Anda di halaman 1dari 4

LEARNING JOURNAL ETIKA PUBLIK

Pelatihan Dasar CPNS Golongan II


BPSDM Prov. Kalimantan Tengah 2021

Angkatan : II Kelompok 4
Nama : Thio Gifarno, A.Md. Rad
NDH : 35
Instansi : Pemerintah Kota Palangka Raya
Tutor : Ade Setiadi, ST., M.Si

A. Pokok Pikiran
Etika publik adalah efleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,
benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Etika sebenarnya dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk
menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak individu,
mencakup cara-cara dalam pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang
baik dan yang buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nilai-nilai yang
dianut (Catalano, 1991). Menurut Gene Blocker, etika merupakan cabang filsafat moral yang
mencoba mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan secara rasional teori yang
berlaku secara umum tentang benar dan salah serta baik dan buruk. Etika sebenarnya terkait
dengan ajaran-ajaran moral yakni standar tentang benar dan salah yang dipelajari melalui proses
hidup bermasyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni sebagai
berikut :
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan.
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan
efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai
ASN.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN, yakni
sebagai berikut :
1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
1945.
3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7. Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya
guna, berhasil guna, dan santun.
10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem
karir.
Profil Tokoh

Nama : Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Hoegeng


Imam Santoso
Tempat Lahir : Pekalongan, Jawa Tengah
Tanggal Lahir : 14 Oktober 1921
Kebangsaan : Indonesia

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5


1986 - 1971

Tokoh yang menurut saya yang menjadi inspirasi saya sebagai seorang ASN dalam
penerapan nilai Etika Publik adalah Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Hoegeng Imam Santoso atau
dikenal dengan Jenderal Hoegeng. Beliau adalah salah satu tokoh Kepolisian Indonesia yang
pernah menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5 yang bertugas dari
tahun 1968 - 1971. Beliau dikenal sebgai Polisi yang bersih, tegas, sederhana dan jujur.
Saat beliau ditugaskan di Medan sebagai Kepala Reskrim, Hoegeng disambut secara unik.
Rumah pribadi dan mobil telah disediakan beberapa cukong judi. Tetapi, ia menolaknya dan
memilih tinggal di hotel sebelum mendapatkan rumah dinas. Tak berhenti di situ, rumah dinas
itu lalu dipenuhi dengan perabot. Perabot itu dikeluarkan secara paksa oleh Hoegeng dari
rumahnya dan ditaruh di pinggir jalan.
Selepas dari Medan, beliau ditugaskan Presiden Soekarno di Jakarta untuk menjadi
Direktur Jenderal (Dirjen) Imigrasi. Beliau juga meminta istrinya untuk menutup toko bunga
miliknya, karena setiap orang yang nantinya berurusan dengan imigrasi pastinya akan memesan
bunga di toko itu, sehingga tidak adil untuk toko-toko bunga yang lain. Tak hanya itu beliau
juga menolak pemberian mobil dinas dari Sekretariat Negara. Alasannya, ia telah memiliki
mobil Jip dinas dari Kepolisian.
Beliau rela hidup pas-pasan demi menjaga integritas. Pelaku kejahatan bahkan tak
berkutik selama Polri berada di bawah kepemimpinannya. Namun, karena keberaniannya itulah
yang justru membuat Hoegeng diberhentikan dari jabatan Kapolri. Suatu ketika Almarhum
Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pernah berkelakar. "Ada tiga polisi jujur di
Indonesia, yaitu polisi tidur, patung polisi, dan Jenderal Hoegeng".
Dari pemaparan tersebut terlihat bagaimana Jenderal Hoegeng menerapkan prinsip-
prinsip dasar Etika Publik sebagai seorang pemimpin yang memiliki komitmen yang tinggi,
membuat beliau sangat dicintai oleh masyarakat pada masanya. Sebagai orang hukum tentunya
beliau sangat menjunjung tinggi kewajiban dan kepatuhan hukum, memegang teguh bahwa ada
konsekuensi hasil dari suatu tindakan, dalam wujud perorangan maupun institusi dan pada
akhirnya menghindari konflik kepentingan baik yang menyangkut keuangan dan non keuangan.
Dalam penggunaan sumber daya milik negara Jenderal Hoegeng tak ingin fasilitas publik
digunakannya untuk kepentingan pribadi. Hal ini sejalan dan dapat diambil teladan bahwa
setiap PNS harus memastikan bahwa fasilitas publik sumber daya milik negara: Penggunaannya
diaturan sesuai dengan prosedur yang berlaku, Penggunaannya dilaklukan secara bertanggung-
jawab dan efisien, serta Pemeliharaan fasilitas secara benar dan bertanggungjawab.
Sumber : https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/21/080300465/jenderal-hoegeng-polisi-
jujur-yang-disebut-gus-dur-dalam-humornya?page=all

B. Penerapan Nilai-nilai
Penerapan Nilai-nilai Etika Publik sebagai seorang tenaga medis khusus nya Radiografer
yang dapat saya terapkan diantaranya sebagai berikut :
1. Tidak menggunakan sarana dan prasarana rumah sakit untuk kepentingan pribadi,
misalnya mengambil jatah masker ruangan sebanyak mungkin untuk di pakai oleh
keluarga di rumah.
2. Merawat dan menjaga sarana dan prasarana di rumah sakit secara baik.
3. Selalu datang tepat waktu dalam bekerja.
4. Berpakaian sopan dan rapi saat bertugas sesuai dengan peraturan di rumah sakit.
5. Memberikan service excellence misalnya sopan santun dan ramah dalam bertutur kata
kepada pasien.
6. Menerapkan budaya 3S (Senyum, Sapa, dan Salam) dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
7. Menjaga kode etik profesi maupun nama baik rumah sakit.
Dengan adanya Etika Publik di dalam diri kita maka kita bisa lebih menghargai etika
dalam urusan pelayanan publik, paham mengenai kekuasaan legitimasi kebijakan, bisa
menghindari konflik kepentingan, mengerti mengenai sumber-sumber kode etik ASN, serta
bisa mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai pelayan publik.

Anda mungkin juga menyukai