ketertarikan fauna pada habitat tersebut, sehingga fauna yang pada awalnya
berada di lokasi tersebut mencari lokasi lain. Hal tersebut tentu akan
mengakibatkan kerusakan ekosistem dan perubahan pada rantai makanan.
Burung menjadi musuh utama dalam transportasi udara. Area bandar udara
berusaha untuk mengurangi adanya burung di sekitar bandar udara dengan
manajemen taman dan manajemen limbah yang ada pada bandar udara. Selain
itu banyak pihak bandar udara yang menggunakan flare gun, noise gun, dan
burung elang untuk mengusir burung dengan populasi burung yang ada.
Hal tersebut menunjukkan adanya konflik antara populasi burung dengan
keamanan penerbangan. Bandar udara menetapkan batas wilayah dalam
mengontrol burung yang ada. Pada 27 bandar udara di Inggris telah
menetapkan radius 13 km dari bandar udara. Pada wilayah tersebut
perencanaan pembangunan harus memiliki persetujuan dengan pemilik
bandar udara. Sehingga, pada wilayah tersebut tidak ada pengembangan dan
pembangunan yang dapat menarik populasi burung. Contohnya
pengembangan area pembuangan sampah dan pertambangan mineral.
Selain itu, bandar udara juga menyebabkan polusi cahaya yang dapat menarik
perhatian fauna. Polusi udara dan kebisingan juga menyebabkan hewan yang
hidup di sekitar bandar udara menjadi terganggu.
Salah satu kasus kontrol populasi burung disekitar bandara ialah pada tahun
1991 di Bandara John F. Kennedy, New York adalah dengan menembak
kawanan burung Seagulls yang berada di area bandara, sebanyak 52,235
burung mati. Tentu hal tersebut berdampak positif pada perbangan di Bandara
JFK New York. Sedangkan di Bandara O’hare, Chicago menggunakan
phyrotechnic atau flare untuk mengusir kawanan bebek dan burung di
kawasan bandara. Tentu kontrol terhadap kawanan burung dapat berdampak
positif pada penerbangan di bandara-bandara tersebut, namun lingkungan
biotik dan ekosistem di sekitarnya tentu akan terganggu.
c. Dampak Budaya
Pembangunan bandar udara memberi pengaruh terhadap budaya masyarakat
di wilayah tersebut, seperti yang dikemukakan Santoso (2010) yang
menyebutkan bahwa kebudayaan sejatinya adalah abstraksi dari pengalaman
manusia dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Selanjutnya, manusia
juga disebutkan sebagai makhluk territorial. Artinya, manusia yang eksis
dalam suatu kawasan tertentu, pada dasarnya adalah karena memerlukan
tempat untuk berlindung, tempat untuk mencari nafkah, tempatnya untuk
melakukan ikatan sosial, tempat untuk melakukan aktualisasi diri, dan
tempat bagi pengembangan keturunan dan pendidikan. Oleh karena itulah
perubahan tutorial akan berdampak terhadap manusia yang eksis di wilayah
atau kawasan tersebut. kajian analisis dampak budaya pembangunan bandara
internasional terhadap masyarakat sekitarnya dengan studi kasus bandara
udara ngurah rai bali yang dilakukan oleh Prof. Dr.Ir Wayan Windia, MS
dengan aspek budaya pola pikir dan Sosial.
1) Pola pikir
Dampak pola pikir masyarakat terhadap bandara udara ini yaitu:
a) Etos Kerja meningkat dikarenakan masyarakat berada pada suasana
kompetitif dalam memanfaatkan peluang kerja untuk meningkat
pendapatan.
b) Pergeseran sosial yang cenderung meningkat disebabkan peluang
kerja meningkat sehingga pendapatan dan status sosial juga
meningkat.
c) Kerjasama yang baik dan terintegrasi terjadi antara penduduk yang
terdiri dari beraneka ragam suku, ras, agama dan pekerjaan.
d) Persaingan dalam berbagai aspek yang terjadi disebabkan
meningkatkan masyarakat pada kawasan tersebut.
2) Sosial
Dampak sosial yang terjadi di masyarakat terhadap bandara udara ini
yaitu:
a) Migrasi yang menonjol pada daerah Tuban, dengan perbandingan
penduduk asli dengan pendatang yaitu 1 : 2. Migrasi yang menonjol
ini mengakibatkan perlu adanya pelestarian dan penjagaan terhadap
kebudayaan asli bali yang cenderung berkaitan erat dengan Agama
Hindu-Budha. Selain itu, perlu peraturan-peraturan desa adat yang
memfilter migrasi yang datang agar selalu diterapkan secara mantap.
b) Meningkatnya perkembangan penduduk di sekitar bandara, maka
desa pakraman mengalami proses redistribusi, sebagai akibat adanya
pemekaran kelurahan.
c) Munculnya lembaga lain akibat meningkatnya jumlah penduduk di
