ss
x
benturan, gesekan pemanasan, api, dan sumber nyala lain (Wardiyah, 2016).
Tindakan keselamatan kerja di laboratorium yang dapat dilakukan yaitu:
a. Selalu melabeli reagen yang digunakan agar memudahkan seseorang dalam
penanganan bahan yang digunakan
b. Untuk mengurangi risiko kebakaran, pelajari terlebih dahulu sifat kemudahan bakaran
dan ledakan bahan yang digunakan. Baca label pelarut, lembar data keselamatan
bahan (MSDS) atau sumber informasi lainnya untuk mengetahui titik nyala, tekanan
uap, dan ambang ledakan di udara dari masing-masing bahan kimia yang ditangani.
c. Menggunakan bahan - bahan yang mudah terbakar di ruang dingin dan berventilasi
d. Memisahkan atau menjauhkan bahan/benda-benda yang mudah terbakar.
e. Gunakan pemadam api di dekat tempat eksperimen yang sesuai dengan bahaya
kebakaran tertentu. Pasang nomor telepon yang dapat dihubungi jika terjadi keadaan
darurat atau kecelakaan di tempat yang mudah terlihat.
2. Seorang praktikan sedang melakukan titrasi yang banyak menyiapkan reagen dan sampel
akhirnya ada yang tumpah di meja dengan volume sedikit. Akibat tidak meyadari,
praktikan tersebut duduk dengan posisi tangan berada di meja kerja dan melepaskan
masker. Lama kelamaan terasa panas seperti terkena api. Praktikan juga merasakan
pusing dan lemas. Bagaimana tindakan pertama yang harus dilakukan? Analisis akar
masalah dari kecelakaan tersebut! Rancanglah tindakan keselamatan kerja di
laboratorium dalam menggunakan asam-asam kuat! Jelaskan simbol dan jenis asam kuat
ss
x
2. Oxidizing (pengoksidasi)
Lambang : O
Bersifat pengoksidasi, dapat menyebabkan kebakaran
melalui penghasilan panas saat kontak dengan bahan
organic dan pereduksi
Contoh : H2O2 dan KClO4
ss
x
7 Toxic (Beracun)
Lambang: T
Bahan ini dapat menyebabtkan sakit yang serius jika
terhirup, tertelan, dan terabsorbsi melalui kulit bahkan
kematian. Sebaiknya hindari kontak langsung dengan
kulit
Contoh: methanol, benzene
8 Dangerous for the Environment (berbahaya bagi
lingkungan)
Lambang: N
Bahan kimia yang berbahaya bagi satu atau beberapa
komponen lingkungan serta dapat menyebabkan
kerusakan ekosistem. Hindari kontak atau bercampur
dengan lingkungan yang dapat membahayakan makhluk
hidup
Contoh: Tributil timah klorida, Tetraklorometan,
Petroleum bensin
(Wardiyah, 2016)
3. Seorang praktikan telah selesai melaksanakan praktikum dengan metode titrasi asam
basa. Praktikan membuang seluruh bahan yang tersisa dari praktikum tersebut ke wastafel
sambil mencuci alat-alat yang telah dipakai. Label yang ditempelkan pada alat-alat pun
ikut tercuci di bak wastafel sehingga seluruh limbah dan sampah masuk ke dalam lubang
wastafel. Pada keesokan harinya, terdapat kabar bahwa pipa saluran pembuangan mampat
sehingga wastafel untuk sementara tidak bisa digunakan. Analisis akar masalah dari
kejadian tersebut! Bagaimana pembagian pembuangan limbah yang seharusnya
dilakukan?
Jawab:
Menurut saya, akar dari permasalahan kejadian tersebut adalah kecerobohan
praktikan yang langsung mencuci alat – alat termasuk labelnya secara langsung dan tidak
melepaskan label terlebih dahulu sehingga seluruh limbah dan sampah masuk ke dalam
lubang wastafel sehingga membuat pipa saluran pembungan menjadi mampat.
Pembagian pembuangan limbah yang seharusnya dilakukan adalah dalam
laboratorium tempat sampah kertas, sarung tangan karet/plastik, dan tabung plastik harus
dipisahkan dari tempat sampah gelas/kaca/botol (Mardiana dan Rahayu, 2017). Menurut
saya, sebelum limbah – limbah dibuang ke lubang wastafel kita juga perlu mengetahui
apakah limbah - limbah tersebut memang tidak akan menimbulkan reaksi apapun jika
dibuang secara bersamaan.
Selain itu, adapun beberapa poin penting mengenai penanganan dan penampungan
limbah, yaitu:
a. Penanganan
Prinsip pengelolaan limbah berupa pemisahan dan pengurangan volume. Jenis
limbah harus diidentifikasi dan dipilah agar mengurangi keseluruhan volume limbah
secara berkesinambungan. Memilah dan mengurangi volume limbah klinis
merupakan syarat keamanan yang penting untuk petugas pembuangan sampah,
ss
x
petugas emergensi, dan masyarakat. Adapun hal – hal yang harus dipertimbangkan
dalam memilah dan mengurangi volume limbah, yaitu:
1) Kelancaran penampungan serta penanganan limbah
2) Pengurangan jumlah limbah yang memerlukan perlakuan khusus dengan
pemisahan limbah B3 dan non-B3.
3) Diusahakan sebisa mungkin menggunakan bahan kimia non B3.
4) Pengemasan serta pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk
mengurangi biaya, tenaga kerja, serta pembuangan.
Kunci pembuangan yang baik adalah dengan memisahkan langsung limbah
berbahaya dari semua limbah di tempat penghasil limbah. Masing-masing jenis
limbah ditempatkan ke dalam kantong atau kontainer yang sama untuk penyimpanan,
pengangkutan, serta pembuangan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan
kesalahan petugas dan penanganannya.
b. Penampungan
Sarana penampungan limbah harus memadai, berada pada tempat yang pas,
aman, serta higienis. Cara yang efisien untuk penyimpanan limbah yang bisa dibuang
dengan landfill adalah pemadatan. Namun pemadatan tidak boleh dilakukan untuk
limbah infeksius dan limbah benda tajam.
c. Pemisahan limbah
Gunakan kantong berkode (umumnya menggunakan kode warna) untuk
memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang. Namun
penggunaan kode tersebut perlu perhatian secukupnya untuk tidak sampai
menimbulkan kebingunan dengan sistem lain yang mungkin juga menggunakan kode
warna.
(Mardiana dan Rahayu, 2017)
Berikut adalah contoh kode warna yang disarankan untuk limbah klinis
ss
x
DAFTAR PUSTAKA
Harjanto, T., Suliyanto., dan Sukesi, E. 2011. Manajemen Bahan Kimia Berbahaya dan
Beracun sebagai Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Perlindungan
Lingkungan. BATAN: Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir.
Kemenkes RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019
Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta : Kemenkes RI.
Laboratory and Chemical Safety Committee. 2012. Laboratory Safety Manual. Tersedia
secara online di https://ehs.unc.edu/wp-
content/uploads/sites/229/2015/07/lab_safety_manual.pdf [Diakses pada 9 September
2021]
Mardiana dan Rahayu, Ira Gustira. 2017. Pengantar Laboratorium Medik. Jakarta:
Kemenkes RI
Muchtaridi. 2009. Keselamatan Kerja di Laboratorium. Tersedia secara online di:
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/keselamatan_laboratorium.pdf
[Diakses pada 9 September 2021]
Rahmantiyoko, A., Sunarmi, S., Rahmah, K., dan Slamet. 2019. Keselamatan dan Keamanan
Kerja Laboratorium. IPTEK Journal of Proceedings Series No. (4). ISSN (2354-6026).
Redjeki, Sri. 2016. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Kemenkes RI
Sisunandar.2015. Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Wardiyah. 2016. Praktikum Kimia Dasar. Jakarta : Kemenkes RI.
ss