Anda di halaman 1dari 41

AL-QUR’AN Materi III

Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Padang


Rini Rahman, M. Ag
A
KONSEP AL-QUR’AN
PENGERTIAN DAN NAMA-NAMA
LAIN AL-QUR’AN
PENGERTIAN AL-QUR’AN
Secara Bahasa:
Secara bahasa, ulama berbeda pendapat dalam mengartikan al-Qur’an, yaitu:
Pertama, Abu Ubaidah

ّ َ ‫ ِإ‬:‫إنما سمي قرآنا ً لأنه يجمع السور فيضمها قوله تعالى‬


ُ ‫ن عَلَي ْنَا جَمْع َه ُ و َقُرْآَنَه‬
Dinamakan dengan al-Qur’an karena ia mengumpulkan seluruh surat dan
menyatukannya. “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.” (Qs. Al-Qiyamah: 17)
PENGERTIAN AL-QUR’AN
Pendapat Kedua: Abu Bakar al-Baqilany
ً ‫أن القرآن يكون مصدرا ً واسما‬
.Al-Qur’an merupakanmMashdar dan Isim
ّ َ ‫ ِإ‬:‫ كما في قوله تعالى‬:ً‫مصدرا‬
ُ ‫ن عَلَي ْنَا جَمْع َه ُ و َقُرْآَنَه‬
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. (Qs. Al-Qiyamah: 17)
‫خرَة ِ ِحج َاب ًا مَسْت ُور ًا‬ َ ‫ك و َبَيْنَ ال َ ّذ ِي‬
ِ َ‫ن ل َا يُؤْم ِن ُونَ ب ِالآ‬ َ َ ‫جعَل ْنَا بَي ْن‬
َ َ‫ و َِإذ َا ق َر َْأتَ القُرْآَن‬:)‫كما في قوله (تعالى‬: ً ‫واسما‬
Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-
orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup (Qs. Al-
Isra: 45)
PENGERTIAN AL-QUR’AN
Pendapat Ketiga: Imam al-Syafi`iy

‫ والإنجيل‬،‫ كالتوراة‬:‫ غير مشتق‬،‫أن القرآن اسم علم لكتاب الله‬


Al-Qur’an merupakan sebuah Isim `Alam yang tidak terambil dari kata lain
seperti Taurat dan Injil.
PENGERTIAN AL-QUR’AN
Secara Istilah:

‫عليه‬- ‫ بواسطة المَلك جبر يل‬-‫عليه الصّ لاة والسّلام‬- ‫ المُوحَى به إلى الن ّبي محمد‬،‫كلام الله تعالى المُعجَز‬
َّ
‫ المَبدوء بسورة الفاتحة‬،‫المتعَب ّد بتلاوته‬ َّ ‫ الم َكتوب بين‬،‫ المنقول بالت ّواتر‬،-‫السّلام‬
،‫دَف ّت َي المُصحف‬
‫والمختوم بسورة الن ّاس‬
“Perkataan Allah Swt yang mengandung mukjizat, diwahyukan kepada Muhammad Saw
dengan perantara Jibril As, diriwayatkan secara mutawattir, tertulis dalam sebuah
mushhaf, beribadah membacanya, diawali dengan surat al-Fatihah dan ditutup dengan
surat al-Nas”
(Syeikh Manna` al-Qaththan: Mabahits Fi Ulumi al-Qur’an)
NAMA-NAMA LAIN AL-
QUR’AN
Dinamakan dengan al-Qur’an sebagai kitab Suci Samawi terakhir yang diturunkan
kepada penutup Nabi dan Rasul, dijelaskan dalam firman Allah Swt:

‫جر ًا كَب ِير ًا‬ ّ َ ‫ات َأ‬


ْ ‫ن لَه ُ ْم َأ‬ َ َ‫ن يَعْم َلُون‬
ِ َ ‫الصّ الِ ح‬ َ ‫ن هَذ َا الْقُر ْءَانَ يَهْدِي ل َِل ّتِي هِي َ َأق ْوَم ُ و َيُبَش ِّر ُ ال ْمُؤْم ِنِينَ ال َ ّذ ِي‬
ّ َ ‫ِإ‬
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh
bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra: 9)
Namun disamping itu, al-Qur’an juga memiliki beberapa
nama yang lain, di antaranya:
NAMA-NAMA LAIN AL-
QUR’AN
Al-Kitab:

