Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMBAHASAN
A. Definisi Infertilitas
Adapula pengertian lain yaitu, infertilitas adalah pasangan suami istri yang telah
menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan
alat kontrasepsi tetapi belum memiliki anak (Sarwono, 2000).
Menurut dokter ahli reproduksi, sepasang suami istri dikatakan infertil jika tidak
hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan
bebas kontrasepsi bila perempuan berumur kurang dari 34 tahun. Tidak hamil setelah
enam bulan melakukan hubungan intim secara rutin dalam kurun 1-3 kali seminggu dan
bebas kontrasepsi bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun serta perempuan yang bisa
hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya (37-42 minggu).
Pada dasarnya infertilitas adalah ketidakmampuan secara biologis dari seorang laki-
laki atau seprang perempuan untuk menghasilkan keturunan.
B. Jenis Infertilitas
Jenis infertilitas ada dua yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder.
1. Infertilitas primer
2. Infertilitas sekunder
Infertilitas sekunder adalah apabila istri pernah hamil, namun kemudian tidak
terjadi kehamilan lagi walaupun melakukan hubungan seksual tanpa usaha
kontrasepsi dan berada kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas bulan.
a. Usia
Faktor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita.
Selama wanita tersebut masih dalam masa reproduksi yang berarti
mengalami haid yang teratur, kemungkinan masih bisa hamil. Akan tetapi
seiring dengan bertambahnya usia maka kemampuan indung telur untuk
menghasilkan sel telur akan mengalami penurunan. Penelitian menunjukkan
bahwa potensi wanita untuk hamil akan menurun setelah usia 25 tahun dan
menurun drastis setelah usia diatas 38 tahun. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh National Center for Health Statistics menunjukkan bahwa
wanita subur berusia dibawah 25 tahun memiliki kemungkinan hamil 96%
dalam setahun, usia 25 –34 tahun menurun menjadi 86% dan 78% pada usia
35 – 44 tahun. Pada pria dengan bertambahnya usia juga menyebabkan
penurunan kesuburan.
b. Masalah reproduksi
Masalah pada sistem reproduksi dapat berkembang setelah kehamilan
awal bahkan, kehamilan sebelumnya kadang-kadang menyebabkan masalah
reproduksi yang benar-benar mengarah pada infertilitas sekunder, misalnya
perempuan yang melahirkan dengan operasi caesar, dapat menyebabkan
jaringan parut yang mengarah pada penyumbatan tuba. Masalah lain yang
juga berperan dalamreproduksi yaitu ovulasi tidak teratur, gangguan pada
kelenjar pituitary dan penyumbatan saluran sperma.
C. Penyebab Infertilitas
Penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi tiga kelompok: satu pertiga masalah terkait
pada wanita, satu pertiga pada pria dan satu pertiga disebabkan oleh faktor kombinasi.
1. Masalah vagina
Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang hebat akan menyebabkan
infeksi lanjut pada portio, serviks, endometrium bahkan sampai ke tuba yang dapat
menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba sebagai organ
reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi. Disfungsi seksual yang mencegah
penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat asam, yang secara nyata dapat
mengurangi daya hidup sperma (Stright B, 2005:60 ).
2. Masalah serviks
Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi selama periode
praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks kondusif bagi daya
hidup sperma misalnya peningkatan alkalinitas dan peningkatan sekresi (Stright B,
2005:60).
3. Masalah uterus
Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini tidak dapat
berlangsung apabila ada patologi di uterus. Patologi tersebut antara lain polip
endometrium, adenomiosis, mioma uterus atau leiomioma, bekas kuretase dan abortus
septik. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi, pertumbuhan,
nutrisi serta oksigenisasi janin ( Wiknjosastro, 2002:509 ).
4. Masalah tuba
Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses kehamilan. Apabila
terjadi masalah dalam saluran reproduksi wanita tersebut, maka dapat menghambat
pergerakan ovum ke uterus, mencegah masuknya sperma atau menghambat implantasi
ovum yang telah dibuahi. Sumbatan di tuba fallopi merupakan salah satu dari banyak
penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba
atau adhesi yang disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi (Hall et all. 1974 ).
Infertilitas yang berhubungan dengan masalah tuba ini yang paling menonjol adalah
adanya peningkatan insiden penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease –
PID). PID ini menyebabkan jaringan parut yang memblok kedua tuba fallopi.
5. Masalah ovarium
Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk menjadi hamil, ovumnya
harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau
implantasi ovum yang telah dibuahi. Dalam hal ini masalah ovarium yang dapat
mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium
polikistik, endometriosis, atau riwayat pembedahan yang mengganggu siklus
ovarium. Dari perspektif psikologis, terdapat juga suatu korelasi antara
hyperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress diantara pasangan yang
mempengaruhi fungsi hormone.(Handersen C & Jones K, 2006:86 ).
E. Infertilitas Pada Pria
Infertilitas terutama lebih banyak terjadi di kota-kota besar karena gaya hidup yang
penuh stres, emosional dan kerja keras serta pola makan yang tidak seimbang. Infertilitas
dapat terjadi dari sisi pria, wanita, kedua-duanya, maupun pasangan. Dari sisi pria,
penyebab infertilitas yang paling umum terjadi adalah:
1. Faktor koitus dan bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna
Faktor-faktor ini meliputi spermatogenesis abnormal, motilitas abnormal, kelainan
anatomi, gangguan endokrin dan disfungsi seksual. Kelaianan anatomi yang mungkin
menyebabkan infertilitas adalah tidak adanya vasdeferens kongenital, obstruksi
vasdeferens dan kelainan kongenital system ejakulasi. Spermatogenesis abnormal
dapat terjadi akibat orkitis karena mumps, kelainan kromosom, terpajan bahan kimia,
radiasi atau varikokel (Benson R & Pernoll M, 2009:680).
Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan akurat menuju ke
telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk dan struktur (morfologi) sperma tidak
normal atau gerakannya (motilitas) tidak sempurna sperma tidak dapat mencapai atau
menembus sel telur. Sperma memiliki tiga bagian utama:
a. Kepala sperma mengandung inti. Inti memegang DNA dari sel. Kepala juga
mengandung enzim yang membantu sperma memecah melalui membran sel telur.
b. Bagian tengah sperma dikemas dengan mitokondria. Mitokondria adalah organel
dalam sel yang menghasilkan energi. Sperma menggunakan energi dalam
midpiece untuk bergerak.
c. Ekor sperma bergerak seperti baling-baling, berputar-putar. Ekor ini adalah
flagella panjang yang mendorong sperma ke depan. Sebuah sperma dapat
melakukan perjalanan sekitar 30 inci per jam.
Untuk mengenali ciri-ciri sperma yang baik dan sperma sehat sangatlah mudah
dilihat melalui pemerikasaan atau pengamatan dengan mikroskop. berikut ini tanda
atau ciri dari sperma yang baik dan berkualitas :
a. Volume
Ketika pria mengalami ejakulasi saat berhubungan intim, normalnya sperma yang
keluar ada sekitar 2-6 ml. Jika sperma yang keluar kurang dari sperma yang
normal, kemungkinan mengaalami suatu gangguan atau masalah dengan tingkat
kesuburan yang disebabkan oleh seringnya melakukan hubungan sesual, terlalu
cepat ejakulasi dan seringnya masturbasi.
b. Waktu Pembekuan
Ciri-ciri sperma yang baik yang dikenal mengandung protein dan akan
menggumpal (koagulasi) jika dibiarkan diudara terbuka selama kurang lebih 20-
30 menit. Jika dalam waktu tersebut sperma tetap cair kemungkinan adanya
infeksi pada saluran kemih.
Sel darah putih umumnya tidak ditemukan didalam cairan sperma. Sel darah putih
hanya terdeteksi atau terlihat di urine dan cairan sperma jika mengalami infeksi
yang ditemukan bersama dengan beberapa bakteri penyebab infeksi.
a) Berbau busuk
Cara mendasar untuk membedakan sperma sehat atau tidak adalah dengan
mencium bau yang dihasilkan dari sperma itu sendiri. Apabila sperma sobat
mengeluarkan aroma yang sangat bau dan busuk, maka bisa dipastikan bahwa
sperma tersebut dalam keadaan yang tidak sehat. Mengapa? Karena sperma
yang sehat dan normal adalah sperma yang mengeluarkan bau klorin. Bila
sperma sobat berbau busuk maka ada kemungkinan bahwa telah terjadi sebuah
infeksi yang menyerang sperma. Untuk mengatasi hal ini, sebisa mungkin
carilah dokterk yang telah berpengalaman untuk mendapatkan solusi.
b) Warna sperma
Selain putih, ternyata ada juga beberapa warna yang mengindikasikan bahwa
sperma masuk dalam kategori sehat atau tidak. Warna-warna tersebut adalah
kuning, hijau, merah, dan coklat. Untuk sobat yang mempunyai sperma
dengan warna yang terlalu kuning bahkan cenderung hijau, maka sobat harus
berhati-hati karena warna tersebut mengindikasikan terjadinya infeksi. Selain
itu bisa dimungkinkan bahwa sperma sobat terserang sebuah penyakit menular
yang disebut dengan kencing nanah atau gonore. Sperma berwarna merah pun
berbahaya, karena warna merah ataupun coklat mengindikasikan bahwa ada
pembuluh darah yang pecah di area prostat. Warna merah disebabkan oleh
darah persisten keluar bersama sperma.
Penanganan pada wanita dapat dibagi dalam 7 langkah yang digambarkan sebagai
berikut:
Langkah I
Cara yang terbaik untuk mencari penyebab infetilitas pada wanita. Banyak faktor
penting yang berkaitan dengan infertilitas dapat ditanyakan pada pasien. Anamnesis
meliputi hal-hal berikut :
1. Lama fertilitas
2. Riwayat menstruasi, ovulasi dan dismenore
3. Riwayat koitus, frekuensi koitus, dispareunia.
4. Riwayat komplikasi pascapartum, abortus, kehamilan ektopik, kehamilan terakhir.
5. Kontrasespsi yang pernah digunakan.
6. Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya.
7. Riwayat penyakit sistematik (tuberculosis, diabetes melitus, tiroid)
8. Pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme)
9. Riwayat bedah perut/hipofisis/ginekologi
10. Riwayat keluar ASI
11. Pengetahuan kesuburan.
Langkah II (Analisis Abnormal)
Dilakukan jika hasil anamnesis ditemukan riwayat atau sedang mengalami gangguan
menstruasi, atau dari pemeriksaan dengan suhu basal badan (SBB) ditemukan
anovulasi. Hiperprolaktinemia menyebabkan gangguan sekresi GnRH yang akibatnya
terjadi anovulasi. Kadar normal prolaktin adalah 525 ng/ml. Jika ditemukan kadar
prolaktin >50 ng/ml dosertai gangguan menstruasi, perlu dipikirkan ada tumor di
hipofisis. Pemeriksaan gonadotropin dapat memberi informasi tentang penyebab tidak
terjadinya menstruasi.
Langkah III (Uji Pasca-Koitus)
Tes ini dapat emberi informasi tentang interaksi antara sperma dan getah serviks. Jika
hasilnya negatif, perlu dilakukan evaluasi kembali terhadap sperma.
Langkah IV (Penilaian Ovulasi)
Penilaian ovulasi dapat diukur dengan pengukuran suhu basal badan (SBB). Sbb
dikerjakan setiap hari pada saat bangun pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur,
atau sebelum makan dan minum. Jika wanita memilki siklus haid berovulasi, grafik
akan memperlihatkan gambaran bifasik, sedangkan yang tidak berovulasi gambaran
grafiknya monofasik. Pada gangguan ovulasi idiopatik yang penyebabnya tidak
diketahui, induksi ovulasi dapat dicoba dengan pemberian estrogen (umpan balik
positif) atau antiestrogen (umpan balik negatif). Cara lain untuk menilai ovulasi
adalah dengan USG. Jika diameter folikel mencapai 18 – 25 mm, berarti
menunjukkan folikel yang matang dan tidak lama lagi akan terjadi ovulasi.
Langkah V (Pemeriksaan Bakteriologi)
Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi dari vagina dan porsio. Infeksi akibat
Clamydia Trachomatis dan Gonokokus sering menyebabkan sumbatan tuba.
Langkah VI (Analisis Fase Luteal)
Kadar estradiol yang tinggi pada fase luteal dapat menghambat implantasi.
Pengobatan insufisiensi korpus luteum dengan pemberian sediaan progesteron
alamiah.
Langkah VII (Diagnosis Tuba Fallopi)
Karena makin meningkatnya penyakit akibat hubungan seksual, pemeriksaan tuba
menjadi sangat penting. Tuba yang tersumbat, gangguan hormon, dan anovulasi
merupakan penyebab tersering infertilitas. Penanganan pada prediposisi infertilitas
bergantung pada penyebabnya, termasuk pemberian antibiotik untuk infertilitas akibat
infeksi.
SUMBER
Daniel, 2008. Benarkah Infertilitas Disebabkan Gaya Hidup. Bandung : PT. Refika Aditama.
Elizabeth, 2005. Panduan kesehatan Bagi Wanita. Jakarta : PT. Prestasi Pustaka.
Manuaba, IBG., 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan. Jakarta.
Permadi, 2008. Mengatasi Infertilitas. Bandung: PT Grafindo