Anda di halaman 1dari 4

ANDI ARYANTO BANGSAWAN

210407512024

BC21.2

TUGAS KASUS DISINTEGRASI

JUDUL

: GERAKAN SPARATISME YANG DILAKUKAN OLEH TIMOR LESTE

SUMBER

: Internet, web : ilmugeografi.com

ISI BERITA

: berita ini menceritakan secara garis besar tentang Gerakan sparatisme yang
dilakukan oleh timur leste, mulai dari kronologi , penyebab hingga solusi yang terjadi, berikut
pemaparan dari berita:

“ Sebagian besar dari kita tentu sudah tahu jika dahulu negara Timor Leste pernah
menjadi bagian dari negara Indonesia. Berdasarkan Deklarasi Balibo pada tanggal 30
November 1975 menegaskan bahwa Timor Timur (nama negara Timor Leste) menjadi
provinsi ke-27 di Indonesia.

Mungkin kita bertanya mengapa Timtim memisahkan diri dan berdiri menjadi sebuah negara
Timor Leste yang kita kenal hingga saat ini. Jika kita melihat sejarah, ada beberapa alasan
mengapa negara Timor Leste lepas dari Indonesia.

Perlu diketahui juga jika saat negara Timor Leste berpisah, negara Indonesia sedang dipimpin
oleh Presiden B.J Habibie menggantikan Pemerintahan Soeharto atau yang lebih dikenal
sebagai Orde Baru, di mana pada saat itu kondisi politik di Indonesia masih belum stabil.
Hasil dari pemilihan pada tanggal 30 Agustus 1999 bahwa hampir sebanyak 80 persen rakyat
Timor Timur saat itu memilih untuk berpisah dengan Indonesia. Referendum yang mendapat
dukungan dari PBB juga menjadi pertanda telah berakhirnya konflik berdarah dan
menyatakan bahwa Timor Timor telah terlepas dari negara Indonesia.

Kronologi Berpisahnya Negara Timor Leste

Pada tahun 1991 terjadi sebuah peristiwa besar yang dikenal sebagai Pembantaian Santa
Cruz. Peristiwa tersebut diawali dengan tentara Indonesia melepaskan tembakan terhadap
4.000 pelayat pro-kemerdekaan di sebuah pemakaman yang saat itu sedang mengubur
seorang siswa muda yang terbunuh oleh tentara.

Peristiwa tersebut menyebabkan lebih dari 200 orang tewas dan telah diabadikan oleh seorang
jurnalis foto Inggris. Tentu kejadian tersebut disiarkan di televisi negara-negara Barat dan
untuk pertama kalinya pemerintah Amerika Serikat mengutuk Indonesia atas kejadian
tersebut.

Negara Indonesia menjadi bulan-bulan beberapa negara dan banyak yang menggunakan isu
Timtim untuk mempermalukan Indonesia di dunia Internasional.

Saat memerintah Indonesia selama 7 bulan, B.J Habibie mendapat surat dari Perdana Menteri
Australia, John Howard di tanggal 19 Desember 1998 yang berisi mengenai usulan untuk
melakukan peninjauan ulang pelaksanaan referendum bagi rakyat Timor Timur.

Hampir sebagian besar rakyat Timtim turut serta dalam pelaksanaan referendum pada 30
Agustus 1999 dengan kondisi relatif aman. Akan tetapi sehari setelah referendum
dilaksanakan suasana menjadi tidak terkendali dan terjadi kerusuhan di berbagai tempat.

Sehingga akhirnya Sekjen PBB baru menyatakan hasil referendum kepada Dewan Keamanan
PBB pada tanggal 3 September 1999. Hasil dari referendum tersebut yakni sekitar 78,5%
menolak otonomi, 21% mendukung otonomi dan sisanya (7.985 suara) dinyatakan tidak
valid.

Pada tanggal 4 September 1999 hasil referendum secara resmi diumumkan di Dili yang
menyatakan bahwa masyarakat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia

PENYEBAB KASUS

: Menanggapi tekanan internasional yang meningkat, pemerintah Indonesia


mengesahkan referendum di sana pada tanggal 30 Agustus 1999 untuk menentukan masa
depan Timor Lorosa'e. Hampir empat perlima pemilih mendukung kemerdekaan, dan
parlemen Indonesia membatalkan pencaplokan wilayah tersebut oleh Indonesia. Timor
Lorosa'e pun dikembalikan ke status kemerdekaan sebelum menjadi bagian di Indonesia,
tetapi Timor Leste ditetapkan sebagai wilayah yang tidak berpemerintahan dengan berada di
bawah pengawasan PBB. Namun, peralihan kekuasaan itu dibarengi dengan kekerasan yang
dilakukan oleh militan anti kemerdekaan. Ratusan orang tewas, dan ribuan melarikan diri ke
bagian barat pulau; pengungsi kemudian mulai kembali ke rumah. Pada April 2002 Xanana
Gusmão, pemimpin Dewan Nasional Perlawanan Timor (Conselho Nacional de Resistência
Timorense; CNRT), salah satu bekas kelompok oposisi, terpilih sebagai presiden pertama
Timor Leste. Tidak lama kemudian, Timor Leste tersebut mencapai status penuh sebagai
negara berdaulat. Perdana Menteri José Ramos-Horta, penerima Hadiah Nobel Perdamaian
1996 terpilih sebagai presiden pada Mei 2007 dan menggantikan Gusmão.

SOLUSI KASUS

: timur leste atau timor timor pada saat itu dilepaskan dari negara Indonesia dan
menjadi negara berdiri sendiri oleh BJ Habiebie selaku presiden ke – 3 pada saat itu.

Terdapat dua alasan mengapa B.J Habibie selaku Presiden ke-3 Indonesia saat itu
memutuskan untuk melepaskan Timor Timur (Timtim) dari Indonesia. Di dalam sebuah buku
berjudul Detik-Detik yang Menentukan, B.J Habibie bercerita mengapa Loro Sae (sebutan
lain untuk Timor Timur) harus menjadi bagian dari negara Indonesia atau justru sebaliknya
menjadi sebuah negara merdeka.

Alasan ini dianggap cerdas bahkan mendapat pujian dari Dunia Internasional.

• Timtim memiliki jumlah populasi sekitar 700.000 jiwa namun telah berhasil menarik
minat dunia. Namun BJ Habibie mempunyai 210 juta rakyat dan apabila membiarkan
tentara asing mengurusi Timtim, secara implisit BJ Habibie mengakui bahwa TNI
tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan akan mengancam kestabilan
negara. Tentu BJ. Habibie tidak mau mengambil resiko ini. Selain itu, masalah Timor
Timur harus dapat diselesaikan sebelum Presiden ke-4 RI dipilih. Sehingga Presiden
ke-4 nanti dapat mencurahkan perhatiannya kepada penyelesaian masalah nasional
dan reformasi yang sedang dihadapi Indonesia.
• BJ. Habibie menganggap Australia menjadi sahabat lama bagi Indonesia, yakni sejak
Proklamasi Kemerdekaan 1945. Beliau juga mengatakan jika dia membiarkan tentara
Australia masuk ke Indonesia, tidak hanya membuat menghina dan mempermalukan
TNI tetapi juga yang kalah akan menyalahkan Australia terlepas dari apapun
keputusannya nanti.

Dari kedua alasan tersebut itulah, BJ Habibie mendapat respons yang amat baik dari dunia
sebab tidak harus mengandalkan kekerasan dan juga pertumpahan darah. Dan saat ini jika
dilihat dari segi ekonomi Indonesia mendapatkan keuntungan dari Timor Leste terutama
dalam pembangunan infrastruktur.

Pembangunan di Timor Leste dimenangkan oleh pihak BUMN milik Indonesia. Sebagai
sebuah negara merdeka, Timor Leste justru melakukan impor barang-barang dari Indonesia
dan tentunya memberikan masukan devisa bagi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai