1
Uraian Materi
2
Dari Jabir ibn Abdillah, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda, “(Yang
membedakan) antara seseorang dan kesyirikan dan kekufuran adalah
meninggalkan salat.” (HR. Jama’ah, kecuali Bukhari dan Nasai).
Salat dalam Islam menempati kedudukan sangat penting, karena salat adalah
perbuatan yang pertama kali akan dihisab (dihitung) pertanggungjawabannya kelak di
hari kiamat.
فإن، « أول ما حياسب به العبد يوم القيامة الصالة: عن أيب هريرة ا ن النيب صلى هللا عليه وسلم قال
» وإن فسدت فسد سائر عمله، صلحت صلح له سائر عمله
Amal yang pertama kali akan dihisab bagi seorang hamba pada hari kiamat
adalah salat. Jika salatnya baik, maka akan dinilai baik semua amalnya yang lain
dan jika salatnya rusak maka akan dinilai jeleklah semua amalnya yang lain.
(HR. Ahmad)
Begitu pentingnya kedudukan salat dalam Islam, maka Rasulullah menyuruh
umat Islam untuk mendidik dan melatih salat sejak kecil sebagaimana sabda Beliau:
« ُم ُروا ِصْب يَانَ ُك ْم-صلى هللا عليه وسلم- ِاَّلل َّ ول ُ ال َر ُس
َ َال ق َ َب َع ْن أَبِ ِيه َع ْن َج ِدهِ ق
ٍ َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن ُش َعْي
ِ اض ِربوهم علَي ها إِذَا ب لَغُوا ع ْشراً وفَ ِرقُوا ب ي ن هم ِِف الْمض
.» اج ِع ِ ِ َّ ِِب
َ َ ْ ُ َ َْ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ لصالَة إذَا بَلَغُوا َسْبعاً َو
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari datuknya, ia berkata, Rasulullah saw.
bersabda, “Suruhlah anak-anak kecilmu melakukan salat pada (usia) tujuh tahun,
dan pukullah mereka (bila lalai) atasnya pada (usia) sepuluh tahun, dan
pisahkanlah mereka pada tempattempat tidur.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
3
2) Balig atau dewasa
Ada yang mengatakan bahwa laki-laki dikatakan balig saat berumur 15 tahun
dan perempuan disebut balig atau dewasa saat berusia 9 tahun. Namun, lebih tepatnya
laki-laki bisa dipandang balig pada saat telah mengeluarkan sperma atau telah mimpi
basah dan perempuan ketika telah haid atau menstruasi.
3) Berakal
Yakni memiliki akal yang sehat atau tidak gila berdasarkan hadis Nabi saw.
ال « ُرفِ َع الْ َقلَ ُم َع ْن ثَالَثٍَة َع ِن النَّائِِم
َ َ ق-صلى هللا عليه وسلم- ِاَّلل َّ ول َ َن َر ُس َّ َع ْن َعائِ َشةَ رضى هللا عنها أ
ََ الصِ ِب َح ََّّت يَك
» ْْب َ َح ََّّت يَ ْستَ ْي ِق
َّ ظ َو َع ِن الْ ُمْب تَ لَى َح ََّّت يَْ َْبأَ َو َع ِن
Pena diangkat dari 3 orang: orang yang tidur sampai dia bangun, dari anak kecil
sampai dia ihtilam (dewasa/balig), dan dari orang yang gila sampai dia berakal.”
(HR. Abu Dawud).
4) Telah mengetahui dakwah tentang salat
5) Tidak dalam keadaan haid atau nifas
Haid ialah darah kotor yang keluar dari rahim wanita. Keluarnya darah tersebut
yakni sunnatullah yang ditetapkan Allah swt. kepada seorang wanita. Jadi, haid
merupakan suatu yang normal bagi wanita yang sudah masuk balig atau dewasa. Kalau
nifas merupakan darah yang keluar karena persalinan, baik saat proses persalinan
maupun sebelum dan sesudah persalinan yang disertai dengan rasa sakit mendalam.
4
املسجد
َ رضي هللا عنه – ان النيب هللا صلى هللا عليه وسلم قال إذا جاء أحدكم- عن أيب سعيد اخلدري
» ص ِل فيهما
َ ُ ولي، سحه
ْ فليم
ْ ، أو أذى، فإن رأى يف نعليه قذرا، فلينظر،
Dari Abi Sa’id al-Khudri bahwa Nabi saw. bersabda, “Jika salah seorang di
antara kalian mendatangi masjid, maka hendaklah ia membalik sandal dan
melihatnya. Jika ia melihat najis, maka hendaklah ia menggosokkannya dengan
tanah. Kemudian hendaklah ia salat dengannya.” (HR. Abu Dawud)
Namun, para ulama berbeda pendapat apakah suci dari najis termasuk syarat sah
salat atau tidak? Mazhab al-Syafi’iyyah berpendapat bahwa ia adalah syarat sah salat
dan ini juga pendapat Abu Hanifah dan Ahmad sebagaimana yang dikatakan oleh
Imam al-Nawawi. Mereka berdalil dengan ayat dan hadis yang telah kita sebutkan tadi
serta berdasarkan hadis:
فإذا أقبلت حيضتك فدعي الصالة وإذا أدبرت فاغسلي عنك الدم مث صلي
Apabila haid telah pergi, maka cucilah darah darimu dan salatlah. (HR Bukhari
dan Muslim).
Barangsiapa telah salat dan dia tidak tahu kalau dia terkena najis, maka salatnya
sah dan tidak wajib mengulang. Jika dia mengetahuinya ketika salat, maka jika
memungkinkan untuk menghilangkannya -seperti di sandal atau pakaian yang lebih
dari untuk menutup aurat-, maka dia harus melepaskannya dan menyempurnakan
salatnya. Jika tidak memungkinkan untuk itu, maka dia tetap melanjutkan salatnya dan
tidak wajib mengulang. Berdasarkan hadis Abu Sa’id:
Nabi saw. pernah salat lalu melepaskan kedua sandalnya. Maka orang-orang pun
turut melepas sandal-sandal mereka. Ketika selesai, beliau membalikkan badan
dan berkata, “Kenapa kalian melepas sandal kalian?” Mereka menjawab, “Kami
melihat Anda melepasnya, maka kami pun melepasnya.” Beliau berkata,
“Sesungguhnya Jibril datang kepadaku dan mengatakan bahwa pada kedua
sandalku terdapat najis. Jika salah seorang di antara kalian mendatangi masjid,
maka hendaklah membalik sandalnya dan melihatnya. Jika dia melihat najis,
hendaklah ia gosokkan ke tanah. Kemudian hendaklah ia salat dengannya.
3) Menutup aurat
Aurat laki-laki adalah antara pusar sampai lutut, sedangkan aurat perempuan
adala seluruh anggota badan, kecuali kedua telapak tangan dan wajah berdasarkan
firman Allah:
ند ُك ِل َم ْس ِج ٍد
َ ِآد َم ُخ ُذواْ ِزينَ تَ ُك ْم ع
َ ََي بَِين
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid.
(QS al-A’raf/7: 31).
Yang dimaksud dengan perhiasan dalam ayat ini adalah pakaian yang menutup
aurat di setiap akan salat, yakni, tutupilah aurat kalian karena mereka dulu tawaf di
Baitullah dengan telanjang. Hadis Nabi saw.
» ض إِالَّ ِِِب َما ٍر
ٍ ِصالَةَ َحائ
َ ُاَّلل
َّ ال « الَ يَ ْقبَ ُل ِ َِع ْن َعائِ َشةَ َع ِن الن
َ َ أَنَّهُ ق-صلى هللا عليه وسلم- َّب
Dari Aisyah r.a. Rasulallah saw. bersabda, “Tidak sah salat seorang wanita yang
sudah mendapat haid (balig), kecuali dengan memakai khimar.” (HR. Abu
Dawud, al-Tirmidzi).
5
Yang dimaksud dalam hadis ini adalah kewajiban menutup aurat berlaku bagi
setiap wanita yang sudah balig sebagimana berlaku untuk laki-laki yang sudah balig.
Batas aurat laki laki dalam salat yaitu wilayah antara pusar dan lutut.
عن ابن جرهد عن أبيه … قال النيب صلى هللا عليه وسلم غط فخذك فإَّنا من العورة
Dari Ibn Jarhad dari ayahnya r.a., Nabi saw. bersabda, “Tutup pahamu,
sesungguhnya paha itu aurat.” (HR. al-Tirmidzi).
Batas aurat perempuan yang wajib ditutup ialah seluruh badannya, kecuali muka
dan dua tangan. Allah berfirman:
… ِم ْن َها ين ِزينَ تَ ُه َّن إَِّال َما ظَ َهَر ِ
َ َوَال يُْبد
Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak daripadanya.” (QS al-Nur/24: 31).
Yang dimaksud batas-batas aurat dan perhiasan yang harus dibuka menurut Ibn
Abbas, muka dan dua tapak tangan. Hadis Nabi saw.
« ال تنتقب املرأة احلرام وال تلبس القفازين: أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال، عن عبد هللا بن عمر
»
Dari Abdullah bin Umar bahasanya Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah
wanita yang berihram memakai niqab (cadar) dan janganlah memakai sarung
tangan.” (HR. Ibnu Huzaimah).
Hadis ini mengandung arti bahwa wajah dan telapak tangan bukanlah aurat bagi
wanita, makanya tidak diharamkan membukanya. Kedua anggota ini (wajah dan
telapak tangan) sangat dibutuhkan bagi wanita dalam proses mengambil dan memberi
sesuatu dalam pekerjaan yang bersangkutan dengan hidupnya, terutama kalau tidak
ada orang lain yang bisa membantu kehidupannya.
Batas aurat hamba sahaya (budak wanita) seperti batas aurat laki laki merdeka
yaitu antara pusar dan lutut.
ِ
َ ال « إِذَا َزَّو َج أ
َُح ُد ُك ْم َخاد َمه َ َ ق-صلى هللا عليه وسلم- َّب ِ ِب َع ْن أَبِ ِيه َع ْن َج ِدهِ َع ِن الن
ٍ َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن ُش َعْي
» الرْكبَ ِة ُّ َعْب َدهُ أ َْو أ َِجْيَهُ فَالَ يَْنظُْر إِ َىل َما ُدو َن
ُّ السَّرةِ َوفَ ْو َق
Dari Amru bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya, Rasulallah saw. bersabda,
“Jika salah seorang di antara kalian menikahkan hamba sahaya atau pembantu-
nya, maka jangan sekali-kali ia melihat sedikit pun apa yang ada di bawah pusar
dan di atas lutut.” (HR. Abu Dawud, al-Baihaqi, al-Darquthni, dll).
4) Telah masuk waktu salat
Salat tidak wajib dilaksanakan terkecuali apabila sudah masuk waktunya, dan
tidak sah hukumnya salat yang dilaksanakan sebelum masuk waktunya. Berdasarkan
firman Allah:
….. ًني كِتَاِبً َّم ْوقُواتِِ
َ ت َعلَى الْ ُم ْؤمن َّ إِ َّن
ْ َالصالَةَ َكان
Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas
orangorang yang beriman. (QS al-Nisa’/4: 103).
6
Tidak sah salat yang dikerjakan sebelum masuk waktunya ataupun setelah
keluarnya waktu kecuali ada halangan.
5) Menghadap kiblat
Jika berada dalam masjid Haram Mekah, maka harus menghadap langsung, dan
jika jauh dari Baitullah, maka cukup menghadap ke arahnya berdasarkan firman Allah
Ta’ala:
ِِ
َ ث َما ُكنتُ ْم فَ َولُّواْ ُو ُج
ُوه ُك ْم َشطَْره َ …فَ َوِل َو ْج َه.
ُ ك َشطَْر الْ َم ْسجد ا ْحلََرِام َو َحْي
Maka palingkanlah wajahmu ke Masjidil Haram di mana saja kamu (sekalian)
berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya. (QS al-Baqarah/2: 150).
Juga sabda Nabi saw. terhadap orang yang buruk dalam salatnya:
إذا قمت إىل الصالة فأسبغ الوضوء مث استقبل القبلة
Jika engkau hendak salat, maka berwudu’lah dengan sempurna kemudian
menghadaplah ke Kiblat. (Muttafaq ‘alaihi).
Salat boleh dilakukan dengan tidak menghadap ke kiblat ketika dalam keadaan
sangat takut dan ketika salat sunat di atas kendaraan sewaktu dalam perjalanan. Allah
berfirman:
ًفَإ ْن ِخ ْفتُ ْم فَ ِر َجاالً أ َْو ُرْكبَاان
Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka salatlah sambil berjalan atau
berkendaraan. (QS al-Baqarah/2: 239).
فإن كان خوف هو أشد من ذلك صلوا رجاال وقياما على أقدامهم أو ركباان مستقبلي القبلة أو غْي
مستقبليها
Ibnu Umar r.a. berkata tentang tafsir ayat ini, “Jika rasa takut melebihi itu, maka
mereka boleh salat sambil jalan kaki atau berkendaraan dengan menghadap
kiblat maupun tidak menghadap kiblat.” (HR. Bukhari).
Sedang jika dalam perjalanan (berkendaraan) boleh tidak menghadap kiblat
ketika salat sunah.
كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يصلي على راحلته حيث توجهت فإذا أراد الفريضة:عن جابر قال
نزل فاستقبل القبلة
Dari Jabir r.a. ia berkata, “Rasulullah saw salat di atas kendaraannya sesuai
dengan kendaraannya mengarah. Jika ia ingin salat fardu, ia turun dari
kendaraannya lalu menghadap kiblat” (HR. Bukhari).
Dari hadis ini, kita bisa memahami bahwa jika ingin melakukan yang fardu,
Rasulullah saw. turun dari kendaraannya lalu menghadap kiblat. Kesimpulannya
menghadap kiblat adalah syarat sahnya salat, maka ia tidak gugur kecuali dalam
keadaan sangat takut (bahaya) dan saat salat sunah dalam bepergian sebagaimana telah
disebutkan. Barangsiapa berusaha mencari arah kiblat lalu ia salat menghadap ke arah
yang disangka olehnya sebagai arah kiblat ternyata salah, maka dia tidak wajib
mengulang.
Dari ‘Amir bin Rabi’ah r.a., ia berkata, “Kami pernah bersama Rasulullah saw.
dalam suatu perjalanan di suatu malam yang gelap dan kami tidak mengetahui
7
arah kiblat. Lalu tiap-tiap orang dari kami salat menurut arahnya masing-masing.
Ketika tiba waktu pagi, kami ceritakan hal itu pada Rasulullah saw. lalu turunlah
ayat:
١١٥ ِ…فَأَيْنَ َما تُ َولُّواْ فَثَ َّم َو ْجهُ اَّلل..
Maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (QS al-Baqarah/2:
115).
2. Rukun Salat
Salat mempunyai rukun-rukun yang harus dilakukan sesuai dengan aturan dan
ketentuannya. Rukun salat adalah setiap perkataan atau perbuatan yang akan memben-
tuk hakikat salat. Jika salah satu rukun ini tidak ada, maka salat pun tidak teranggap
secara syar’i dan juga tidak bisa diganti dengan sujud sahwi. Meninggalkan rukun salat
ada dua bentuk. Pertama, meninggalkannya dengan sengaja maka dalam kondisi
seperti ini salatnya batal dan tidak sah menurut mayoritas ulama. Kedua,
meninggalkannya karena lupa atau tidak tahu maka dalam hal ini ada beberapa
ketentuan. Jika mampu untuk mendapati rukun tersebut lagi, maka menurut jumhur
fukaha wajib untuk melakukannya kembali. Jika tidak mampu mendapatinya lagi,
maka salatnya batal menurut ulama Hanafiyah, sedangkan jumhur ulama (mayoritas
ulama) berpendapat bahwa raka’at yang ketinggalan rukun tadi menjadi hilang. Jika
yang ditinggalkan adalah takbiratul ihram, maka salatnya harus diulangi dari awal lagi
karena ia tidak memasuki salat dengan benar.
Rukun salat ini ada 13 perkara.
a. Niat
Artinya, menyengaja di dalam hati untuk melakukan salat, misalnya berniat di
dalam hati, “Sengaja saya salat Zuhur empat rakaat karena Allah”. Begitulah seterus-
nya untuk tiap-tiap macam salat dengan niat yang tertentu pula. Hal ini berdasarkan
firman Allah swt.
ين الْ َقيِ َم ِة ِ ِالزَكاةَ وذَل ِ ِ ِ ِ َّ وما أ ُِمروا إَِّال لِي عب ُدوا
ُ كدَ َ َّ الص َالةَ َويُ ْؤتُوا
َّ يموا
ُ ين ُحنَ َفاء َويُق
َ ني لَهُ الد
َ اَّللَ ُمُْلص ُْ َ ُ ََ
٥-
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus. (QS al-Bayyinah/98: 5).
Dalam hadis disebutkan,
إمنا األعمال:عمر بن اخلطاب رضي هللا عنه قال مسعت رسول هللا صلى هللا عليه و سلم يقول
ِبلنيات
Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya. (HR. Bukhari dan Muslim
dari Umar bin Al-Khattab).
b. Berdiri bagi yang berkuasa
Bila tidak dapat berdiri boleh dengan duduk, tidak dapat duduk boleh dengan
berbaring. Nabi saw. bersabda:
8
) ( صل قائما فإن مل تستطع فقاعدا فإن مل تستطع فعلى جنب
Salatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlah dalam keadaan
duduk. Jika tidak mampu lagi, maka kerjakanlah dengan tidur menyamping.
(HR. Bukhari).
c. Takbiratul ihram
Yakni membaca “Allahu Akbar” berdasarkan hadis Ali:
ِ َّ « ِم ْفتاح-صلى هللا عليه وسلم- ِاَّلل
ُ الصالَة الطُّ ُه
ور َوََْت ِرميَُها َُ َّ ولُ ال َر ُس َ ََع ْن َعلِ ٍى رضى هللا عنه ق
َ َال ق
.» يم ِ التَّ ْكبِْي وََتلِيلُها الت
ُ َّسل
ْ َ َُْ
Dari Ali r.a. berkata baha Nabi saw. bersabda, "Kunci salat ialah bersuci,
pembukaannya membaca takbir, dan penutupnya ialah memberi salam.” (HR.
Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Turmuzi).
Yang dimaksud dengan rukun salat adalah ucapan takbir “Allahu Akbar”.
Ucapan takbir ini tidak bisa digantikan dengan ucapakan selainnya walaupun semakna.
( ال صالة ملن مل يقرأ بفاَتة:عن عبادة بن الصامت أن الرسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال
) الكتاب
Dari Ubadah bin Samit bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda: Tidak ada salat
seseorang yang tidak membaca Surah Al-Fatihah. (HR. Bukhari).
e. Ruku dan thuma’ninah
Ruku dan thuma’ninah artinya membungkuk sehingga punggung menjadi sama
datar dengan leher dan kedua belah tangannya memegang lutut. Dari Abu Mas'ud
Badari. Nabi saw. bersabda:
9
g. Sujud dua kali dengan thuma'ninah
Yaitu meletakkan kedua lutut, kedua tangan, kening, dan hidung ke atas lantai.
Anggota sujud ialah muka, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua telapak kaki.
Rasulullah saw. bersabda,
( أمرت أن أسجد على سبعة أعظم: ابن عباس رضي هللا عنهما قال قال النيب صلى هللا عليه و سلم
) واليدين والركبتني وأطراف القدمني- وأشار بيده على أنفه- على اجلبهة
Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, Nabi saw. bersabda, “Aku diperintahkan bersujud
dengan tujuh bagian anggota badan: Dahi (termasuk juga hidung, beliau
mengisyaratkan dengan tangannya), telapak tangan kanan dan kiri, lutut kanan
dan kiri, dan ujung kaki kanan dan kiri.” (HR. al-Bukhari)
h. Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah
Artinya bangun kembali setelah sujud yang pertama untuk duduk sebentar,
sementara menanti sujud yang kedua. Nabi saw. bersabda,
مث اسجد حَّت تطمئن ساجدا مث ارفع حَّت تطمئن جالسا مث اسجد حَّت تطمئن ساجدا
Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud. Lalu bangkitlah dari sujud
dan thuma’ninalah ketika duduk. Kemudian sujudlah kembali dan thuma’nina-
lah ketika sujud. (HR. Bukhari dan Muslim)
i. Duduk untuk tasyahud akhir
j. Membaca tasyahud akhir di waktu duduk di rakaat yang terakhir
Nabi saw. bersabda:
كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يعلمنا التشهد كما يعلمنا السورة من:عن ابن عباس أنه قال
القرآن فكان يقول التحيات املباركات الصلوات الطيبات هلل السالم عليك أيها النيب ورمحة هللا وبركاته
السالم علينا وعلى عباد هللا الصاحلني أشهد أن ال إله إال هللا وأشهد أن حممدا رسول هللا
Dari Ibnu Abbas ra. berkata: Rasulullah saw. mengajarkan tasyahud kepada
kami sebagaimana ia mengajarkan surah, lalu ia berkata: Katakanlah olehnya:
“segala kehormatan, keberkatan, segala salat segala yang baik-baik itu bagi
Allah. Selamat atas engkau hai Nabi, dan rahmat Allah serta berkah-Nya.
Selamatlah atas kamu hamba Allah yang shaleh-shaleh. Aku mengaku, bahwa
tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Aku mengaku bahwa Muhammad itu
utusan Allah. (HR. Muslim).
k. Membaca salawat atas Nabi, artinya setelah selesai tasyahud akhir, maka dilanjut-
kan membaca pula salawat atas Nabi dan keluarganya
l. Mengucapkan salam yang pertama
Bila setelah selesai membaca tasyahud akhir dan shalawat atas Nabi dan
keluarga beliau maka memberi salam. Yang wajib hanya salam pertama. Dalilnya
hadis yang telah disebutkan di muka,
ِ َّ « ِم ْفتاح-صلى هللا عليه وسلم- ِاَّلل
ُ الصالَة الطُّ ُه
ور َوََْت ِرميَُها َُ َّ ولُ ال َر ُس َ ََع ْن َعلِ ٍى رضى هللا عنه ق
َ َال ق
.» يم ِ التَّ ْكبِْي وََتلِيلُها الت
ُ َّسل
ْ َ َُْ
10
Dari Ali r.a. berkata baha Nabi saw. bersabda, "Kunci salat ialah bersuci,
pembukaannya membaca takbir, dan penutupnya ialah memberi salam.” (HR.
Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Turmudzi).
m. Tertib artinya berturut-turut menurut peraturan yang telah ditentukan
Diharuskan berurutan dalam mengerjakan rukun karena dalam hadis musii’
salatuhu terdapat kata “tsumma” ketika menjelaskan urutan rukun. Tsumma sendiri
berarti kemudian yang menunjukkan makna berurutan. Perhatikan hadisnya!
فقال ( إذا قمت إىل الصالة فكْب مث اقرأ ما تيسر معك من القران مث اركع حَّت تطمئن راكعا مث ارفع
حَّت تعتدل قائما مث اسجد حَّت تطمئن ساجدا مث ارفع حَّت تطمئن جالسا وافعل ذلك يف صالتك
) كلها
Jika engkau hendak salat, maka bertakbirlah. Kemudian bacalah ayat al-Qur’an
yang mudah bagimu. Lalu rukulah dan sertai thuma’ninah ketika ruku. Lalu
bangkitlah dan beri’tidallah sambil berdiri. Kemudian sujudlah sertai
thuma’ninah ketika sujud. Kemudian bangkitlah dan duduk antara dua sujud
sambil thuma’ninah. Kemudian sujud kembali sambil disertai thuma’ninah
ketika sujud. Lakukan seperti itu dalam setiap salatmu. (HR. Bukhari dan
Muslim).
3. Sunah Salat Fardu
Sunah salat merupakan ucapan atau gerakan yang dilaksanakan dalam salat
selain rukun salat. Sunah-sunah salat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Sunah `Ab`ad
Sunah `ab`ad adalah amalan sunah dalam salat yang apabila terlupakan harus
diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah `ab`ad adalah:
1) Tasyahud awal
2) Membaca salawat pada tasyahud awal
3) Membaca salawat atas keluarga Nabi pada tasyahud akhir.
4) Membaca qunut pada salat Subuh dan salat Witir pada pertengahan hingga akhir
bulan Ramadan.
b. Sunah Hai`at
Sunah hai`at adalah amalan sunah dalam salat yang apabila terlupakan tidak
perlu diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah hai`at adalah:
1) Mengangkat tangan ketika takbiratul ihram
2) Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika sedekap
3) Memandang ke tempat sujud
4) Membaca do`a iftitah
5) Tuma`ninah (diam sejenak) sebelum atau sesudah membaca surat al-Fatihah.
6) Membaca lafald “amin” sesudah membaca surat al-Fatihah.
7) Membaca surat selain surat al-Fatihah setelah membaca surat al-Fatihah.
8) Memperhatikan/mendengarkan bacaan imam (bagi makmum)
9) Mengeraskan suara pada dua rakaat pertama salat Magrib, Isya dan Subuh.
10) Membaca takbir intiqa setiap ganti gerakan, kecuali ketika berdiri dari ruku.
11) Membaca sami’allahu liman hamidah ketika i`tidal.
11
4. Hal-hal yang Membatalkan Salat Fardu
Adapun yang membatalkan salat, antara lain:
a. Berbicara dengan sengaja
b. Bergerak dengan banyak (3 kali gerakan atau lebih berturut-turut)
c. Berhadas
d. Meninggalkan salah satu rukun salat dengan sengaja
e. Terbuka auratnya
f. Merubah niat
g. Membelakangi kiblat
h. Makan dan minum
i. Tertawa
j. Murtad
12
1. Zuhur
Salat Zuhur dimulai sejak tergelincirnya matahari di ufuk barat hingga masuknya
waktu Asar. Hal ini digambarkan dalam hadis riwayat Muslim:
ما مل حيضر..... ، "وقت الظهر إذ زالت الشمس: قال- صلى هللا عليه وسلم- أن رسول هللا
العصر
Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Waktu Zuhur ialah ketika matahari
tergelincir, ... sampai datangnya waktu Asar.”
Akan tetapi, dianjurkan untuk mengakhirkannya ketika udara sangat panas,
dengan tujuan untuk mendinginkan badan berdasarkan hadis dari Abu Hurairah, dari
Nabi saw., beliau bersabda:
أَّنما حدثناه عن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم أنه قال ( إذا اشتد احلر: عن عبد هللا بن عمر
) فأبردوا عن الصالة فإن شدة احلر من فيح جهنم
Abdullah bin Umar menceritakan bahwa Rasul saw. bersabda, “Jika panas
sangat menyengat, maka tunggulah waktu dingin untuk melaksanakan salat
(Zuhur) karena panas yang menyengat itu sebagian dari hembusan (neraka)
Jahannam.” (HR. Bukhari)
2. Asar
Waktu salat Asar dimulai sejak bayangan benda sama panjang dengan benda
tersebut hingga menguningnya matahari di ufuk barat. Tidak dibenarkan mengakhir-
kan salat Ashar sampai menguning matahari di ufuk barat, kecuali bagi seorang yang
dalam keadaan darurat sebagaimana hadis riwayat Imam Bukhari:
.....ومن أدرك ركعة من العصر قبل أن تغرب الشمس فقد أدرك العصر
Barangsiapa mendapati satu rakaat salat Asar sebelum matahari terbenam, maka
ia telah mendapati waktu Asar.
Rasulullah saw. pernah bersabda tentang orang yang mengakhirkan salat Asar
hingga menguning matahari di ufuk barat:
Itulah salat(nya) orang munafik, ia duduk mengawasi matahari hingga ketika
matahari itu berada di atara dua tanduk setan, ia berdiri dan melakukan salat
empat rakaat dengan sangat cepat, ia tidak mengingat Allah di dalamnya kecuali
sedikit saja.
3. Magrib
Waktu salat Magrib dimulai sejak matahari terbenam hingga awan (mega) merah
di ufuk barat menghilang sebagaimana hadis riwayat Imam Muslim:
وقت املغرب ما مل يغب الشفق
Waktu Magrib berakhir hingga hilangnya awan merah dari cakrawala.
Dianjurkan menyegerakan salat Magrib dan dimakruhkan untuk mengakhirkan-
nya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw.:
Umatku akan selalu berada dalam kebaikan atau (selalu) di dalam fitrah selama
mereka tidak mengakhrikan salat Magrib hingga bintang-bintang terlihat gemer-
lapan.
13
4. Isya
Waktu salat Isya dimulai sejak menghilangnya awan merah hingga tengah
malam. Yang dimaksud tengah malam adalah jarak antara waktu Magrib sampai waktu
Subuh. Dianjurkan mengakhirkan salat Isya selama tidak ada kesulitan dalam
melakukannya. Diriwayatkan dari ‘Aisyah, ia berkata:
كان يستحب أن يؤخر العشاء قال وكان يكره النوم قبلها واحلديث بعدها
Abi Barzah al-Aslami berkata Nabi saw. menyukai untuk mengakhirkan salat
Isya. Ia juga berkata bahwa Nabi saw. tidak menyukai tidur sebelum salat Isya
tidak menyukai berbincang-bincang sesudahnya (salat Isya). (HR. Bukhari)
Dari hadis tersebut, terungkap juga bahwa selain Rasul menyukai melambatkan
salat Isya, juga dimakruhkan tidur sebelum Isya’ dan berbincang-bincang setelahnya,
kecuali untuk suatu kemaslahatan. Berkata Syaikh Abdurrahman Ibnu Shalih Al
Bassam:
Salat Isya yang lebih utama adalah mengakhirkannya sampai pertengahan
malam), (jika) hal itu tidak memberatkan (makmumnya).
Berkata Syaikh ‘Abdurrahman Ibnu Shalih Alu Bassam “Dimakruhkan
berbicara setelah salat Isya sehingga tidak salat malam dan tidak salat Subuh
berjamaah, akan tetapi bukan berarti tidak boleh membicarakan ilmu yang bermanfaat
untuk kaum muslimin.
5. Subuh
Awal waktu salat Subuh ialah dimulai sejak terbitnya fajar sadiq hingga terbitnya
matahari sebagaimana keterangan hadis riwayat Muslim:
وقت صالة الصبح من طلوع الفجر ما مل تطلع الشمس:- صلى هللا عليه وسلم- قال رسول هللا
Bersabda Rasulullah saw., “Waktu salat Subuh ialah sejak terbitnya fajar hingga
terbitnya matahari.”
Fajar terbagi menjadi dua, yaitu; fajar kadzib (dusta) dan fajar shadiq (benar).
Fajar kadzib yaitu cahaya putih yang panjang menjulang yang tampak di sisi langit,
kemudian cahaya tersebut menghilang yang diikuti dengan kegelapan. Sedangkan
fajar shadiq yaitu cahaya putih panjang melintang yang muncul di ufuk timur. Cahaya
tersebut terus bertambah terang hingga matahari terbit.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Fajar itu ada
dua macam, yaitu: fajar yang diharamkan memakan makanan dan diperbolehkan
melakukan salat (Subuh, yaitu; fajar shadiq) dan fajar yang diharamkan
melakukan salat (Subuh) dan diperbolehkan memakan makanan (yaitu; fajar
kadzib).
Di antara dalil yang menjelaskan tentang waktu-waktu salat fardu adalah hadis
yang diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amru, bahwa Rasulullah saw. bersabda:
وقت الظهر إذا زالت الشمس وكان ظل الرجل كطوله ما مل حيضر العصر ووقت العصر ما مل تصفر
الشمس ووقت صالة املغرب ما مل يغب الشفق ووقت صالة العشاء إىل نصف الليل األوسط ووقت
صالة الصبح من طلوع الفجر ما مل تطلع الشمس
14
Waktu (salat) Zuhur ialah jika matahari telah condong (ke barat) dan bayangan
seseorang sama dengan panjangnya selama belum tiba waktu (salat) Asar. Waktu
(salat) Asar ialah selama matahari belum menguning. Waktu salat Magrib ialah
selama awan merah belum menghilang. Waktu salat Isya hingga tengah malam.
Dan waktu salat Subuh sejak terbitnya fajar (shadiq), (hingga) selama matahari
belum terbit. (HR. Muslim).
Di samping waktu-waktu yang telah ditetapkan untuk melaksanakan salat fardu
seperti yang sudah kita bahas di atas, terdapat sejumlah waktu yang kita dilarang untuk
melakukan salat, yaitu:
1. Setelah salat Subuh hingga terbit matahari agak tinggi, sebagaimana sabda Nabi
saw.:
أن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال ال صالة بعد الفجر إال سجدتني: عن ابن عمر
Dari Ibnu Umar r.a., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada
sembahyang (sunat) sesudah fajar kecuali dua rakaat.” (Dikeluarkan oleh Imam
yang lima kecuali Nasa'i).
2. Ketika matahari terbit hingga meninggi seukuran satu tombak
3. Ketika matahari tepat di atas kepala hingga tergelincir ke arah timur
4. Setelah salat Ashar hingga matahari terbenam. Dalam sebuah riwayat, Nabi saw.
bersabda:
ُ اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يَ ُق َِّ ول ِ ُ ي ي ُق ٍِ
ص َالةَ بَ ْع َد الْ َف ْج ِر َح ََّّت
َ ول َال َّ صلَّىَ اَّلل َ ت َر ُس ُ ول َمس ْع َ َّ عن أ ََيب َسعيد ا ْخلُ ْد ِر
س
ُ َّم َ ص ِر َح ََّّت تَ ْغ ُر
ْ ب الش ْ ص َالةَ بَ ْع َد الْ َع
َ س َوَال ُ َّم
ْ تَ ْب ُزغَ الش
Dari Abu Sa'id al-Khudlriyyi r.a., ia berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah
saw. bersabda, “Tidak ada sembahyang Subuh sehingga terbit matahari, dan
tidak ada sembahyang sehabis sembahyang Asar hingga terbenam matahari”.
(Muttafaq 'alaih. Dan lafadh riwayat Muslim: “Tidak ada sembahyang sesudah
sembahyang fajar).
Ada tiga waktu yang Rasulullah saw. melarang kami melakukan salat atau
memakamkan orang yang meninggal dunia di antara kami. (Yaitu;) ketika matahari
terbit hingga meninggi (setinggi tombak), ketika matahari berada tepat di atas kepala
hingga tergelincir, dan ketika matahari akan terbenam hingga benar-benar terbenam.
Nabi saw. telah menjelaskan sebab dilarangnya salat pada waktu-waktu tersebut
melalui sabda beliau kepada ‘Amr bin ‘Abasah al-Sulami;
ال تصلوا حَّت تطلع الشمس وال حني تسقط فإَّنا تطلع بني قرين: عن النيب صلى هللا عليه و سلم قال
شيطان
Dari Nabi saw. bersabda, Lakukan salat Subuh, kemudian janganlah engkau
salat hingga matahari terbit dan meninggi (setinggi tombak) kerena sesung-
guhnya ia terbit di antara dua tanduk setan.
15
D. Tata Cara Pelaksanaan Salat Fardu
Tata cara melaksanakan salat lima waktu adalah sebagai berikut:
1. Seorang muslim yang hendak melakukan salat hendaklah berdiri tegak setelah
masuk waktu salat dalam keadaan suci dan menutup aurat serta menghadap
kiblat dengan seluruh anggota badannya tanpa miring atau menoleh ke kiri dan
ke kanan;
2. Kemudian berniat untuk melakukan salat yang ia maksudkan di dalam hatinya
tanpa diucapkan;
3. Kemudian melakukan takbiratul ihram, yaitu membaca Allahu Akbar sambil
mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya ketika takbir;
4. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada atau di bawahnya, tetapi
di atas pusar;
5. Kemudian membaca do'a iftitah dan basmalah, kemudian membaca al-Fatihah
dan apabila sampai pada bacaan وال الضالينdia membaca aamiin;
6. Kemudian membaca salah satu surat atau apa yang mudah baginya di antara
ayat-ayat Al-Qur'an;
7. Kemudian mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahunya lalu ruku sambil
mengucapkan Allahu Akbar. Selanjutnya memegang dua lutut dengan kedua
tapak tangan dengan meratakan tulang punggung, tidak mengangkat kepalanya
juga tidak terlalu membungkukkannya, dan jari-jari tangannya hendaknya dalam
keadaan terbuka.
8. Pada saat ruku, membaca (“ ) سبحان ريب العظيمMaha suci Rabbku yang maha
Agung”) sebanyak tiga kali.
9. Kemudian bangkit dari ruku’ seraya mengangkat kedua tangan sejajar dengan
kedua bahu sambil membaca:
ِ ِ ُّ َِمسع
َاَّلل ل َم ْن َمحده َ
Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya" sehingga tegak berdiri dalam
keadaan i'tidal, kemudian membaca doa i’tidal.
10. Kemudian sujud sambil mengucapkan Allahu Akbar, lalu sujud bertumpu pada
tujuh anggota sujud, yaitu dahi (yang termasuk di dalamnya) hidung, dua telapak
tangan, dua lutut dan ujung dua tapak kaki. Hendaknya diperhatikan agar dahi
dan hidung betul-betul mengenai lantai, serta merenggangkan bagian atas
lengannya dari samping badannya dan tidak meletakkan lengannya (hastanya)
ke lantai dan mengarahkan ujung jari-jarinya ke arah kiblat.
11. Membaca ( حا َن َر ِيب ْاالَ ْعلى ( َوِّبَ ْم ِده
َ “ ُسْبMaha Suci Rabbku Yang Maha
َ َ
Tinggi” sebanyak tiga kali dalam sujud.
12. Bangkit dari sujud sambil mengucapkan Allahu Akbar, kemudian duduk iftirasy,
yaitu bertumpu pada kaki kiri dan duduk di atasnya sambil menegakkan telapak
kaki kanan seraya membaca:
اللهم اغفر ل وارمحين واجْبين واهدين وارزقين
13. Kemudian sujud lagi seperti di atas, lalu bangkit untuk melaksanakan rakaat
kedua sambil bertakbir. Kemu-dian melakukan seperti pada rakaat pertama,
16
hanya saja tanpa membaca do'a iftitah lagi. Apabila telah menye-lesaikan rakaat
kedua hendaknya duduk untuk melak-sanakan tasyahhud. Apabila salatnya
hanya dua rakaat saja seperti salat Subuh, maka membaca tasyahhud kemudian
membaca shalawat Nabi shallallaahu alaihi wasallam, lalu langsung salam,
dengan mengucapkan:
السالم عليكم ورمحة هللا وبركة
“Semoga kesejahteraan dan rahmat Allah bagimu." Sambil menoleh ke kanan,
kemudian mengucapkan salam lagi sambil menoleh ke kiri.
14. Jika salat itu termasuk salat yang lebih dari dua rakaat, maka berhenti ketika
selesai membaca tasyahhud awwal, yaitu pada ucapan:
أشهد أن ال إله إال هللا وأشهد أن حممدا رسول هللا
Aku bersaksi tidak ada sesembahan yang haq melainkan Allah dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Kemudian bangkit berdiri sambil mengucapkan takbir dan mengangkat kedua
tangan sejajar dengan kedua bahu, lalu mengerjakan rakaat berikutnya seperti
rakaat sebelumnya, hanya saja terbatas pada bacaan surat al-Fatihah saja.
15. Kemudian duduk tawarruk, yaitu dengan menegakkan telapak kaki kanan dan
meletakkan telapak kaki kiri di bawah betis kaki kanan, kemudian mendudukkan
pantat di lantai serta meletakkan kedua tangan di atas kedua paha. Lalu membaca
tasyahhud, membaca shalawat kepada Nabi saw. dan meminta perlindungan
kepada Allah swt. dari empat perkara berikut:
اللهم إين أعوذ بك من عذاب جهنم ومن عذاب القْب ومن فتنة احمليا واملمات ومن شر فتنة املسيح
الدجال
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa api neraka, siksa kubur, fitnah
hidup dan mati, dan dari fitnah al-Masih al-Dajjal.
16. Kemudian mengucapkan salam dengan suara yang jelas sambil menoleh ke
kanan, lalu mengucapkan salam kedua sambil menoleh ke kiri.
17
Tuhan yang patut disembah selain Allah swt. Apa yang dilakukan Luqman kepada
anak-anaknya bisa dicontoh orang tua zaman sekarang ini. Rasulullah saw. memberi-
kan teladan pada umatnya tentang nilai pendidikan ibadah. Beliau mengajarkan anak
yang berusia tujuh tahun harus sudah dilatih salat dan ketika berusia sepuluh tahun
mulai disiplin salatnya sabda Nabi saw.
ني َوفَ ِرقُوا بَْي نَ ُه ْم ِِفِِ ِِ ِ َّ « مروا أَوالَ َد ُكم ِِب
َ وه ْم َعلَْي َها َوُه ْم أَبْنَاءُ َع ْش ِر سن
ُ ُاض ِرب
ْ ني َو
َ لصالَة َوُه ْم أَبْنَاءُ َسْب ِع سن ْ ْ ُُ
.» الْ َم َض ِاج ِع
Suruhlah anak-anak kalian berlatih salat sejak mereka berusia 7 tahun dan
pukullah mereka jika meninggalkan salat pada usia 10 tahun dan pisahkanlah
tempat tidur mereka (sejak usia 10 tahun). (HR. Abu Dawud).
Nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam salat di antaranya:
1. Salat Diawali dengan Bersuci
Hal ini tentu mendidik kita agar senantiasa menjaga kesucian fitrah kita sebagai
manusia dan mengingatkan kita bahwa Allah adalah zat yang Maha Suci yang hanya
menerima hamba-Nya yang suci untuk menghadap kepada-Nya.
2. Salat Mendidik untuk Berlaku Jujur
Dalam salat, apabila seseorang buang angin yang tidak tertahankan pada saat
salat, tentu ia akan berhenti dari salatnya dan mengulanginya lagi karena buang angin
pada saat salat adalah hal yang membatalkan salat. Dalam keadaan ini, ia dapat saja
meneruskan salatnya karena tidak ada yang tahu di sekelilingnya. Berlaku jujur tentu
tidak hanya pada saat salat, tetapi yang perlu menjadi perhatian adalah mewujudkan
perilaku jujur pada saat setelah salat. Berlaku jujur dalam setiap perilaku, dalam setiap
keadaan, baik dalam berbicara, dalam berdagang, maupun dalam seluruh aspek
kehidupan kita.
3. Salat Diakhiri Salam ke Kanan dan ke Kiri yang Mengandung Do’a
Pada saat mengakhiri salat, kita mendo’akan mereka yang ada di kanan dan kiri
kita. Salah satu makna dari hal ini diungkapkan oleh Rasulullah saw.:
َّاس ِم ْن لِ َسانِِه َويَ ِدهِ َوالْ ُم ْؤِم ُن ِ ِ َ َاَّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق
ُ ال الْ ُم ْسل ُم َم ْن َسل َم الن َّ صلَّى َ اَّلل
َِّ ول ِ َعن أَِيب ُهري رةَ َعن رس
ُ َ ْ َ َْ ْ
ِِ ِ ِ
َّاس َعلَى د َمائ ِه ْم َوأ َْم َواِل ْم ِ
ُ َم ْن أَمنَهُ الن
Seorang muslim sejati adalah ketika manusia selamat dari lisan dan tangannya,
dan mu’min sejati adalah ketika manusia merasa aman darinya atas harta dan
darahnya. (HR. al-Nasa’i).
Maksud dari hadis di atas bahwa seseorang yang mengakhiri salam dalam
salatnya, hendaknya menegakkan do’a yang ia setelah selesai melaksanakan salat
sebagaimana sabda Rasulullah saw., maka ia tidak akan mencelakakan orang lain
dengan lisan dan tangannya.
4. Wujud Terhadap Nilai Keikhlasan kepada Allah swt.
Keikhlasan kepada Allah, tidak hanya tertanam dalam hati/qalbu seseorang.
Yang lebih penting lagi adalah mewujudkannya dengan melakukan salat. Ikhlas
mengajarkan kepada kita untuk mencapai kesuksesan hakiki, kesuksesan yang abadi,
dan kesuksesan dalam pandangan Allah swt.
18