Anda di halaman 1dari 7

NAMA : RENTI FITRI

NIM : 041623191

PROGRAM STUDI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA-S1

TUGAS KE : 2 (DUA)

MATA KULIAH : USAHA -USAHA MILIK NEGARA DAN DAERAH (ADPU4337)

SOAL!

1. Jelaskan secara singkat pedoman penyusunan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP)
yang anda ketahui !.....
2. Jelaskan pengertian Corporate Governance dan berikan contoh kongkrit penerapan Good
Corporate Governance dilingkungan anda bekerja !.....
3. Jelaskan antara penerapan asas good corporate governance dengan kepentingan para
pemegang saham !....
4. Jelaskan antara penerapan asas good corporate governance dengan kepentingan public !....

JAWABAN :

1. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) dilakukan dengan menggunakan
pedoman sebagai berikut.
1. Rencana kerja. Dalam Menyusun Rencana Kerja harus secara tegas dipisahkan antara
Rencana Kerja untuk melaksanakan Penugasan Pemerintah dengan Rencana Kerja untuk
Pencapaian Misi Perusahaan. Rencana Kerja untuk Pencapaian Misi Perusahaan memuat
penjelasan dan rincian tentang berikut ini.
a. Misi perusahaan adalah tujuan jangka Panjang perusahaan yang menjadi alasan
didirikannya perusahaan.
b. Sasaran Usaha adalah tujuan jangka pendek perusahaan yang mengarah kepada dan
mendukung tercapainya tujuan jangka Panjang perusahaan.
c. Strategi Usaha adalah berbagai cara yang akan ditempuh perusahaan untuk mencapai
sasaran usaha perusahaan.
d. Kebijakan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan menjadi pegangan
manajemen dalam melaksanakan kegiatan usaha perusahaan.
e. Program Kegiatan untuk Pencapaian Misi Perusahaan dijabarkan secara kualitatif dan
kuantitatif menurut bidang kegiatan yang sekurang-kurangnya, meliputi bidang-
bidang berikut ini.
1. Pemasaran dan Penjualan.
2. Pengadaan.
3. Produksi dan Kualitas Produk.
4. Teknik dan Teknologi.
5. Keuangan dan Akuntansi.
6. Sistem dan Organisasi.
7. Sumber Daya Manusia.
8. Penelitian dan Pengembangan.
9. Pelestarian Lingkungan.
10. Investasi yang Meliputi program kegiatan investasi didalam perusahaan dan
program penyertaan pada perusahaan lain.
Sebelum dituangkan dalam RKAP, setiap penugasan pemerintah harus memperoleh
persetujuan Menteri BUMN terlebih dahulu. Rencana Kerja untuk melaksanakan
Penugasan Pemerintah yang dimuat dalam RKAP melalui tahapan berikut.

a. Usulan Rencana Penugasan Pemerintah dari Menteri mengurangi secara jelas


ruang lingkup, jangka waktu, sasaran, serta anggaran pendapatan dan biaya.
b. Usulan rencana Penugasan Pemerintah yang telah disetujui oleh Menteri BUMN
menjadi dasar penyusunan Rencana Kerja Perusahaan untuk melaksanakan
Penugasan Pemerintah.
c. Direksi wajib mempunyai kajian atas penugasan Pemerintah tersebut. Jika
penugasan yang dimaksud akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan maka
penugasan tersebut tidak dimasukkan sebagai kegiatan usaha BUMN.

2. Anggaran Perusahaan. Merupakan penjabaran program kegiatan usaha dalam satuan


uang berdasarkan penerimaan/pengeluaran secara tunai dan program kegiatan untuk
melaksanakan Penugasan Pemerintah/Pemegang Saham dan kegiatan komersi. Anggaran
Perusahaan sekurang-kurangnya meliputi berikut ini.
a. Anggaran pendapatan usaha;
b. Anggaran biaya usaha;
c. Anggaran pendapatan dan biaya lainya;
d. Anggaran pengadaan;
e. Anggaran Teknik dan teknologi;
f. Anggaran penelitian dan pengembangan;
g. Anggaran pengembangan sumber daya manusia;
h. Anggaran pelestarian lingkungan ;
i. Anggaran investasi;
3. Proyeksi Keuangan Pokok. Disajikan menurut Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku,
terdiri dari berikut ini.
a. Proyeksi Neraca; disajikan dengan membandingkan prognosa tahun yang sedang
berjalan dan rencana proyeksi.
b. Proyeksi Laba/Rugi; disajikan dengan membandingkan prognosa tahun yang sedang
berjalan dan rencana proyeksi.
c. Proyeksi Arus Kas; disajikan secara triwulan.
d. Proyeksi Sumber dan Penggunaan Dana.
4. Proyeksi Keuangan Pokok Anak Perusahaan. Disajikan dengan membandingkan prognosa
tahun yang sedang berjalan dengan rencana proyeksi. Proyeksi Keuangan Pokok Anak
Perusahaan terdiri dari Proyeksi Neraca dan Proyeksi Laba/Rugi.
5. Hal-hal lain yang memerlukan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
a. Penghapusan Piutang.
b. Penghapusan persediaan.
c. Penghapusan aktiva tetap.
d. Penghapusan aktiva tetap lainya.
e. Penarikan tambahan kredit.
f. Menggunakan asset.
g. Memberikan pinjaman nonoperasional dan jaminan.
h. Kerjasama jangka menengah/Panjang dengan pihak ketiga.
i. Perubahan modal.
j. Penunjukan direksi dan komisaris anak perusahaan.
k. Penghasilan direksi dan komisaris/dewan pengawas.
l. Pembagian tugas direksi.
2. Pengertian corporate governance.
Holly J. Greogry dan marshall E. Simms (2000:3-4) menyebutkan bahwa pengelolaan
perusahaan (corporate governance) itu sendiri dapat didefinisikan secara luas dan terbatas.
Secara terbatas, istilah tersebut berkaitan dengan hubungan antara manajer, direktur, dan
pemegang saham. Secara luas istilah pengelolaan perusahaan dapat meliputi kombinasi
hukum, peraturan, aturan pendaftaran, dan praktik pribadi yang memungkinkan perusahaan
menarik modal masuk,memiliki kinerja secara efisien, menghasilkan keuntungan, serta
memenuhi harapan masyarakat secara umum dan sekaligus kewajiban hukum.

Stilpon Nestor dan John K.Thompson (2001:37) menengarai bahwa pada akhr tahun 1980-an
mulai banyak kesimpulan yang menyebutkan bahwa struktur kepemilikan dalam bentuk
dispersed ownership akan memberikan dampak bagi buruknya kinerja manajemen.

Komite Cadbury (1992) mendefinisikan corporate governance sebagai: sisitem yang


mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan
antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin
kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan
dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.

OEDC dalam Iman Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal (2002:2) mendefinisikan
corporate governance sebagai berikut. Sekumpulan hubungan antara pihak manajemen
perusahan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan
perusahaan. Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk
mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja.

Menurut keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002, Corporate Governance


adalah: suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan
keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham
dalam jangka Panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainya,
berlandaskan peraturan perundangan dan nilai etika.

Menurut Price Waterhouse Coopers (2000): corporate governance terkait dengan


pengambilan keputusan yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, system,
berbagai proses, kebijakan-kebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai
bisnis yang menguntungkan, efisien dan efektif dalam mengelola resiko dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan kepentingan stakeholders.

Selain empat definisi tersebut, Stijn Claessens (2003:4) menyatakan bahwa pengertian
corporate dapat digolongkan ke dalam dua kategori berikut. Kategori pertama, lebih condong
pada serangkaian pola perilaku perusahaan yang diukur melalui kinerja, pertumbuhan, strutur
pembiayaan, perlakuan terhadap pemegang saham, dan stakeholders. Kategori ini sangat
cocok dijadikan dasar analisis dalam mengkaji corporate governance di satu negara, misalnya
melihat bagaimana Dewan Direksi memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam
pengambilan keputusan, bagaimana menentukan kompensasi yang layak bagi eksekutif
perusahaan, bagaimana korelasi antara kebijakan tentang buruh dan kinerja perusahaan.
Kategori kedua, lebih melihat pada kerangka normative, yaitu segala ketentuan hukum baik
yang berasal dari system hukum, system peradilan, pasar keuangan, dan sebagainya yang
mempengaruhi perilaku perusahaan. Kategori ini dijadikan dasar analisis dalam mengkaji
corporate governance secara komparatif, misalnya melihat bagaimana berbagai perbedaan
dalam kerangka normative yang dibangun akan mempengaruhi pola prilaku perusahaan,
investor dan lainya.

Contoh kongkrit penerapan Good Corporate Governance dilingkungan kerja di rumah sakit,
untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, rumah sakit menerapkan prinsip
transparansi yang menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan
dapat diperbandingkan, serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan
haknya. Namun, prinsip keterbukaan ini tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi
ketentuan kerahasian perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undang, rahasia
jabatan, dan hak-hak pribadi. Tidak hanya itu, rumah sakit juga menerapkan prinsip
akuntabilitas. Dimana data yang dihasilkan oelh rumah sakit harus dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Dimana setiap karyawan
berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku yang telah disepakati. Di rumah sakit
setiap karyawan harus berpegang pada perinsip responsibilitas, yaitu bersikap hati-hati dan
patuh terhadap peraturan perundang-undang, anggaran dasar dan peraturan rumah sakit
serta melaksanakan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat. Di rumah sakit kegiatan
dikelola secara independent sehingga masing-masing bagian di rumah sakit tidak saling
mendominasi.

3. Korelasi Penerapan Asas Good Corporate Governance dengan Kepentingan para Pemegang
Saham. Perusahaan pada dasarnya diciptakan untuk memenuhi kepentingan para pemegang
saham, mengingat perusahaan timbul dari perjanjian yang dibuat oleh para pemegang saham.
Oleh karena perusahaan berbentuk badan hukum maka terjadi pemisahaan antara
kepemilikan dan pengawasan atas jalannya perusahaan. Untuk itu, kepentingan para
pemegang saham harus lebih diutamakan karena mereka hanya dapat mengawasi jalannya
usaha melalui dewan komisaris. Pada saat menanamkan sahamnya dalam suatu perusahaan,
filosofi dasar yang dipegang oleh para pemegang saham adalah mendapatkan keuntungan
yang maksimal. Dalam hal ini, asas Good Corporate Governance memegang peranan penting
sebagai sarana untuk mengukur kinerja perusahaan.
1. Asas Transparansi (transparency). Menurut Bismar Nasution (2003:6) asas transparansi
merupakan salah satu prinsip tertua dalam bidang hukum perusahaan, yang seharusnya
dapat diterapkan secara konsekuen, terutama di Indonesia. Dasar dari prinsip tertua itu
adalah bahwa jangan sampai terjadi penipuan atau penyalahgunaan wewenang oleh
manajemen peruahaan terhadap para pemegang saham, mengingat mereka pada
dasarnya memegang amanah untuk menjalankan perusahaan denagan sebaik-baiknya.

Penerapan asas transparan akan memudahkan pengawasan terhadap berbagai Tindakan


yang diambil para anggota direksi dan komisaris. Denga demikian, perusahaan terikat
kewajiban untuk memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan kinerja selama
ini. Filosofi dasarnya adalah bahwa para pemegang saham memiliki keterbatasan dalam
menjalankan perusahaan, dan untuk menjaga objektivitasnya, perusahaan harus
menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat
diperbandingkan, serta mudah diakses. Hal ini berkaitan dengan dua hal berikut.
a. Pemenuhan informasi penting yang berkaitan dengan kinerja suatau perusahaan
sebagai bahan pertimbangan bagi para pemegang saham atau calon investor untuk
menanamkan modalnya.
b. Perlindungan terhadap kedudukan pemegang saham dari penyalahgunaan wewenang
dan penipuan termasuk penyalahgunaan terhadap informasi-informasi penting dan
rahasia dari suatu perusahaan yang dapat dilakukan oleh direksi atau komisaris
perusahaan.

Transparansi informasi tidak bersifat absolut karena tetap ada Batasan siapa saja yang
berhak mengakses informasi dan jenis informasi yang dapat dikeluarkan, mengingat
pemberian informasi yang berlebihan akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Para
pemegang saham atau para calon investor yang ingin menanamkan modalnya merupakan
pihak yang berhak mengakses informasi. Sementara jenis informasi yang tidak dapat
dikeluarkan adalah informasi yang termasuk rahasia dagang, piranti lunak.

2. Asas Akuntabilitas (accountability). Prinsip dasar dari sebuah badan hukum perusahaan
adalah pemisahan antara kepemilikan perusahaan dengan pengawasan perusahaan. Hal
ini sering memicu terjadinya konflik antara dewan direksi yang secara tidak langsung
menjadi agen bagi para pemegang saham dalam menjalankan perusahaan, dengan para
pemegang saham itu sendiri.

Sebenarnya baik direksi maupun pemegang saham memiliki tanggung jawab yang sama
besar terhadap kemajuan suatu perusahan. Peranan dua organ perusahaan ini memang
berbeda, namun jangan diartikan terlalu kaku sehingga merugikan kedua belah pihak.
Justru perlu dibangun sinergi yang harmonis diantara keduanya sehingga dewan direksi
tidak bekerja dengan semaunya dan para pemegang saham tidak kehilangan pengawasan
atas perusahaan yang dibangunya.

Untuk mengatasi hal tersebut dapat digunakan asas akuntabilitas yang didasarkan pada
system internal checks and balances yang mencakup praktik audit yang sehat.
Akuntabilitas dapat dicapai melalui pengawasan efektif yang didasarkan pada
keseimbangan kewenangan antara pemegang saham, komisaris, dan direksi. Dengan
demikian, asas akuntabilitas memiliki peranan penting untuk menyeimbangkan antara
kepentingan organ perusahaan dengan para pemegang saham.

Asas akuntabilitas berkaitan erat dengan asas transparansi karena segala informasi
material yang telah diberikan dapat diolah sedemikian rupa sehingga diperoleh bahan
yang komprehensif dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja suatu perusahaan.

3. Asas Responsibilitas (Responsibility). Kepentingan lain yang perlu diwujutkan bagi para
pemegang saham adalah terciptanya nama baik (reputasi) perusahaan tempat mereka
menanamkan modalnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa nama baik perusahaan di mata
pemerintah dan masyarakat luas merupakan salah satu asset yang paling berharga.
Dengan reputasi yang demikian, para pemegang saham dapat memperoleh kepastian
yang lebih besar mengenai prospek suatu perusahaan dan calon investor memiliki alasan
yang cukup kuat untuk menanamkan modalnya.

Untuk dapat memperoleh dan mempertahankan nama baik perusahaan, asas


responsibilitas dapat diterapkan. Asas responsibilitas merupakan perwujudan dari
tanggung jawab perusahaan untuk mematuhi dan menjalankan setiap aturan yang telah
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk peraturan
dibidang lingkungan hidup, persaingan usaha, ketenagakerjaan, perpajakan, perlindungan
konsumen.

4. Asas Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness). Bagi para pemegang saham, kepentingan
mendasar lainya adalah mendapat perlakuan dan perlindungan yang seimbang dari
perusahaan, baik pemegang saham mayoritas atau minoritas, asing atau domestic.
Perlindungan dan persamaan ini terutama ditujukan pada pemegang saham minoritas,
mengingat kedudukannya sering kali berada dalam posisi yang lemah dan perlu dilindungi.

