Anda di halaman 1dari 3

Mengenal Keberagaman Kota Makassar Lebih Dekat

Makassar merupakan ibu kota dari Sulawesi Selatan yang masih kental dengan kebudayaannya. Makassar
terdiri dari emapt suku, yaitu Bugis, Makassar, Toraja dan juga Mandar. Nah, penasaran dengan Kota
Makassar lebih lanjut? 

A.Bahasa

Dalam kehidupan sehari-hari, Bahasa Makassar biasanya menggunakan akhiran “ng” dan bunyi
hamzah (‘) pada akhir kata Bahasa Indonesia, misalnya:
ikut mi yang artinya “ayo ikut!” yang diucapkan ketika akan mengajak seseorang pergi.
Selain itu, ada juga kata ambil ki“, yang artinya “silakan ambil”. Upakan tersebut diberikan saat
menawarkan sesuatu kepada orang lain, misalnya saat bertamu. Sedangkan, kata ko’ di bagian akhir,
hal tersebut menandakan ketidaksopanan atau sifat kasar.
Kalau kemana sepatuku, kodong, artinya adalah “sepatu saya ke mana?” yang menunjukan rasa
khawatir, takut, sedih atau kecewa kepada orang lain.

B. Huruf

Dalam masyarakat suku Bugis-Makassar, terdapat penggunaan Aksara Lontara, yaitu sebuah sistem
huruf yang berasal dari huruf kuno Sansekerta. Di beberapa sekolah dasar di Kota Makassar,
pelajaran Aksara Lontara ini diterapkan agar kebudayaan setempat tetap dapat dipertahankan.
C. Pernikahan

Dalam pernikahan adat Bugis-Makassar, ada istilah Uang Panai’ yang merupakan tradisi


turun temurun masyarakat suku Bugis-Makassar yang wajib dipenuhi oleh calon pengantin pria.
Penentuan Uang Panai’ ini dihadiri oleh utusan dari keluarga calon pengantin wanita. Untuk
jumlahnya biasanya terkadang bisa sampai ratusan juta rupiah, tergantung kesepakatan. Tak jarang,
calon pengantin pria harus berupaya agar dapat memenuhi syarat tersebut .
D. Rumah adat

Rumah adat Bugis-Makassar disebut rumah panggung dan terdiri atas tiga bagian,
yaitu Rakkeang, bagian atas rumah yang terletak di bawah atap rumah yang biasanya digunakan
sebagai tempat menyimpan pagi, pangan dan juga benda-benda pusaka. Lalu ada Ale Bola, yaitu
ruang yang dibatasi oleh dinding dan terbagi atas ruang tidur tamu, ruang tidur dan dapur
serta Awasao, bagian bawah lantai rumah panggung yang digunakan untuk menyimpan alat
pertanian maupun kandang hewan ternak seperti ayam dan kambing. Biasanya, Awasao juga
terkadang digunakan sebagai tempat bersantai atau tempat tinggal manusia.
Salah satu bentuk toleransi di sekitar saya (makassar) ialah tentram dan damainya suku jawa untuk
berjualan di kota makassar tampa ada persulit dari berbagai pihak
Dan suku makassar yang mayoritas islam mampu hidup berdampingan dengan suku toraja yang
mayoritas beragama kristen sehingga makassar bisa damai dan sejahtra
PENTINGNYA TOLERANSI DALAM KEHIDUPAN

Menurut Nurdin Abdullah, kalau toleransi umat beragama bisa diwujudkan, Insya
Allah percepatan pembangunan Sulawesi Selatan ini, bahkan di kawasan timur Indonesia
akan semakin cepat. Olehnya itu dirinya meminta hal tersebut dengan mengajak kepada
seluruh hadirin untuk berdoa agar pada tahun 2019 ini lebih baik dari tahun 2018.
"Saya meyakini kita bersatu padu, saya kira tidak ada yang tidak bisa. Dunia usaha perlu
kebijakan, jadi kalau bisa dipermudah kenapa harus dipersulit. Saya kira ini akan menjadi
motto kita, dan saya berharal semua elemen pemerintahan dapat bersatu padu untuk
menghadirkan pemerintahan yang melayani. Insya Allah dunia usaha akan berkembang, tapi
kalau dunia usaha terus menerus dapat kulit-kuliti birokrasi, saya kira jangan berharap
lapangan kerja bisa tercipta," ujarnya.
Jadi dapat di simpulkan bahwa memperkuat jiwa toleransi berguna bagi seluruh aspek kehidupan
sehingga kehidupan yang damai,tentrama dan sejahtra bisa di capai dengan maksimal.

Anda mungkin juga menyukai