Nim : 361941311082
Kelas : 2C
Prodi : D4 Agribisnis
Mata Kuliah : Etika Bisnis
ETIKA BISNIS
1. Penjelasan hukum Roma tentang keadilan itu bisa diterjemahkan juga sebagai
memberikan kepada setiap orang yang menjadi haknya. “hak” yang merupakan
pengertian modern yang belum dikenal dalam teks-teks kuno. Istilah “Hak” mengalami
suatu perkembangan yang berbelit-belit dan baru akan diterima dalam arti seperti kita
kenal sekarang pada akhir abad ke – 17(4).
Keadilan adalah memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya.
2. 1 ) Pertama keadilan selalu tertuju pada orang lain atau keadilan selalu di tandai oleh
other-directedness (J. Finnis). Masalah keadilan atau ketidakadilan hanya bisa timbul
dalam konteks antar manusia untuk itu diperlakukan sekurang-kurangnua dua orang
manusia bila pada suatu saat hanya tinggal satu manusia di bumi ini, masalah keadilan
atau ketidakadilan sudah tidak berperan lagi.
2) Kedua keadilan harus ditegakkan atau dilaksanakan, jadi keadilan tidak diharapkan
saja atau dianjurkan saja keadilan mengiat kita sehingga kita mempunyai kewajiban dan
ciri khas yang khusus disebabkan karena keadilan selalu berkaitan dengan hak yang harus
dipenuhi. Menekankan bahwa konteks keadilan kita selalu berurusan dengan hak orang
lain. Kita akan memberikan sesuatu karena alasan keadilan kita selalu harus atau wajib
memberikan sedangkan kalau kita memberikan sesuatu karena alasan lain, kita tidak akan
wajib dan akan memberikannya.
3) Ketiga keadilan menuntut persamaan (equality), atas dasar keadilan kita harus
memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, tanpa kecuali. Orang baru
pantas disebut orang yang adil, bila ia berlaku adil terhadap semua orang. Dewi Iustitia
yang memegang timbangan dalam tanganya, dalam mitologi Romawi digambarkan juga
dengan matanya yang tertutup dengan kain. Sifat yang terakhir ini akan menunjukkan
kepada ciri ketiga. Keadilan harus dilaksanakan terhadap semua orang tanpa melihat
orangnya siapa.
3. Keadilan Klasik
a) keadilan umum general – justice
Adalah keadilan berdasarkan bahwa setiap anggota masyarakat atau individu
diwajibkan untuk memberikan kewajibannya kepada masyarakat (negara)-nya ;
apa yang menjadi hak negara.
Keadilan umum menjadikan common – good (kebaikan umum = kebaikan
bersama) sebagai dasar bertindak adil karena common good maka kita harus
menempatkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi.
Kewajiban ini bersifat mutlak.
c) keadilan komutatif
Adalah keadilan yang mewajibkan setiap individu atau orang harus memberikan
kepada orang lain apa yang menjadi haknya. Hal tersebut berlaku pada taraf
individual atau sosial, yaitu individu terhadap individu atau level negara terhadap
negara.
Contoh :
Perusahaan yang satu harus berlaku adil terhadap perusahaan lain didalam relasi
bisnisnya.
Dalam bahasa indonesia keadilan ini disebut “keadilan tukar menukar”. Dalam
perkembangan selanjutnya keadilan komutatif menjadi dasar munculnya
“perjanjian bisnis” atau “kontrak”.
Adapun pelanggaran pelanggaran terhadap keadilan seperti “tidak
mengembalikan kredit, korupsi, tidak membayar pembelian bahan, dll.
pembagian keadilan menurut pengarang moderen
Pembagian ini dibuat berdasarkan penulis etika bisnis seperti John Boatright dan
Manuel Velasquez. Namun demikian, pandangan mereka banyak dipengaruhi
oleh filsuf Aristoteles.
4.
keadilan individual dibahas secara bersamaan dengan keadilan sosial, namun keadilan
sosial masih sangat luas dan sering belum begitu tegas dan jelas.
keadilan sosial yang adalah keadilan didalam stuktur kehidupan sosial masih sangat
sulit dirumuskan, disebabkan karena stuktur sosial masyarakat yang sering cepat
berubah dan berkembang, sedangkan stuktur masyarakat sangat tergantung pada segi
sosio-ekonomi, kehidupan politik dan faktor budaya.
Apabila salah satu (bersama sama) faktor tersebut mengalami ketidakstabilan maka
keadilan sosial akan terpengaruh secara signifikan.
7. Menurut Nozick, prinsip “kebebasan” dan prinsip “perbedaan” Rawls tidaklah konsisten
bahkan kontradiktif. Nozick melihat bahwa prinsip kebebasan menuntut tiadanya
pembatasan pada hak kepemilikan individual. Artinya, prinsip kebebasan secara otomatis
akan membatalkan prinsip perbedaan. Sebagai argumen, Nozick membedakan teori
keadilan “historis” (historical theory of justice) dengan teori keadilan “hasil-akhir” (end
state theory of justice). Ia memecah lagi teori keadilan historisnya menjadi teori
“berpola” (patterned theory) dan teori “tak-berpola” (unpatterned theory). Menurutnya
teori keadilan Rawls adalah teori keadilan historis ‘berpola”, dimana keadilan bagi setiap
orang dapat dicapai menurut kebutuhan/status/kemampuan/kewajaran. Sementara ia
menegaskan bahwa teorinya sendiri adalah teori kebebasan historis “tak-berpola”, dalam
arti bahwa jalan untuk mencapai keadilan bagi setiap orang harus ditentukan oleh
prosedur yang legitim. Dalam kacamata Nozick, teori keadilan historis berpola sangat
lemah sebagai argumen. Sebab, pola apapun akan selalu berubah karena tindakan bebas
(free action) masing-masing orang. Penetapan pola sejak awal sendiri akan menjadi
absurd karena perubahan-perubahan yang ditentukan oleh prinsip kebebasan dan tindakan
sukarela (bebas). Maka, “keadilan-berpola” bagi Nozick hanya dapat dipertahankan
dengan paksaan (bertentangan dengan prinsip kebebasan).