desa pakraman seperti Rukun Tangga (RT), kelompok pengajian. Dll
d) Perubahan mata Pencaharian dari yang bersifat homogen menjadi
heterogen sehingga perlu merumuskan kebijakan untuk menguatkan
ekonomi di wilayah sekitar bandara.
e) Meningkatnya kejahatan dan PSK di sekitar bandara karena bandara
merupakan wilayah terbuka sehingga rawan terjadi masalah-masalah
sosial.
f) Keamanan perlu ditingkatkan sebab bandara internasional Ngurah rai
dapat menjadi jalur peredaran Narkoba baik dari dalam negeri
terlebih dari luar negeri.
2.5 Penanggulangan Dampak Lingkungan Transportasi Udara
1. Penanggulangan polusi dan kebisingan yaitu dampak terhadap lingkungan
akibat transportasi udara belum ditangani secara internasional, salah satu
partisipasi penumpang dengan memasukan dana lingkungan hidup
kedalam harga tiket pesawat terbang. Solusi dari kebisingan yaitu dengan
menyediakan alat pelindung telinga dan melakukan pemeriksaan secara
berkala satu kali dalam setahun untuk memantau kemungkinan
peningkatan gangguan pendengaran pada karyawan seperti yang dilakukan
PT. Angkasa Pura II di bandara Soekarno-Hatta.
2. Penanggulangan dampak pencemaran air yaitu dengan mengupayakan
penanggulangan dan pengelolaan yang dilakukan terkait dengan kualitas
air adalah mengoperasikan dan memelihara penampungan air limbah
secara kontinyu dan mengatur limbah dari kegiatan DPPU dan Bengkel
tidak masuk saluran drainase tetapi di tamping dalam Rebuse Tank yaitu
tempat penampungan limbah sementara. Selain itu dilakukan pengukuran
kualitas air. Selain itu dilakukan monitoring untuk mengamati
perkembangan dari pengelolaan limbah air agar dapat mengatasi terjadinya
perubahan kualitas air permukaan.
3. Penanggulangan dampak pencemaran tanah dari sampah di bandara udara
yaitu dengan Pengelolaan yang dilakukan dengan melalui proses
pemisahan sampah di sumbernya agar memudahkan proses pemilahan
sampah di TPS sehubungan dengan proses daur ulang dan pengomposan
terhadap sampah yang dihasilkan.
4. Untuk mengurangi adanya burung di sekitar bandar udara dengan
manajemen sumber makanan burung, taman ,dan manajemen limbah yang
ada pada bandara udara. Selain itu banyak pihak bandar udara yang
menggunakan flare gun, noise gun, dan burung elang untuk mengusir
burung dengan populasi burung yang ada. Perburuan burung hingga
perusakan sarang burung dan telur untuk mengurangi populasi burung juga
dilakukan di beberapa bandara.
5. Penanggulangan dampak budaya akibat prasarana bandar udara yaitu
dengan adanya pelestarian dan penjagaan terhadap kebudayaan asli bali
yang cenderung berkaitan erat dengan Agama Hindu-Budha. Selain itu,
perlu peraturan-peraturan desa adat yang memfilter migrasi yang datang
agar selalu diterapkan secara mantap.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
Sarana dan prasarana transportasi udara merupakan salah satu komponen
penting yang harus dipenuhi di abad teknologi seperti saat ini. Konektivitas
menjadi kunci untuk pemerataan pembangunan daerah-daerah, terlebih dengan
bentuk geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan mendorong untuk
dibangunkannya sarana prasarana transportasi udara yang baik. Namun sayangnya
pembangunan infrastruktur selalu memiliki dampak, khususnya pada dampak
lingkungan. Transportasi udara sendiri memiliki dampak terhadap lingkungan
dalam ketiga aspeknya, yaitu biotik, abiotic dan budaya.
Dampak yang timbul dari beroperasinya fasilitas transportasi udara dapat
berpengaruh positif maupun negatif. Indonesia sebagai negara yang menjadi
bagian dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) atau United Nation (UN) wajib
menganut sistem pembangunan berkelanjutan (Sustainability Development) yang
memperhatikan perkembangan zaman namun tetap berwawasan lingkungan.
Pada makalah ini telah disampaikan dampak positif dan negatif dari
beroperasinya fasilitas transportasi udara, diantaranya adanya pengaruh polusi,
kebisingan sampai perubahan budaya di sekitar. Tentunya perlu adanya
penanggulangan untuk mencegah menyebarnya pengaruh buruk tersebut. Dengan
memikirkan upaya penanggulangan dari dampak negatif pembangunan sarana dan
prasarana transportasi udara, kita telah berhasil untuk peduli dengan lingkungan
sekitar dan menjaga kehidupan agar berkelanjutan.

3.2 SARAN
Adapun saran dari makalah ini adalah:
1. Dari substansi yang disampaikan pada bab-bab sebelumnya, kita
mengetahui bahwa fasilitas transportasi udara memberikan dampak negatif
yang cukup banyak, sehingga dalam perancangan sarana dan prasarana
transportasi udara baiknya tetap berpedoman pada pembangunan
berkelanjutan.
2. Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut sehingga hipotesis yang muncul
dapat terjawab dengan lebih ilmiah dengan menggunakan data dampak
lingkungan yang terjadi didapatkan dari data lapangan.
3. Penanggulangan yang terdapat pada makalah ini didapatkan dari berbagai
sumber baik dalam maupun luar negeri dengan karakteristik wilayah yang
berbeda-beda, sehingga perlu dipertimbangkan upaya penanggulangan pada
dampak lingkungan yang terjadi pada bandar udara di Indonesia.
4. Penanggulangan yang sudah terlampir dalam makalah ini merupakan saran
yang dapat dilakukan, perlu pengembangan inovasi sehingga
penanggulangan dapat lebih komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

Appold, S.J. and J.D Kasarda. 2010. Looking in all the wrong places?: Catalytic
effects in the context of product cycle theory. in: Ute Knippenberger and
Alex Wall (eds.), Airports in

Aviation Environment Federation.2011. Planning Guide: What Are an Airport’s


Impacts, Inggris.

Button, K. 2010. Economic aspects of regional airport development. in: M.N.


Postorino (eds.)

Cities and Regions: Research and Practise. KIT Scientific Publishing.


Karlsruhe-Germany.

Development of Regional Airports: Theoretical Analyses and Case Studies. WIT


Press. UK.

Dimitriou D. J. and A.J. Voskaki. 2011. Regional Airports’ Environmental


Management: Key Messages From The Evaluation Of Ten European
Airports. in: M. Nadia Postorino (eds), Regional Airports. WIT Press. UK.

Gultom, Osmen. 2002. Pengelolaan Sampah Padat Perkotaan Secara Terpadu.


Pusat

Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif, Batan.

Graham, A. 2008. Managing Airports: An International Perspective.


Butterworth-Heinemann. UK.

Harun lubis. Pengantar Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Bandung,

ITB, 2001.

H Basuki. Merancang, merencana Lapangan Terbang. Penerbit Alumni,

Bandung, 1983
Imiyati. Lapangan terbang. Magister Teknik Sipil, Semarang. 2005;1-5.

Juli Soemirat. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta,


1994.

Juli Soemirat. Toksikologi Lingkungan. Gajah mada University, Yogyakarta,


2003.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Kriteria


Klasifikasi Bandar Udara

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 12. tentang Batas-Batas Keselamatan


Operasi Penerbangan. Tahun 1991

Khomarudinm. 1997. Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Permukiman. PT


Rakasindo, Jakarta.

Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Ministry of Transport and Water Management Netherlands. 1999. Bird Control at


Airports, Belanda.

Nur Nasition. Manajemen Transportasi. PT Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.

PT (Persero) Angkasa Pura I Bandar Udara International Ahmad Yani Semarang.


Selayang Pandang Bandar Udara Ahmad Yani Semarang. Semarang,
2005.

Robert Horonjeff., Francis X McKelvey. Perencanaan dan Perancangan Bandar


Udara. Jilid 2, edisi Ketiga. Terjemahan Penerbit Erlangga, Jakarta, Penerbit
Erlangga, 1993.

Salim Abbas. Manajemen Transportasi. PT Ghalia Indonesia, Jakarta, 1993.

Wisnu Arya W. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta,


2004.
Airports and their environment, CLM/Systems, Inc. Prepared For The U>S

Depatment of Trasportation, 1972

http://www.ceaa-acee.gc.ca/017/017/BP1_88E.PDF di akses pada 14 Agustus,


2019.

Eco Airport Environment Protection, Jepang. 2006

http://www.narita-airport.jp/eco/project_ecoairport/project_ecoairport_e.pdf

di akses pada 14 Agustus, 2019.

Kementerian Lingkungan Hidup. Pengendalian Pencemaran Udara. 2006.

http://www.kpbb.org/makalah_ind/Koordinasi%20Penerapan%20Standard%

20Euro%20II%20Kendaraan%20Tipe%20Baru.pdf di akses pada 15 Agustus,


2019.

Peraturan Pemerintah. No 71 tentang Kebandarudaraan. 2001.

http://www.gtzsfdm.or.id/documents/laws_n_regs/regulations/2001/PP70_20

01.pdf di akses pada 16 Agustus, 2019.

Sakti Adji Adisasmita. Pengembangan Bandara Berwawasan Eco-Airport. 7

November 2006.

http://www.tribun-timur.com/view.php?id=33520&jenis=Opini

di akses pada 16 Agustus, 2019.

Wikipedia. Spesifikasi Bandar Udara Achmad Yani. 2006

http://www.angkasapura1.go.id.com/view.ahmadyani.php?id=33520&jenis=Opin
i di akses pada 16 Agustus, 2019.

Anda mungkin juga menyukai