َ‫لَق َ ْد َأن ْزَلْنَا ِإلَيْك ُ ْم ك ِتَاب ًا ف ِيه ِ ذِك ْر ُك ُ ْم َأفَلا تَعْق ِلُون‬
“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di
dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu
tiada memahaminya?”
(QS. Al-Anbiya’: 10)
NAMA-NAMA LAIN AL-
QUR’AN
Al-Furqan:

َ ّ ‫تَبَارَك َ ال َ ّذ ِي نَز‬
‫ل الْفُر ْقَانَ عَلَى عَبْدِه ِ لِيَكُونَ لِل ْع َالم َي ِنَ نَذِير ًا‬
ٰ
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,
(QS. Al-Furqan: 1)
NAMA-NAMA LAIN AL-
QUR’AN
Al-Tanzil:

َ‫َب ال ْع َالم َي ِن‬ ُ ‫و َِإ َن ّه ُ لَتَنْز ِي‬


ِّ ‫ل ر‬
”Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam.”
(QS. Asy-Syu`ara: 192)
B
FUNGSI DAN
KANDUNGAN AL-QUR’AN
FUNGSI AL-QUR’AN
Al-Qur’an memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan manusia, diantaranya:
Pertama: Petunjuk (al-Huda)

‫جر ًا كَب ِير ًا‬ ّ َ َ‫ات أ‬


ْ َ‫ن لَه ُ ْم أ‬ َ َ‫ن يَعْم َلُون‬
ِ َ ‫الصّ الِ ح‬ َ ‫ن ه َٰذ َا الْقُر ْآنَ يَهْدِي ل َِل ّتِي هِي َ أَ ق ْوَم ُ و َيُبَش ِّر ُ ال ْمُؤْم ِنِينَ ال َ ّذ ِي‬
ّ َ ‫ِإ‬
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh
bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”
(Qs. Al-Isra: 9)
FUNGSI AL-QUR’AN
Kedua: Pembeda (al-Furqan)

َ ّ ‫تَبَارَك َ ال َ ّذ ِي نَز‬
‫ل الْفُر ْقَانَ عَلَى عَبْدِه ِ لِيَكُونَ لِلْع َالم َي ِنَ نَذِير ًا‬
ٰ
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya,
agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”
)Qs. Al-Furqan: 1(
FUNGSI AL-QUR’AN
Ketiga: Pelajaran (al-Mau`izhah)

َ‫ن خ َلَو ْا م ِنْ قَب ْ ِلك ُ ْم وَمَوْعِظَة ً لِل ْم َُت ّق ِين‬


َ ‫ن ال َ ّذ ِي‬
َ ِ ‫ات وَم َثَلًا م‬
ٍ َ ‫َات م ُبَي ِّن‬
ٍ ‫توَلَق َ ْد َأن ْزَل ْنَا ِإلَيْك ُ ْم آي‬
“Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi
penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”
(Qs. An-nur: 34)
FUNGSI AL-QUR’AN
Keempat: Kabar Gembira (al-Busyra)

َ ‫ق لِيُثَب ِّتَ ال َ ّذ ِي‬


َ‫ن آم َن ُوا و َهُدًى و َبُشْر َى لِل ْمُسْل ِمِين‬ ِ ّ َ ‫ك ب ِالْح‬
َ ِّ ‫س م ِنْ ر َب‬
ِ ُ ‫ح الْقُد‬
ُ ‫قُلْ نَز ّلَه ُ ر ُو‬
ٰ
“Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan
benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk
serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”
(Qs. Al-Nahal: 102)
FUNGSI AL-QUR’AN
Kelima: Kabar Pertakut (al-Tarhib)

‫ن‬ ْ ‫اس و َالْ حِجَار َة ُ ۖ ُأع ِ َ ّد‬


َ ‫ت لِلْك َافِرِي‬ َ ‫الن ّار َ َال ّتِي و َق ُود ُه َا‬
ُ ّ ‫الن‬ َ ‫ف َِإ ْن ل َ ْم ت َ ْفع َلُوا و َلَنْ ت َ ْفع َلُوا ف َ َات ّق ُوا‬
“Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) -- dan pasti kamu tidak akan dapat
membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu,
yang disediakan bagi orang-orang kafir.”
(QS. Al-Baqarah: 24)
FUNGSI AL-QUR’AN
Keenam: Penjelas (al-Tibyan)

َ ْ ‫ك شَه ِيدًا عَلَى ه َٰؤُل َاء ِ ۚ و َنَز ّل ْنَا عَلَي‬


‫ك‬ َ ِ ‫جئ ْنَا ب‬ ِ َ ‫ل ُأ َمّة ٍ شَه ِيدًا عَلَيْه ِ ْم م ِنْ َأنْفُسِه ِ ْم ۖ و‬
ِ ّ ُ ‫فو َيَوْم َ نَبْع َثُ فِي ك‬
ٰ
َ‫ل شَيْء ٍ و َهُدًى وَرَحْم َة ً و َبُشْر َى لِل ْمُسْل ِمِين‬ ِ ّ ُ ‫الْكِتَابَ تِب ْيَان ًا لِك‬
ٰ
“Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi
atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi
atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-
orang yang berserah diri.” (Qs. An-Nahal: 89)
FUNGSI AL-QUR’AN
Ketujuh: Pembenar (al-Mushaddiq)

َ‫ل ك َافِرٍ بِه ِ ۖ وَل َا تَشْت َر ُوا ب ِآي َاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا و َِإ َي ّاي‬
َ ّ‫ص ّدِقًا لم َِا مَعَك ُ ْم وَل َا تَكُونُوا َأ َو‬
َ ُ ‫و َآم ِن ُوا بِمَا َأن ْزَل ْتُ م‬
‫ف َ َات ّق ُون‬
“Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Quran) yang
membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang
pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga
yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa.” (Qs. Al-Baqarah: 41)
FUNGSI AL-QUR’AN
Kesembilan: Obat (al-Syifa)

َ ‫ظٰل ِمِينَ ِإ َلّا‬


ٗ ‫خسَار‬ ّ َ ‫ لِّل ۡمُؤۡم ِنِينَ وَل َا يَز ِيد ُ ٱل‬ٞ ‫ وَرَحۡم َة‬ٞ ‫شف َٓاء‬
ِ َ ‫ن م َا ه ُو‬
ِ ‫ن ٱلۡقُر ۡءَا‬
َ ِ‫ل م‬
ُ ِّ ‫و َنُنَز‬
Dan Kami turunkan dari al-Qur`an suatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan al-Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang dzalim selain kerugian.” (Qs. Al-Isra`: 82)
FUNGSI AL-QUR’AN
Kesepuluh: Pemutus Perkara (al-Muhkam)

ّ‫الل ّه ِ م ِنْ و َل ِ ٍي‬


َ ‫ن‬ َ ِ‫ك م‬ َ ِ ‫ك َأن ْزَل ْنَاه ُ ح ُكْ مًا ع َرَب ًيِ ّا ۚ و َلئَِنِ ا َت ّبَعْتَ َأه ْوَاءَه ُ ْم بَعْدَم َا ج َاءَك َ م‬
َ َ ‫ن ال ْعِلْم ِ م َا ل‬ َ ِ ‫وَكَذ َٰل‬
‫ق‬
ٍ ‫وَل َا و َا‬
“Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar)
dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang
pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu
terhadap (siksa) Allah.” (Qs. Ar-Ra`du: 37)
C
KEMUKJIZATAN DAN
SEJARAH SINGKAT
ALQUR’AN
KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN
Pengertian:

‫إظهار صد ق النبي فى دعو ى الر سالة بإظهار عجز العرب عن معار ضته فى معجزته الخالدة وهي‬
‫القران وعزالأجيال بعدهم‬
“Memperlihatkan kebenaran nabi dalam pernyataan sebagai seorang rasul, dengan
memperlihatkan kelemahan orang Arab dalam menantangnya terhadap mu’jizat yang
kekal yaitu al-Qur’an dan kelemahan orang-orang yang datang sesudah mereka”
‫أمر خارق للعادة يظهره الله على يد نبي تابدا لنبوته‬
“Sesuatu (hal atau urusan) yang menyalahi adat kebiasaan yang ditampakkan Allah
diatas kekuasaan seorang nabi untuk memperkuat kenabiannya.”
KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN
Aspek Kemukjizatan al-Qur’an
 Pertama: Aspek Pemalingan (al-Sharfah)

‫الم‬
“Alim laam mim.” (Qs. Al-Baqarah: 1)
‫كهيعص‬
“Kaaf Haa Yaa 'Ain Shaad.” (Qs. Maryam: 1)
ٍ‫ن م ُبِين‬
ٍ ‫اب و َقُر ْآ‬
ِ َ ‫ك آي َاتُ الْكِت‬
َ ْ ‫الر ۚ تِل‬
“Alif, laam, raa. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat Al-Kitab (yang sempurna),
yaitu (ayat-ayat) Al Quran yang memberi penjelasan.” (Qs. Al-Hijir: 1)
KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN
Kedua: Aspek Sastra (Balaghah)

‫الل ّه ِ ِإ ْن‬
َ ‫ن‬ ِ ‫كن ْت ُم ْ فِي ر َي ٍْب م َِم ّا نَز ّل ْنَا عَلَى ع َبْدِن َا ف َْأتُوا بِس ُورَة ٍ م ِنْ مِث ْلِه ِ و َا ْدع ُوا شُهَد َاءَك ُ ْم م ِنْ د ُو‬ ُ ‫و َِإ ْن‬
ٰ
‫ن‬
َ ‫ت لِلْك َافِرِي‬ ْ ‫اس و َالْ حِجَارَة ُ ۖ ُأع ِ َ ّد‬ َ ‫الن ّار َ َال ّتِي و َق ُود ُه َا‬
ُ ّ ‫الن‬ َ ‫كن ْت ُم ْ صَادِق ِينَ * ف َِإ ْن ل َ ْم ت َ ْفع َلُوا و َلَنْ ت َ ْفع َلُوا ف َ َات ّق ُوا‬
ُ
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada
hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka
jika kamu tidak dapat membuat(nya) -- dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya),
peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan
bagi orang-orang kafir. (Qs. Al-Baqarah: 23-24)
KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN
Ketiga: Aspek Kandungan (Madhmunah)
Penciptaan Alam Semesta
َ‫ل شَيْءٍ حَ ٍيّ ۖ أَ فَلَا يُؤْم ِن ُون‬
ّ َ ُ ‫ن ال ْمَاء ِ ك‬
َ ِ ‫جعَل ْنَا م‬
َ َ ‫ْض ك َانَتَا ر َتْق ًا فَف َتَقْنَاهُمَا ۖ و‬
َ ‫َات و َال َْأر‬ ّ َ ‫ن ال‬
ِ ‫سم َاو‬ ّ َ َ‫كف َر ُوا أ‬ َ ‫أَ و َل َ ْم يَر َ ال َ ّذ ِي‬
َ ‫ن‬
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang
padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman?” (Qs. Al-Anbiya’: 30)
Penciptaan Manusia

ُ ْ ‫ش َ ّدك ُ ْم ث َُم ّ لِتَكُونُوا شُي ُوخ ًا ۚ وَمِنْك ُ ْم م َنْ يُت َو َفَ ّى ٰ م ِنْ قَب‬
‫ل‬ ُ َ‫َاب ث َُم ّ م ِنْ ن ُ ْطفَة ٍ ث َُم ّ م ِنْ عَلَقَة ٍ ث َُم ّ يُخْرِجُك ُ ْم طِفْلًا ث َُم ّ لِتَبْل ُغ ُوا أ‬
ٍ ‫ه ُو َ ال َ ّذ ِي خ َلَقَك ُ ْم م ِنْ تُر‬

‫ۖ و َلِتَبْل ُغ ُوا أَ ج َلًا مُسَ ًمّى و َلَع َ ّلك ُ ْم‬


“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian
dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa),
kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat
demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahaminya.” (Qs. Al-Mukmin: 67)
KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN
Keempat: Aspek Ajaran (Diniyah)

‫ال ْيَوْم َ َأكْ م َل ْتُ لَك ُ ْم دِينَك ُ ْم و ََأتْمَمْتُ عَلَيْك ُ ْم نِعْمَتِي وَر َضِيتُ لَكُم ُ ال ِْإسْ لَام َ دِينًا‬
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” (Qs. Al-
Maa-idah: 3)
Setelah disempurnakannya Islam Allah Swt kembali tegaskan:
ُ ‫الل ّه ِ ال ِْإسْ لَام‬
َ َ ‫ن عِنْد‬ ّ َ ‫ِإ‬
َ ‫ن الد ِّي‬
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.” (Qs. Ali ‘Imran: 19)
SEJARAH SINGKAT AL-
1.
QUR’AN
Periode Penurunan
Pertama kali al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw adalah di Gua Hira yang terletak di
puncak Jabal Nur di utara kota Makkah. Malaikat Jibril As, atas perintah dari Allah Swt menemui
Rasulullah Saw yang sedang ber-tahannus. Peristiwa ini terjadi ketika Rasulullah Saw berumur 40 tahun
dan peristiwa ini juga menjadi pertanda bahwa beliau diangkat menjadi nabi dan rasul. Malaikat Jibril As
memerintahkan kepada Rasulullah Saw untuk membaca surat yang pertama kali diturunkan, yaitu surat al-
Alaq: 1-5.

