Anda di halaman 1dari 2

3. Tata cara perkawinan.

Tata cara melangsungkan perkawinan berbeda antara agama yang satu dengan agama yang lain.
Namun secara garis besar tata cara melangsungkan perkawinan diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
(PP 9/1975). Yaitu pada pasal 10 dan 11:

Pasal 10

(1)Perkawinan dilangsungkan setelah hari kesepuluh sejak pengumuman kehendak perkawinan oleh
Pegawai Pencatat.

(2)Tatacara perkawinan dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.

(3)Dengan mengindahkan tatacara perkawinan menurut masing-masing hukum agamanya dan


kepercayaannya itu, perkawinan dilaksanakan di hadapan Pegawai Pencatat dan dihadiri oleh dua orang
saksi.

Pasal 11

(1)Sesaat sesudah dilangsungkannya perkawinan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Pasal 10


Peraturan Pemerintah ini, kedua mempelai menandatangani akta perkawinan yang telah disiapkan oleh
Pegawai Pencatat berdasarkan ketentuan yang berlaku.

(2)Akta perkawinan yang telah ditandatangani oleh mempelai itu, selanjutnya ditandatangani pula oleh
kedua saksi dan Pegawai Pencatat yang menghadiri perkawinan dan bagi yang melangsungkan
perkawinan menurut agama Islam, ditandatangani pula oleh wali nikah atau yang mewakilinya.

(3)Dengan penandatanganan akta perkawinan, maka perkawinan telah tercatat secara resmi.

Tata cara melangsungkan perkawinan terbagi menjadi empat tahap, yaitu: 1

1.Laporan

2.Pengumuman

3.Pencegahan

4.Pelangsungan

Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan terlebih dahulu memberitahukan kehendaknya
kepada Pegawai Pencatat di tempat perkawinan akan dilangsungkan paling lambat 10 hari kerja sebelum
perkawinan dilangsungkan. Pemberitahuan tersebut dilakukan secara lisan atau tertulis oleh calon

1
R. Soetojo Prawirohamidjojo, Pluralisme dalam Perundang-undangan Perkawinan di Indonesia, Airlangga University Press,
1988, Hlm. 39.
mempelai atau orang tua atau wakilnya. Pemberitahuan tersebut memuat nama, umur,
agama/kepercayaan, pekerjaan, tempat kediaman calon mempelai dan apabila salah seorang atau
keduanya pernah kawin, disebutkan nama istri atau suami terdahulu.

Pegawai Pencatat akan melakukan penelitian terhadap pemberitahuan tersebut. Apabila tata cara dan
syarat-syarat pemberitahuan telah dipenuhi dan tidak terdapat halangan perkawinan, maka dilakukan
pengumuman. Pengumuman ditempelkan di tempat yang sudah ditentukan dan mudah dibaca oleh
umum. Tujuan dari adanya pemberitahuan dan pengumuman adalah: 2

1.Memberikan kesempatan kepada pihak yang mengetahui adanya halangan perkawinan untuk
mencegahnya; agar pejabat tidak begitu saja dengan mudahnya melangsungkan perkawinan;

2.Memberikan perlindungan kepada calon suami istri dari perbuatan yang tergesa-gesa;

3.Mencegah perkawinan klandistin

4.Memberikan kepastian tentang adanya perkawinan.

Perkawinan dilangsungkan paling tidak 10 hari setelah dilakukannya pengumuman kehendak


perkawinan. Apabila tidak ada pihak yang melakukan pencegahan perkawinan, maka perkawinan
dilakukan sesuai dengan hukum agama dan kepercayaan masing-masingdi hadapan Pegawai Pencatat
serta dihadiri oleh dua orang saksi. Setelah perkawinan dilangsungkan, kedua mempelai, para saksi dan
Pegawai Pencatat membubuhkan tanda tangannya pada akta perkawinan. Khusus untuk perkawinan
yang dilangsungkan menurut agama Islam, akta perkawinan juga ditandatangani oleh wali nikah atau
yang mewakilinya. Penandatanganan akta perkawinan tersebut menjadi dasar bahwa perkawinan telah
tercatat secara resmi.

Akta perkawinan dibuat dalam dua rangkap. Yang pertama disimpan oleh Pegawai Pencatat, sedangkan
yang lainnya disimpan di Panitera Pengadilan dalam wilayah Kantor Pencatatan Perkawinan itu berada.
Sedangkan kepada suami dan istri masing-masing diberikan kutipan dari akta perkawinan.

Referensi : Tunardy Wibowo, 2012, tata cara melaksanakan perkawinan.

2
Ibid. Hlm. 40.

Anda mungkin juga menyukai