Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KEPERAWATAN BENCANA

RESUME 5 ARTIKEL ATAU JURNAL

DOSEN PEMBIMBING

Dr.Dessika Febria,SKM, M.KL

DISUSUN OLEH

NAMA : Anggun Desima S.S

NIM : 1814201179

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

2021
Penanggulangan Kesehatan Dalam Kondisi Pasca Bencana Dusun Ujung Indah, Desa
Cilellang, Kecamatan Mallusettasi, Kabupaten Barru

Oleh :Amran Nur, Veronica Margareth Dampung Farmasi.

Resume

Bencana merupakan peristiwa yang mengancam kelangsungan hidup manusia dan


memiliki dampak yang buruk bagi manusia. Dampak bencana alam antara lain: menimbulkan
tekanan batin, kegelisahan (ketegangan), serta dapat menyebabkan seseorang mengalami
berbagai gangguan kepribadian (Faradilla, 2018; Ningrum, 2015).

Indonesia telah dinyatakan sebagai salah satu negara paling rawan bencana menurut
United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR) dan menduduki
urutan ke-6 di antara negara-negara yang rawan bencana (BAPPENAS, 2006; UNISDR,
2009). Kenyataan menunjukkan Indonesia tetap rentan terhadap bencana baik yang
disebabkan oleh alam maupun nonalam, serta bencana sosial berupa konflik sosial di
berbagai daerah (Putra & Faisal, 2018).

Dusun Ujung Indah merupakan dusun yang terletak di Desa Cilellang, Kecamatan
Mallusettasi, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Dusun ini merupakan salah satu dusun
yang rawan akan bencana alam, terutama banjir, tanah longsor dan tsunami. Hal ini
disebabkan oleh letak geografis dusun ini berada di pinggir pantai dan dilalui oleh aliran
sungai serta berhadapan langsung dengan laut lepas. Desa ini juga dikelilingi oleh bukit yang
sebagian tanahnya sudah dikeruk untuk kepentingan pembangunan sehingga meninggalkan
tebing tanah yang sangat mudah longsor bila terjadi hujan deras. Oleh sebab itu perlu
dilakukan sosialisasi mengenai mitigasi bencana serta penanggulangan kesehatan pasca
bencana di daerah tersebut.

Metode :

Metode sosialisasi kepada masyarakat di Dusun Ujung Indah, Desa Cilellang,


Kecamatan Mallusettasi, Kabupaten Barru.

Subjek utama sosialisasi :

Masyarakat di Dusun Ujung Indah.


Alat yang digunakan :

Meliputi alat presentasi, pengeras suara, serta alat dokumentasi untuk


mendokumentasikan proses kegiatan sosialisasi.

Pembahasan :

Penyuluhan mengenai Penanggulangan Masalah Kesehatan dalam Kondisi Pasca


Bencana di Dusun Ujung Indah, Desa Cilellang, Kecamatan Mallusettasi, Kabupaten Barru.

Tujuan kegiatan : untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang penanganan pertama


yang dilakukan masyarakat jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam, terutama dalam
penanggulangan masalah kesehatan dan cara pengobatan daruratnya.

Dalam sosialisasi tersebut juga dijelaskan cara memanfaatkan bahan alam yang
terdapat di sekitar lokasi desa tersebut agar masyarakat dapat melakukan pengobatan darurat
bila terjadi bencana. Apabila kemudian desa tersebut terisolasi akibat bencana, warga desa
mampu melakukan pertolongan pertama, misalnya memanfaatkan obat tradisional dalam
menghilangkan nyeri (obat analgetik dari bahan alam), obat menurunkan gula darah dan yang
lainnya (Nur, Fajar, & Musdalifah, 2018)

Pemahaman mengenai pentingnya mengetahui manfaat tumbuhan yang ada di sekitar


mereka yang bermanfaat sebagai tumbuhan obat. Selain itu disarankan agar masyarakat
memanfaatkan lahan-lahan kosong untuk ditanami tumbuan obat sehingga menjadi lahan
yang bermanfaat.

Penyuluhan dilakukan beberapa kali untuk menyesuaikan waktu dengan penduduk


setempat. Selain itu penyuluhan juga dilakukan langsung di rumah warga yang tidak sempat
datang ke tempat kegiatan.

Sosialisasi berikutnya yang dilakukan adalah pemanfaatan tumbuhan yang ada di


sekitar lingkungan sebagai obat tradisional. Lokasi Dusun Ujung Indah berada di pinggir
pantai, maka tidak sulit untuk mendapatkan tumbuhan beruwas laut (Scaevola taccada
(Gaertn.) Roxb)) yang memiliki efek analgetik/penghilang rasa nyeri yang efektif (Nur,
2018b). Selain menggunakan beruwas laut, masyarakat juga dapat memanfaatkan buah
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) dan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai
obat penghilang rasa sakit (analgetik) (Nur, 2018a).

Hasil :
Hasil dari sosialisasi Penanggulangan Masalah Kesehatan dalam Kondisi Pasca
Bencana diasumsikan telah sesuai target yaitu pemahaman masyarakat tentang mitigasi dan
penanganan darurat masalah kesehatan bila terjadi bencana di wilayah tersebut. Peningkatan
pemahaman masyarakat dapat dilihat dengan antusiasme masyarakat dalam memperhatikan
setiap materi yang disampikan serta banyaknya pertanyaan yang diajukan masyarakat baik
mengenai mitigasi kebencanaan dan pemanfaatan tumbuhan sebagai pengobatan darurat bila
terjadi bencana yang tidak diinginkan.
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP KESIAPSIAGAAN
MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI PADA SISWA SMPN 13 PADANG

Oleh : Revi Neini Ikbal , Rebbi Permata Sari.

Resume

Indonesia merupakan Kepulauan Nusantara berada dalam zona tektonik dan gunung
api sehingga sangat rawan terjadinya bencana. Ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban
pemerintah dalam melakukan antisipasi bencana baik sebelum atau sesudah terjadinya suatu
bencana (Pranajati, 2013).

Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di pulau Sumatera yang rawan
terjadinya gempa bumi karena berbatasan langsung dengan lautan Hindia. Kota Padang yang
merupakan ibu kota provinsi juga menjadi daerah yang rawan akan bencana gempa bumi.
Khususnya sekolah-sekolah di Kota Padang saat sekarang memang menjadi suatu program
yang harus dilakukan kegiatan penyuluhan kesiapsiagaan bencana oleh pemerintah. Oleh
karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh penyuluhan
kesehatan terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi pada Siswa SMP 13
Padang”.

Metode :

menggunakan Quasi Eksperiment dengan rancangan yang digunakan adalah


rancangan kelompok tunggal one group preretest-posttest designPenelitian ini dilakukan di
SMPN 13 Padang pada bulan Januari sampai dengan April tahun 2018. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua siswa yang ada di SMPN 13 Padangdan sampel sebanyak 83
orang, yang terdiri dari siswa kelas VII dan VIIIdengan purposive samplingdengan kriteria
inklusi Bersedia menjadi responden dan Siswa kelas VII dan VIII. Pengolahan data melalui
analisa data secara univariat dan bivariat menggunakan uji T-Tes Dependent

Tujuan :

Tujuan dari dilakukannya penyuluhan kesiapsiagaan adalah untuk mempersiapkan diri


siswa untuk menghadapi bencana dan mengurangi resiko korban setelah terjadinya bencana.

Pembahasan
Faktor utama yang mengakibatkan timbulnya banyak korban akibat bencana gempa
adalah karena kurangnya kesiapsiagaan masyarakat tentang bencana dan kurangnya kesiapan
masyarakat dalam mengantisipasi bencana tersebut. Faktor utama yang menjadi kunci
kesiapsiagaan adalah pengetahuan, sikap dan kepedulian siap siaga dalam menghadapi
bencana. Kesiapsiagaan merupakan salah satu proses manajemen bencana, pentingnya
kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan penurangan resiko
terjadinya bencana (Firmasnyah, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan setelah diberikannya penyuluhan


tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi oleh BPBD didapatkan hasil siswa
terlihat mulai memahami tentang item-item penting yang diperlukan dalam menghadapi
bencana seperti yang dijelaskan oleh BPBD. Item penting diantaranya adalah ; pengetahuan
tentang kesiapsiagaan bencana, rencana kegiatan dari bencana, peringatan bencana, dan
mobilisasi sumber daya.

Hasil :

Setelah dilakukan penelitian tentangpengaruh penyuluhan kesehatan terhadap


kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi pada Siswa SMPN 13 Padang, maka dapat
disimpulkan :

1. Rerata sebelum diberikan penyuluhan kesehatan terhadap kesiapsiagaan menghadapi


bencana gempa bumi pada Siswa 13 Padang adalah 17,36 dengan Standar Deviasi 3,46
dengan tingkat pengetahuan yang rendah 9 dan tertinggi 26

2. Rerata sesudah diberikan penyuluhan kesehatan terhadap kesiapsiagaan menghadapi


bencana gempa bumi pada Siswa 13 Padang adalah 56,20 dengan Standar Deviasi 3,029
dengan tingkat pengetahuan yang rendah 14 dan tertinggi 27.

3. Ada pengaruh atau perbedaan yang singnifikan antara pengukuran kesiapsiagaan


menghadapi bencana pada Siswa SMPN 13 Padang pada pegukuran pertama dan kedua.
Faktor Determinan Kesiapsiagaan Perawat Terhadap Bencana Gunung Meletus
(Gamalama) di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Ternate

Oleh : Abd Hakim Husen, Cahyono Kaelan, Armyn Nurdin, Anto J. Hadi.

Resume

Letusan gunung api Gamalama pada tahun 2011 lalu seakan-akan menghentikan
kegiatan yang ada di sekitar gunung api Gamalama khususnya Kota Ternate. Dampak yang
ditimbulkan tidak begitu seberapa tapi mampu melumpuhkan kegiatan di berbagai sektor dan
seakan-akan letusan gunung api Gamalama menjadi sebuah ancaman bagi masyarakat yang
berdomisili di sekitar kaki gunung api Gamalama, termasuk salah satunya di Kelurahan
(Kampung) Tubo. Menurut data Kelurahan tahun 2014, letusan terjadi terakhir kali pada
tahun 2011 yang telah menyebabkan kerusakan parah pada area permukiman antara lain, 3
orang meninggal dunia, 3 orang luka berat, 29 rumah rusak berat dan 49 rumah rusak ringan.

Kesiapsiagaan yang rendah mengakibatkan kondisi yang rentan atau kerentanan dan
merupakan salah satu faktor terjadinya sebuah bencana. Bencana dapat terjadi akibat interaksi
antara bahaya (hazard), kerentanan (vulnerability), kapasitas (capacity), dan risiko (risk).
Risiko merupakan hasil dari interaksi dari ketiga faktor bencana lainnya. Secara sistematis
risiko berbanding lurus dengan bahaya dan kerentanan, serta berbanding terbalik dengan
kapasitas. Kerentanan yang tinggi akan menghasilkan risiko yang tinggi. Risiko yang tinggi
akan sebanding dengan luasnya dampak akibat bencana. 6 Kota Ternate Provinsi Maluku
Utara sangat tinggi keragaman hayati dan keindahan alamanya. sungguh sangat
membanggakan. Namun, seiring dengan perubahan iklim global dan erupsi akibat aktifnya
gunung api tentu perlu kewaspadaan terhadap kekayaan yang kita miliki tersebut.
Kewaspadaan menjadi semakin perlu diperhatikan terutama terhadap kekayaan hayati yang
ada di pulau-pulau kecil yang mudah tenggelam akibat pasang surut air laut dan akibat
dampak langsung atau tidak langsung dari aktifnya gunung api, terutama yang ada di gugusan
kepulauan Maluku Utara.

Tujuan :

Tujuan untuk mngetahui hubungan faktor determinan pengetahuan dan keterampilan,


dengan kesiapsiagaan perawat dalam menghadapi bencana gunung meletus (Gamalama) di
Puskesmas wilayah kerja Dinas kesehatan Kota Ternate.
Pembahasan :

Penelitian ini dilakukan pada Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota
Makassar. Penelitian ini menunjukkan bahwa perawat yang bekerja di tiga Puskesmas
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Ternate dari total 41 responden, yang memiliki
pengetahuan yang baik sebesar 24 (100%) responden. Sedangkan pada kelompok responden
yang memiliki pengetahuan cukup sebesar 17 (100%) responden. Kemungkinan peningkatan
kesiapsiagaan bencana perawat dengan pengetahuan bencana yang baik lebih tinggi
dibandingkan dengan perawat dengan pengetahuan bencana yang cukup.

Hasil :

Kesiapsiagaan perawat di Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Ternate


menunjukkan sebagian besar perawatnya belum siap siaga, meski masih terdapat perawat
yang sudah menyatakan siap siaga. Dari hasil analisis terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan kesiapsiagaan perawat di Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan dalam
menghadapi bencana meletusnya gunung Gamalama di Kota Ternate. Sedangkan berdasarkan
hasil wawancara mendalam terhadap perawat di Puskesmas wilayah kerja Dinas kesehatan,
dapat dilihat kurangnya sumber daya manusia yang akan ikut mewarnai pelayanan kesehatan
di Puskesmas. Kemudian banyak juga perawat yang memiliki kompetensi di bidang bencana
dan kegawatdaruratan yang sudah pindah tugas ke tempat lain. Oleh karena itu pelayanan
keperawatan memberi konstribusi dalam menentukan kualitas pelayanan di Puskesmas. Serta
Sebagian besar perawat belum mengikuti pelatihan/simulasi tentang bencana dan
kegawatdaruratan. Salah satu pelatihan yang penting di ikuti perawat yaitu BTCLS (Basic
Trauma Life Support and Basic Cardiac life support) BTCLS dapat membantu seorang
perawat dalam melakukan tindakan gawat darurat terlebih khusus perawat yang bertugas di
Puskesmas yang rawan bencana gunung meletus.
DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP KESEHATAN MENTAL ORANG
TUA DAN ANAK

Oleh : Yafi Sabila Rosyad, Setya Retno Wulandari, Istichomah,Rika Monika, Anisa Febristi,
Dewi Mekar Sari, Ayu Devita Citra Dewi

Resume

Setelah wabah COVID-19 menjadi epidemi di Negara Cina, WHO pada tanggal 30
Januari 2020 menyatakan COVID-19 sebagai pandemi Global (WHO, 2020). Setelah
pernyataan dari WHO semua Negara menjadikan COVID-19 masalah bencana nasional
termasuk Pemerintahan Indonesia. Pemerintahan menyatakan penyakit COVID-19 sebagai
Wabah nasional pada bulan Maret 2020 (Kemenkes, 2020).

Kondisi kehidupan keluarga tiba-tiba sangat berubah selama pandemic COVID-19. Di


lingkungan rumah, peran orang tua untuk pendidikan anak-anak menjadi lebih penting dari
sebelumnya karena dampak pendidikan secara online(Wang, Zhang, Zhao, Zhang, & Jiang,
2020).

Metode :

Penelitian ini merupakan penelitian sekunder berjenis literature review.

Pembahasan :

Pencarian artikel menggunakan aplikasi publish or perlish yang merupakan aplikasi


pencarian database dari Google scholar, Google Sholar Profile, Pubmed, Crossef, Microsoff
academic, Scopus, dan Web Of Science. Literature review ini dibatasi dari tahun 2020-2021.
Keyword yang dipakai adalah Parent’s stress and psyocological children,s during COVID-19
outbreack.

Hasil :
Salah satu penelitian mengatakan bahwa tingkat stres pasca-trauma pada anak yang
mengalami karantikan akan empat kali lebih tinggi daripada anak yang tidak mengalami
karantina(Sprang & Silman, 2013).

Banyak orang tua harus bekerja sambil mengasuh anak bahkan membantu anak
mereka menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan guru diwaktu yang bersamaan.
Pekerjaan kantor, peran sebagai pendidik karena mengantikan peran guru dan pekerjaan
rumah menjadi beban dalam satu waktu yang harus dijalani orang tua selama masa pandemic
COVID-19. Situasi ini secara signifikan meningkatkan risiko mengalami stres dan emosi
negatif pada orang tua, dengan efek yang berpotensi menurunkan kesejahteraan anak-anak
(Sprang & Silman, 2013).

Pandemic COVID-19 memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental


bagi orang tua dan anak bahkan sampai mempengaruhi perubahan fungsi keluarga. Masala
kesehatan mental selama masa pandemic harus diatasi dengan baik dan benar supaya tidak
menimbulkan Post Traumatic Sindrom (PTSD) setelah masa pandemik selesai. Dari semua
artikel yang didapat hampir semunya menggunakan penelitian kuantitatif sehingga peneliti
menyarankan kepada peneliti selanjutkan untuk menggunakan metode kualitatif atau mixed
metode. Jika ingin menggunakan metode peneliti menyarankan menggunakan design kuasi
ekperimen yang bertujuan untuk mengatasi dan mencegah terjadi PTSD.
Peran Puskesmas dalam Sistem Manajemen Bencana Banjir

Oleh : Risma Nur Atika

Resume

Jumlah kejadian bencana banjir di Kecamatan Genuk pada tahun 2016 sebanyak 1
kali yaitu pada bulan Juli, tahun 2017 sebanyak 1 kali yaitu pada bulan Desember, dan pada
tahun 2018 sebanyak 8 kali yaitu pada bulan Februari, Mei, dan Desember. Sedangkan
jumlah kejadian bencana banjir di Kecamatan Tugu pada tahun 2016 sebanyak 2 kali yaitu
pada bulan Juni dan September, tahun 2017 sebanyak 2 kali pada bulan Februari dan
November, dan pada tahun 2018 sebayak 3 kali yaitu pada bulan Februari dan Maret.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas X Kecamatan Genuk
dan Puskesmas Y Kecamatan Mangkang pada tanggal 26 April 2019 adalah salah satu
layanan kesehatan yang menjadi pos darurat atau puskesmas darurat ketika terjadi banjir di
wilayah tersebut. Dengan demikian otomatis peran tenaga kesehatan di tempat ini sudah
tanggap dan tentunya dibekali dengan peralatan dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan
pada saat kegiatan urgent terjadi bencana banjir.

Walaupun peralatan yang dimiliki Puskesmas X Kecamatan Genuk dalam


penanganan banjir adalah perlatan sederhana seperti P3K dan obat-obatan yang biasa dipakai
dalam pelayanan poliklinik umum dan perlengkapan seadanya seperti tenda pengungsian dan
matras seadanya. Kesiapsiagaan sehari-hari yang dilakukan Puskesmas X Kecamatan Genuk
sebagai penerapan protap penanganan korban gawat darurat dan rujukan, sarana prasaran
pelayanan kesehatan, peningkatan kapasitas tenaga Puskesmas didalam teknis medis. Selain
itu juga melakukan penyuluhan atau pelatihan pada masyarakat sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat dalam menghadapi kemungkinan munculnya bencana.

Metode :

Lokasi penelitian di Puskesmas X Kecamatan Genuk dan Puskesmas Y Kecamatan


Tugu. Waktu penelitian pada tanggal 24-30 September 2019. Sumber informasi dalam
penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan
berupa data yang didapat dari hasil observasi dan wawancara langsung dengan pihak
puskesmas. Sedangkan data sekunder meliputi dokumen-dokumen terkait bencana banjir.
Informan dalam penelitian ini ditentukan melalui purposive sampling dengan jumlah
informan sebanyak 4 orang, antara lain: Kepala Puskesmas, Kepala Bagian Tata Usaha,
Hygien Sanitasi, dan Gizi. Teknik pengambilan data dari penelitian ini menggunakan
wawancara, observasi, dan studi dokumen. Penyajian data dalam penelitian ini adalah
mengetahui sistem manajemen bencana banjir di puskesmas.

Pembahasan :

Peran puskesmas dalam sistem manajemen bencana banjir ini dilihat dari 3 hal yaitu
pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana yang meliputi 18 indikator. Indikator sistem
manajemen bencana banjir di puskesmas berguna untuk mengetahui membuat peta geomedik
daerah rawan bencana, membuat jalur evakuasi, mengadakan pelatihan, inventarisasi sumber
daya sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin terjadi, menerima dan menindaklanjuti
informasi peringatan dini untuk kesiapsiagaan bidang kesehatan, membentuk tim kesehatan
lapangan yang tergabung dalam satgas, mengadakan koordinasi dengan lintas sektor, operasi
pertolongan terhadap korban berdasarkan triase, penilaian awal secara cepat, surveilans
penyakit menular dan gizi, bergabung dengan satgas kesehatan di pos lapangan,
pemberdayaan masyarakat, pelayanan kesehatan dasar di penampungan dengan mendirikan
pos kesehatan lapangan, pemeriksaan air bersih dan pemantauan sanitasi lingkungan,
surveilans penyakit menular dan gizi buruk yang mungkin timbul, KLB penyakit menular dan
gizi buruk, upaya pemulihan masalah kesehatan jiwa dan masalah gizi pada kelompok rentan,
dan pemberdayaan masyarakat.

Sistem manajemen pra bencana memiliki 7 indikator yaitu membuat peta geomedik
daerah rawan bencana, membuat jalur evakuasi, mengadakan pelatihan, inventarisasi sumber
daya sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin terjadi, menerima dan menindaklanjuti
informasi peringatan dini untuk kesiapsiagaan bidang kesehatan, membentuk tim kesehatan
lapangan yang tergabung dalam satgas, dan mengadakan koordinasi dengan lintas sektor.

Saat bencana memiliki 5 indikator yaitu operasi pertolongan terhadap korban


berdasarkan triase, penilaian awal secara cepat, surveilans penyakit menular dan gizi,
bergabung dengan satgas kesehatan di pos lapangan, dan pemberdayaan masyarakat.

Sistem manajemen pasca bencana memiliki 6 indikator yaitu pelayanan kesehatan


dasar di penampungan dengan mendirikan pos kesehatan lapangan, pemeriksaan air bersih
dan pemantauan sanitasi lingkungan, penyakit menular dan gizi buruk yang mungkin timbul,
KLB penyakit menular dan giziburuk, upaya pemulihan masalah kesehatan jiwa dan masalah
gizi pada kelompok rentan, dan pemberdayaan masyarakat.

Hasil :

Peran puskesmas dalam sistem manajemen bencana banjir di Puskesmas X


Kecamatan Genuk pada saat pra bencana dari 7 indikator terdapat 3 indikator yang sesuai
yaitu menerima dan menindaklanjuti informasi peringatan dini untuk kesiapsiagaan bidang
kesehatan, membentuk tim kesehatan lapangan yang tergabung dalam satgas, dan
mengadakan koordinasi dengan lintas sektor, dan 4 indikator tidak ada yaitu pembuatan peta
geomedik daerah rawan bencana, membuat jalur evakuasi, mengadakan pelatihan,
inventarisasi sumber daya sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin terjadi, ; pada saat
bencana 1 indikator sesuai, 2 indikator tidak sesuai, dan 2 indikator tidak ada, serta pada saat
pasca bencana 2 indikator sesuai dan 4 indikator tidak ada.

Peran puskesmas dalam sistem manajemen bencana banjir di Puskesmas Y


Kecamatan Tugu pada saat pra bencana dari 7 indikator terdapat 1 indikator yang sesuai yaitu
menerima dan menindaklanjuti informasi peringatan dini untuk kesiapsiagaan bidang
kesehatan , dan 6 indikator tidak sesuai yaitu peta geomedik daerah rawan bencana, membuat
jalur evakuasi, mengadakan pelatihan, inventarisasi sumber daya sesuai dengan potensi
bahaya yang mungkin terjadi, membentuk tim kesehatan lapangan yang tergabung dalam
satgas, dan mengadakan koordinasi dengan lintas sektor; pada saat bencana dari 5 indikator
terdapat 1 indikator yang sesuai, 1 ada tidak sesuai dan ada 3 indikator tidak ada; serta pada
saat pasca bencana dari 6 indikator terdapat 2 indikator yang sesuai, dan 4 indikator tidak
ada.

Anda mungkin juga menyukai