Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

NILAI-NILAI KONSTITUSI UUD 1945

Untuk memenuhi tugas matakuliah Pendidikan Keawarganegaraan


Dosen Pengampu :

Melani Albar, M. Pd

Oleh :

Moh. Ahyari Fikri (20862321066)

Rizal Hidayatulah (20862321046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU KEISLAMAN
UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Pendidikan
Kewarganegaraan ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun berdasarkan
pengumpulan dari berbagai sumber, dan untuk memehuni tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.

Dengan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Melani Akbar,


M. Pd selaku dosen pembimbing matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian tugas ini. Semoga tugas yang penulis buat dapat bermanfaat bagi
penulis pribadi maupun pihak yang membaca.

Penulis menyadari bahwa tugas ini sangat jauh dari sempurna, masih banyak
kelemahan dan kekurangan. Setiap saran, kritik, dan komentar yang bersifat
membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk meningkatkan kualitas
dan menyempurnakan tugas ini.

Malang, 19 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………….…………………….…………... i

DAFTAR ISI……………………………………….....……………..…………... ii

BAB I PENDAHULUAN………….....……………………………………...... 1

Latar Belakang ……………………………………………………….……….... 1

Rumusan Masalah…………………………………………………………...….. 1

Tujuan ....................……………………………………………………….......... 1

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Nilai...……………………………………………………….........…2
Konstitusi dan Undang-Undang Dasar 1945…………………………....……….. 3

Undang-Undang Dasar 1945..…………………………………………...……….. 5

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN…………………..............…………… 14

Kesimpulan……………………………………..………………………………. 14

Saran …………………………….......………………………………….............. 14

Hasil Diskusi........................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….....….. 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam hidup bernegara kia dapat meneumkan aturan yang mengatur
agiamana pemerintahan dijalankan. Misalnya, siapa yang menjalankan kekuasaan
pemerintahan dan bagaimana kekuasaan tersebut diperoleh. Kita dapat
menemukan adanya beberapa aturan yang sama sekali tidak berhubungan dengan
cara-cara pemerintahan dijalankan. Misalnya bagaimana aturan mengendarai
kendaraan bermotor di jalan raya dan bagaimana cara mencari keadilan jika hak
dilanggar orang lain.
Pada saat ini kita menemukan aturan atau hukum yang berisi ketentuan yang
mengatur bagaimana pemerintah dijalankan artinya kita telah menemukan bagian
atau isidari konstitusi. Setelah melakukan pembelajaran ini, calon sarjana
diharapkan memiliki komitemen secara personal dan sosial terhadap
pengejawantahan nilai dan norma yang terkandung dalam konstitusi UUD 945 di
Indonesia, mampu menganilisi nilai dan norma yang terkandung dalam konstitusi
UUD 1945 dalam konteks kehidupan beranegara kebangsaan Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi nilai ?
2. Apa definisi konstitusi dan UUD 1945 ?
3. Apa saja nilai-nilai konstitusi dalam UUD 1945 ?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi nilai


2. Untuk mengetahui definisi tentang konstitusi dan UUD 1945
3. Untuk mengetahui nilai-nilai konstitusi dalam UUD 1945
BAB II

PEMBAHASAN

A. Nilai
Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi
kehidupan manusia,1 khususnya mengenai kebaikan dan tindak kebaikan suatu
hal, Nilai artinya sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan.2 Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai bukan benda
konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut
pembuktian empirik, melainkan sosial penghayatan yang dikehendaki, disenangi,
dan tidak disenangi.3
Adapun pengertian nilai menurut pendapat beberapa para ahli antara lain:
1) Menurut Milton Rekeach dan James Bank, nilai adalah suatu tipe kepercayaan
yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dalam mana seseorang
bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau memiliki dan dipercayai.4
2) Menurut Lauis D. Kattsof yang dikutip Syamsul Maarif mengartikan nilai
sebagai berikut: Pertama, nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat
didefinisikan, tetapi kita dapat mengalami dan memahami cara langsung
kualitas yang terdapat dalam objek itu. Dengan demikian nilai tidak semata-
mata subjektif, melainkan ada tolok ukur yang pasti terletak pada esensi objek
itu. Kedua, nilai sebagai objek dari suatu kepentingan, yakni suatu objek yang
berada dalam kenyataan maupun pikiran. Ketiga, nilai sebagai hasil dari
pemberian nilai, nilai itu diciptakan oleh situasi kehidupan.5
3) Menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu
(Sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi
arti (manusia yang meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan
berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku.6