Penerapan asas fairness dapat mencegah sedini mungkin kerugian yang timbul akibat
perlakuan diskiriminatif. Menurut Komite Nasional kebijakan Corporate Governance
(2002:4), penerapan asas fairness bagi kepentingan para pemegang saham secara konkret
dapat diwujudkan dengan memberikan hak-hak sebagai berikut.
A. hak untuk menghadiri dan memberikan suara dalam suatu RUPS berdasarkan
ketentuan satu saham memberi hak kepada pemegangnya untuk mengeluarkan satu
suara (one man one vote).
B. Hak untuk memperoleh informasi material mengenai perusahaan secara tepat waktu,
benar dan teratur, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia sehingga memungkinkan
pemegang saham membuat keputusan mengenai investasinya dalam perusahaan
berdasarkan informasi yang akurat dan hak ini harus diberikan kepada semua
pemegang saham tanpa ada pembedaan atas klasifikasi saham yang dimiliki olehnya.
C. Hak untuk menerima bagian dari keuntungan perusahaan yang diperuntukkan bagi
pemegang saham dalam bentuk dividen dan pembagian keuntungan lainya,
sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya.

4. Korelasi Penerapan Asas Good Corporate Governance Dengan Kepentingan Publik. Beberapa
peranan yang dapat dilakukan masyarakat antara lain sebagai pemegang saham perusahaan
public atau emiten atau sebagai konsumen yang menggunakan produk barang dan jasa dari
suatu perusahaan. Berbicara tentang masyarakat tentang pemegang saham perusahaan
public, berarti berbicara tentang kepentingan pemegang saham minoritas. Penerapan asas
Good Corporate Governance tidak jauh berbeda dengan yang diterapkan bagi para pemegang
saham mayoritas. Namun menurut Surya dan Ivan Yustiavandana (2006:101-103) ada
beberapa hal yang harus dipenuhi berkaitan dengan pemenuhan kepentingan masyarakat ini,
yaitu sebagai berikut.
1. Prinsip keterbukaan harus benar-benar diimplementasikan, terutama pada saat
perusahaan melakukan penawaran sahamnya kepada public. Hal ini penting karena
masyarakat biasanya merupakan orang-orang awan yang belum tentu menguasai benar
bidang pasar modal. Oleh karena itu, informasi yang akn diberikan harus dalam bentuk
yang sederhana dan mudah dimengerti. Dalam kaitanya dengan informasi tersebut maka
yang terutama harus diperhatikan adalah bagaimana penggunaan dana yang sudah
dikumpulkan dari masyarakat, mengingat dana tersebut tidak boleh diselewengkan untuk
kepentingan oknum-oknum perusahaan.
2. Prinsip keterbukaan juga memiliki korelasi yang kuat dengan pemberian informasi
material yang harus segera dilaporkan kepada masyarakat. Contoh-contoh kasus
mancanegara, seperti Enron Corp dan Daimler-Chrysler, serta kasus dalam negeri, seperti
Lippo Bank, bank Pikko merupakan contoh konkret dari perusahaan yang menyebabkan
kerugian besar kepada masyarakat pemegang sahamnya akibat tidak menerapkan prinsip
keterbukaan. Masyarakat berhak mengetahui bagaimana kondisi prusahaan secara lugas
dan jelas karena masyarakat berhak untuk memperoleh keamanan dana yang telah
diinvestasikan dalam suatu perusahaan. Jika informasi tidak diberikan, tentunya mereka
juga akan mengalami kerugian yang tidak sedikit.
3. Pelaksanaan Good Corporate Governance menyebabkan opini pemegang saham public
menjadi sangat penting untuk didengarkan. Komunikasi yang intensif antara manjemen
perusahaan dengan para pemegang saham dapat memberikan bantuan informasi
sekunder yang berguna untuk memajukan perusahaan itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai