Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PSIKOANALISA
Disusun Oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Intervensi psikologi dengan pendekatan
psikoanalisa” dengan tepat waktu. Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada ibu Lainatul Mudzkiyyah selaku dosen mata kuliah Dasar-Dasar Intervensi yang sudah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas belajar tersebut. Kiranya makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca.
Kami menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan, seperti
menyampaikan informasi berbeda sehingga tidak sama dengan pengetahuan pembaca lain. Kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang kurang tepat karena tidak
ada manusia yang sempurna. Demikian kami ucapkan terima kasih atas waktu anda yang telah
membaca makalah kami.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 4
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menjawab semua rumusan masalah diatas. .................................. 4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 5
2.1 Pengertian Intervensi .......................................................................................................................... 5
2.2 Intervensi dengan pendekatan Psikoanalisa ........................................................................................ 5
BAB III CONTOH KASUS.......................................................................................................................... 7
3.1 Kasus 1 ............................................................................................................................................... 7
3.2 Kasus 2 ................................................................................................................................................ 8
BAB IV ....................................................................................................................................................... 11
PENUTUP .................................................................................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menjawab semua rumusan masalah diatas.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Individual : intervensi yang dilakukan kepada anak-anak, remaja, dewasa, maupun lansia
2. Kelompok : Intervensi yang diberikan kepada kelompok-kelompok pecandu narkoba
kelompok pecandu game online dan sebagainya
3. Organisasi : Intervensi yang diberikan kepada organisasi dilakukan kepada perusahaan
UKM LSM dan lain sebagainya
4. Masyarakat : Intervensi psikologis yang diberikan kepada masyarakat desa, kecamatan,
kabupaten, bahkan negara.
Tahapan-tahapan dalam pemberian intervensi :
1. Permasalahan atau rujukan keluhan awal yang dapat diketahui dari hasil anamnesa.
2. Asesmen psikologi dapat dilakukan melalui observasi, wawancara, serangkaian tes, hasil
dari dokumentasi, dan lain-lain
3. Penegakkan diagnosa : diagnosa didapatkan dari PPDGJ, DSM IV bahkan di DSM V,
maupun ICD-10.
4. Menentukan intervensi : intervensi yang diberikan ini haruslah memperhatikan dari sisi
usia objek, target sistemnya, latar belakang budaya, pendekatan, dan tujuan intervensi
harus dengan dasar ilmiah.
a) Id bersifat warisan genetik dan sudah ada sejak lahir. Banyak ahli yang setuju dengan
freud, mereka meyakini id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan, karena itu
menyediakan dorongan menuju pengejaran keinginan pribadi. Id berisi dorongan
tentang agresi dan seksualitas.
b) Sedangkan ego adalah sebaliknya, dilihat sebagai unsur yang paling rasional dalam
struktur kepribadian manusia. Ego bekerja dengan melakukan kontak dengan dunia
realitas. Oleh karena itu, ego disebut beroperasi menurut prinsip realitas dan karena
kontak dengan realitas inilah ego menjadi pengontrol utama kesadaran, menyediadakan
pemikiran dan perencanaan yang realistik dan logis, dan akan sanggup meredam hasrat-
hasrat irasional yang dilakukan oleh id. Ego biasanya juga disebut sebagai jembatan
penengah antara id dengan superego.
c) Superego mempersentasikan suara hati, beroperasi berdasarkan prinsip mekanisme
moral dan nilai masyarakat. Superego mempersentasikan kode moral pribadi, biasanya
didasarkan kepada persepsi seseorang mengenai moralitas dan nilai masyarakat.
Perannya bertanggung jawab memberikan penghargaan seperti rasa bangga dan cinta
diri, dan hukuman seperti rasa bersalah dan rendah diri bagi pemiliknya.
Intervensi dengan Pendekatan Psikoanalisa
Teori psikoanalisa menggolongkan strurktur kepribadian manusia sebagai bagian dari tiga
subsistem yang tersusun secara dinamis yaitu id atau biasa disebut struktur kepribadian primitif
yang prinsip kerjanya hanya mencari kesenangan atau menghindari rasa sakit. dan
ketidaknyamanan, ego yang bertugas sebagai penengah antara dorongan – dorongan biologis
(id) dengan superego, dan yang ketiga adalah superego yang merupakan struktur kepribadian
yang berhubungan dengan tindakan baik – buruk atau benar dan salah.
Konseling psikoanalisa adalah proses pemberian bantuan berupa nasihat atau bimbingan
dari seorang konselor kepada konseli yang pada proses konseling tersebut seorang konselor
meyakini bahwa setiap individu di dorong oleh kekuatan-kekuatan irasional di dalam dirinya
sendiri. Dorongan tersebut terdiri atas motif – motif yang tidak disadari, dan oleh kebutuhan
– kebutuhan alamiah yang sifatnya naluriah dan biologis.
BAB III
CONTOH KASUS
3.1 Kasus 1
Kasus 1 : Perkembangan Mutakhir Dalam Penelitian Intervensi Untuk Kepribadian Ambang.
Berdasarkan jurnal karya Christine Wibhowo
A. Gejala
Orang dengan kepribadian ambang (ODKA) menurut DSM-IV, biasanya dimulai sejak dewasa
awal dan ditunjukkan dengan kriteria antara lain gangguan identitas, impulsif, Perasaan kosong
dan ada keinginan untuk bunuh diri. Orang dengan kepribadian ambang jika tidak segera
diintervensi dikuatirkan akan membahayakan dirinya sendiri dan orang di sekitarnya. Walaupun
belum mendapat perhatian yang cukup, akan tetapi kepribadian ambang ini adalah suatu gangguan
yang definisinya diterima oleh para profesional kesehatan di dunia.
Seorang tokoh bernama Kernberg menyatakan bahwa kepribadian ambang sangat terkait dengan
kegagalan di masa pra-oedipal saat anak harus membuat sintesa antara citra diri dan citra orang
lain. Anak merasa bahwa ia atau orang lain secara total baik dan secara total buruk. Perasaan ini
akan membuat ia mengalami splitting saat berinteraksi dengan orang lain. Splitting inti termasuk
dalam ciri KA yang menonjol. Orang dengan splitting akan mengalami benci dan rindu secara
cepat dan menyebabkannya bingung dalam mengambil keputusan. Kegagalan di masa pre-odipal
disebabkan oleh hubungan orangtua dan anak yang tidak hangat. Kegagalan anak memiliki
identitas diri disebabkan karena peran ibu yang tidak konstan. Anak menjadi tidak aman.
Orang dengan kepribadian ambang biasanya mengenang orangtuanya sebagai orang yang lebih
mengontrol namun tidak peduli dengan anak. Gangguan kepribadian lain memang juga
dipengaruhi oleh pengalam masa kanak-kanak dengan keluarga akan tetapi hubungan keluarga
yang dingin lebih kuat dalam menyebabkan KA dibanding gangguan lain. Orang dengan KA
menggambarkan orang-orang di masa kecilnya adalah orang yang kejam, jahat, sengaja
melukainya dan gagal menolong saat dirinya disakiti.
B. Metode Penanganan
Dalam penelitian tentang intervensi untuk kepribadian ambang (KA) menggunakan pendekatan
psikodinamik, kognitif, perilaku dan farmokologi. Tidak ada satu terapi yang ditemukan lebih
efektif dibanding terapi lainnya. Agar intervensi tidak terlalu berat dan memakan waktu, maka
psikolog bisa memilih intervensi yang paling tepat untuk ODKA sesuai dengan ciri yang menonjol.
Intervensi akan sesuai jika dipilih berdasar penyebab dan gejala yang paling menonjol dari ODKA.
C. Hasil
Banyak artikel tentang intervensi untuk ODKA. Tabel pada halaman 6-10 akan ditunjukkan
beberapa dari intervensi mutakhir yang memang dikhususkan untuk membantu ODKA
menurunkan gejalanya. Intervensi dengan dasar psikoanalisa, perilaku, kognitif dan farmakologi
tepat digunakan untuk membantu ODKA. Belum ada bukti yang menunjukkan bahwa hanya satu
terapi yang lebih baik dari yang lain. Pendekatan secara menyeluruh memang baik digunakan agar
semua aspek mendapat intervensi, namusatu terapi yang paling sesuai dengan ciri-ciri dari ODKA.
Hal ini karena tiap terapi memiliki kelebihan yang unik
3.2 Kasus 2
Kasus 2 : Mengatasi psychological emptiness pada penderita skizofrenia dengan Art Therapy.
Berdasarkan jurnal karya Muhammad Azka Maulana
A. Gejala
Subjek di usia anak-anak 0-5 tahun memiliki kenangan yang positif dengan orang tuanya. Subjek
sering menunaikan shalat di masjid dan mendapat pujian dari keluarga. Hingga pada usia 6 tahun,
subjek mengetahui perselingkuhan yang dilakukan ayahnya. Yakni ayahnya kerap menggoda
wanita lain dan memicu pertengkaran dengan ibu subjek. Dari kejadian tersebut, subjek berusaha
menekan kebencian kepada ayahnya meskipun ia sangat membenci ayahnya. Subjek terindikasi
melakukan represif sebagai defense mechanism.
Tindakan defense mechanism represif yang kedua ialah ketika subjek diolok olok oleh temannya
ketika buang air di celana dan diolok olok oleh perempuan yang ia cintai saat SMP berinisial D.
Konflik antara id dan superego selanjutnya yang dialami oleh subjek ketika subjek beranjak
dewasa adalah ia menyukai teman SMA-nya namun ia tidak berani untuk menungkapkan. Namun
perempuan yang disukainya tersebut memberikan kejelasan arah hubungan dengan menyuruh
subjek mengunjungi orangtuanya. Saat subjek hendak melamar, calon mertuanya menuntut subjek
subjek dengan keharusan untuk menjalankan ritual agama dengan baik serta mampu menghafal
bacaan-bacaan wirid dan dzikir. Karena tuntutan tersebut subjek menjadi pribadi yang
memaksakan menjalankan ibadah dengan berlebihan.
Akibat yang ditimbulkan saat itu subjek mulai mengalami halusinasi pendengaran dan visual, di
mana ia mendengarkan adanya bisikan yang menyuruh ia untuk bunuh diri serta ia melihat adanya
elang dan macan putih yang senantiasa menjadi teman dia saat sendirian.
Lebih lanjut, ia juga mengembangkan mekanisme pertahanan diri introyeksi kepada sosok ayah.
Sejak kecil ia sangat membenci ayahnya, namun tanpa sadar ia tumbuh menjadi sosok ayahnya
yang suka selingkuh dan keras kepala. Sehingga ia bercerai dengan istrinya, yang sekaligus ialah
wanita yang subjek cintai sejak SMA.
Dari seluruh mekanisme pertahanan diri yang dikembangkan oleh subjek, mayoritas ia melakukan
tindakan represif ketika subjek tengah dalam kondisi cemas.Berdasarkan runtutan kejadian di atas,
subjek menjadi orang yang memiliki kehampaan dan kesepian. Perilaku yang muncul apabila
subjek tengah mengalami kesepian adalah menangis, bersedih bahkan sampai memiliki ide
percobaan bunuh diri.
B. Metode Penanganan
Intervensi yang digunakan adalah art therapy untuk mengurangi intensi bunuh diri dalam diri
subjek. Teknik terapi ini digunakan dengan tujuan agar subjek mampu mengembangkan potensi
dalam dirinya. Subjek memiliki hobi menggambar dan dapat menghasilkan gambar yang indah,
khususnya dalam menggambar ornamen-ornamen
Terapis memilih menggunakan art therapy dalam mereduksi kecemasan-kecemasan dalam diri
subjek sehingga intensi bunuh diri yang ada dalam benak subjek dapat terminimalisir. Dengan
dilakukannya art therapy maka diharapkan subjek dapat menceritakan kecemasan dan pikiran
bawah sadarnya yang ia ilustrasikan dalam sebuah gambar sehingga ia memahami dinamika
permasalahannya sehingga intensi bunuh dirinya dapat berkurang.
Dalam pendekatan psikoanalisis, tranferensi adalah variabel penting dalam mendukung kelancaran
dan keberhasilan terapi. Sehingga dalam tiap sesinya, terapis selalu berupaya membangun
transferensi sehingga dapat berempati terhadap setiap perasaan emosionalnya.
Untuk mengkonfirmasi skor atau nilai intensi bunuh diri subjek pada sebelum intervensi dan
sesudah intervensi guna melihat keefektifan art therapy, terapis menggunakan instrumen
suicidality intention (Beck et al., 1979) yang diadaptasi oleh terapis agar sesuai dengan bahasa
dan budaya subjek sehingga dapat dimengerti maksud setiap itemnya. Skala ini terdiri dari lima
dimensi yakni: (1) keinginan mati, (2) durasi dan frekuensi intensi bunuh diri, (3) alasan
melakukan bunuh diri, (4) metode dan perencanaan upaya bunuh diri, (5) kontrol dan pencegahan
terhadap intensi bunuh diri.
C. Hasil
Berdasarkan pelaksanaan intervensi yang telah dilakukan, subjek sudah mulai menunjukkan
perubahan secara bertahap. Setelah intervensi subjek yang awalnya tidak dapat menghindari
intensi bunuh diri dalam benaknya kemudian subjek dapat mengelola pemikiran itu dengan
kegiatan menggambar. Segala bentuk represif yang ada di dalam alam bawah sadar subjek dapat
tersalurkan dalam kegiatan menggambar. Setelah itu subjek menceritakan hasil karya yang
digambarnya kepada terapis. Kegiatan terapi ini juga berhasil menuntun subjek untuk membuat
rencana-rencana ke depannya agar subjek produktif menghasilkan uang, seperti subjek membuka
jasa pembuatan sketsa wajah.
Untuk menjamin keajegan hasil intervensi, maka kegiatan menggambarpun tak berhenti sampai
terminasi terapi selesai. Oleh karena itu, maka terapis pun memberikan edukasi kepada adik
subjek, yang dalam hal ini tinggal dengan subjek dalam satu rumah agar tetap menstimulasi
kegiatan menggambar subjek dengan memfasilitasi dan mau mendengarkan cerita hasil karya yang
digambar subjek.
Hasil dari terapi ini menyimpulkan bahwa pemberian teknik art therapy efektif dalam mengurangi
intensibunuh diri pada pasien skizofrenia.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Intervensi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana berdasar
pada hasil asesmen untuk mengubah keadaan individu, kelompok ataupun masyarakat menuju
pada perbaikan atau mencegah memburuknya suatu keadaan atau sebagai usaha preventif
maupun kuratif. Intervensi Psikologis dibagi menjadi 4 yaitu individual, kelompok, organisasi,
masyarakat.
Konseling psikoanalisa adalah proses pemberian bantuan berupa nasihat atau bimbingan
dari seorang konselor kepada konseli yang pada proses konseling tersebut seorang konselor
meyakini bahwa setiap individu di dorong oleh kekuatan-kekuatan irasional di dalam dirinya
sendiri. Dorongan tersebut terdiri atas motif – motif yang tidak disadari, dan oleh kebutuhan
– kebutuhan alamiah yang sifatnya naluriah dan biologis.
Audhia, S. N. (2019). Konseling Psikoanalisa Untuk Mengurangi Self Injury (Melukai Diri
Sendiri) Pada Seorang Karyawan Di Surabaya (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel
Surabaya).
Ningtiyas, D. W., Yuwono, S., & Psi, S. (2020). Validasi Modul Expressive Writing Therapy
(Terapi Menulis Ekspresif) Untuk Warga Binaan (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Maulana, M. A. (2021). Mengatasi psychological emptiness pada penderita skizofrenia dengan Art
Therapy. Procedia: Studi Kasus dan Intervensi Psikologi, 9(2), 55-61.