1
M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), Cet.
1, h. 61
2
W.J.S. Purwadaminta, Kamus Umum bahasa Indonesia (Jakarta; Balai Pustaka, 1999), h. 677
3
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001), h. 98
4
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, h. 97
5
Syamsul Maarif, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 114
6
M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam...,h. 61
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan
esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia.
Esensi belum berarti sebelum dibutuhkan oleh manusia, tetapi tidak berarti adanya
esensi karena adanya manusia yang membutuhkan. Hanya saja kebermaknaan
esensi tersebut semakin meningkat
B. Konstitusi dan Undang-Undang Dasar 1945
Konstitusi berasal berasal dari bahasa Inggris Contitution, atau bahasa
Belanda Contitute, yang artinya undang-undang dasar. Orang Jerman dan Belanda
dalam percakapan sehari-hari menggunakan kata Grondwet yang berasal dari suku
kata grond = dasar dan wet = undang-undang, yang kedua-duanya menunjuk pada
naskah tertulis.
Pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaran umumnya dapat berarti
pertama lebih luas dari undang-undang dasar karena pengertian undang-undang
dasar hanya meliputi konstitusi tertulis saja pada hal masih terdapat konstitusi
tidak tertulis yang tidak tercakup dalam undang-undang dasar. Keduanya sama
pengertiannya dengan undang-undang dasar karena hanya berisi aturan tertulis.
Dalam praktek ketatanegaraan Republik Indonesia konstitusi sama dengan
pengertian undang-undang dasar. Hal ini terbukti dengan disebutkannya istilah
konstitusi Republik Indonesia Serikat bagi undang-undang dasar Republik Serikat
( Kaelan, 2000:99).
Di Indonesia Undang-Undang Dasar pada dasarnya adalah suatu hukum
dasar tertulis (konstitusi negara). Pengertian hukum dasar adalah aturan-aturan
dasar yang dipakai sebagai landasan dasar dan sumber bagi berlakunya seluruh
hukum/peraturan/perundang-udangan dan penyelenggaraan pemerintahan negara
pada suatu negara. Hukum dasar dibedakan menjadi dua, seperti berikut ini.
Pertama hukum tertulis adalah suatu konstitusi negara yang menjadi dasar dan
sumber dari peraturan-peraturan lain atau perundang-undangan lain yang berlaku
di suatu negara, atau aturan dasar yang mengatur penyelenggaran negara yang
dituangkan dalam bentuk tertulis, contohnya UUD 1945. Oleh karena sifatnya
yang tertulis maka Undang-Undang Dasar itu rumusnya tertulis dan tidak mudah
berubah.
Menurut ECS Wade dalam Costitutional Law, bahwa Undang-Undang
Dasar menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan
kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintah suatu negara dan
menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut. Prinsipnya mekanisme dan
dasar dari setiap sistem pemerintahan diatur dalam Undang-Undang Dasar.
Undang-Undang Dasar menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat
kekuasaan ini bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain dan Undang-
Undang Dasar juga merekam hubungan-hubungan kekuasaan satu sama lain
(Miriam Budiardjo, 1981: 95-96). Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 hanya
berisi 37 pasal, maka sifat Undang-Undang Dasar adalah singkat dan supel.
Maknanya Undang-Undang Dasar hanya memuat aturan-aturan pokoknya saja.
Supel mengandung makna masyarakat itu selalu berubah dan mengalami
perkembangan, maka kita harus menjaga supaya tidak ketinggalan zaman.
Menurut Padmowahyono seluruh kegiatan negara dikelompokkan menjadi
dua macam: 1) Penyelenggaraan kehidupan negara; 2) Penyelenggaraan
kesejahteraan sosial. Oleh karena sifatnya tertulis maka Undang-Undang Dasar
rumusnya jelas yaitu merupakan hukum positif yang mengikat pemerintah sebagai
penyelenggara negara dan setiap warga negara. Aturan-aturan pokoknyaharus
selalu dikembangkan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Undang-
Undang Dasar 1945 dalam tertib hukum Indonesia merupakan peraturan hukum
positif yang tertinggi, disamping sebagai alat kontrol terhadap norma-norma
hukum positif yang lebih rendah dalam hierarkis tertib hukum Indonesia.
Sifat hukum dasar tertulis tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
a. Peraturan perundangan yang tertinggi dalam negara,
b. Memuat aturan-aturan pokok ketatanegaraan,
c. Mengikat hak pada pemerintah, lembaga-lembaga kenegaraan, lembaga-
lembaga kemasyarakatan, warga negara dan penduduk dimana saja berada,
d. Menjadi alat pengontrol dan alat pengecek apakah peraturan hukum dan
peraturan perundang-undangan dibawahnya sesuai dengan ketentuan
Undang- Undang Dasar,
e. Menjadi dasar dan sumber hukum bagi peraturan hukum dan peraturan
perundangan dibawahnya.
Kedua hukum dasar tidak tertulis atau konstitusi tidak tertulis, yaitu
konvensi ketatanegaraan atau kebiasan ketatanegaraan. Konversi merupakan
aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaran negara.
Hukum dasar tidak tertulis dapat timbul dalam praktek penyelenggaran negara
meskipun tidak dalam bentuk tertulis contohnya adalah naskah pidato Presiden
tiap tanggal 16 Agustus menjelang pelaksanaan perayaaan hari kemerdekaan
Indonesia.
Sifat hukum dasar tidak tertulis adalah :
a. Tidak bertentangan dengan isi, arti, dan maksud hukum dasar tertulis,
b. Melengkapi, mengisi kekosongan ketentuan yang tidak diatur secara jelas
dalam hukum dasar tertulis,
c. Memantapkan pelaksanaan hukum dasar tertulis,
d. Terjadi berulangkali dan dapat diterima oleh masyarakat,
e. Hanya terjadi pada tingkat nasional,
f. Merupakan aturan dasar sebagai komplementasi bagi Undang-Undang Dasar

Undang-Undang Dasar 1945


Undang-Undang Dasar 1945 adalah suatu hukum dasar tertulis atau
konstitusi negara yang mejadi dasar dan sumber dari peraturan-peraturan lain atau
perundang-udangan lain yng berlaku di wilayah negara kesatuan Republik
Indonesia. Undang- Undang Dasar 1945 merupakan sebuah naskah yang meliputi:
a. Pembukaan, yang terdiri dari 4 alinea; batang tubuh, yang terdiri atas 16 Bab,
37 pasal, 4 pasal Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan dan
penjelasan, yang terdiri dari penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.
b. Ditetapkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945,
c. Diundangkan dalam berita RI tahun II nomor 7 tanggal 15 Februari 1946.
Dinamakan Undang-Undang Dasar 1945 karena Undang-undang Dasar
tersebut disusun dan ditetapkan pada tahun 1945. Undang-Undang Dasar lain
yang pernah dimiliki dan digunakan oleh bangsa Indonesia adalah: 1) Undang-
Undang Dasar 1949 Konstitusi RIS 1949); 2) Undang-Undang Dasar 1950
(UUDS 1950). UUD 1945 bukanlah hukum biasa, malainkan hukum dasar.
Sebagai hukum dasar maka UUD merupakan sumber hukum. Setiap produk
hukum seperti Undang-undang, peraturan atau keputusan pemerintah, dan setiap
tindakan kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumberkan pada
peraturan yang lebih tinggi yang pada akhirnya dapat dipertanggungjawabkan
pada ketentuan-ketentuan UUD 1945.
Konstitusi atau undang-undang dapat dianggap sebagai perwujudan dari
hukum tertinggi yang harus ditaati oleh negara dan pejabat-pejabat negara
sekalipun. Hal ini sesuai dengan dalil “Goverment by law, not by men”
(pemerintahan berdasarkan hukum, bukan oleh manusia). Pada permulaan abad
ke-19 dan awal abad ke 20, gagasan mengenai konstitusionalisme, (kekuasaan
terbatas dan jaminan hak dasar warga negara). Mendapatkan perumusan secara
yuridis.7
Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945. Dalam tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD
1945 menempati tempatan tertinggi. Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945
adalah kelompok aturan dasar / pokok Negara yang berada dibawah Pancasila
sebagai Norma Dasar.
1.Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia
Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di
Indonesia telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat priode,
yaitu sebagai berikut:
a. Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD 1945
terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal aturan
paralihan, 2 ayat aturan tambahan, dan bagian penjelasan.
b. Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlakunya UUD RIS. UUD RIS
terdiri atas 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.
c. Periode 17 Agustus 1959-5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 terdiri atas 6 bab,
146 pasal, dan beberapa bagian.
d. Periode 5 Juni 1959- sekarang kembali berlaku UUD 1945.
Kasus untuk periode keempat berlaku UUD 1945 dengan pembagian

7
Effendi Suryani dan Kaswan, Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa ( Bandung: PT
Refika Aditama, 2015 ), hlm. 141.
berikut:
1. UUD 1945 yang belum diamandemenkan
2. UUD 1945 yang sudah diamandemenkan (tahun 1999, tahun 2000, tahun 2001,
dan tahun 2002)
Amandemen tersebut adalah:
a) Amandemen ke-1 pada sidang umum MPR, disahkan 19 Oktober 1999;
b) Amandemen ke-2 pada sidang tahunan MPR, disahkan 18 Agustus 2000;
c) Amandemen ke-3 pada siding tahuna MPR, disahkan 10 November 2001;
d) Amandemen ke-4 pada tahunan MPR, disahkan 10 Agustus 2002;
Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia pertama kali ditetapkan
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD yang ditetapkan oleh PPKI
tersebut sebenarnya merupakan hasil karya BPUPK melalui siding-sidangnya dari
tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 dan tanggal 10 Juli sampai 16 juli 1945.
Hasil karya BPUPKI berupa rancangan pembukaaan hukum dasar dari BPUPKI
itulah yang selanjutnya ditetapkan menjadi UUD Negara Indonesia setelah
mengalami perubahan seperlunya oleh PPKI.
Sidang PPKI pertama berlangsung tanggal 18 Agustus 1945 yang
menghasilkan 3 keputusan penting, yaitu sebagai berikut.
1) Mengesahkan Rancangan Pembukaan Hukum Dasar Negara dan Hukum Dasar
Sebagai UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Memilih Ir. Seokarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Presiden dan wakil
presiden.
3) Membentuk sebuah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk
membentuk presiden.
Sidang PPKI mengenai pengesahan undang-undang dasar inin belangsung
sngat singgat yaitu kurang lebih dua jam. Namun dengan semangat persatuan dan
keinginan untuk segera membentuk konstitusi Negara maka penetepan UUD 1945
berjalan dengan lancar.
Perubahan yang dilakukan hanyalah hal-hal yang kecil saja, bukan masalah
yang mendasar. Hal ini karena PPKI sudah mendapatkan naskah rancangan
hokum dasar yang dihasilkan oleh BPUPKI. Beberapa perubahan tersebut antara
lain:
a. Istilah”hukum dasar” diganti menjadi” undang-undang dasar”,
b. Kata”mukadimah” diganti menjadi”pembukaan”
c. “dalam suatu hukum dasar”diubah menjadi”dalam suatu undang-undang dasar”
d. Diadakannya ketentuan tentang perubahan UUD yang sebelumnya tidak ada;
e. Rumusan”Ketuhanan Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi
Pemeluk-Pemluknya” diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Penetapan UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Republik Indonesia oleh PPKI
dilakukan dalam dua tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Pengesahan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Yang Terdiri Dari 4
Alinea.
2. Pengesahan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republok Indonesia
terdiri atas 16 Bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan dua ayat aturan
tambahan.
Jadi pada waktu yang disahkan PPKI adalah UUD Negara Indonesia yang
terdiri atas dua bagaian yaitu bagian pembukaan dan bagian batang tubuh atau
pasal-pasalnya. Adapun bagian penjelasan dilampirkan kemudian dalam satu
naskah yang dibuat dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7 tanggal 15
Februari 1946. Berdasarkan hal itu maka Naskah Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia Tahun II No. 7 Tanggal 15 Februari 1946, terdiri atas:
a) Pembukaan
b) Batang tubuh, dan
c) Penjelasan.
Undang-undang Dasar Neraga Republik Indonesia 18 Agustus 1945 hanya
berlaku dalam waktu singkat yaitu mulai tanggal 18 Agustus 1945 sampai 27
Desember 1949. Sejak 27 Desember diberlakukannya Undang-Undang Dasar baru
disebut kontitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) tahun 1949. Konstitusi kedua
yang berlaku diindonesia adalah Konstitusi Republi Indonesia Serikat disingkat
KRIS atau UUD RIS. Dan UUD Negara Republik Indonesia 18 Agustus 1945
tetap berlaku tetapi hanya disalah satu Negara bagian RIS yaitu Negara Republik
Indonesia (RI) yang beribu kota di Yogyakarta. Kontitusi Republik Indonesia
Serikat (KRIS) atau UUD RIS 1949 berlaku dari tanggal 27 Desember 1949
sampai tanggal 17 Agustus 1950, bangsa Indonesia kembali kebentuk Negara
kesatuan. Dengan demikian, UUD RIS 1949 tidak diberlakukan lagi. Priode
berlakunya UUD RIS 1949 daei tanggal 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus
1950, oleh Moh. Yamin disebut konstitusi II.
1) Mukadimah yang terdiri dari empat ayat.
2) Bagian batang tubuh yang terdiri dari atas 6 bab, 197 pasal dan lampiran.
Beberapa ketentuan pokok dala UUD RIS 1949 antara lain:
a. Bentuk Negara adalah serikat, sedangkan bentuk pemerintahan adalah republik
b. Sistem pemerintahan adalah parlamenter. Dalam sistem pemerintahan ini,
kepala pemerintahan dijabat oleh seorang perdana mentri.perdana mentri apis
saat itu adalah Moh. Hatta.
Konstitusi yang berlaku setelah UUD RIS adalah Undang-Undang Dasar
Sementara (UUDS) 1950. Undang-undang dasar sementara dimaksud sebagai
pengganti dari UUD RIS 1949 setelah Indonesia kembali ke bentuk Negara
kesatuan yang dituangkan dalam Undang-Undang Federal No.7 Tahun 1950
tentang perubahan konstitusi RepublikIndonesia Serikat menjadi Undang-Undang
Dasar Sementara Republik Indonesia. Konstitusi inilah yang menyusun Undang-
Undang Dasar yang bersifat tetap. UUDS 1950 terdiri atas:
1. Mukadimah yang terdiri dari empat ayat.
2. Batang tubuh yang terdiri atas 6 bab dan 164 pasal.
3. Bentuk Negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republic;
4. Sistem pemerintah adalah parlementer menurut UUDS 1950;
5. Adanya badan Konstituante yang akan menyusun undang-undang dasar tetap
sebagai pengganti dari UUDS 1950.
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 tidak berhasil menyelesaikan
tugasnya. Situasi ini kemudian memicu munculnya dekrit yang isinya sebagai
berikut:
a) Menetapkan pembubaran Konstituante;
b) Menetapkan berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950;
c) Pembentukan MPRS dan DPAS.
2. Proses Amandemen UUD 1995
Amandemen (bahasa inggris: amendtmendt) artinya perubahan.
Mengamandemen artinya mengubah atau mengadakan perubahan. Istilah
amandemen sebenarnya merupakan hak, yaitu hak parlemen untuk mengubah atau
mengusulkan perubahan rancangan UU. Perkembangan selanjutnya muncul istilah
amandemen UUD yang artinya perubahan UUD. Istilah perubahan konstitusi itu
sendiri mencangkup dua pengerrtianyaitu:
a. Amandemen konstitusi
b. Pembaruhan konstitusi
Dalam hal amandemen konstitusi, perubahan yang dilakukan merupakan
addendum atau sisipan dari konstitusi yang asli. Konstitusi yang asli tetap berlaku.
Adapun bagian yang diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari
konstitusinya.
Amandemen atas UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah dan
memperbaruhi konstitusi negara indonesia agar sesui dengan prinsip-prinsip
negara demokrasi. Dengan adanya amandemen terhadap UUD 1945 maka
konstitusi kita diharapkan semakin baik dan lengkap meyesuikan dengan tuntutan
perkembangan dan kehidupan dan kenegaraan yang demokratis.
UUD 1945 sebagai konstitusi atau hukum dasaar negara republik indonesia
juga haus mampu menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan. Untuk itu
perlu dilakukan perubahan terhadap UUD 1945 yang sejak merdeka sampai masa
pemerintahan presiden soeharto belum pernah dilakukan perubahan.
Tentang perubahan UUD dinyatakan pada pasal 37 UUD 1945 sebagai berikut:
1. Unsur perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidam majelis
permusyawaratan rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari
jumlah anggota majelis permusyawaratan
2. Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta
alasannya.
3. Untuk mengubah asal-asar UUD, sidang majelis permusyawaratan rakyat
diadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota majelis
permusyawaratan rakyat.
4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan
sekurang-kurangnya 50% ditambah satu anggota dari seluruh anggota majelis
permusyawaratan rakyat.
5. Khusus mengenai bentuk negara kesatuan republik indonesia tidak dapat
dilakukan perubahan.
Perubahan atau amandemen UUD 1945 dilakukan perama kali oleh MPR
pada siadang umum MPR tahun 1999 dan mulai berlaku sejak tanggal 19 oktober
1999. Amandemen atas UUD 1945 dilakukan oleh MPR sebanyak 4 kali. Dengan
demikian UUD 1945 telah mengalami 4 kali perubahan yaitu sebagai berikut:
a. Amandemen pertama terjadi pada sidang umum MPR tahun 1999, disahkan 19
Oktober 1999.
b. Amandemen kedua terjadi pada sidang tahunan, disahkan 18 agustus 2000.
c. Amandemen ketiga terjadi pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 november
2001.
d. Amandemen keempat terjadi pada sidang tahunan PPR, disahkan 10 agustus
2002.
Jadi, pada perubahan keempat ini yang diamandemen sebanyak 13 pasal
serta 3 pasal aturan peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.
Dengan cara amandemen ini, UUD 1945 yang asli masih tetap berlaku,
hanya beberapa ketentuan yang sudah diganti dianggap tidak berlaku lagi. Yang
