Anda di halaman 1dari 4

LEARNING JOURNAL AKUNTABILITAS

Pelatihan Dasar CPNS Golongan II


BPSDM Prov. Kalimantan Tengah 2021

Angkatan : II Kelompok 4
Nama : Thio Gifarno, A.Md. Rad
NDH : 35
Instansi : Pemerintah Kota Palangka Raya
Tutor : Ade Setiadi, ST., M.Si
Nama Mentor : Maria Jaquelina Pelita, SKM, M.Si
Jabatan Mentor : Kasubbag Tata Usaha RSUD Kota Palangka Raya

A. Pokok Pikiran
Akuntabilitas merupakan kata yang sering kita dengar terkait dengan nurani dan nilai.
Akuntabilitas merupakan salah satu nilai-nilai dasar PNS yang perlu diinternalisasi,
diaktualisasi dan diimplementasikan sehingga menjadi karakter. Akuntabilitas dan
responsibiltas sering diartikan sama, walaupun keduanya memiliki makna yang berbeda.
Contoh sederhana perbedaan konsep antara keduanya adalah, pada Responsibilitas seorang
Tenaga Kesehatan adalah memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugas atau amanah
untuk melaksanakan pelayanan dan pembangunan kesehatan. Sedangkan Akuntabilitas adalah
bahwa seorang Tenaga Kesehatan harus dan wajib mempertanggungjawabkan kinerja yang
dicapai atas amanah yang diembannya terkait pelaksanaan Tugas, Pokok dan Fungsi seorang
Tenaga Kesehatan. Dari sini dilihat bahwa Akuntabilitas merupakan kewajiban
mempertanggungjawabkan amanah yang diembannya/ hasil kinerja yang harus dicapai atas
amanah yang diberikan (Obligation to answer). Sedangkan responsibilitas adalah kewajiban
untuk bertanggung jawab/bertindak atas amanah yang diterima (Obligation to act).
Responsibilitas merupakan bagian dari Akuntabilitas yang mana keduanya saling
berkesinambuingan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Tiga fungsi utama akuntabilitas adalah sebagai kontrol demokratis (peran demokratis),
pencegahan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional), serta untuk
meningkatkan efesiensi dan efektifitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua
macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal
(horizontal accountability). Akuntabilitas vertikal merupakan pertanggungjawaban atas
pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi dimana akuntabilitas vertikal membutuhkan
pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik. Sedangkan akuntablitias
horizontal merupakan pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Akuntabilitas ini
membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke samping" kepada para pejabat lainnya
dan lembaga negara.
Indikator nilai Akuntanbilitas seperti jujur, tanggung jawab, kejelasan
target/kewenangan, integritas, mendahulukan kepentingan publik, konsisten, adil, transparan,
dan netral/partisipatif. Dalam menciptakan lingkungan kerja yang Akuntabel, ada beberapa
aspek yang harus diperhatikan yaitu : Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggung
Jawab (responsibilitas), Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan Konsistensi.

Profil Tokoh

Nama : Prof. Dr. Gerrit Augustinus Siwabessy


Tempat Lahir : Ullath, Saparua, Maluku Tengah
Tanggal Lahir : 19 Agustus 1914
Kebangsaan : Indonesia

Menteri Kesehatan Ke-9 (Dua Periode)


1966 - 1978

Tokoh yang menurut saya yang menjadi inspirasi saya sebagai seorang ASN khusus nya
Tenaga Medis yang berprofesi sebagai Radiografer dalam penerapan nilai Akuntabilitas adalah
Prof. Dr. Gerrit A. Siwabessy. Beliau merupakan lulusan dari Sekolah Kedokteran NIAS di
Surabaya dan kemudian bekerja di sebuah rumah sakit Siampang di Surabaya pada bagian
radiologi sampai 1945. Beliau juga menjadi orang pertama yang tercatat sebagai pahlawan
dalam bidang kesehatan di Indonesia. Beliau tercatat nyaris meninggal karena dianiaya selama
masa pendudukan Jepang.
Ada banyak cerita yang menggambarkan bagaimana Prof. Dr. Gerrit A. Siwabessy
memegang teguh Akuntabilitas dalam melaksanakan tugasnya. Beliau pernah mendapat tugas
istimewa di pusat pengeboran perusahaan minyak Belanda BPM (Bataavishe Petroleum
Maatshapij), Cepu, Jawa Tengah sebagi dokter disana. Direktur rumah sakit dr. Smith,
memperlakukan Siwabessy sebagai kolega terhormat karena sikapnya yang jujur dan integritas
nya dalam bekerja, hingga kompetensinya diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda maupun
BPM.
Pada tahun 1949, Beliau pun melanjutkan studi ke Inggris dan mendalami bidang
Radiologi dan Kedokteran Nuklir di London University . "Sebetulnya beta tidak terlalu tertarik
pada radiologi. Semasa mahasiswa beta lebih banyak tertarik pada bidang fisika, dan karena
hubunganku dengan dr. Latumeten, kepala Rumah Sakit Jiwa Lawang, beta tertarik pula pada
bidang psikiatri (ilmu jiwa klinis). Namun demi kelangsungan hidup, beta rela bekerja dalam
bidang radiologi. Dengan demikian beta masuk ke bidang yang sama sekali baru bagiku. Tidak
kuduga ketika itu, bahwa keputusan yang kuambil secara terpaksa ini akan menentukan jalan
hidup kemudian, baik pada masa krisis pada pendudukan Jepang maupun dalam masa revolusi
dan masa merdeka," tulis Siwabessy dalam memoarnya "Upuleru". Jasa beliau sebagai
penggagas penyelenggaraan program asuransi kesehatan semesta (Universal Halth Insurance)
bisa kita kenal sekarang dengan ASKES semasa beliau menjabat sebagai Menteri Kesehatan.
Pada saat itu kepesertaannya baru mencakup PNS beserta anggota keluarganya saja. Namun
Siwabessy yakin suatu hari nanti, klimaks dari pembangunan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia akan tercapai melalui suatu sistem yang dapat menjamin kesehatan seluruh warga
bangsa ini.
Dari pemaparan tersebut terlihat bagaimana Prof. Dr. Gerrit A. Siwabessy menerapkan
prinsip-prinsip dasar Akuntabilitas sebagai seorang Tenaga Medis yang memiliki komitmen
yang tinggi, Beliau mengesampingkan keinginan nya pada bidang psikiatri dan menjadi dokter
Ahli Radiologi demi kepentingan bangsa dan negara.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/G.A._Siwabessy

B. Penerapan Nilai-nilai
Sebagai seorang ASN, penerapan prinsip-prinsip akuntabilitas dapat saya lakukan salah
satunya ketika melaksanakan tugas saya khusus nya Tenaga Medis yang berprofesi sebagai
Radiografer yaitu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara bertanggung
jawab tanpa mengesampingkan standar operasional prosedur, dan mempertanggungjawabkan
apa yang telah dilaksanakan, berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari konflik
kepentingan terutama dalam melaksanakan tugas di lapangan agar tidak pilih kasih dalam
memberikan pelayanan Kesehatan.
1. Sebagai Pelaksana Kebijakan Publik saya harus bertanggung jawab dan siap
mepertanggungjawabkan tugas diberikan oleh pimpinan saya sesuai peraturan dan
tupoksi saya sebagai Radiografer sehingga terciptanya kepercayaan baik itu dari atasan
maupun masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang saya laksanakan. Contohnya
dengan memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar operasional prodesur (SOP)
yang telah di tetapkan atasan, merawat dan menggunakan fasilitas Rumah Sakit dengan
baik agar tidak rusak dan merugikan instansi, dan datang tepat waktu dalam bekerja
sehingga pasien yang datang ke Rumah Sakit tidak menunggu lama untuk diberikan
pelayanan kesehatan.
2. Sebagai Pelayan Publik saya wajib mengedepankan aspek kejujuran, sopan, ramah,
bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi. Contohnya dengan melayani
pasien dengan sama rata tidak membeda-bedakan kedudukan pasien yang berkunjung ke
Rumah Sakit.
3. Sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa saya harus menghindari sifat egoisme, menjalin
komunikasi dan kerjasama yang baik agar tidak merugikan orang lain sehingga
terwujudnya suasana yang kondusif di lingkungan Rumah Sakit baik pada rekan kerja
maupun masyarakat. Serta selalu mengutamakan kepentingan publik diatas kepentingan
pribadi.
Dengan adanya Akuntabilitas kita akan lebih bertanggungjawab lagi terhadap pekerjaan
yang akan kita jalankan, dan dapat mempertanggungjawabkan hasil kerja kita. Sehingga kita
bisa secara konsisten memberikan pelayanan kesehatan yang baik pada masyarakat. Karena kita
harus sadar betul bahwa jabatan kita sebagai ASN adalah amanah yang perlu dijalankan dengan
baik.

Anda mungkin juga menyukai