Anda di halaman 1dari 4

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Nama : Muchamad Wildanul Munir


B. Judul Modul : QUR’AN HADIS
C. Kegiatan Belajar : KRITERIA KESAHIHAN DAN FUNGSI HADIS TERHADAP ALQURAN
(KB 2)

D. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


Peta Konsep
1. Kriteria kesahihan hadis
2. Fungsi hadis terhadap Alquran

URAIAN
1. Kriteria Kesahihan Hadis
Kata sahih dalam bahasa diartikan orang sehat antonim
dari kata al-saqim yakni orang yang sakit, seolah-olah
dimaksudkan hadis sahih adalah hadis yang sehat dan
benar-benar tidak terdapat penyakit dan cacat. Dari
definisi di atas dapat disimpulkan, sebuah hadis dinilai
sahih jika memenuhi lima kriteria berikut, yaitu:
a. Sanadnya bersambung (ittishal al-sanad)
b. Moralitas para perawinya baik (’adalah al-
ruwwat)
c. Intelektualitas para perawinya mumpuni (dhabt
al-ruwwat)
d. Tidak janggal (’adam al-syudzudz)
e. Tidak cacat (’adam al-’illah)
Pertama, yang dimaksud sanadnya bersambun
adalah seluruh mata rantai periwayatnya dari setiap
generasi ke generasi yakni nabi, sahabat, tabi’in dan
tabi’ altabi’in tersambung tanpa ada satupun yang
terputus.
Peta Konsep (Beberapa
Kedua, kualitas perawi harus ‘adil. Ini bukanlah
1 istilah dan definisi) di modul
maksud adil dalam definisi bahasa Indonesia. ‘Adil
bidang studi
dalam istilah ulum al-hadits adalah kondisi perawi
yang beragama Islam, mukallaf, melaksanakan
ketentuan agama dan menjaga muru’ah (Ismail,
1992: 129-134).
Ketiga, dhabt yang merupakan kualitas intelektual
personal perawi. Secara harfiah, dhabt berarti
kokoh, kuat dan tepat. Sedang secara istilah adalah
kekuatan hafalan perawi terhadap hadis yang
diterimanya secara sempurna, mampu
menyampaikannya kepada orang lain dengan tepat
dan mampu memahaminya dengan baik.
Keempat, tidak boleh ada syadz (kejanggalan).
Kelima, tidak boleh ada ‘illat (kecacatan). Cacat
dalam periwayatan hadis, bisa berupa sanad yang
tampak tersambung dan sampai kepada Nabi,
namun pada kenyataannya hanya sampai kepada
sahabat atau tabi’in. Kecacatan juga bisa juga
terjadi berupa kerancuan karena percampuran
dengan hadis lain atau kekeliruan dalam
menyebutkan nama periwayat yang memiliki
kemiripan atau kesamaan dengan periwayat lain
yang kualitasnya berbeda.
2. Fungsi Hadis terhadap Alquran
Secara umum fungsi hadis adalah sebagai penjelas
(bayân) terhadap makna Alquran yang umum, global
dan mutlak. Secara lebih rinci fungsi penjelasan (bayân)
hadis terhadap Alquran, dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bayan Taqrir Posisi hadis sebagai penguat
(taqrir/ta’kid) keterangan Alquran. Artinya Hadis
menjelaskan apa yang sudah dijelaskan
Alquran.
2. Bayan Tafsir yaitu hadis berfungsi sebagai
penjelas terhadap Alquran. Fungsi inilah yang
terbanyak pada umumnya dilakukan hadis
terhadap Alquran. Bayan tafsir ini terdiri dari tiga
macam, yaitu sebagai berikut:
a. Tafsil al-Mujmal
Hadis memberi penjelasan secara
terperinci pada ayat-ayat Alquran yang
masih global, baik menyangkut masalah
ibadah maupun hukum.
b. Takhshish al-`Amm fungsi ini, hadis
mengkhususkan (mengecualikan) ayat-
ayat Alquran yang bersifat umum.
Sebagian ulama menyebut fungsi ini
dengan bayan takhshish.
c. Taqyid al-Muthlaq
Maksud dari taqyid al-Muthlaq adalah
hadis berfungsi membatasi kemutlakan
ayat-ayat Alquran. Alquran pada
sebagian ayatnya menunjukkan
ketentuan yang bersifat mutlak.
3. Bayan Tasyri’
Yang dimaksud bayan tasyri‘ yaitu hadis
berfungsi menciptakan hukum syariat yang
belum dijelaskan oleh Alquran atau dalam
Alquran hanya terdapat pokok-pokoknya saja
(Suparta, 2016: 64). ‘Abbas Mutawalli Hamadah
menyebut fungsi ini dengan “za’id ‘ala kitab al-
karim” (Hamadah, 1965: 161).

4. Bayan Nasakh
Hadis pada fungsi adalah membatalkan atau
menghapus ketentuan yang terdapat dalam
Alquran. Para ulama berbeda pendapat. Di
antara mereka ada yang mengakui fungsi ini dan
ada juga yang menolaknya. Berada pada
barisan pertama adalah golongan Mu’tazilah,
Hanafiyah dan mazhab Ibn Hazm al-Zahiri.
Sementara yang tergolong pada barisan kedua
adalah Imam al-Syafi’i dan sebagian besar
pengikutnya, kelompok Khawarij dan mayoritas
mazhab Zahiriyyah.

3. Hadis tentang Kewajiban Mencari Ilmu: Analisis


Kesahihan Hadis
Di antara hadis yang sangat populer tentang kewajiban
mencari ilmu adalah sebagai berikut yang artinya:
“Rasulullah saw bersabda: mencari ilmu itu wajib atas
setiap orang Muslim” (HR. Ibn Majah, 220)
Hadis yang diriwayatkan pertama kali oleh Anas bin
Malik salah seorang sahabat terdekat Rasulullah ini
dapat dijumpai di banyak kitab hadis, antara lain di
Sunan Ibn Majah yang merupakan salah satu di antara
enam kitab Hadis (al-Kutub alSittah) yang mu’tabar
yakni diakui dan dijadikan referensi. Selain Anas bin
Malik, sahabat Rasulullah yang juga meriwayatkan
hadis ini adalah Abu Said al-Khudri sebagaimana
disebutkan dalam kitab Musnad al-Syihab karya
Muhammad Ibn Salamah Ibn Ja’far. Karena banyaknya
kitab yang mencantumkan hadis ini, maka hadis inipun
sangat sering dikutip dalam karya-karya ilmiah, buku-
buku maupun tulisan populer serta kerap juga diungkap
dalam seminar dan ceramah-ceramah.
Perintah mencari ilmu ini, betul-betul diperhatikan oleh
kaum Muslimin sehingga sejak awal perkembangan
peradaban Islam aktivitas belajar dan mengajar sangat
intensif dilakukan. Beberapa sahabat dikirim oleh
Rasulullah ke berbagai tempat seperti Yaman, Syam
dan Mesir untuk memberikan pengajaran. Setelah itu, di
masa tabi’in banyak pencari ilmu yang melakukan rihlah
ilmiyah yakni pengembaraan dalam rangka mencari
ilmu. Rihlah ilmiyah dilakukan karena kebanyakan
pelajar Islam tidak puas dengan pengetahuan yang
diperoleh dari belajar kepada sedikit guru. Karena itu,
mereka tidak segan-segan melakukan perjalanan jauh
untuk belajar pada guru di kota-kota yang mereka tuju.
Dengan aktivitas rihlah ilmiyah ini, pendidikan Islam
sejak masa klasik tidak terbatasi oleh dinding ruang
belajar. Sebaliknya, pendidikan Islam memberi
kebebasan kepada murid-murid untuk belajar kepada
guru-guru yang mereka kehendaki. Selain murid-murid,
guru-guru juga melakukan perjalanan dan berpindah
dari satu kota ke kota lain untuk mengajar sekaligus
belajar. Dengan demikian aktivitas rihlah ilmiyah
menjadi cikal bakal lahirnya learning society
(masyarakat belajar).
implikasi pada aktivitas mencari ilmu secara individual,
hadis Rasulullah tentang kewajiban belajar ini
mendorong lahirnya lembaga-lembaga pendidikan
Islam baik yang formal maupun informal. Perbedaan
antara formal dan informal dalam pendidikan Islam di
masa klasik terlihat pada hubungannya dengan negara.
Lembaga pendidikan formal adalah lembaga
pendidikan yang didirikan oleh negara untuk
mempersiapkan pemuda-pemuda Islam agar
menguasai pengetahuan agama dan berperan dalam
agama, atau menjadi tenaga birokrasi, atau pegawai
pemerintahan. Lembaga-lembaga pendidikan formal ini
dibiayai oleh negara dan dibantu oleh orang-orang kaya
melalui wakaf yang mereka berikan. Pengelolaan
administrasi berada di tangan penguasa. Sedangkan
lembaga pendidikan informal tidak dikelola oleh negara,
melainkan oleh swasta atau swadaya masyarakat. Di
antara bentuk lembaga-lembaga pendidikan Islam di
masa klasik adalah:
1. Maktab/Kuttab yang merupakan lembaga
pendidikan dasar
2. Halaqah, yang merupakan pendidikan tingkat
lanjut setingkat dengan college.
3. Majlis, yakni kegiatan transmisi keilmuan dari
berbagi disiplin ilmu
4. Masjid Jami atau univesitas, seperti Masjid Jami
al-Azhar di Cairo, Masjid alManshur di Baghdad,
dan Masjid Umayyah di Damaskus.
5. Khan yaitu asrama pelajar atau tempat belajar
secara privat.
6. Ribath yaitu tempat kegiatan kaum sufi
7. Rumah-rumah ulama
8. Perpustakaan
9. Observatorium seperti Baitul Hikmah yang
dibangun oleh al-Makmun di Baghdad dan Darul
Hikmah yang dibangun oleh al-Hakim di Mesir.
Dengan ilmu manusia dapat menciptakan
kebudayaan dan membangun peradaban. Dengan
ilmu pula manusia dapat mengatur tata kehidupan
dan pola interaksi sesama manusia. kehancuran
alam, tidak akan terjadi selama ilmu masih menjadi
panduan kehidupan manusia. Sebaliknya, hilangnya
ilmu merupakan salah satu sebab akan datangnya
hari kehancuran tersebut. Hal ini karena dengan
tanpa ilmu manusia akan mengalami kebodohan.
Kebodohan inilah yang akan menyebabkan mereka
melakukan pelanggaran dan perusakan di muka
bumi.
Selain berperan penting dan memberikan manfaat
yang positif dalam kehidupan manusia, ilmu juga
menempatkan pemiliknya pada kedudukan istimewa
di antara manusia dan makhluk-makhluk Allah yang
lain. Terdapat lima keistimewaan bagi orang yang
berilmu, yaitu:
1. Diiringi perjalannya oleh Allah menuju surge
2. Diridhai oleh para malaikat
3. Didoakan oleh makhluk-makhluk yang ada di
darat, di udara serta yang ada di dalam air.
4. Dinilai lebih utama dibanding ahli ibadah
5. Dinyatakan sebagai pewaris para nabi

1. Hal yang menjadi argumentasi bagi yang menerima fungsi


ini adalah persepsi bahwa adanya dalil syara’ yang
Daftar materi bidang studi mengubah suatu hukum karena telah berakhir masa
2 yang sulit dipahami pada keberlakuannya serta tidak bisa dipraktikkan lagi; dan
modul asumsi bahwa Sang Pembuat syariat menurunkan ayat
tersebut hanya temporal saja tidak berlaku selamanya.

1. Kesediaan melakukan perjalanan jauh sekalipun untuk


mencari ilmu tidak terlepas dari dorongan Rasulullah saw
Daftar materi yang sering
dalam sebuah hadis yang artinya:
3 mengalami miskonsepsi
“Rasulullah saw bersabda: “Carilah ilmu walau sampai ke
dalam pembelajaran
negeri Cina”. Ini bukanlah hadis sebagaimana banyak
orang yang meyakininya.

Anda mungkin juga menyukai