beraku adalah ketentuan-ketentuan yang baru. Naskah perubahan merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari UUD negara republik indonesia tahun 1945.
Dengandemikian, naskah UUD 1945 kita terdiri atas:
1. Naskah asli UUD 1945
2. Naskah perubahan pertama UUD 1945
3. Naskah perubahan kedua UUD 1945
4. Naskah perubahan ketiga UUD 1945
5. Naskah perubahan keempat UUD 1945
Naskah UUD 1945 perubahan pertama, kedua, ketiga, dan keempat tersebut
tertuang dalam putusan MPR tentang UUD 1945 dan perubahannya. Putusan
MPR tersebut tidak menggunakan nomor putusan majelis. Hal inin berbeda
dengan jenis putusan majelis lainnya, yaitu ketetapan majelis dan keputusan
majelis yag menggunakan nomor keputusan majelis.
Dengan amandemen tersebut maka konstitusi negara indonesia UUD 1945
menjadi lebih lengkap dan bertambah jumlah pasal-pasalnya. Jumlah keseluruhan
pasal yang diubah dari perubahan perama sampai keempat ada 73 pasal. Namun
jumlah nomor pasal tetap yaitu 37 tidak termasuk aturan peralihan dan aturan
tambahan. Perubahan diakukan dengan cara menambahkan huruf A, B, C, dan
seterusnya setelah nomor pasal (angkanya). Misalnya pasal 28, kemudian pasal
28A, pasal 28B dan seterusnya.
3. Isi UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
UUD 1945 sekarang ini hanya terdiri atas dua bagian, yaitu bagian
pembukaan dan bagian pasal-pasal. Bagian pembukaan pada umumnya berisi
pernyataan luhur dan cita-cita dari bangsa yang bersangkutan. Namun tidak semua
konstitusi negara meiliki bagian pembukaan ini. Konstitusi Malaysia, Singapure,
dan Australia tidak memiliki bagian pembukaan. Contoh konstitusi negara yang
memiliki bagian pembukaan adalah konstitusi Jepang, India, dan Amerika Serikat.
Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian yang penting dalam konstitusi
negara indonesi. Pembukaa UUD 1945 berisi empat alinie sebagai pernyataan
luhur bangsa indonesia. Selain berisi pernyataan, ia juga berisi cita-cita dan
keinginan bangsa indonesia, dalam bernegara yaitu mencapai masyarakat
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Setiap alenia pembukaan UUD
1945 memiliki makna dan cita-cita tersendiri sebagai satu kesatuan.
Alenia pertama berbunyi “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.
Alenia kedua berbunyi “dan perjuangan pergerakkan kemerdekaan
indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa
mengantarkan rakyat indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara
indonesia, yang merdeka bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”.
Alenia ketiga berbunyi “atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan
dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaaannya”.
Alenia keempat sebagai berikut “kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintah negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia
dan seluruh tumpah dara indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu UUD 1945negara
indonesia, yang terbentuk dalam susunan negara republik indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang maha esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh ikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”.
Nilai-Nilai Konstitusi Undang-Undang Dasar 1945
Nilai-nilai Konstitusi terbagi menjadi 3 tingkatan, yaitu nilai normatif, nilai
nominal, dan nilai semantik.8
Nilai Normatif berarti konsitusi sebagai hukum tertinggi sebuah bangsa
benar-benar dipatuhi oleh penguasa maupun masyarakat secara murni dan
konsekuen. Sedangkan nilai semantik mengartikan konstitusi tetap berlaku,
namun hanya formalitas semata dan digunakan dalam menjalankan kekuasaan
politik. Dalam praktiknya terdapat penyelewengan sehingga konstitusi tidak
dijalankan sama sekali.9 Nilai nominal berarti konstitusi berlaku secara hukum,
namun dalam implementasinya belum bisa dijalankan secara maksimal.10
Nilai Konstitusi dalam UUD 1945 diklasifikasikan sebagai berikut :
No Pasal Nilai Catatan
1 Pasal 1 ayat (1) - (3) UUD 1945 Normatif
2 Pasal 2 ayat (1) - (3) UUD 1945 Normatif
3 Pasal 3 ayat (1) - (2) UUD 1945 Normatif
4 Pasal 4 ayat (1) - (2) UUD 1945 Normatif
5 Pasal 5 ayat (1) - (2) UUD 1945 Normatif
6 Pasal 6 ayat (1) - (2) UUD 1945 Normatif
7 Pasal 6A ayat (1) - (5) UUD 1945 Normatif
8 Pasal 7 UUD 1945 Normatif
9 Pasal 7A UUD 1945 Normatif
10 Pasal 7B UUD 1945 ayat (1)-(7) UUD 1945 Normatif
11 Pasal 7C UUD 1945 Normatif
12 Pasal 8 UUD 1945 ayat (1)-(3) UUD 1945 Normatif
13 Pasal 9 UUD 1945 ayat (1)-(2) UUD 1945 Normatif
14 Pasal 10 UUD 1945 Normatif
15 Pasal 11 UUD 1945 ayat (1)-(3) UUD 1945 Normatif
16 Pasal 12 UUD 1945 Normatif

8
Karl Loewenstein, Reflection on the Value of Constutuions in our Revolusionary. Hal 311
9
Chandra Parbawati. Konstitusi dan Hak Asasi Manusia (hal.45)
10
Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. (hal.74)
17 Pasal 13 UUD 1945 ayat (1)-(3) UUD 1945 Normatif
18 Pasal 14 UUD 1945 ayat (1)-(2) UUD 1945 Normatif
19 Pasal 15 UUD 1945 Normatif
20 Pasal 16 UUD 1945 Normatif
21 Pasal 17 UUD 1945 ayat (1)-(4) UUD 1945 Normatif
22 Pasal 18 UUD 1945 ayat (1)-(7) UUD 1945 Normatif
23 Pasal 8A UUD 1945 ayat (1)-(2) UUD 1945 Normatif
24 Pasal 18B UUD 1945 ayat (1)-(2) UUD Normatif
1945
25 Pasal 19 UUD 1945 ayat (1)-(3) UUD 1945 Normatif
26 Pasal 20 UUD 1945 ayat (1)-(4) UUD 1945 Normatif
27 Pasal 20A UUD 1945 ayat (1)-(4) UUD Normatif
1945
28 Pasal 21 UUD 1945 Normatif
29 Pasal 22 UUD 1945 ayat (1)-(3) UUD 1945 Normatif
30 Pasal 22A UUD 1945 Normatif
31 Pasal 22B UUD 1945 Normatif
32 Pasal 22C UUD 1945 ayat (1)-(4) UUD Normatif
1945
33 Pasal 22D UUD 1945 ayat (1)-(4) UUD Normatif
1945
34 Pasal 22E UUD 1945 ayat (1)-(7) UUD Normatif
1945
35 Pasal 23 UUD 1945 ayat (2)-(3) UUD 1945 Normatif Pasal 23 ayat 1
bersifat nominal
36 Pasal 23A UUD 1945 Normatif
37 Pasal 23B UUD 1945 Normatif
38 Pasal 23C UUD 1945 Normatif
39 Pasal 23D UUD 1945 Normatif
40 Pasal 23E UUD 1945 ayat (1)-(3) UUD Normatif
1945
41 Pasal 23F UUD 1945 ayat (1)-(2) UUD Normatif
1945
42 Pasal 23G UUD 1945 ayat (1)-(2) UUD Normatif
1945
43 Pasal 24 UUD 1945 ayat (2)-(3) UUD 1945 Normatif Pasal 24 ayat 1
bersifat nominal
44 Pasal 24A UUD 1945 ayat (1)-(5) UUD Normatif
1945
45 Pasal 24B UUD 1945 ayat (2)-(4) UUD Normatif Pasal 24B ayat 1
1945 bersifat nominal
46 Pasal 24C UUD 1945 ayat (1)-(6) UUD Normatif
1945
47 Pasal 25 UUD 1945 Normatif
48 Pasal 26 UUD 1945 ayat (1)-(3) UUD 1945 Normatif
49 Pasal 27 UUD 1945 ayat (1)-(3) UUD 1945 Nominal
50 Pasal 28 UUD 1945 Nominal
51 Pasal 28A-28J UUD 1945 Normatif
52 Pasal 29 UUD 1945 ayat (1)-(2) UUD 1945 Nominal
53 Pasal 30 UUD 1945 ayat (1)-(5) UUD 1945 Normatif
54 Pasal 31 UUD 1945 ayat (1)-(5) UUD 1945 Nominal
55 Pasal 32 UUD 1945 ayat (1)-(2) UUD 1945 Nominal
56 Pasal 33 UUD 1945 ayat (1)-(5) UUD 1945 Nominal
57 Pasal 34 UUD 1945 ayat (1)-(4) UUD 1945 Nominal
58 Pasal 35 UUD 1945 Normatif
59 Pasal 36 UUD 1945 Normatif
60 Pasal 36A UUD 1945 Normatif
61 Pasal 36B UUD 1945 Normatif
62 Pasal 36C UUD 1945 Normatif
63 Pasal 37 ayat (1)-(5) UUD 1945 Normatif
III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan
kondisi masyarakat ada saat itu. Pada zaman Yunani Kuno para ahli filsafat
negara merumuskan pengertian negara secara beragam. Aristoteles yang hidup
pada tahun 384-322 S.M., merumuskan negara dalam bukunya Politica, yang
disebutnya sebagai negara polis. Konstitusi atau undang-undang dasar (bahasa
latin : constitutio) dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum
bentukan pada pemerintahan negara biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen
tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang terperinci, melainkan hanya
menjabarkan prinsip-prinsip yang menajdi dasar bagi peraturan-peraturan lainnya.
Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945. Dalam tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD
1945 menempati tempatan tertinggi. Amandemen (bahasa inggris: amendtmendt)
artinya perubahan. Perubahan yang dilakukan merupakan ada atau sisipan dari
konstitusi yang asli. Konstitusi yang asli tetap berlaku. Adapun bagian yang
diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari konstitusinya.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh
dari kata sempurna, kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan
tentang makalah dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat lebih
dipertanggung jawabkan.
C. Hasil Diskusi
Sebutkan contoh hukum tertulis dan hukum tidak tertulis !
penanya : Saadatul Ummah (20862321043)
Hukum Tertulis Penjawab : Rizal Hidayatulah (20862321046)
hukum yang tertulis dan tercantum dalam undang undang dasar 1945
Contoh : Undang Undang KUHP (Kitab Undang-Undang Pidana, KUHPdt
(Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), KUHD (Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang), UU, dan PP ( Peraturan Pemerintah )
Hukum Tidak Tertulis, Penjawab : Moh. Ahyari Fikri (20862321066)
Yakni hukum yang tidak tercantum dalam undang undang dasar 1945
Contoh : Hukum Adat, Pengambilan Keputusan berdasarkan atas
Musyawarah untuk Mufakat, Dekrit Presiden, Pidato Presiden, Penjelasan
Presiden mengenai RAPBN kepada DPR
DAFTAR PUSTAKA

M. Chabib Thoha, (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, Cet. 1, h. 61

Effendi Suryani & Kaswan, (2015). Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa,
Bandung: PT Refika Aditama
Kaelan, (2000). Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma.
Kaelan, (2016). Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pergerian Tinggi,
Yogyakarta: Paradigma.
Mansur Isna. 2001. Diskursus Pendidikan Islam. Yogyakarta: Global Pustaka
Utama.
Miriam Budiardjo, (1981). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia
Poerwadarminta W.J.S. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai
Pustaka, Jakarta.

Syamsul Maarif. (2007). Revitalisasi Pendidikan Islam. Yogyakarta : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai