Di Negara agraris seperti Indonesia, pertanian mempunyai kontribusi penting baik terhadap perekonomian maupun terhadap pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, apalagi dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berarti bahwa kebutuhan akan pangan juga semakin meningkat. Selain itu ada peran tambahan dari sektor pertanian yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat yang sebagian besar sekarang berada di bawah garis kemiskinan. salah satu sektor pertanian Indonesia yang dapat di andalkan ialah kelapa (ayun, 2020) Pada 2016, produksi kelapa Indonesia mencapai 18,3 juta ton dan ini merupakan yang tertinggi di dunia. Filipina dan India menjadi produsen terbesar kedua dan ketiga dengan masing- masing produksi mencapai 15,4 dan 11,9 juta ton kelapa. 10 produsen terbesar didominasi negara-negara dari wilayah Asia dengan iklim tropis, hanya Brazil dan Meksiko yang berasal dari luar Asia yang memproduksi kelapa dengan jumlah yang besar. Kekuatan Indonesia sebagai negara penghasil kelapa terbesar di dunia masih kurang dimaksimalkan. Industri pada komoditas ini masih belum banyak dikembangkan. Riset Kementerian Perindustrian menyebutkan masih banyak pohon kelapa sudah berusia tua (tidak produktif), tetapi replantasi berjalan tersendat/lamban, bahkan banyak perkebunan kelapa yang beralih fungsi.. Air kelapa, khususnya air kelapa muda, sejak lama telah dikenal sebagai minuman yang menyehatkan. Letaknya yang terlindung oleh tempurung yang keras dan sabut kelapa yang tebal, menyebabkan air kelapa merupakan minuman yang steril, bebas dari segala bentuk kontaminasi (fisik, kimia, dan mikrobiologi). (Dwi, 2017) Studi melaporkan bahwa minyak buah ini hampir sama efektifnya dengan chlorhexidine, larutan antiseptik yang biasa terkandung dalam obat kumur. Tak hanya itu, minyak buah ini juga bisa membantu mengobati dan mencegah radang gausi (gingivitis). Sehingga sangat cocok untuk masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi air kelapa sebagai obat penghilang bau mulut (halitosis). Halitosis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tanda nafas tidak sedap pada saat nafas dihembuskan. Halitosis merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan nafas tidak sedap yang berasal baik dari rongga mulut maupun diluar rongga mulut. Sedangkan, bau rongga mulut adalah istilah khusus yang digunakan untuk menggambarkan bau dari kavitas rongga mulut. Faktor penyebab halitosis secara sederhana dapat dibagi dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal antara lain adanya sisa makanan di dalam mulut, sedangkan faktor internal meliputi karies gigi, radang kronis pada saluran pernafasan, gangguan pencernaan dan lain-lain. Secara umum faktor penyebab halitosis dibagi atas faktor penyebab oral dan non-oral. Faktor penyebab oral meliputi kebersihan mulut yang buruk atau adanya penyakit periodontal 9 sedangkan faktor non-oral meliputi penyebab medis seperti kronis, serta gangguan saluran pencernaan. Meskipun beberapa penyebab halitosis dapat dihubungkan dengan bagian ekstra oral seperti saluran pernafasan atas dan bawah, saluran pencernaan, penyakit ginjal, dan hati, namun 85-90% masalah bau mulut berasal dari rongga mulut itu sendiri. Oleh karena itu, dokter gigi sebagai orang yang mengetahuinya perlu memperhatikan hal ini pada waktu perawatan gigi di klinik. Faktor lain yang dapat menyebabkan halitosis adalah faktor risiko seperti tembakau, alkohol, mulut kering, diet, makanan dan minuman, obat-obatan, dan gigi tiruan. (Ratmini, 2017) Dilihat dari permasalahan diatas, maka dibutuhkan suatu inovasi untuk mengobati dan mencegah radang gusi dan bau mulut. Penulis membuat Gargle Rinse Coconut Water (GRCW) yang merupakan gabungan dari air kelapa tua dan kemangi. Kandungan air kelapa yang hampir sama efektifnya dengan larutan antiseptik yang biasa terkandung dalam obat kumur dan daun kemangi yang berkhasiat mencegah bau mulut dan bau badan, sehingga sangat cocok untuk membuat obat pencegah bau mulut. DAFTAR PUSTAKA
Ayun, Qurotu, dkk. 2017. PERKEMBANGAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI
BAGIAN NEGARA AGRARIS. Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika 5. (2) : 38 – 44.
Dwi, Maria yuliana, 2017. Optimalisasi Bahan Baku Kelapa. Warta Ekspor, 008, h.7.
Ratmini, Ni Ketut. 2017. BAU MULUT (HALITOSIS). Jurnal Kesehatan Gigi. Vol. 5 No. 1