Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ACTUATING​: KEPEMIMPINAN
Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah asas manajemen yang diampu oleh :
Renjana, M. A.

Disusun oleh: Kelompok 7

Agam Tri Pamungkas 2020310002


Dian Natalia Setiawan 2020310008
Fahmi Nizar Luthfian 2020310011
Mhd. Rohiyan Ansari 2020145001
Tabrits Maulani 2020310009
Walidah Salis 2016230154

MATA KULIAH ASAS MANAJEMEN - A


INSTITUT ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat, hidayah serta karunianya hingga kita semua dapat melakukan aktivitas
sehari-hari dengan lancar. Penulis juga tidak lupa menunjukkan shalawat serta salam kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai teladan yang patut dicontohi karena telah membawa kita ke
zaman yang terang benderang ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik. Terima kasih
juga kepada ibu Renjana, M.A. yang sudah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan kami serta ilmu yang kelak akan bermanfaat dan berguna dalam kehidupan kami
kedepannya. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah
membantu kami dalam menyediakan tempat yang nyaman dan juga fasilitas-fasilitas penunjang
lainnya sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.

Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang
membacanya. Kami menyadari masih banyaknya kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, penulis memohon maaf dan mohon saran dan kritiknya agar makalah ini dapat lebih baik
lagi.

Jakarta, 14 Desember 2020

Kelompok 7
DAFTAR ISI

BAB I 4
1.1 Latar Belakang Masalah 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 5
BAB II 6
2.1 Definisi Kepemimpinan (Actuating) 6
2.2 Gaya Kepemimpinan Otokratis 6
2.3 Gaya kepemimpinan Demokrasi (Demokratis) 7
2.4 Gaya kepemimpinan bebas (Laissez Faire) 9
2.5 Kepemimpinan Transaksional Dan Transformasional 10
2.6 Studi Kasus 16
BAB III 20
3.1 Kesimpulan 20
3.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Manajemen seringkali disebut dengan ‘’pengelolaan’’. Pengelolaan merupakan kata
yang digunakan sehari-hari, sehingga diandaikan semua orang tahu artinya. Definisi
sesungguhnya kata manajemen tersebut ternyata banyak sekali, tergantung pada cara pandang,
kepercayaan, atau pengertian seseorang. Terry (dalam Hasibuan, 2013:4) mendefinisikan
manajemen sebagai ‘’kekuatan yang mengendalikan bisnis, sehingga menentukan berhasil
tidaknya bisnis’’, ada pula yang menyebut manajemen ‘’bagaimana mendapatkan sesuatu
melalui orang lain’’, ‘’perencanaan dan implementasi’’, dan sebagainya.
Dalam pengertian tersebut jelas menunjukkan ada aktivitas yang jelas berupa proses
manajemen. Selanjutnya, aktivitas dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dan dilakukan
melalui orang lain dengan bantuan sumber daya lain pula. Orang dan sumber daya lain biasa
disebut 5M, yaitu Men, Materials, Machines, Methods, dan Money (Sapendi, 2016:67).
Istilah manajemen dan kepemimpinan memang sering dipertukarkan. Hal ini terjadi
karena aktivitas manajemen, yang mencakup perencanaan (planning), pengarahan (leading),
pengorganisasian (organizing), dan pengendalian (controlling), dianggap tidak berbeda dengan
aktivitas kepemimpinan. Namun John Kotter (dalam Yudiaatmaja, 2015:5), dari Harvard
Business School mengemukakan pendapatnya bahwa manajemen berkaitan dengan mengatasi
kerumitan, sedangkan kepemimpinan berkaitan dengan mengatasi perubahan. Hal tersebut dapat
dipertegas lagi bahwa kepemimpinan berkaitan dengan visi terhadap masa depan, sedangkan
manajemen berkaitan dengan mengimplementasikan visi dan strategi yang disajikan oleh para
pemimpin. Perbedaan kedua istilah tersebut dikemukakan juga oleh Robert House dari Wharton
School pada University of Pennsylvania (dalam Yudiaatmaja, 2015:6).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu kepemimpinan?
2. Bagaimana gaya kepemimpinan otokratis?
3. Bagaimana gaya kepemimpinan demokratis?
4. Bagaimana gaya kepemimpinan Laissez-faire?
5. Apa saja jenis kepemimpinan?
6. Studi kasus

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan makalah ini:

1. Untuk memenuhi tugas kuliah.


2. Untuk mengetahui apa itu kepemimpinan.
3. Untuk memahami gaya kepemimpinan otokratis.
4. Untuk memahami gaya kepemimpinan demokratis
5. Untuk memahami gaya kepemimpinan Laissez-faire.
6. Untuk mengetahui jenis kepemimpinan yaitu transaksional & tradisional.
7. Untuk memahami bagaimana konsep Actuating: Kepemimpinan dilakukan oleh
perusahaan masa kini.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kepemimpinan (​Actuating)​


Kepemimpinan adalah tindakan yang dapat menjamin terlaksananya tugas-tugas seorang
pemimpin sesuai dengan rencana, kebijaksanaan, dan ketentuan-ketentuan lain yang telah
dihasilkan. Perintah yang dikeluarkan oleh pimpinan itu juga punya arti sinkronisasi dan
koordinasi terhadap berbagai tugas yang dilaksanakan oleh berbagai bagian. Selanjutnya,
perintah yang dikeluarkan pimpinan dalam pembimbingan, dapat dilakukan dalam bentuk lisan
maupun tertulis.
Oleh karena itu, manajemen merupakan suatu jabatan yang memiliki peranan penting
dalam sebuah organisasi, mereka bertanggung jawab untuk membuat rencana, mengatur,
mengkoordinasi, memimpin dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai tujuan
organisasi serta menangani dan menghadapi berbagai situasi kondisi yang muncul di dalam
organisasi.
Dalam makalah ini, akan dibahas tiga gaya kepemimpinan dan dua jenis kepemimpinan
dalam manajemen. Menurut Psikolog terkenal yang bernama Kurt Lewin, terdapat tiga gaya
kepemimpinan yang utama dalam menangani permasalahan dan pengambilan keputusan, ketiga
gaya tersebut terdiri atas gaya kepemimpinan otokratis, gaya kepemimpinan demokratis, dan
gaya kepemimpinan laissez-faire.

2.2 Gaya Kepemimpinan Otokratis


Dalam Gaya Kepemimpinan Otokratis, seorang Pemimpin atau Manajer Otokratis tidak
memberikan wewenang pengambilan keputusan kepada bawahan. Pengambilan Keputusan
dengan gaya kepemimpinan Otokratis ini biasanya tidak melakukan konsultasi atau
mendengarkan gagasan dari bawahan terlebih dahulu. Gaya kepemimpinan ini sangat berguna
pada saat keputusan harus diambil secepatnya atau ketika keputusan tersebut tidak memerlukan
masukan maupun kesepakatan dengan tim atau bawahannya. Manajer atau Pemimpin yang
menggunakan gaya otokratis ini harus memiliki keahlian pada bidang dimana dia harus
mengambil keputusan dan kemampuan dalam mempengaruhi anggota Tim ataupun bawahannya
untuk bekerja sama agar tercapainya tujuan yang dikehendakinya. Namun di sisi negatifnya,
anggota Tim atau bawahannya akan merasa tidak dihargai sehingga berkurangnya motivasi kerja
dan mengakibatkan tingginya tingkat absensi dan pertukaran karyawan.

2.3 Gaya kepemimpinan Demokrasi (Demokratis)

Dalam gaya ini pemimpin sering mengadakan konsultasi dengan mengikuti bawahannya dan
aktif dalam menentukan rencana kerja yang berhubungan dengan kelompok. Disini pemimpin
seperti moderator atau koordinator dan tidak memegang peranan seperti pada kepemimpinan
otoriter. Partisipan digunakan dalam kondisi yang tepat akan menjadikan hal yang efektif.
Maksudnya supaya dapat memberikan kesempatan pada bawahannya untuk mengisi atau
memperoleh kebutuhan egoistisnya dan memotivasi bawahan dalam menyelesaikan tugasnya
untuk meningkatkan produktivitasnya pada pemimpin demokratis, sering mendorong bawahan
untuk ikut ambil bagian dalam hal tujuan-tujuan dan metode-metode serta menyokong ide-ide
dan saran-saran. Disini pemimpin mencoba mengutamakan “human relation” (hubungan antar
manusia) yang baik dan mengerjakan secara lancar.

