DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
NIM : 1814201179
2021
Penanggulangan Kesehatan Dalam Kondisi Pasca Bencana Dusun Ujung Indah, Desa
Cilellang, Kecamatan Mallusettasi, Kabupaten Barru
Resume
Indonesia telah dinyatakan sebagai salah satu negara paling rawan bencana menurut
United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR) dan menduduki
urutan ke-6 di antara negara-negara yang rawan bencana (BAPPENAS, 2006; UNISDR,
2009). Kenyataan menunjukkan Indonesia tetap rentan terhadap bencana baik yang
disebabkan oleh alam maupun nonalam, serta bencana sosial berupa konflik sosial di
berbagai daerah (Putra & Faisal, 2018).
Dusun Ujung Indah merupakan dusun yang terletak di Desa Cilellang, Kecamatan
Mallusettasi, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Dusun ini merupakan salah satu dusun
yang rawan akan bencana alam, terutama banjir, tanah longsor dan tsunami. Hal ini
disebabkan oleh letak geografis dusun ini berada di pinggir pantai dan dilalui oleh aliran
sungai serta berhadapan langsung dengan laut lepas. Desa ini juga dikelilingi oleh bukit yang
sebagian tanahnya sudah dikeruk untuk kepentingan pembangunan sehingga meninggalkan
tebing tanah yang sangat mudah longsor bila terjadi hujan deras. Oleh sebab itu perlu
dilakukan sosialisasi mengenai mitigasi bencana serta penanggulangan kesehatan pasca
bencana di daerah tersebut.
Metode :
Pembahasan :
Dalam sosialisasi tersebut juga dijelaskan cara memanfaatkan bahan alam yang
terdapat di sekitar lokasi desa tersebut agar masyarakat dapat melakukan pengobatan darurat
bila terjadi bencana. Apabila kemudian desa tersebut terisolasi akibat bencana, warga desa
mampu melakukan pertolongan pertama, misalnya memanfaatkan obat tradisional dalam
menghilangkan nyeri (obat analgetik dari bahan alam), obat menurunkan gula darah dan yang
lainnya (Nur, Fajar, & Musdalifah, 2018)
Hasil :
Hasil dari sosialisasi Penanggulangan Masalah Kesehatan dalam Kondisi Pasca
Bencana diasumsikan telah sesuai target yaitu pemahaman masyarakat tentang mitigasi dan
penanganan darurat masalah kesehatan bila terjadi bencana di wilayah tersebut. Peningkatan
pemahaman masyarakat dapat dilihat dengan antusiasme masyarakat dalam memperhatikan
setiap materi yang disampikan serta banyaknya pertanyaan yang diajukan masyarakat baik
mengenai mitigasi kebencanaan dan pemanfaatan tumbuhan sebagai pengobatan darurat bila
terjadi bencana yang tidak diinginkan.
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP KESIAPSIAGAAN
MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI PADA SISWA SMPN 13 PADANG
Resume
Indonesia merupakan Kepulauan Nusantara berada dalam zona tektonik dan gunung
api sehingga sangat rawan terjadinya bencana. Ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban
pemerintah dalam melakukan antisipasi bencana baik sebelum atau sesudah terjadinya suatu
bencana (Pranajati, 2013).
Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di pulau Sumatera yang rawan
terjadinya gempa bumi karena berbatasan langsung dengan lautan Hindia. Kota Padang yang
merupakan ibu kota provinsi juga menjadi daerah yang rawan akan bencana gempa bumi.
Khususnya sekolah-sekolah di Kota Padang saat sekarang memang menjadi suatu program
yang harus dilakukan kegiatan penyuluhan kesiapsiagaan bencana oleh pemerintah. Oleh
karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh penyuluhan
kesehatan terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi pada Siswa SMP 13
Padang”.
Metode :
Tujuan :
Pembahasan
Faktor utama yang mengakibatkan timbulnya banyak korban akibat bencana gempa
adalah karena kurangnya kesiapsiagaan masyarakat tentang bencana dan kurangnya kesiapan
masyarakat dalam mengantisipasi bencana tersebut. Faktor utama yang menjadi kunci
kesiapsiagaan adalah pengetahuan, sikap dan kepedulian siap siaga dalam menghadapi
bencana. Kesiapsiagaan merupakan salah satu proses manajemen bencana, pentingnya
kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan penurangan resiko
terjadinya bencana (Firmasnyah, 2014).
Hasil :
Oleh : Abd Hakim Husen, Cahyono Kaelan, Armyn Nurdin, Anto J. Hadi.
Resume
Letusan gunung api Gamalama pada tahun 2011 lalu seakan-akan menghentikan
kegiatan yang ada di sekitar gunung api Gamalama khususnya Kota Ternate. Dampak yang
ditimbulkan tidak begitu seberapa tapi mampu melumpuhkan kegiatan di berbagai sektor dan
seakan-akan letusan gunung api Gamalama menjadi sebuah ancaman bagi masyarakat yang
berdomisili di sekitar kaki gunung api Gamalama, termasuk salah satunya di Kelurahan
(Kampung) Tubo. Menurut data Kelurahan tahun 2014, letusan terjadi terakhir kali pada
tahun 2011 yang telah menyebabkan kerusakan parah pada area permukiman antara lain, 3
orang meninggal dunia, 3 orang luka berat, 29 rumah rusak berat dan 49 rumah rusak ringan.
Kesiapsiagaan yang rendah mengakibatkan kondisi yang rentan atau kerentanan dan
merupakan salah satu faktor terjadinya sebuah bencana. Bencana dapat terjadi akibat interaksi
antara bahaya (hazard), kerentanan (vulnerability), kapasitas (capacity), dan risiko (risk).
Risiko merupakan hasil dari interaksi dari ketiga faktor bencana lainnya. Secara sistematis
risiko berbanding lurus dengan bahaya dan kerentanan, serta berbanding terbalik dengan
kapasitas. Kerentanan yang tinggi akan menghasilkan risiko yang tinggi. Risiko yang tinggi
akan sebanding dengan luasnya dampak akibat bencana. 6 Kota Ternate Provinsi Maluku
Utara sangat tinggi keragaman hayati dan keindahan alamanya. sungguh sangat
membanggakan. Namun, seiring dengan perubahan iklim global dan erupsi akibat aktifnya
gunung api tentu perlu kewaspadaan terhadap kekayaan yang kita miliki tersebut.
Kewaspadaan menjadi semakin perlu diperhatikan terutama terhadap kekayaan hayati yang
ada di pulau-pulau kecil yang mudah tenggelam akibat pasang surut air laut dan akibat
dampak langsung atau tidak langsung dari aktifnya gunung api, terutama yang ada di gugusan
kepulauan Maluku Utara.
Tujuan :
Penelitian ini dilakukan pada Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota
Makassar. Penelitian ini menunjukkan bahwa perawat yang bekerja di tiga Puskesmas
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Ternate dari total 41 responden, yang memiliki
pengetahuan yang baik sebesar 24 (100%) responden. Sedangkan pada kelompok responden
yang memiliki pengetahuan cukup sebesar 17 (100%) responden. Kemungkinan peningkatan
kesiapsiagaan bencana perawat dengan pengetahuan bencana yang baik lebih tinggi
dibandingkan dengan perawat dengan pengetahuan bencana yang cukup.
Hasil :
Oleh : Yafi Sabila Rosyad, Setya Retno Wulandari, Istichomah,Rika Monika, Anisa Febristi,
Dewi Mekar Sari, Ayu Devita Citra Dewi
Resume
Setelah wabah COVID-19 menjadi epidemi di Negara Cina, WHO pada tanggal 30
Januari 2020 menyatakan COVID-19 sebagai pandemi Global (WHO, 2020). Setelah
pernyataan dari WHO semua Negara menjadikan COVID-19 masalah bencana nasional
termasuk Pemerintahan Indonesia. Pemerintahan menyatakan penyakit COVID-19 sebagai
Wabah nasional pada bulan Maret 2020 (Kemenkes, 2020).
Metode :
Pembahasan :
Hasil :
Salah satu penelitian mengatakan bahwa tingkat stres pasca-trauma pada anak yang
mengalami karantikan akan empat kali lebih tinggi daripada anak yang tidak mengalami
karantina(Sprang & Silman, 2013).
Banyak orang tua harus bekerja sambil mengasuh anak bahkan membantu anak
mereka menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan guru diwaktu yang bersamaan.
Pekerjaan kantor, peran sebagai pendidik karena mengantikan peran guru dan pekerjaan
rumah menjadi beban dalam satu waktu yang harus dijalani orang tua selama masa pandemic
COVID-19. Situasi ini secara signifikan meningkatkan risiko mengalami stres dan emosi
negatif pada orang tua, dengan efek yang berpotensi menurunkan kesejahteraan anak-anak
(Sprang & Silman, 2013).
Resume
Jumlah kejadian bencana banjir di Kecamatan Genuk pada tahun 2016 sebanyak 1
kali yaitu pada bulan Juli, tahun 2017 sebanyak 1 kali yaitu pada bulan Desember, dan pada
tahun 2018 sebanyak 8 kali yaitu pada bulan Februari, Mei, dan Desember. Sedangkan
jumlah kejadian bencana banjir di Kecamatan Tugu pada tahun 2016 sebanyak 2 kali yaitu
pada bulan Juni dan September, tahun 2017 sebanyak 2 kali pada bulan Februari dan
November, dan pada tahun 2018 sebayak 3 kali yaitu pada bulan Februari dan Maret.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas X Kecamatan Genuk
dan Puskesmas Y Kecamatan Mangkang pada tanggal 26 April 2019 adalah salah satu
layanan kesehatan yang menjadi pos darurat atau puskesmas darurat ketika terjadi banjir di
wilayah tersebut. Dengan demikian otomatis peran tenaga kesehatan di tempat ini sudah
tanggap dan tentunya dibekali dengan peralatan dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan
pada saat kegiatan urgent terjadi bencana banjir.
Metode :
Pembahasan :
Peran puskesmas dalam sistem manajemen bencana banjir ini dilihat dari 3 hal yaitu
pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana yang meliputi 18 indikator. Indikator sistem
manajemen bencana banjir di puskesmas berguna untuk mengetahui membuat peta geomedik
daerah rawan bencana, membuat jalur evakuasi, mengadakan pelatihan, inventarisasi sumber
daya sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin terjadi, menerima dan menindaklanjuti
informasi peringatan dini untuk kesiapsiagaan bidang kesehatan, membentuk tim kesehatan
lapangan yang tergabung dalam satgas, mengadakan koordinasi dengan lintas sektor, operasi
pertolongan terhadap korban berdasarkan triase, penilaian awal secara cepat, surveilans
penyakit menular dan gizi, bergabung dengan satgas kesehatan di pos lapangan,
pemberdayaan masyarakat, pelayanan kesehatan dasar di penampungan dengan mendirikan
pos kesehatan lapangan, pemeriksaan air bersih dan pemantauan sanitasi lingkungan,
surveilans penyakit menular dan gizi buruk yang mungkin timbul, KLB penyakit menular dan
gizi buruk, upaya pemulihan masalah kesehatan jiwa dan masalah gizi pada kelompok rentan,
dan pemberdayaan masyarakat.
Sistem manajemen pra bencana memiliki 7 indikator yaitu membuat peta geomedik
daerah rawan bencana, membuat jalur evakuasi, mengadakan pelatihan, inventarisasi sumber
daya sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin terjadi, menerima dan menindaklanjuti
informasi peringatan dini untuk kesiapsiagaan bidang kesehatan, membentuk tim kesehatan
lapangan yang tergabung dalam satgas, dan mengadakan koordinasi dengan lintas sektor.
Hasil :