َ ّ ‫ق * اق ْر َْأ وَر َُب‬


َ ‫ك ال َْأك ْرَم ُ * ال َ ّذ ِي ع َل ّم َ ب ِالْق َلَم ِ *ع َل ّم‬ ٍ َ ‫ق ال ِْإنْس َانَ م ِنْ ع َل‬ َ َ ‫ك ال َ ّذ ِي خ َل‬
َ َ ‫ق * خ َل‬ َ ِّ ‫اق ْر َْأ ب ِاس ْ ِم ر َب‬
‫ال ِْإنْس َانَ م َا ل َ ْم يَعْل َ ْم‬
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, * Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. * Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, * Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, * Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Qs. Al-Alaq: 1-5)
SEJARAH SINGKAT AL-
2.
QUR’AN
Periode Pengumpulan
Sepeninggal Rasulullah Saw, umat Islam dipimpin oleh Abu Bakar al-Shiddiq Ra yang merupakan
sabahabat yang paling dekat dengan Rasulullah Saw. Di awal pemerintahan Abu Bakar al-Shiddiq Ra
banyak dari kaum munafik meninggalkan ajaran Islam dan kembali kepada kepercayaan mereka semula.
Begitu juga dengan sebagian orang yang tidak mau membayar zakat meskipun mereka melaksanakan
shalat. Abu Bakar al-Shiddiq Ra memerangi kelompok-kelompok tersebut. Pada sebuah perperangan besar,
yaitu perang Yamamah banyak dari para sahabat penghafal al-Qur’an yang wafat. Hal ini menimbulkan
kegundahan di hati Umar bin Khattab Ra. Jika hal ini terus terjadi bisa mengakibatkan habisnya para
sahabat penghafal al-Qur’an.
Umar bin Khattab Ra memberanikan diri untuk mengajukan usulan kepada Abu Bakar al-Shiddiq Ra untuk
mengumpulkan catatan-catatan al-Qur’an yang ada di tangan para sahabat. Untuk pelaksanaannya, Abu
Bakar al-Shiddiq Ra kepada Zaid bin Tsabit Ra sebagai ketua tim dalam pengumpulan catatan-catatan al-
Qur’an tersebut. Dipilihnya Zaid bin Tsabit Ra karena beliau merupakan salah seorang juru tulis wahyu
Rasulullah Saw yang banyak menyimpan salinan dari ayat-ayat suci al-Qur’an.
SEJARAH SINGKAT AL-
3.
QUR’AN
Periode Penyatuan
Sepeninggal Umar bin Khattab Ra, umat Islam dipimpin oleh Utsman bin Affan Ra. Pada masa
pemerintahan Umar bin Khattab Ra wilayah Islam semakin luas dengan melebar kewilayah luar Arab
seperti Persia, Balkan, Mesir dan lain sebagainya. Masing-masing wilayah memiliki cara membaca yang
berbeda dan hal itu dibolehkan karena al-Qur’an diturunkan dalam sab`atu ahruf (tujuh dialek/penuturan
bahasa). Perbedaan ini, terkadang tidak dipahami oleh umat Islam sehingga sering menjadi sumber konflik.
Seperti, penduduk Syam membaca al-Qur’an berdasarkan qiraat Ubay bin Ka’ab Ra. Penduduk Irak
berbeda lagi, mereka membaca dengan qiraat Abdullah bin Mas’ud Ra. sedangkan selain dari mereka
kebanyakannya adalah membaca dengan qiraat Abi Musa al-Asy’ari Ra. Sehingga hal ini sering
menimbulkan konflik.
Menyikapi hal ini, khalifah Utsman bin Affan Ra membentuk sebuah tim yang ditugasi untuk menyatukan
bacaan al-Quran. Tim yang dbentuk oleh Utsman bin Affan Ra terdiri dari 4 (empat) orang yaitu Zaid bin
Tsabit Ra, Abdullah bin az-Zubair Ra, Said bin al-Alsh Ra, dan Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam Ra.
Utsman bin Affan Utsman ra berkata kepada tim yang bertugas untuk menyatukan bacaan al-Qur’an.
“Tulislah al-Qur’an berdasrkan kepada riwayat Zaid bin Tsabit. Jika kalian berbeda pendapat dengan
Zaid bin Tsabit dalam hal apapun pada Alquran, maka tulislah dengan lisan Quraisy. Karena Alquran
diturunkan dengan lisan Quraisy”.
SEJARAH SINGKAT AL-
4.
QUR’AN
Periode Pencetakan
Awal mulanya Al-Qur’an dicetak serta diterbitkan di Venisia (Venice) pada tahun 1530 M, setelah itu Basel
di tahun 1543 namun beberapa percetakan tersebut dihancurkan atas perintah penguasa gereja. Adapun
orang yang pertama kali melakukan pencetakan Al-Qur’an yaitu Paganino serta Alesandor Paganini di
tahun 1537 atau 1538 M. Sayangnya, cetakan tersebut lokasinya tidak diketahui dimana. Untungnya,
seorang sarjana Itali yang bernama Angelina Nouva mendapatkan photo copy Al-Qur’an yang telah dicetak
Venisia dan ditemukan di Isola Venisia lebih tepatnya berada di perpustakaan Fran.
Di era moderen pusat pencetakan al-Qur`an terbesar di dunia adalah di kota Madinah al-Munawwarah.
Percetakan al-Qur’an di Madinah dapat dibagi kepada tiga periode yaitu periode percetakan klasik dari