● Kebaikan dari gaya kepemimpinan ini adalah :

a. Memberikan kebebasan lebih besar kepada kelompok untuk megadakan pengambilan


keputusan.

b. Merasa lebih bertanggungjawab dalam menjalankan pekerjaan.

c. Produktivitas lebih tinggi dari apa yang diinginkan manajemen dengan catatan bila situasi
memungkinkan.

d. Lebih matang dan bertanggung jawab terhadap status dan pangkat yang lebih tinggi.

● Kelemahannya adalah:

a. Harus banyak membutuhkan koordinasi dan komunikasi.

b. Membutuhkan waktu yang relatif lama dalam mengambil keputusan.

c. Memberikan persyaratan tingkat “skilled (kepandaian) yang relatif tinggi bagi pimpinan.
d. Diperlukan adanya toleransi yang besar pada kedua belah pihak karena dapat menimbulkan
perselisihan.

Karakteristik Kepemimpinan Demokratis

Dari ​Cleverism​, seorang psikolog organisasional keturunan Jerman-Amerika, Kurt Lewin,

mengatakan ada tiga elemen inti dari kepemimpinan demokratis, yaitu:

● Pemimpin mengharapkan bawahan untuk melapor mengenai progres tugas.

● Leader​ mengharapkan bawahan menunjukkan kepercayaan diri dan kemampuan

maksimalnya untuk menyelesaikan sesuatu tanpa pengawasan terus-menerus.

● Pemimpin mengharapkan bawahan melibatkan orang lain dalam proses pengambilan

keputusan dan tidak bertindak sendiri.

Selain tiga elemen di atas, beberapa karakteristik utama dari kepemimpinan demokratis juga

meliputi:

● Anggota kelompok didorong untuk berbagi gagasan dan pendapat, meski pemimpin tetap

yang ketok palu atas keputusan akhir.

● Anggota kelompok merasa lebih terlibat dalam proses pengambilan keputusan sehingga

mereka lebih cenderung peduli dengan hasil akhirnya.

Lalu, bagaimana dengan kualitas pemimpinnya?


Pemimpin demokratis yang baik dapat menumbuhkan kepercayaan dan rasa hormat di antara

para anggota. Tiap anggota tulus berpartisipasi dan mendasarkan keputusan mereka pada moral

dan nilai-nilai yang dianut bersama dalam grup.

Pemimpin yang baik juga cenderung mencari berbagai pendapat dan tidak berusaha

membungkam suara-suara yang berbeda atau yang menawarkan sudut pandang kurang populer.

Maka itu, para peneliti berpendapat bahwa para pemimpin demokratis yang baik harus memiliki

sifat-sifat spesifik seperti di bawah ini untuk bisa menjadi mediator andal:

● kejujuran

● kecerdasan (Intelegensi)

● keberanian

● kreativitas

● kompetensi

● rasa keadilan

2.4 Gaya kepemimpinan bebas (Laissez Faire)


Gaya kepemimpinan Laissez Faire adalah gaya kepemimpinan kendali bebas. Pendekatan
ini bukan berarti tidak adanya sama sekali pimpinan. Gaya ini berasumsi bahwa suatu tugas
disajikan kepada kelompok yang biasanya menentukan teknik-teknik mereka sendiri guna
mencapai tujuan tersebut dalam rangka mencapai sasaran-sasaran dan kebijakan organisasi.
Kepemimpinan pada tipe ini melaksanakan perannya atas dasar aktivitas kelompok dan pimpinan
kurang mengadakan pengontrolan terhadap bawahannya. Pada tipe ini pemimpin akan
meletakkan tanggung jawab keputusan sepenuhnya kepada para bawahannya, pemimpin akan
sedikit saja atau hampir tidak sama sekali memberikan pengarahan. Pemimpin pada gaya ini
sifatnya positif dan seolah-olah tidak mampu memberikan pengaruh kepada bawahannya.

● Kebaikan dari gaya kepemimpinan ini:

a. Ada kemungkinan bawahan dapat mengembangkan kemampuannya, daya kreativitasnya untuk


memikirkan dan memecahkan persoalan serta mengembangkan rasa tanggung jawab.

b. Bawahan lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang ia anggap penting dan tidak
bergantung pada atasan sehingga proses yang lebih cepat.

● Kelemahannya adalah:

a. Bila bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, ada kemungkinan terjadi penyimpangan dari
peraturan yang berlaku dari bawahan serta dapat mengakibatkan salah tindak dan memakan
banyak waktu bila bawahan kurang pengalaman.

b. Pemimpin sering sibuk sendiri dengan tugas-tugas dan terpisah dari bawahan. Beberapa tidak
membuat tujuan tanpa suatu peraturan tertentu.

c. Kelompok dapat mengkambinghitamkan sesuatu, kurang stabil, frustasi, dan merasa kurang
aman.

2.5 Kepemimpinan Transaksional Dan Transformasional

2.5.1 Pengertian Kepemimpinan Transaksional

Menurut Wibowo (2014, p.300) transactional leadership adalah kepemimpinan yang membantu
organisasi mencapai sasaran sekarang dengan lebih efisien, seperti dengan menghubungkan
kepuasan kerja pada penilaian reward dan memastikan bahwa pekerja mempunyai sumber daya
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.Kepemimpinan transaksional lebih mengarah
kepada pemimpin yang menekankan pemberian penghargaan kepada bawahan dan pengontrolan
pekerjaan bawahannya dan mengarahkan mereka pada tujuan yang telah ditetapkan demi
memperjelas peran serta tuntutan tugas (Garnasih dan Pramadewi, 2013).
Kepemimpinan transaksional adalah model kepemimpinan dimana seorang pemimpin lebih
cenderung memberikan arahan pada bawahannya, dan memberi insentif serta hukuman pada
kinerja mereka serta menitikberatkan terhadap perilaku untuk membimbing
pengikutnya.(Maulizar dan Yunus, 2012). Gaya kepemimpinan transaksional juga dikenal
sebagai kepemimpinan manajerial yang berfokus pada peran pengawasan, organisasi, dan kinerja
kelompok. Gaya kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan dimana pemimpin
mendorong kepatuhan pengikutnya melalui dua faktor yaitu imbalan dan hukuman. Para
pemimpin dengan gaya kepemimpinan transaksional bekerja dengan cara memperhatikan kerja
karyawan untuk menemukan kesalahan dan penyimpangan. Jenis kepemimpinan ini sangat
efektif dalam situasi krisis dan darurat.
Istilah transactional berasal dari bagaimana tipe pemimpin ini memotivasi pengikut untuk
melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Pemimpin transaksional menentukan
keinginan-keinginan pengikut dan memberi sesuatu yang mempertemukan Pengaruh
Kepemimpinan Transaksional dan Kepemimpinan Transformasional keinginan itu dalam
pertukaran karena pengikut melakukan tugas tertentu atau menemukan sasaran spesifik. Jadi,
suatu transaction atau exchange process antara pemimpin dan pengikut, terjadi pada saat
pengikut menerima reward dari job performance dan pemimpin memperoleh manfaat dari
penyelesaian tugas-tugas.

Karakteristik Kepemimpinan Transaksional Indikator kepemimpinan adalah sebagai berikut :


1. Imbalan Kontingen (Contingent Reward) Bawahan akan menerima imbalan dari pemimpin
sesuai dengan kemampuannya dalam mematuhi prosedur tugas dan keberhasilannya mencapai
target-target yang telah ditentukan.
2. Manajemen eksepsi aktif (active management by exception) Faktor ini menjelaskan tingkah
laku pemimpin yang selalu melakukan pengawasan secara direktif terhadap bawahannya.
Pengawasan direktif yang dimaksud adalah mengawasi proses pelaksanaan tugas bawahan secara
langsung.
3.Manajemen eksepsi pasif (passive management by exception) Seorang pemimpin transaksional
akan memberikan peringatan dan sanksi kepada bawahannya apabila terjadi kesalahan dalam
proses yang dilakukan oleh bawahan yang bersangkutan.

2.5.2 Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang kharismatik dan mempunyai


peran sentral serta strategi dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin
transformasional juga harus mempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan
dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari
pada apa yang mereka butuhkan.

Ciri-Ciri Kepemimpinan Transformasional

Menurut Robbins dan Judge “2008:91”, ciri-ciri kepemimpinan transformasional yaitu:

1. Idealized Influence “Pengaruh Ideal”

Idealized Influence “pengaruh ideal” adalah perilaku pemimpin yang memberikan


visi dan misi, memunculkan rasa bangga, serta mendapatkan respek dan kepercayaan
bawahan. Idealize influence disebut juga sebagai pemimpin yang kharismatik, dimana
pengikut memiliki keyakinan yang mendalam pada pemimpinnya, merasa bangga bisa
bekerja dengan pemimpinnya dan mempercayai kapasitas pemimpinnya dalam mengatasi
setiap permasalahan.

2. Inspirational Motivation​ “Motivasi Inspirasional”

Inspirational Motivation adalah perilaku pemimpin yang mampu


mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menyampaikan visi bersama secara menarik
dengan menggunakan simbol-simbol untuk memfokuskan upaya bawahan dan
menginspirasi bawahan untuk mencapai tujuan yang menghasilkan kemajuan penting
bagi organisasi.

3. Intellectual Stimulation “Stimulasi Intelektual”


Intellectual Stimulation adalah perilaku pemimpin yang mampu meningkatkan
kecerdasan bawahan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi mereka, meningkatkan
rasionalitas dan pemecahan masalah secara cermat.

4. Individualized Consideration “Pertimbangan Individual”

Individualized Consideration adalah perilaku pemimpin yang memberikan


perhatian pribadi, memperlakukan masing-masing bawahan secara individual sebagai
seorang individu dengan kebutuhan, kemampuan dan aspirasi yang berbeda, serta melatih
dan memberikan saran. Individualized consideration dari kepimpinan transformasional
memperlakukan masing-masing bawahan sebagai individu serta mendampingi mereka,
memonitor dan menumbuhkan peluang.

Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Transformasional

Prinsip-prinsip yang harus diciptakan oleh seorang pemimpin transformasional yaitu


“Erik Rees, 2001” yaitu:

1. Simplifikasi

Keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah visi yang akan menjadi
cermin dan tujuan bersama. Kemampuan serta keterampilan dalam mengungkapkan visi
secara jelas, praktis dan tentu saja transformasional yang dapat menjawab kemana kita
akan melangkah?? menjadi hal pertama yang penting untuk kita implementasikan.

2. Motivasi

Kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang terlibat


terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu kita lakukan. Pada saat
pemimpin transformasional dapat menciptakan suatu sinergitas didalam organisasi,
berarti seharusnya dia dapat pula mengoptimalkan, motivasi dan memberi energi kepada
setiap pengikutnya. Praktisnya dapat saja berupa tugas atau pekerjaan yang betul-betul
menantang serta memberikan peluang bagi mereka pula untuk terlibat dalam suatu proses
kreatif baik dalam hal memberikan usulan ataupun mengambil keputusan dalam
pemecahan masalah, sehingga hal ini pula akan memberikan nilai tambah bagi mereka
sendiri.

3. Fasilitasi

Dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi pembelajaran


yang terjadi didalam organisasi secara kelembagaan, kelompok ataupun individual. Hal
ini akan berdampak pada semakin bertambahnya modal intelektual dari setiap orang yang
terlibat didalamnya.

4. Mobilitasi

Yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi dan
memperkuat setiap orang yang terlibat didalamnya dalam mencapai visi dan tujuan.
Pemimpinan transformasional akan selalu mengupayakan pengikut yang penuh dengan
tanggung jawab.

5. Siap Siaga

Yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka sendiri dan
menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif.

6. Tekad

Yaitu tekad bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat untuk
menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk itu tentu perlu pula didukung oleh
pengembangan disiplin spiritualitas, emosi dan fisik serta komitmen.

Model Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan dipahami dalam dua pengertian, yaitu sebagai kekuatan untuk


menggerakkan orang dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan
mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan terhadap para
anggota kelompok.
Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan
dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Menurut Stoner semakin banyak jumlah
sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin,akan makin besar potensi kepemimpinan yang
efektif.

Setiap pemimpin dipilih karena dianggap memiliki visi dan misi yang jelas, dan
sebaiknya seseorang sulit untuk menjadi pemimpin jika ia dianggap tidak memiliki visi dan misi
yang jelas. Kejelasan visi dan Misi mampu memberi arah bagi kelanjutan suatu organisasi
dimasa yang akan datang.

Salah satu model kepemimpinan pendidikan yang diperdiksi mampu mendorong


terciptanya efektifitas institusi pendidikan adalah kepemimpinan transformasional. Jenis
kepemimpinan ini menggambarkan adanya tingkat kemampuan pemimpin untuk mengubah
mentalitas dan perilaku pengikut menjadi lebih baik dengan cara menunjukkan dan mendorong
mereka untuk melakukan sesuatu yang kelihatan mustahil. Konsep kepemimpinan ini
menawarkan perspektif perubahan pada keseluruhan institusi pendidikan, sehingga pengikut
menyadari eksistensinya untuk membangun institusi yang siap menyongsong perubahan bahkan
menciptakan perubahan.

Kelebihan dan Kekurangan Kepemimpinan TransformasionalTerdiri atas:

1. Kelebihan dari kepemimpinan transformasional :

● Tidak membutuhkan biaya yang besar (organisasi profit)


● Komitmen yang timbul pada karyawan bersifat mengikat emosional
● Mampu memberdayakan potensi karyawan
● Meningkatkan hubungan interpersonal

2. Kekurangan dari kepemimpinan transformasional :

● Waktu yang lama agar komitmen bawahan tumbuh terhadap pemimpin


● Tidak ada jaminan keberhasilan pada bawahan secara menyeluruh
● Membutuhkan perhatian pada detail
● Sulit dilakukan pada jumlah bawahan yang banyak

2.6 Studi Kasus


Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Semangat Kerja Karyawan,
Studi Kasus Pada KUD Gondanglegi.
KUD Gondanglegi memiliki beberapa unit di bidang usaha antara lain: unit sapi perah,
unit kemitraan, unit simpan pinjam, unit swamitra, unit pakan, unit listrik ,unit angkutan. Selama
ini KUD Gondanglegi melakukan pergantian pimpinan sebanyak 5 tahun sekali, dari
masing-masing pemimpin yang telah terpilih mereka menerapkan gaya kepemimpinan yang
berbeda-beda dalam setiap kepemimpinannya, pengambilan keputusan dalam setiap
permasalahan yang terjadi dan cara pemimpin memotivasi karyawan pun juga dengan cara yang
berbeda.
Berdasarkan fenomena semangat kerja karyawan di KUD Gondanglegi Malang selalu
mengalami perubahan dari waktu ke waktu, semua ini karena dorongan dan perhatian dari
pimpinan yang berwenang saat ini. Menurut beberapa karyawan kepemimpinan saat ini memiliki
semangat yang tinggi di bandingkan dengan pemimpin yang dahulu. Fenomena lain yang juga
terjadi sehingga menarik peneliti untuk melakukan penelitian adalah kepemimpinan saat ini yang
diterapkan oleh manajer pada KUD Gondanglegi adalah kepemimpinan yang mana seorang
pemimpin menyerahkan wewenang kepada bawahannya dalam mengambil keputusan secara
penuh untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh perusahaan. Pemimpin sangat percaya
kepada bawahannya mampu melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan dengan baik.
Untuk meningkatkan semangat kerja karyawan tentu harus tetap memberikan perhatian
dan pengarahan terhadap karyawan dan juga tetap menjaga terjalinnya suatu hubungan yang
harmonis antara pimpinan dengan bawahannya yang tentunya dengan pendekatan gaya
kepemimpinan. Dengan gaya kepemimpinan yang tepat, maka akan dapat meningkatkan
semangat kerja karyawan pada KUD Gondanglegi, sehingga tujuan dari organisasi atau
perusahaan akan dapat tercapai secara maksimal.
Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana gaya
kepemimpinan, semangat kerja karyawan serta pengaruh gaya kepemimpinan terhadap semangat
kerja karyawan studi kasus pada KUD Gondanglegi.
Metode Penelitian
Berdasarkan objek penelitian, jenis penelitian ini berupa survey yaitu penelitian yang
mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data
yang pokok.

A. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang dalam hubungannya dengan variabel lain
bertindak sebagai penyebab atau yang mempengaruhi variabel lain, variabel bebas pada
penelitian ini adalah gaya kepemimpinan (X). Gaya kepemimpinan adalah perilaku
seseorang untuk memotivasi orang lain agar mau bekerjasama dalam suatu organisasi
atau perusahaan untuk mencapai tujuan.
Indikator dari gaya kepemimpinan adalah:
1. Cara mendelegasikan wewenang
Yaitu cara yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam memberikan wewenang
kepada bawahan atau karyawan.
2. Cara pemimpin mengambil keputusan
Yaitu cara yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam mengambil suatu
keputusan, apakah keputusan yang diambil melibatkan bawahan atau tidak.
3. Upaya pemimpin dalam mempengaruhi karyawan
Yaitu bagaimana pemimpin dalam mempengaruhi pegawai apakah dengan cara
memberikan keleluasaan berhubungan antar pribadi kepada para bawahan,
meskipun pimpinan tersebut terkesan memiliki sifat yang acuh kepada para
karyawannya. Bahkan pemimpin memberikan penghargaan kepada para
karyawannya yang sukses dalam melakukan pekerjaannya.
4. Perhatian dan pengarahan
Yaitu cara dari seseorang pemimpin dalam memberikan perhatian dan pengarahan
kepada karyawannya dalam setiap pekerjaan agar bekerja lebih giat.

B. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang besar kecilnya nilai dipengaruhi oleh
variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah semangat
kerja karyawan (Y).
Semangat kerja karyawan adalah karyawan dalam melakukan pekerjaan lebih giat
sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diselesaikan lebih cepat dan lebih baik.
Indikator dari semangat kerja karyawan:
1. Tingkat produktivitas
Yaitu bagaimana para karyawan menyelenggarakan pekerjaannya sesuai dengan waktu
dan target yang telah ditetapkan.
2. Tingkat absensi
Yaitu naiknya tingkat absensi juga indikasi turunnya semangat kerja. Jika semangat kerja
menurun, maka yang terjadi karyawan menjadi malas bekerja. Apalagi bila tingkat
kompensasi yang diterimanya tidak dipotongkan atau hari absensinya tersebut. Namun,
untuk mengetahui indikasi turunnya semangat kerja tersebut harus dilihat dari tingkat
absensinya.
3. Tingkat kegelisahan
Yaitu kegelisahan ini dapat terwujud dalam bentuk ketidaktenangan kerja, keluh dan
lain-lain. Perusahaan harus berusaha untuk mencari faktor yang menyebabkan hal ini dan
kemudian mencari solusinya.

Jenis Sumber Data


Adapun data yang akan atau dikumpulkan adalah berupa data Primer dan sekunder. Data
ini dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner kepada karyawan KUD Gondanglegi. Yang
tergolong data primer adalah data kualitatif berupa jawaban dari daftar pertanyaan yang
mengenai gaya kepemimpinan dan semangat kerja. Sedangkan Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari pihak organisasi yang masih berkaitan dengan tujuan penelitian.

Populasi dan Sampel


Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi
populasi atau studi sensus.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah karyawan pada KUD Gondanglegi
yang berjumlah 43. Sedangkan untuk menentukan jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian adalah dengan menggunakan teknik sampling. Total sampling adalah teknik dimana
jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi. Menurut Arikunto (1996:120)
apabila populasi yang diteliti < 100 maka sampel harus diambil semua, tetapi apabila populasi >
dari 100 maka sampel yang diambil sebesar 10% - 15% atau 20% - 25%. Jadi jumlah sampel
yang diambil sama dengan jumlah populasi yaitu sebanyak 43 responden.

Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang diperlukan sebagai bahan pokok dalam penelitian
dilakukan penelitian secara langsung keobjek penelitian.
Adapun cara yang digunakan adalah: Kuesioner ialah Teknik pengumpulan data dengan
memberikan pertanyaan kepada karyawan guna mendapatkan jawaban yang berhubungan
dengan penelitian.

Teknik Pengukuran Variabel


Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif yang dapat
diubah menjadi kuantitatif dengan menggunakan skala likert. Skala likert merupakan metode
yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang
tentang fenomena sosial. Variabel kemudian sub variabel tersebut dijabarkan menjadi komponen
yang dapat diukur. Komponen yang terukur kemudian dijadikan sebagai tolak ukur untuk
menyusun pertanyaan yang kemudian akan dijawab oleh responden. Sujoko Efferin (2004:90).
Setiap item akan diberi 3 (tiga) pilihan jawaban untuk tiap pertanyaan. Penilaian terhadap
masing-masing jawaban akan diberi skor sebagai berikut:
Dimana untuk jawaban dari responden dikaitkan dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Jawaban A (sering) diberi skor 3 sebagai jawaban pendelegasian wewenang,
pengambilan keputusan, cara mempengaruhi bawahan, perhatian dan pengarahan
karyawan, dan semangat kerja karyawan yang mempunyai indikasi sangat tinggi dalam
pengukurannya, sehingga gaya kepemimpinan yang digunakan adalah gaya
kepemimpinan Laissez Faire.
2. Jawaban B (kadang-kadang) diberi skor 2 sebagai jawaban pendelegasian wewenang,
pengambilan keputusan, cara mempengaruhi bawahan, perhatian dan pengarahan
karyawan, dan semangat kerja karyawan yang mempunyai indikasi tinggi dalam
pengukurannya, sehingga gaya kepemimpinan yang digunakan adalah gaya
kepemimpinan demokratis.
3. Jawaban C (tidak sering) diberi skor 1 sebagai jawaban pendelegasian wewenang,
pengambilan keputusan, cara mempengaruhi bawahan, perhatian dan pengarahan
karyawan, dan semangat kerja karyawan yang mempunyai indikasi rendah dalam
pengukurannya, sehingga gaya kepemimpinan yang digunakan adalah gaya
kepemimpinan otokratis.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan adalah tindakan yang dapat menjamin terlaksananya tugas-tugas seorang
pemimpin sesuai dengan rencana, kebijaksanaan, dan ketentuan-ketentuan lain yang telah
dihasilkan. Perintah yang dikeluarkan oleh pimpinan itu juga punya arti sinkronisasi dan
koordinasi terhadap berbagai tugas yang dilaksanakan oleh berbagai bagian. Selanjutnya,
perintah yang dikeluarkan pimpinan dalam pembimbingan, dapat dilakukan dalam bentuk lisan
maupun tertulis.
Oleh karena itu, manajemen merupakan suatu jabatan yang memiliki peranan penting dalam
sebuah organisasi, mereka bertanggung jawab untuk membuat rencana, mengatur,
mengkoordinasi, memimpin dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai tujuan
organisasi serta menangani dan menghadapi berbagai situasi kondisi yang muncul di dalam
organisasi.
3.2 Saran
Menjadi seorang manajer dalam perusahaan harus mampu mengendalikan lima fungsi
manajemen, terutama adalah pengarahan dan pergerakan. Demikianlah makalah yang sederhana
ini kami susun semoga dapat bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. 2009. ​Manajemen​. Edisi Kesepuluh. Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Stoner, James A.F. 1992. ​Manajemen.​ Jilid 2. Edisi kedua. Jakarta: Erlangga.
Terry, George R. 2012. ​Prinsip-Prinsip Manajemen​. Jakarta : Bumi Aksara
Thoha, miftah. 2011. ​Kepemimpinan dalam manajemen​. Jakarta:Rajawali Press.
Leoni, Citra Tumbol, dkk. ​Gaya Kepemimpinan Otokratis, Demokratik dan Laissez Faire
Terhadap Peningkatan Prestasi Kerja Karyawan Pada KPP Pratama Manado.​ Jurnal
EMBA Vol.2 No.1

Bina Nusantara. 2018.


http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00211-MN%20Bab2001.pdf​.
Diakses tanggal 26 Desember 2020. [Online]

Dosen Pendidikan. 2020. ​https://www.dosenpendidikan.co.id/kepemimpinan-transformasional/​.


Diakses tanggal 26 Desember 2020. [Online]

Syamsul. 2020. ​http://journal-fe.uniba.ac.id/index.php/SM20/article/view/91/82​. Diakses pada


26 Desember 2020. [Online]
No. Nama NRP Penugasan

1. Agam Tri Pamungkas 2020310002 BAB 3

2. Dian Natalia Setiawan 2020310008 BAB 2

3. Fahmi Nizar Luthfian 2020310011 BAB 2

4. Muhammad Rohiyan Ansari 2020145001 BAB 2

5. Tabrits Maulani 2020310009 BAB 1

6. Walidah Salis 2016230154 BAB 2

Anda mungkin juga menyukai