tahun 1.500 sampai 1.900 M, Periode mesin cetak modern dari tahun 1920 sampai 1980 M serta Periode
digital mushaf dari tahun 1980 hingga saat ini. Dan sekarang al-Qur’an dicetak di Madinah dan telah
diterjemahkan ke dalam + 40 bahasa di dunia.
D
KEWAJIBAN DAN ADAB
SEORANG MUSLIM
TERHADAP AL-QUR’AN
KEWAJIBAN SEORANG
MUSLIM TERHAP
Pertama: Membaca al-Qur’an
AL
Membaca al-Qur’an merupakan pintu pertama bagi seseorang untuk masuk dan berinteraksi dengan al-
Qur’an. Oleh sebab itu orang senantiasa membaca al-Qur’an maka di akhir zaman ia akan datang kepada
pembacanya untuk memberikan syafa’at (perlindungan). Rasulullah Saw bersabda:
…ِ ‫صحَابِه‬
ْ ‫ِلأ‬ َ ِ ‫اق ْر َؤُوْا الْقُر ْآنَ ف َِإ َن ّه ُ ي َْأتِي يَوْم َ الْق ِيَامَة‬
َ ‫شفِيْع ًا‬
“Bacalah Al-Qur`ân, karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafaat bagi orang
yang membacanya.” (Hr. Muslim)
Allah Swt menjadikan amalan membaca Al-Qur`an termasuk sebagai salah satu aktivitas yang bernilai
ibadah kepada-Nya. Rasulullah Saw bersabda:
‫ْف‬
ٌ ‫ْف وَم ِي ْم ٌ حَر‬
ٌ ‫ْف و َ لاَم ٌ حَر‬
ٌ ‫ْف وَلَكِنْ أَ ل ٌِف حَر‬
ٌ ‫ل الم حَر‬
ُ ْ ‫لا َ أَ قُو‬
“Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf. Akan tetapi alif adalah satu huruf, lam adalah satu
huruf dan mim adalah satu huruf.” (Hr. Tirmdzi)
KEWAJIBAN SORANG MUSLIM
TERHAP AL
Kedua: Mendatabburi al-Qur’an
Mendatabburi berarti membaca al-Qur’an dengan penuh pemahaman ataupun penghayatan.
Tujuannya adalah agar al-Quran dapat dipahami dengan baik dan dijadikan panduan dalam
menjalani kehidupan. Allah Swt berfirman:
ٍ ُ ‫أَ فَلَا يَتَد َب ّر ُونَ الْقُر ْآنَ أَ ْم عَلَى قُل‬
‫وب أَ قْف َالُهَا‬
ٰ
“Maka, apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur`ân, ataukah hati mereka terkunci?”
(Qs. Muhammad: 24)
ِ َ ‫ك م ُبَارَك ٌ لِي َ ّد َب ّر ُوا آي َاتِه ِ و َلِيَتَذ َ َك ّر َ ُأولُو ال َْألْب‬
‫اب‬ َ ْ ‫اب أَ ن ْزَلْنَاه ُ ِإلَي‬
ٌ َ ‫ك ِت‬
“Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai fikiran.” (Qs. Shad: 29)
KEWAJIBAN SORANG MUSLIM
TERHAP AL
Ketiga: Mengajarkan al-Qur’an
Diantara amalan yang utama dan meningkatkan derajat seseorang di mata Allah Swt adalah
mempelajari al-Qur’an dan kemudian mengajarkannya. Mengajarkan al-Qur’an bisa berarti
mengajarkan membacanya atapun mengajarkan cara memahaminya. Rasulullah Saw bersabda:
ُ ‫خَيْر ُك ُ ْم م َنْ تَع َل ّم َ الْقُر ْآنَ و َع َل ّم َه‬
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`ân dan mengajarkannya.” (Hr. Bukhary).
Mengajarkan al-Qur’an merupakan sebuah amalan jariyah yaitu amalan yang akan senantiasa
mengalirkan pahala bagi pelakunya. Rasulullah Saw menjelaskan dalam sabdanya:
ُ ‫صد َقَة ٍ ج َارِ َي ّة ٍ أَ ْو عِلْم ٍ ي ُن ْتَف َ ُع بِه ِ أَ ْو وَل َدٍ صَالِ ٍح ي َ ْدعُو ْ لَه‬
َ ‫ث‬ َ ‫ن آدَم َ انْقَطَ َع ع َم َلُه ُ ِإ‬
ٍ َ ‫لا ّ م ِنْ ثَلا‬ ُ ْ ‫ِإذ َا م َاتَ اب‬
“Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara, (yaitu)
shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (Hr. Muslim)
KEWAJIBAN SORANG MUSLIM
TERHAP AL
Keempat: Mengamalkan al-Qur’an
Pada hakikatnya al-Qur’an diturunkan Allah Swt kepada manusia bertujuan agar
diamalkan dalam kehidupan. Barulah dengan itu tercipta kehidupan yang penuh
keberkahan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika al-Qur’an dijadikan sebagai bahan
kajian ilmu pengetahuan tanpa diamalkan maka al-Qur’an tidak akan memberikan
pengaruh apa-apa pada kehidupan manusia. Sebuah pepatah mengatakan, “Ilmu tanpa
amal sama dengan pohon yang tak berbuah.” Artinya tidak memberikan manfaat.
Allah Swt berfirman:
َ‫كن ْت ُم ْ تَعْم َلُون‬ ُ ‫ِإ َن ّمَا‬
ُ ‫تج ْز َ ْونَ م َا‬
“Sesungguhnya kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.” (Qs. Ath-
Thur: 16)
ADAB SEORANG MUSLIM
TERHADAP AL-QUR’AN
Pertama: Membaca dalam Kondisi Terbaik
Membaca al-Qur’an dalam kondisi terbaik adalah dalam membacanya dalam keadaan
suci. Suci badan dengan berwuduk, suci tempat, suci pakaian serta menutup aurat dan
menghadap qiblat.
ADAB MUSLIM TERHADAP AL-
QUR’AN
Kedua: Membaca dengan Tartil
Bacaan tartil adalah bacaan yang tidak tergesa-gesa dan tidak pula lambat. Bacaan tartil
adalah bacaan yang tenang dan sesuai kaedah tajwid. Allah Swt berfirman:

‫ل الْقُر ْءَانَ تَرْت ِيلا‬


ِ ِّ ‫وَر َت‬
“Dan bacalah al-Qur’an itu dengan tartil.” (Qs. Al-Muzammil: 4)
ADAB MUSLIM TERHADAP AL-
QUR’AN
Ketiga: Membaca dengan Khusyu’
Membaca dengan khusyu’ artinya adalah membaca dengan penuh konsentrasi. Mengikuti
ritme al-Qur’an dengan penuh penghayatan. Jika bertemu dengan yang berisi kabar
gembira maka tampakkanlah kegembiraan. Jika bertemu dengan ayat yang berisi siksa
dan ancaman maka tampakkanlah kesedihan. Rasulullah Saw bersabda:

ُ ‫ ف َِإ ْن ل َ ْم تَبْكُو ْا فَتَبَا‬.‫اُت ْلُو ْا الْقُر ْآنَ و َابْكُو ْا‬


‫كو ْا‬
“Bacalah Al-Qur`ân dan menangislah. Apabila kamu tidak bisa menangis, maka
berpura-puralah menangis.” (Hr. Ibnu Majah)
ADAB MUSLIM TERHADAP AL-
QUR’AN
Keempat: Memperindah Suara
Memperindah suara dalam membaca al-Qur’an merupakan bagian dari seni dan ibadah.
Hal ini merupakan anjuran Rasulullah Saw dalam sebuah sabdanya:

َ‫ْس م َِن ّا م َنْ ل َ ْم يَت َغ ََنّ ب ِالْقُر ْآن‬


َ ‫لَي‬
“Bukan golongan kami orang yang tidak membaca Al-Qur`ân dengan irama.” (Hr.
Bukhari)
ADAB MUSLIM TERHADAP AL-
QUR’AN
Kelima: Merendahkan Suara jika Khawatir Riya
Rasulullah Saw bersabda:

َ ‫ و َع َََّل ّم ْت ُه ُ و َق َر َْأتُ ف ِي‬،َ ‫ تَع َ ََّل ّم ْتُ ال ْعِل ْم‬:َ‫ ف َمَا عَم ِل ْتَ ف ِيهَا؟ قَال‬:َ‫ قَال‬،‫ ف َُأتِي َ بِه ِ فَع َ ََّر ّف َه ُ نِعَم َه ُ فَع َر َفَه َا‬،َ‫ و َع َ ََّل ّم َه ُ و َق َرأَ َ الْقُر ْآن‬،َ ‫ل تَع َ ََّل ّم َ ال ْعِل ْم‬
،َ‫ك الْقُر ْآن‬ ٌ ُ ‫وَرَج‬
‫ ث ُ ََّم ّ ُأم ِرَ بِه ِ فَسُحِبَ عَلَى و َجْ هِه ِ ح َََّت ّى ُأل ْقِ َي فِي‬،َ‫ فَق َ ْد ق ِيل‬،ٌ ‫ ه ُو َ قَارِئ‬:َ‫ و َق َر َْأتَ الْقُر ْآنَ لِيُق َال‬،ٌ ‫ عَال ِم‬:َ‫ك تَع َ ََّل ّم ْتَ ال ْعِل ْم َ لِيُق َال‬
َ ّ ‫ وَلَك ََِّن‬، َ‫ كَذَب ْت‬:َ‫قَال‬
َّ
،ِ‫الَن ّار‬
“...Seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur-an. Ia didatangkan dan diperlihatkan
kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: 'Amal
apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?' Ia menjawab: 'Aku menuntut ilmu dan
mengajarkannya serta aku membaca al-Qur-an hanyalah karena engkau.' Allah berkata : 'Engkau dusta! Engkau
menuntut ilmu agar dikatakan seorang 'alim (yang berilmu) dan engkau membaca al-Qur-an supaya dikatakan
seorang qari' (pembaca al-Qur-an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian
diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka...” (Hr. Muslim).
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai