Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL MENGGUNAKAN

METODE MKJI 1997 DAN PTV VISSIM


(Studi Kasus Simpang Empat Bersinyal Gemangan, Sinduadi,
Sleman, Yogyakarta)

Analysis of the Performance Signalized Intersections Using MKJI 1997 and PTV VISSIM
Methods (Case Study Signalized Intersections of Gemangan, Sinduadi, Sleman, Yogyakarta)

Frengki Candra, Wahyu Widodo


Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstrak. Persaingan bidang teknologi yang pesat serta meningkatnya angka pertumbuhan dan
mobilitas masyarakat khususnya dibidang tranportasi merupakan faktor inti yang mempengaruhi sistem
kinerja lalu lintas, sehingga menumpuknya volume kendaraan atau kemacetan. Sebagaimana kasus
kemacetan pada simpang empat bersinyal Gemangan, Sleman, Yogyakarta. Sistem pelayanan sinyal pada
simpang tersebut masih menggunakan cara manual searah jarum jam. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa, mengevaluasi, dan memodelkan sebagaimana kinerja pada simpang tersebut. Metode yang
digunakan dalam mengkaji permasalahan ini dengan pedoman Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 dan
pemodelan software PTV VISSIM Student Version, data yang digunakan yaitu volume jam puncak. Hasil
analisis metode MKJI 1997 kondisi eksisting yaitu nilai arus lalu lintas total (Qtot) = 3101 smp/jam, derajat
kejenuhan (DS) = 1,025, panjang antrian (QL) = 326 meter, tundaan (D) = 271 det/smp. Hasil pemodelan
software PTV VISSIM kondisi eksisting yaitu panjang antrian (Qlen) = 143,5 meter, tundaan (VEHdelay) =
170,0 detik, dan tingkat pelayanan (Level of Service) = LOS F atau sangat buruk. Dengan hasil kondisi
eksisting tersebut maka direncanakan alternatif guna memperbaiki kinerja simpang yaitu alternatif 1
perancangan ulang waktu siklus dan alternatif 2 penambahan lebar efektif dan perancangan ulang waktu
siklus. Perencanaan alternatif tersebut diterapkan pada kedua acuan MKJI 1997 dan PTV VISSIM.

Kata-kata kunci: simpang bersinyal, kinerja simpang, tingkat pelayanan, MKJI 1997, PTV VISSIM 10.00-
11.
Abstract. The growing competition in the field of technology and increasing numbers of growth and
mobility of the people, especially in the field of transportation, are core factors that affect traffic
performance systems, resulting in the accumulation of vehicle volumes or congestion. As is the case with
traffic jams at the intersection of the signaled Gemangan, Sleman, Yogyakarta. The signal service system
at the intersection is still using the clockwise method manually. This study aims to analyze, evaluate, and
model the performance of the intersection. The method used in assessing this problem with the 1997
Indonesian Road Capacity Manual and modeling of the VISSIM Student Version PTV software, the data
used is peak hour volume. The results of the 1997 MKJI method analysis of existing conditions are the
value of total traffic flow (Qtot) = 3101 PCU / hour, degree of saturation (DS) = 1.025, queue length (QL)
= 326 meters, delay (D) = 271 sec / PCU. The results of VISSIM PTV software modeling in the existing
conditions are queue length (Qlen) = 143.5 meters, delay (VEHdelay) = 170.0 seconds, and service level
(Level of Service) = LOS F or very bad. With the results of the existing conditions, an alternative plan is
planned to improve the performance of the intersection, namely alternative 1 cycle time redesign and
alternative 2 effective width addition and cycle time redesign. Alternative planning is applied to both the
1997 MKJI references and PTV VISSIM.

Keywords: signalized intersection, intersection performance, level of service, MKJI 1997, PTV VISSIM
11.00-10.

1
1. Pendahuluan kondisi eksisting, dan mengetahui faktor-faktor
Pertumbuhan total populasi sekitar 267 juta yang mempengaruhi kinerja simpang bersinyal
jiwa, Indonesia merupakan negara dengan jumlah kemudian mencari solusi alternatif pemecahan
penduduk terpadat ke empat didunia. Semakin permasalahan pada simpang Ciruas Serang. Pada
tingginya tingkat pertumbuhan maka tingkat penelitian ini menggunakan metode analisis
kebutuhan masyarakat untuk menjalani aktifitas berdasarkan Manual Kapsitas Jalan Indonesia
maupun kegiatan sehari-hari akan semakin (MKJI) 1997. Hasil dari penelitian diketahui belum
bertambah khususnya dibidang transportasi, sarana mendekati jenuh dibuktikan dengan adanya satu
dan prasarana sudah pasti menjadi pusat perhatian pendekat yang menghasilkan (ds < 0,75 ; jenuh)
masyarakat untuk kebutuhan aktifitas mereka. yaitu pendekat barat sebesar 0,8 sedangkan utara,
Seiring meningkatnya penggunaan moda selatan, dan timur menghasilkan (ds < 0,75 ; tidak
transportasi menyebabkan bertambahnya mobilitas jenuh) masing-masing sebesar 0,4, 0,66, 0,41.
masyarakat yang semakin tinggi dan Kapasitas yang dihasilkan sebesar 379, 403, 1062,
mengakibatkan peningkatan kapasitas lalu lintas 1371 smp/jam. Panjang antrian tertinggi terdapat
sebagaimana halnya kemacetan yang terjadi. pada pendekat barat yaitu 126,5 m. Besar nilai
Pada penelitian ini dilakukan pada simpang angka henti seluruh simpang adalah 0,89 stop/smp.
empat bersinyal Gemangan, Sleman, Yogyakarta di Tundaan rata-rata simpang 46,5 det/smp dan masuk
mana simpang tersebut mengalami permasalahan kategori tingkat pelayanan simpang (LOS) pada
dari kemacetan, dan di upayakan melalui analisis tingkat E (> 40 – 60 det/smp). Dalam meningkatkan
metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) kinerja simpang Ciruas maka dilakukan alternatif
1997 dan di lakukan pemodelan menggunakan perbaikan dengan melakukan pengaturan sinyal
software PTV VISSIM bisa menyajikan hasil sistem ulang, perubahan fase dan melakukan pelebaran
kinerja lalu lintas pada simpang kondisi eksisting geometrik jalan dan dihasilkan derajat kejenuhan
maupun setelah dilakukan beberapa upaya pendekat Utara = 0,3, Selatan = 0,46, Barat = 0,55,
penambahan alternatif. Timur = 0,42. Kemudian tingkat pelayanan simpang
Bimaputra dkk (2018) melakukan penelitian berada pada tingkat C. Utomo dkk (2016)
dengan judul “Analisis Kinerja dan Ruas Jalan di melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi
Kawasan Pahlawan, Kota Bandung”. Tujuan Perilaku Lalu Lintas Pada Simpang dan Koordinasi
penelitian adalah menganalisis dan mengevaluasi Antar Simpang (Studi Kasus : Simpang Stasiun
kinerja simpang, selain itu untuk mengembangkan Brambanan – Simpang Taman Wisata Candi)”.
alternatif solusi peningkatan kinerja, pelayanan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan
simpang, dan ruas jalan tinjauan. Standar acuan perbaikan dengan koordinasi sinyal lalu lintas atau
Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI) 2014 merancang waktu siklus baru pada dua
dan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) persimpangan pendek yang terpisah dan terletak di
1997. Hasil kinerja simpang masih dibawah rata- sekitar Candi Perambanan dimana jarak
rata atau belum memenuhi persyaratan operasional persimpangan ini hanya 436 m, sementara volume
dan analisa ruas jalan sebagai pendekat lalu lintas terlalu tinggi dan tidak ada sinyal
menggunakan Software VISSIM. Rahman (2016) koordinasi dipersimpangan ini sehingga
melakukan penelitian dengan judul “Perencanaan menyebabkan kemacetan. Pada penelitian
Simpang Empat Bersinyal Pasar Lemabang Kota menggunakan perangkat lunak VISSIM sebagai
Palembang Dengan Program Simulasi Vissim”. simulasi waktu penundaan sinyal lalu lintas. Hasil
Tujuan dari penellitian ini adalah mengevaluasi menunjukan rute lalu lintas yang menghasilkan
kinerja persimpangan, kondisi lalu lintas, dan waktu perjalanan 57,24 detik dan rata – rata
menganalisis beberapa alternatif lalu lintas. Pada perjalanan kecepatan 27,42 km/jam dengan tingkat
persimpangan ini memiliki sinyal lalu lintas akan pelayanan E, pada priode jam sibuk. Alternatif
tetapi tidak memiliki rambu lalu lintas dan volume terbaik waktu siklus jam sibuk adalah 117 detik,
kendaraan yang padat. Dengan menggunakan penundaan rata-rata 17,65 detik, waktu perjalanan
beberapa solusi alternatif melalui software VISSIM. antara persimpangan adalah 50,99 detik, kecepatan
Hasil model simulasi menunjukan bahwa perjalanan rata-rata 30,78 kilometer / jam dan
diperlukan peningkatan median, geometrik jalan tingkat pelayanan E. Waktu tempuh dari East leg di
dan menghilangkan pemblokiran ditengah persimpangan 1 ke East leg di persimpangan ke-2
persimpangan untuk memberikan kinerja yang lebih (Rute Yogya-Solo) adalah 31,73 detik, penundaan
baik yaitu terdapat pada alternatif 1 dan alternatif 2. 15,57 detik, kecepatan perjalanan rata-rata 49,47
Pradana dkk (2016) melakukan penelitian dengan kilometer / jam dengan tingkat pelayanan E. Pada
judul “Analisis Kinerja Simpang Bersinyal Pada periode jam sibuk, penundaan rata-rata yang ada
Simpang Ciruas Serang”. Tujuan dari penelitian ini adalah 19,59 detik, waktu tempuh rata-rata 39,6
adalah menganalisis kinerja simpang bersinyal saat detik dan kecepatan rata-rata 39,64 kilometer / jam
2
dengan tingkat layanan E. Alternatif terbaik dari 25 detik/kend sebagai keterlambatan maksimum
waktu siklus baru adalah 98 detik, penundaan rata- diterima untuk lalu lintas belok kiri jalan minor.
rata 16,42 detik, waktu perjalanan 30,77 detik, Irawan dan Putri (2015) melakukan penelitian
kecepatan perjalanan rata-rata 51,01 kilometer / dengan judul “Kalibrasi Vissim Untuk
jam, dan tingkat layanan D. Waktu tempuh dari East Mikrosimulasi Arus Lalu Lintas Tercampur Pada
leg di persimpangan 1 ke persimpangan 2 adalah Simpang Bersinyal (studi kasus: Simpang Tugu,
27,25 detik, penundaan 14,83 detik, kecepatan Yogyakarta). Tujuan penelitian adalah membuat
tempuh rata-rata 57,60 kilometer / jam dengan standar proses kalibrasi pada simpang yang
tingkat layanan D. Rumayar dan Lefrandt (2018) nantinya dipresentasikan pada model simulasi yaitu
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Vissim. Proses kalibrasi dilakukan secara trial and
Simpang Tak Bersinyal Dengan Bundaran (Studi error dengan mempertimbangkan perilaku
Kasus: Bundaran Tugu Tololiu Tomohon)”. Tujuan pengemudi agresif, terdapat dua variable yang
dari penelitian ini adalah menganalisis kinerja diamati yaitu jumlah volume lalu lintas dan panjang
simpang tak bersinyal dengan bundaran, dan antrian. Hasil menunjukan beberapa parameter
melakukan analisis kapasitas simpang melalui perlu kalibrasi pada vissim adalah pemilihan lajur
simulasi dengan data forecasting. Pada penelitian jalan pada arus bebas perilaku pengemudi, sudut
ini menggunakan metode adalah observasi dan belok kendaraan, jarak antar kendaraan saat terhenti
pengambilan data lansung dari lapangan. maupun memasuki pendekat simpang. Sriharyani
Pengambilan data primer diperoleh dengan dan hadijah (2018) melakukan penelitian dengan
pengamatan dilapangan, sedangkan data sekunder judul “Analisis Kinerja Simpang Bersinyal
diperoleh dari instansi terkait. Standar acuan yang Diponegoro Sudut Polres Kota Metro”. Tujuan
digunakan sebagai analisi adalah Manual Kapasitas penelitian adalah menganalisis kinerja simpang
Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Lubis dan Surbakti mencakup kapasitas, panjang antrian, kendaraan
(2016) melakukan penelitian dengan judul “Analisa berhenti dan tundaan. Standar acuan menggunakan
Arus Jenuh dan Panjang Antrian pada Simpang Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997.
Bersinyal dan Mikro Simulasi Menggunakan Hasil dari alternatif menunjukan perlu adanya
Software Vissim (Studi Kasus: Simpang Hotal perubahan waktu hijau pada keempat pendekat
Danau Toba Internasional dan Simpang Karya menjadi 21, 26 17 dan 20 detik pada setiap
Wisata di Kota Medan)”. Tujuan dari penelitian ini lenganya. Bawangun dkk (2015) melakukan
adalah menganalisi arus jenuh dan panjang antrian penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Simpang
kemudian membandingkan nilai panjang antrian Tak Bersinyal Untuk Simpang Jalan W.R.
keadaan dilapangan dengan hasil yang didapat Supratman dan Jalan B.W. Lapian di Kota
melalui simulasi pada software VISSIM. Standar Manado”. Tujuan penelitian adalah Menganalisis
acuan pada penelitian ini menggunakan Manual simpang tak bersinyal dan meningkatkan kinerja
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 dan metode menggunakan data eksisting dan data forecasting
time slice untuk menghitung arus jenuh kemudian berdasarkan (MKJI) 1997. Hasil hasil analisis dapat
software VISSIM sebagai analisis panjang antrian. disimpulkan bahwa simpang Jalan W.R.Supratman
Hasil disimpulkan bahwa nilai arus jenuh dan Jalan B.W.Lapian memiliki nilai Derajat
maksimum dengan metode time slice pada Kejenuhan (DS) = 1,036 pada jam sibuk Senin sore.
simpang HDTI terjadi pada kaki simpang Jl. Imam Mengindikasikan bahwa saat ini kondisi simpang
Bonjol dengan nilai = 7427 smp/jam, kemudian itu buruk. Alternatif solusi diterapkan pelarangan
dari simpang Karya Wisata nilai arus jenuh belok kanan untuk jalan minor, pelebaran jalan
maksimum terjadi pada kaki simpang Jl. A. H. utama dan pelebaran jalan minor, maka nilai Derajat
Nasution Timur dengan nilai = 7025 smp/jam. Baafi Kejenuhan = 0,666.
dkk (2018) melakukan penelitian dengan judul
“Volume Waran Untuk Jalur Lalu Lintas Berbelok 2. Lokasi Penelitian
Kiri dan Jalan Utama di Persimpangan- Penelitian dari pemodelan simpang
persimpangan: Studi Kasus Menggunakan
menggunakan software PTV VISSIM berlokasi
Pemodelan VISSIM”. Tujuan penelitian adalah
peningkatan persimpangan di Ghana yaitu dengan pada perempatan simpang bersinyal
pengaturan sinyal. Tindak pemasangan jalur belok Gemangan, Sinduadi, Kecamatan Mlati,
kiri untuk meningkatkan efisiensi keamanan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
simpang. Dalam penelitian ini digunakan software Yogyakarta. Lokasi penelitian pada gambar 1,
simulasi yaitu VISSIM yang kemudian dikalibrasi dan perempatan simpang bersinyal yang di
menggunakan arus lalu lintas, data delay, dan
panjang antrian maksimum. Hasil disimpulkan
modelkan pada gambar 2.
tingkat pelayanan (LOS) adalah C, memotong titik
3
Gambar 1 Lokasi Penelitian

(a) (b)
Gambar 2 (a) Kondisi Simpang, (b) Arah Pergerakan Kendaraan

3. Landasan Teori memghindarkan antrian kendaraan yang


Simpang Bersinyal panjang (Utomo dkk., 2016).
Simpang adalah sebuah area kritis pada Persimpangan sebagai tempat atau daerah
jalan yang merupakan titik konflik dan titik umum dimana dua jalan atau lebih yang
kemacetan karena pertemuan antara dua ruas bergabung termasuk fasilitas tepi jalan sebagai
atau lebih jalan. Koordinasi sinyal antar pergerakan lalu lintas didalamnya.
simpang diperlukan sebagai pengoptimalan Persimpangan sebidang dapat dikelompokan
kapasitas jaringan jalan, dengan adanya berdasarkan cabangnya yaitu pertemuan
koordinasi sinyal (APILL) diharapkan bisa sebidang bercabang tiga, bercabang empat dan
mengurangi waktu tundaan (delay) dan dapat
4
pertemuan sebidang bercabang banyak melebihi 130 detik harus dihindari kecuali
(Saputro dkk., 2018). pada kasus sangat khusus (simpang
sangat besar), karena hal ini sering kali
menyebabkan kerugian dalam kapasitas
keseluruhan.
b. Kapasitas (C)
Menurut MKJI (1997) Kapasitas
didefinisikan sebagai arus lalu lintas
maksimum melalui suatu titik di jalan
yang dapat dipertahankan per satuan jam.
Kemampuan ruas jalan atau volume
dalam keadaan satuan waktu tertentu,
terhitung saat kendaraan melintasi ruas
Gambar 3 Konflik-konflik utama dan kedua jalan tertentu dalam kurun waktu per
pada persimpangan satuan jam kend/jam atau smp/jam.
(Sumber: MKJI, 1997) c. Derajat Kejenuhan (DS)
Menurut MKJI (1997) derajat
Kinerja Simpang kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai
Kinerja suatu simpang bersinyal rasio arus terhadap kapasitas, digunakan
merupakan tolak ukur penentu yang bekerja sebagai faktor utama dalam penentuan
pada suatu jaringan jalan dan terdapat faktor- tingkat kinerja simpang dan segmen jalan.
faktor yang menentukan, di dalam analisis Biasanya dihitung dalam satuan per jam.
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Derajat kejenuhan dihitung dengan
1997, ditentukan dengan parameter pokok menggunakan arus dan kapasitas
kinerja antara lain waktu siklus (c), kapasitas dinyatakan dalam (smp/jam). Derajat
(C), derajat kejenuhan (DS), Panjang antrian kejenuhan digunakan untuk analisa
(QL) dan Tundaan. perilaku lalu-lintas.
a. Waktu Siklus (c) d. Panjang antrian (QL)
Menurut MKJI (1997) waktu siklus Menurut MKJI (1997) yaitu panjang
adalah waktu untuk urutan lengkap dari antrian kendaraan dalam suatu pendekat
indikasi sinyal (sebagai contoh, diantara (m). Panjang antrian (QL) diperoleh dari
dua saat permulaan hijau yang berurutan hasil perkalian antrian (NQ) dengan luas
di dalam pendekat yang sama). rata-rata yang dipergunakan per smp
Tabel 1 Panjang Waktu Siklus Simpang (20m²) dan pembagian dengan lebar
Bersinyal masuk (Wmasuk).
Jumlah Panjang waktu siklus yang e. Tundaan (T)
Phase disarankan Menurut MKJI (1997) tundaan
2 40 – 80
adalah Waktu tempuh tambahan yang
3 50 – 100
4 80 - 130
diperlukan untuk melewati suatu simpang
(Sumber : MKJI, 1997) dibandingkan terhadap situasi tanpa
simpang. Berikut tundaan terbagi
Menurut MKJI (1997) nilai-nilai menjadi dua yaitu:
1) Tundaan lalu lintas (DT) adalah
yang lebih rendah dipakai untuk simpang
tundaan yang disebabkan oleh
dengan lebar jalan <10 m, nilai yang lebih pengaruh adanya interaksi lalu
tinggi untuk jalan yang lehih lebar. Waktu lintas terhadap kendaraan lain.
siklus lebih rendah dari nilai yang 2) Tundaan geometric (DG) adalah
disarankan, akan menyebabkan kesulitan tundaan yang disebabkan oleh
bagi para pejalan kaki untuk perlambatan dan percepatan untuk
menyeberang jalan. Waktu siklus yang
5
melewati fasilitas jalan atau secara dinamis mengubah pandangan dan
lengkung horizontal pada simpang. perspektif. VISSIM merupakan jaringan jalan
yang terdiri dari link konektor bukan link-node.
Tingkat Pelayanan (Level of Service) Program ini dapat menganalisis lalu lintas dan
Menurut MKJI (1997) adalah ukuran operasi perjalanan yang masih terkendala
kwalitatif yang yang mencerminkan perilaku seperti konfigurasi jalur, komposisi kendaraan,
pengemudi tentang kualitas berkendara dan sinyal lalu lintas dan halte sehingga
menerangkan kondisi operasional dalam arus membuatnya menjadi alat yang berguna untuk
lalu-lintas dan penilaiannya oleh pemakai jalan.
evaluasi berbagai alternatif berdasarkan
Pada umumnya dinyatakan dalam kecepatan,
rekayasa transportasi dan langkah-langkah
waktu tempuh, kebebasan bergerak, interupsi
lalu-lintas, keenakan, kenyamanan, dan perencanaan efektivitas (PTV-AG 2015, dalam
keselamatan. Basrin dkk., 2017)
Tingkat pelayanan adalah ukuran Analisis hasil software PTV VISSIM
kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan student version menampilkan beberapa
kondisi operasional lalu lintas (Peraturan parameter kinerja suatu simpang dengan tiga
parameter pokok yaitu panjang antrian (Qlen),
Mentri No 96 Tahun 2015).
tingkat pelayanan (LOS), dan tundaan simpang
Tabel 2 Tabel Klasifikasi Pelayanan Simpang
(VehDelay).
Tingkat Pelayanan Tundaan Kendaraan
A < 5 detik
B 5 – 15 detik 4. Metode Penelitian
C 15 – 25 detik Studi Literatur
D 25 – 40 detik Mengumpulkan beberapa refrensi sebagai
E 40 – 60 detik pijakan guna meminimalisir kesalahan dalam
F > 60 detik pelaksanaan, pengambilan data, analisis dan
(Sumber: Peraturan Mentri No.96, 2015) pemodelan.

Software PTV VISSIM Pengambilan Data


VISSIM merupakan simulasi Metode pengambilan data pada penelitian
Mikroskopis, berdasarkan waktu dan perilaku ini adalah secara survei lansung ataupun tidak.
yang dikembangkan untuk model lalu lintas Pengambilan data di ambil pada jam-jam
perkotaan. Sehingga membuat software ini puncak atau jam sibuk. Proses kebutuhan data
menjadi software yang berguna untuk terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data
mengevaluasi berbagai macam alternatif
sekunder. Data primer adalah Kebutuhan
rekayasa transportasi dan tingkat perencanaan
pengumpulan data primer ini berupa kondisi
yang paling efektif.
PTV VISSIM adalah perangkat lunak geometrik, lingkungan, dan arus lalu lintas
berbasis mikrosimulasi yang dikembangkan (menggunakan tenaga surveyor pada titik dan
untuk menganalisa karakteristik lalu lintas arah pergerakan yang sudah ditetapkan). Data
perkotaan, pejalan kaki, dan juga sistem sekunder yang dibutuhkan berupa sebuah peta
angkutan umum. Lebih khusus, Vissim dapat jaringan jalan sesuai dengan lokasi penelitian
digunakan untuk menganalisa aliran lalu lintas, dan data populasi penduduk kota berdasarkan
seperti konfigurasi jalur, komposisi lalu lintas, Biro Pusat Statistik (BPS).
pengoperasian transportasi umum, dan lain-lain
(PTV, 2012 dalam Misdalena 2019). Analisis Data
VISSIM menyediakan kemampuan Analisis data pada penelitian ini
animasi dengan perangkat tambahan dalam 3- menggunakan dua acuan pembeda yaitu
D. Simulasi jenis kendaraan (yaitu dari mobil Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997
penumpang, truk, kereta api dan kereta api sebagai hasil rekapitulasi survei lalu lintas dan
berat). Selain itu, klip video dapat direkam software PTV VISSIM sebagai hasil pemodelan
dalam program dengan kemampuan untuk simulasi lalu lintas. Dari kedua analisis tersebut
akan menghasilkan nilai analisis kinerja
6
simpang, kemudian dijadikan sebagai
pembanding.

Analisis Metode MKJI 1997


Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)
1997 merupakan paduan untuk menghitung
kapasitas dan perilaku lalu lintas pada segmen-
segmen jalan di Indonesia. perhitungan MKJI
1997 digunakan sebagai acuan untuk melihat
suatu kinerja simpang. Hasil yang diperoleh
dari analisis ini berupa derajat kejenuhan (DS),
panjang antrian (QL), dan tundaan (T).

Pemodelan PTV VISSIM


Memodelkan simpang bersinyal
berdasarkan data – data yang sudah diperoleh
dari hasil survei dan perhitungan seperti
geometrik, arus lalu lintas, dan kecepatan
kendaraan, kemudian memasukanya ke
program software PTV VISSIM (student
version). Hasil yang diperoleh dari pemodelan
ini berupa nilai panjang antrian (Qlen), tingkat
pelayanan (LOS) dan tundaan (VehDelay).
Gambar 4 Diagram Alir Penelitian
Perencanaan Alternatif
Pada tahap ini peneliti melihat hasil 5. Hasil dan Pembahasan
eksisting sebelumnya apakah sudah memenuhi Data Geometrik
kinerja simpang tersebut, kemudian peneliti Geometrik pada simpang bersinyal
merencanakan beberapa pemecahan masalah Gemangan, Sinduadi, Sleman Yogyakarta
dan diharapkan simpang dapat memaksimalkan Dengan empat pendekat yaitu Jl. Monjali
tingkat kinerja lalu lintas dan sesuai syarat – (Utara), Jl. Jembatan Baru UGM (Timur), Jl.
syarat di dalam peraturan. Nyi Tjondrolukito (Selatan), dan Jl. Jati
Mataram (Barat).
Pembahasan dan Kesimpulan
Setelah pengolahan data analisis dari
kedua parameter tersebut selesai. Maka
dilakukan pembahasan dari hasil-hasil, dan
kemudian menarik kesimpulan dari
perbandingan diantara kedua metode yaitu
MKJI 1997 dan software PTV VISSIM.
Berikut alur penelitian dijelaskan secara
ringkas dalam bentuk bagan alir (Flowchart)
pada Gambar 4.

Gambar 5 Kondisi Geometrik Simpang


7
Tabel 3 Data Geometrik
Pendekat (m) HV - UTARA
Nama Jalan Lebar Lebar Lebar 100 100
Pendekat Masuk Keluar 80

% Komulatif
77,007
Jl. Monjali 60
9,4 4,7 4,7 40
(Utara) 35,297
Jl. Jemb Baru 20 16,580
11,2 5,6 5,6
UGM (Timur) 0
Jl. Nyi 24 28,9 32,2 35
Tjondrolukito 9,4 4,7 4,7 Kecepatan
(Selatan) Gambar 7 Grafik Kecepatan HV Utara
Jl. Jati Mataram
12,2 5,6 6,6
(Barat)
LV - UTARA
Volume Arus Lalu Lintas 100 100
Data hasil survei volume lalu lintas di 80 78,148 78,148

% Komulatif
lapangan pada pagi pukul 06:00 - 08:00 WIB, 60 57,979
siang pukul 12:00 - 14:00 WIB, dan sore pukul 40
16:00 - 18:00 WIB. Didapatkan perbandingan 20
volume jam puncak dalam satuan kend/jam 0
sebagai berikut. 27 28,75 29,95 31
Kecepatan

Gambar 8 Grafik Kecepatan HV Utara

MC - UTARA
100 100
80 77,208
% Komulatif

60
40
35,114
20 35,114
0
23 26,55 28,95 31
MC -…
Gambar 6 Grafik Volume Jam Puncak Kecepatan
Gambar 9 Grafik Kecepatan HV Utara
Volume jam puncak (VJP) diketahui pada
pukul 16:30 - 17:30 dengan total volume Analisis Kinerja Simpang MKJI 1997
kendaraan mencapai 7720 kend/jam. Berikut tahapan perhitungan kinerja
simpang bersinyal untuk kondisi eksisting
Kecepatan Kendaraan berdasarkan metode MKJI 1997.
Data kecepatan diperlukan untuk a. Menentukan Volume Jam Puncak
kebutuhan analisis pemodelan menggunakan Analisis data diambil pada periode
software PTV VISSIM 10.00-11 dengan jam tersibuk yaitu 16:30 - 17:30 WIB,
menggunakan alat Speed gun, metode dengan volume 7720 kend/jam.
pengambilan data yaitu menembakan lansung Menurut MKJI (1997) arus lalu
pada setiap jenis kendaraan yang melewati lintas (Q) kend/jam pada setiap gerakan
simpang. Didapatkan data kecepatan dan (belok kiri QLT, lurus QST, dan QRT)
persentase komulatif sebagai berikut. dikonversikan dari kendaraan per jam
menjadi satuan mobil penumpang (smp)
per jam dengan menggunakan ekivalen
kendaraan penumpang (emp) untuk
8
kondisi terlindung dan terlawan bisa 4) Arus jenuh (S) ditentukan dengan
dilihat pada Tabel 4 dan hasil analisis mengalikan arus jenus dasar (So)
pada Tabel 5. dengan faktor koreksi/penyesuaian
Q = (QLV × empLV) yaitu faktor penyesuaian ukuran
+ (QHV × empHV) kota (FCS), hambatan samping
+ (QMC × empMC) (FSF), penyesuaian kelandaian (FG),
penyesuaian parkir (FP), faktor
Tabel 4 Ekivalen Kendaraan Penumpang penyesuaian belok kiri (FLT), faktor
Jenis Emp tipe pendekat penyesuaian belok kanan (FRT)
Kendaraan Terlindung Terlawan dijelaskan pada Tabel 7 dengan
Kendaraan
1,0 1,0
persamaan:
Ringan (LV)
Kendaraan S = So × FCS × FSF × FG × FP × FRT × FLT
1,3 1,3
Berat (HV)
Sepeda Motor
0,2 0,4 Tabel 7 Hasil Analisis Arus Jenuh Pada
(MC)
Pendekat Barat.
(Sumber: MKJI, 1997)
Faktor-Faktor
Nilai
Penyesuaian
Tabel 5 Hasil Perhitungan Ekivalen Kendaraan
So (smp/jam) 3960
Penumpang Setiap Pendekat
Kendaraan Bermotor Total
FCS 1,05
Kode MV FSF 0,95
Periode FG 1
Pende Smp/jam
Waktu Kend/ FP 1
kat Terlindu Terlaw
jam FRT 1,1
ng an
U 2112 867 1179 FLT 0,98
16:30 – T 2016 903 1182 Arus Jenuh (S)
17:30 S 2148 840 1168
4079
(smp/jam)
B 1409 491 720
c. Menghitung Kinerja Simpang
b. Memasukan Data Analisis Beberapa parameter yang di
Data masukan yang diperlukan analisis dalam penentuan kinerja suatu
dalam proses analisis antara lain: simpang menurut MKJI 1997 sebagai
1) Data Geometrik bisa dilihat pada berikut:
Gambar 5 dan Tabel 3. 1) Kapasitas (C)
2) Data arus lalu lintas jam puncak Kapasitas simpang adalah
yang sudah dikonversikan ke dalam kemampuan dimana simpang dapat
satuan mobil penumpang (smp) menampung arus lalu lintas
3) Rasio kendaraan berbelok PLT dan maksimum persatuan waktu
PRT bisa dilihat pada Tabel 6 dinyatakan dalam smp/jam.
dengan persamaan: C= S × g/c
LT(smp/jam) = 4079 × 14/110
PLT=
Total (smp/jam) = 519 smp/jam
RT(smp/jam) 2) Derajat Kejenuhan (DS)
PRT=
Total (smp/jam) Derajat kejenuhan adalah
rasio arus lalu lintas terhadap
Tabel 6 Data Rasio Kendaraan Berbelok kapasitas, yang digunakan sebagai
Kode Rasio Belok faktor utama dalam melihat kinerja
Pendekat PLT PRT simpang.
U 0,36 0,07 DS = Q/C
T 0,09 0,52 = 491/519
S 0,15 0,17 = 0,945
B 0,13 0,21

9
Tabel 8 Hasil Analisis Kapasitas dan Derajat Untuk nilai (NQmax)
Kejenuhan diperoleh menggunakan grafik dari
Arus Kondisi MKJI 1997. Dengan
Lalu Eksisting menghubungkan nilai NQ dan
Kode
Lintas probabilitas overloading POL (%).
Pendek (C) (DS)
(Q) Untuk perencanaan dan desain
at (g) (c)
smp/ja digunakan POL < 5% sedangkan
m
untuk operasional atau kinerja POL
U 867 30 736 1,178
5 – 10%.
T 903 36 1226 0,736
110 Diketahui NQmax:
S 840 26 678 1,240
B 491 14 519 0,945 NQmax=27 meter
Perhitungan panjang antrian
3) Panjang Antrian (QL) (QL) diambil pada pendekat barat
Data hasil perhitungan derajat dengan persamaan berikut:
kejenuhan (DS), kemudian QL = NQmax × (20/Wmasuk)
digunakan sebagai perhitungan = 27 × (20/6,6)
jumlah antrian (NQ1) yaitu = 82 m
kendaraan yang tersisa dari fase
hijau sebelumnya. Tabel 9 Hasil Analisis Panjang Antrian
Untuk DS > 0,5: Kode Jumlah Antrian Kendaraan
(QL)
Pendekat NQ1 NQ2 NQtot NQmax
NQ1= 0,25 × C × U 69,2 28,4 97,6 121,1 515
8 × (DS - 0,5) T 0,9 24,4 25,3 33,1 118
(DS - 1) + (DS - 1)2 + S 84,2 27,7 112,0 138,3 589
C
B 5,8 14,9 20,6 27,0 82
Untuk DS < 0,5: NQ1 = 0
4) Tundaan (D)
Pendekat barat: Perhitungan tundaan terbagi
NQ1 = 0,25 × 519 × menjadi dua yaitu tundaan lalu
8×(1,945-0,5) lintas rata-rata (DT) dan tundaan
(0,945-1)+ (0,945-1)2 + geometri (DG).
519
a) Tundaan Lalu Lintas (DT)
= 5,8 smp NQ1×3600
DT = c × A +
C
Data hasil perhitungan derajat 5,8×3600
kejenuhan (DS), kemudian = 110 × 0,433 +
519
digunakan sebagai perhitungan = 87,6 det/smp
jumlah antrian (NQ2) yaitu jumlah
antrian kendaraan yang datang b) Tundaan Geometri (DG)
selama fase merah. DGj = (1-Psv) × PT
1-GR Q
NQ2 = c × × × 6 + (Psv×4)
1-GR×DS 3600 = (1-1,239) × 0,34
1-0,127 491 × 6 + (1,239×4)
NQ2= 110 × ×
1-0,127×0,945 3600 = 4,5 det/smp
= 14,9 smp
Menghitung analisis tundaan
Perhitungan NQtotal kondisi rata-rata (D) dan tundaan total
eksisting diambil pada pendekat kondisi eksisting:
bagian barat dengan persamaan: Tundaan rata-rata (D):
NQtotal = NQ1+NQ2 D= DT+DG
= 5,8 + 14,9 D= 87,6+4,5
= 20,6 smp D= 92,1 det/smp
10
Tundaan total: b. Jaringan Jalan (Link and Connector)
Dtot= D×Q membuat jaringan jalan yaitu link dan
Dtot= 92,1×491 connector jalan sesuai dengan keadaan
Dtot= 45169 det/smp dilapangan.

Tabel 10 Hasil Analisis Tundaan


Kode Tundaan D
Pendek rata-
at DT DG D Dtot
rata
U 381,2 7,4 388,6 336941
T 35,4 3,9 39,3 35517
271
S 429,6 9,9 502,5 422311
B 87,6 4,5 92,1 45169
Tingkat Pelayanan Simpang F
Gambar 11 Link and Connector
Penilaian kualitas kinerja suatu
c. Rute perjalanan (Vehicle Routes)
simpang itu mengacu kepada parameter
membuat rute perjalanan yaitu arus
derajat kejenuhan (DS) yang dimana dari
pergerakan kendaraan atau lalu lintas
hasil analisis perhitungan menunjukan
yang akan lewat berasal dari utara, timur,
nilai DS > 0,85 atau hampir lewat-jenuh
selatan dan barat.
sehingga kondisi simpang empat
bersinyal Gemangan, Yogyakarta masih
belum layak dalam memenuhi
persyaratan pelayanan operasional.

Pemodelan Software PTV VISSIM


Pemodelan simulasi yang dilakukan
melalui software VISSIM student version
membutuhkan data-data input seperti data
geometrik, data arus lalu lintas jam puncak, Gambar 12 Vehicle Routes
kecepatan kendaraan dan peta satelit lokasi
penelitian. Hasil output yang dihasilkan berupa d. Jenis Kendaraan (2D/3D Models)
suatu kinerja atau operasional simpang. Berikut memasukan kendaraan ke dalam
beberapa tahapan-tahapan pokok yang program VISSIM di sesuaikan dengan
diringkas dalam pemodelan VISSIM 10.00-11 jenisnya masing-masing berdasarkan
yaitu: hasil pengambilan data survei lapangan
a. Peta jaringan jalan (Input Background) kemudian di kelompokan sesuai jenisnya.
memasukan Background image sesuai
dengan lokasi penelitian pada pemodelan
yaitu simpang bersinyal Gemangan,
Sinduadi, Sleman, Yogyakarta.

Gambar 13 Memasukan Jenis Kendaraan

e. Tipe kendaraan (Vehicle Types) pada


pengisian Vehicle Types disesuaikan
Gambar 10 Tampilan Background Map dengan yang sudah ditentukan. Beberapa
Pada Lokasi Penelitian parameter yang terdapat pada menu ini
yaitu: kategori kendaraan, vehicle
11
models, color, acceleration/deceleration,
capacity, occupancy dan lainya.

Gambar 16 Desired Speed Distribution

Gambar 14 Vehicle Types h. Komposisi kendaraan (Vehicle


Compositions) Tipe kendaraan, data
f. Kelas kendaraan (Vehicle Classes) kecepatan dan rasio belok di input ke
setelah menggabungkan kendaraan dalam Vehicle Compositions.
berdasarkan karakteristik mengemudi
teknis serupa berdasarkan jenis
kendaraan (vehicle types), kemudian
diklarifikasikan jenis kendaraan.

Gambar 17 Vehicle Compositions


Gambar 15 Vehicle Classes
i. Memasukan volume lalu lintas (Vehicle
Input) pada setiap lengan dari volume jam
g. Data kecepatan kendaraan (Desired
puncak yang sudah di dapatkan
Speed Distribution) data hasil survei
berdasarkan hasil survei.
kecepatan kendaraan menggunakan alat
Speedgun¸ di input ke dalam Desired
Speed Distribution.

Gambar 18 Memasukan Volume


Kendaraan
12
j. Pengaturan waktu siklus (Signal l. Menentukan area analisis (Nodes)
Controllers) memasukan data waktu membentuk secara polygon pada area
siklus seperti waktu hijau, kuning dan all simpang yang ditinjau guna mengetahui
red pada kondisi eksisting. hasil analisis kinerja simpang.

Gambar 21 Membuat Nodes


Gambar 19 Mengatur Waktu Siklus
m. Menjalankan proses analisis
k. Perilaku pengemudi (Vehicle Behaviors) (Simulations) setelah semua keperluan
mengatur perilaku pengendara dijalan data untuk di input sudah selesai maka
dalam mengambil sebuah inisiatif. dijalankan proses simulasi sebgai berikut.

Gambar 20 Vehicle Behaviours Gambar 22 Proses Simulasi

Tabel 11 Hasil Simulasi Kondisi Eksisting


LOS VehDelay
Movement QLen QLenMax
(All) (All)
Jl. Monjali – Jl. Jemb Baru UGM 182,36 231,21 F 189,0
Jl. Monjali – Jl. Nyi Tjondrolukito 182,36 231,21 F 187,4
Jl. Monjali – Jl. Jati Mataram 182,36 231,21 F 193,8
Jl. Jemb Baru UGM – Jl. Nyi Tjondrolukito 108,99 147,09 F 112,4
Jl. Jemb Baru UGM – Jl. Jati Mataram 108,99 147,09 F 129,3
Jl. Jemb Baru UGM – Jl. Monjali 108,99 147,09 F 113,8
Jl. Nyi Tjondrolukito – Jl. Jati Mataram 199,99 287,77 F 155,5
Jl. Nyi Tjondrolukito – Jl. Monjali 199,99 287,77 F 184,1
Jl. Nyi Tjondrolukito – Jl. Jemb Baru UGM 199,99 287,77 F 185,8
Jl. Jati Mataram – Jl. Monjali 83,43 114,27 F 211,0
Jl. Jati Mataram – Jl. Jemb Baru UGM 83,43 114,27 F 203,0
Jl. Jati Mataram – Jl. Nyi Tjondrolukito 83,43 114,27 F 221,8
Rata – Rata 143,5 287,77 F 170,0

Perencanaan Alternatif masalah tersebut maka direncanakan beberapa


Dari hasil analisis kedua standar acuan alternatif permasalahan guna memperkecil
menunjukan kinerja kondisi eksisting pada tingkat kekurangan dan diharapkan bisa
simpang bersinyal Gemangan, Yogyakarta memperbaiki system kinerja simpang.
kurang layak atau belum memenuhi syarat a. Alternatif 1 (Perancangan Ulang Waktu
operasional simpang. Untuk memperkecil Siklus).
13
Pada perancangan ulang waktu Analisis Hubungan DS (MKJI 1997) dan
siklus nilai perancanaan yang disesuaikan Delay (PTV VISSIM)
yaitu waktu hilang (LTI), Hubungan analisis MKJI 1997 dan PTV
mengoptimalkan waktu hijau (g) di setiap VISSIM diperlukan untuk melihat seberapa
pendekat, dan waktu siklus disesuaikan pendekatan nilai diantara kedua analisis
(c). Hasil analisis kinerja simpang untuk tersebut. Dengan menggunakan pendekatan
metode MKJI 1997 dan PTV VISSIM di analisis regresi.
jelaskan dalam Tabel 12. Nilai parameter yang digunakan sebagai
analisis regresi masing-masing metode adalah
Tabel 12 Data Hasil Analisis Alternatif 1 derajat kejenuhan (DS) pada MKJI 1997 dan
Periode Standar Hasil Analisis tundaan (VehDelay) pada PTV VISSIM.
Waktu Acuan Parameter Nilai Analisis menggunakan rumus regresi sederhana
DS 1,007 yaitu regresi variable tunggal. Data analisis
QL ditampilkan pada Gambar 23 dan Gambar 24.
MKJI 210
(meter)
1997
D
16:30
(det/smp)
124 Kurva Regresi
s/d 180
LOS F
17:30
QLen 170
PTV 138 y = 205,5x - 46,625
(meter)

Delay
VISSIM 160 R² = 0,7205
VehDelay
153,4
(det/skr) 150

140
b. Alternatif 2 (Penambahan Lebar Efektif 0,9 0,95 1 1,05
We dan Perancangan Ulang Waktu Derajat Kejenuhan
Siklus).
Gambar 23 Grafik Regresi Penentuan
Perhitungan alternatif 2 adalah
Tundaan (Delay)
penambahan lebar efektif (We) pada
lengan utara 0,8 m dan lengan selatan 0,8
m, sedangkan lengan timur dan barat Kurva Regresi
tidak ada mengalami perubahan. 1,05
Derajat Kejenuhan

Kemudian merancang ulang waktu siklus


setelah seperti perancangan pada 1
y = 0,0035x + 0,439
alternatif sebelumnya. Hasil analisis R² = 0,7205
0,95
kinerja simpang metode MKJI 1997 dan
PTV VISSIM di jelaskan dalam Tabel 13. 0,9
140 150 160 170 180
Tabel 13 Data Hasil Analisis Alternatif 2 Delay
Periode Standar Hasil Analisis Gambar 24 Grafik Regresi Penentuan
Waktu Acuan Parameter Nilai Derajat Kejenuhan (DS)
DS 0,926
QL
MKJI 112 Perbandingan Analisis MKJI 1997 dengan
(meter)
1997 PTV VISSIM
D
16:30 59 Perbandingan hasil analisis dari kedua
(det/smp)
s/d acuan yang digunakan dalam perhitungan
LOS F
17:30 kinerja simpang yaitu Manual Kapasitas Jalan
QLen
PTV 136 Indonesia (MKJI) 1997 dan Software PTV
(meter)
VISSIM VISSIM. Dapat dilihat perbandingan kinerja
VehDelay
144,9 operasional simpang pada Tabel 14
(det/skr)

14
Tabel 14 Perbandingan Analisis Kinerja Simpang MKJI 1997 dan PTV VISSIM
MKJI 1997 PTV VISSIM
Panjang
Periode Derajat Panjang Tingkat
Kondisi Antrian Tundaan Tundaan
Waktu Jenuh Antrian Pelayanan
(QL) (D) (VehDelay)
(DS) (Qlen) (LOS)
(m)

Eksisting 1,025 326 271 144 170 LOS_F


16:30
s/d Alternatif 1 1,007 210 124 138 153 LOS_F
17:30
Alternatif 2 0,926 112 59 136 145 LOS_F

6. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi kinerja simpang empat 112 m, dan tundaan simpang sebesar 59
bersinyal Gemangan, Sinduadi, Sleman, det//smp.
Yogyakarta. Dapat ditarik kesimpulan sebagai f. Hasil analisis metode PTV VISSIM
berikut: alternatif yang paling efektif adalah
a. Hasil analisis kinerja simpang metode alternatif 2 dangan tingkat pelayanan
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) (LOS_F), Panjang antrian rata-rata (Qlen)
1997 kondisi eksisting operasional sebesar 136 m, dan tundaan simpang
simpang menunjukan nilai DS > 0,85 (VehDelay) sebesar 145 det/skr.
hampir lewat-jenuh (DS > 0,85), dengan g. Analisa perbandingan hasil dari kedua
panjang antrian rata-rata (QL) sebesar metode yaitu Manual Kapasitas Jalan
326 m, dan tundaan simpang (D) sebesar Indonesia (MKJI) 1997 dan PTV VISSIM
271 det/smp. student version yang berbeda-beda akibat
b. Hasil analisis kinerja simpang melalui beberapa faktor pengaruh antara lain:
pemodelan PTV VISSIM pada kondisi 1) Perbedaan kapasitas pada simpang
eksisting menunjukan tingkat pelayanan yang mengakibatkan meningkatkan
(LOS_F), Panjang antrian rata-rata (Qlen) derajat kejenuhan dari proporsi
sebesar 144 m, dan tundaan simpang kendaraan yang lewat. untuk
(VehDelay) sebesar 170 det/skr. metode MKJI 1997 analisis kinerja
c. Perbandingan hasil analisis dari kedua jam puncak melalui konversi nilai
acuan yaitu Manual Kapasitas Jalan ekivalen mobil penumpang (emp)
Indonesia (MKJI) 1997 dan software PTV untuk kendaraan berat (HV),
VISSIM menunjukan hasil yang kurang kendaraan ringan (LV) dan sepeda
layak, terukur dari kapasitas simpang motor (MC), sedangkan metode
yang tidak sebanding dengan arus lalu VISSIM menggunakan data volume
lintas sehingga menyebabkan derajat kend/jam tanpa ada konversi satuan
jenuh meningkat. Maka dari itu ke smp/jam.
direncanakan beberapa alternatif yang 2) Salah satu faktor dari versi
nantinya diharapkan bisa memperkecil program, dimana peneliti
angka kejenuhan simpang. menggunakan PTV VISSIM 11.00-
d. Alternatif permasalahan kinerja simpang 10 student version yaitu yang hanya
bersinyal Gemangan, Yogyakarta terbagi dapat mensimulasikan program
menjadi dua yaitu alternatif 1 selama 10 menit atau kend/10',
(perancangan ulang waktu siklus) dan dengan mengevaluasi dalam per
alternatif 2 (penambahan lebar efektif dan satuan kend/jam dalam MKJI 1997.
perancangan ulang waktu siklus). 3) Hasil yang mempengaruhi juga
e. Hasil analisis metode MKJI 1997 berdasarkan program PTV VISSIM
alternatif yang paling efektif adalah yang mensimulasikan kendaraan
alternatif 2 dangan nilai DS sebesar 0,926 kondisi lapangan dan dapat
panjang antrian rata-rata (QL) sebesar melakukan penyesuaian perilaku
15
pengendara (Driving Behaviors) perencanaan ulang waktu siklus dan
sehingga hasil simulasi bisa berbeda penambahan lebar efektif.
dengan kondisi dilapangan. e. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan
h. Dapat dilihat besarnya nilai DS > 0,85 peneliti melakukan evaluasi simpang
pada simpang Gemangan, di simpulkan tersebut setelah selesai pembangunan
bahwa kapasitas simpang tersebut cukup proyek underpass khentungan, karena
kecil dari pada arus lalu lintas yang dapat berpengaruh terhadap dampak arus
ditampung, sehingga mengakibatkan nilai lalu lintas yang masih belum stabil.
derajat kejenuhan cukup tinggi dan
berakibat penumpukan/tundaan yang 8. Daftar Pustaka
tinggi pula. Bimaputra, A., Bemby, W.G.W.,Wahyudi, K.,
i. Sebagai tambahan disimpulkan bahwa Wicaksono, Y.I., 2017, Analisis Kinerja
pengaruh besarnya tundaan pada simpang dan Ruas Jalan di Kawasan Pahlawan,
Gemangan, Yogyakarta juga bisa terjadi Kota Bandung. Jurnal Karya Teknik Sipil.
karena adanya pengaruh proses 6(3), 45-55.
pembangunan underpass khentungan Rahman, A., 2016. Perencanaan Simpang
yang berada dibagian timur laut atau Jl. Empat Bersinyal Pasar Lemabang Kota
Kaliurang, yang menghubungkan ke Jl. Palembang Dengan Program Simulasi
Jemb Baru UGM dan bagian sebelah utara Vissim. Jurnal Penelitian Dan Kajian
Jl. Monjali sehingga berdampak pada Bidang Teknik Sipil, 5(1), 1-12.
kondisi arus lalu lintas yang terbilang Pradana, M. F., Budiman, A., dan Robekha, N.
belum cukup stabil. 2017. Analisis Kinerja Simpang
Bersinyal pada Simpang Ciruas Serang.
7. Saran Jurnal Teknika, 12(2), 375-386.
Berikut beberapa saran dari hasil Utomo, R.B., Yulianyahya, R.W., dan Fauziah,
penelitian menggunakan Manual Kapasitas M., 2016. Evaluasi Perilaku Lalu Lintas
Jalan Indonesia (MKJI) 1997 dan software PTV pada Simpang dan Koordinasi Antar
VISSIM yang dilakukan pada simpang bersinyal Simpang (Studi Kasus: Simpang Stasiun
Gemangan, Yogyakarta yaitu: Prambanan – Simpang Taman Wisata
a. Pada penelitian selanjutnya diharapkan Candi). Jurnal Teknisia, 21(1), 163-172.
menggunakan peraturan yang lebih Rumayar, A. L. E., dan Lefrandt L. I. R.,
terbaru dari Manual Kapasitas Jalan (2018). Analisis Simpang Tak Bersinyal
Indonesia (MKJI) 1997 yang sudah dapat Dengan Bundaran (Studi Kasus:
menyesuaikan kondisi dan teknologi saat Bundaran Tugu Tololiu Tomohon).
ini. Sehingga dapat dikontrol dangan Jurnal Sipil Statik, 6(6), 423-430.
pemodelan software VISSIM. Lubis, R. I. dan Surbakti, M.S. 2016. Analisa
b. Evaluasi sangatlah penting terutama dari Arus Jenuh dan Panjang Antrian pada
pihak instansi pemerintah dalam Simpang Bersinyal dan Mikro Simulasi
meningkatkan kinerja lalu lintas, terkait Menggunakan Software Vissim (Studi
kondisi simpang Gemangan, Sinduadi, Kasus: Simpang Hotal Danau Toba
Sleman, Yogyakarta dikarenakan pada Internasional dan Simpang Karya Wisata
jam-jam sibuk terjadi tundaan yang cukup di Kota Medan). Jurnal Teknik Sipil USU,
besar. 6(1), 1-10.
c. Pada penelitian selanjutnya diharapkan Baafi, E.N., Adams, C.A., Osei, K.K., 2018,
menggunakan Software PTV VISSIM full Volume waran untuk jalur lalu lintas
version atau berlisensi, supaya nilai yang berbelok kiri dan jalan utama di
dihasilkan lebih baik dan lebih akurat lagi persimpangan-persimpangan: Studi kasus
dari Software PTV VISSIM student menggunakan pemodelan VISSIM.
version. Journal of Traffic and Transportation
d. Dalam upaya meningkatkan kinerja pada Engineering. 5(5), 417-428.
simpang Gemangan, perlu dilakukan Irawan, M.Z., dan Putri, N.H., 2015. Kalibrasi
beberapa alternatif/skenario seperti Vissim Untuk Mikrosimulasi Arus Lalu
16
Lintas Tercampur Pada Simpang Penyempitan Jalan Akibat
Bersinyal (studi kasus: Simpang Tugu, Pembangunan Fly Over Simpang
Yogyakarta). Jurnal Penelitian Surabaya Tahun 2016 Menggunakan
Transportasi Multimoda. 13(3), 97-106. Software Vissim 8.0. Jurnal Teknik Sipil
Sriharyani, L., dan Hadijah, Ida., 2017. Analisis Universitas Syiah Kuala, 6(2), 183-194.
Kinerja Simpang Bersinyal Diponegoro Misdalena, F., 2019. Evaluasi Kinerja Simpang
Sudut Polres Kota Metro. Tapak Jurnal. Bersinyal Simpang Jakabaring
7(1), 7-17. Menggunakan Program Microsimulator
Bawangun, V., Sendow, T.K., Elisabeth, L., Vissim 8.00. Jurnal Desiminasi
2015. Analisis Kinerja Simpang Tak Teknologi, 6(1), 35-41.
Bersinyal Untuk Simpang Jalan W.R. Basrin, D., Sugiarto., dan Anggraini, R., 2017.
Supratman dan Jalan B.W. Lapian di Kota Studi Tingkat Pelayanan Simpang
Manado. Jurnal Sipil Statik. 3(6), 422- Tujuh Ulee Kareng Dengan
434. Merencanakan Bundaran (Roundabout)
Budiman, A., Intari, D. E., dan Mulyawati, D. Menggunakan Pendekatan Metode
2016. Analisa Kinerja Simpang Bersinyal Simulasi Vissim 6.00-02. Jurnal Teknik
Pada Simpang Boru Kota Serang. Jurnal Sipil Universitas Syiah Kuala. 1(1), 17-
Fondasi, 5(2), 1-11. 28.
C. Jotin Khisty & B. Kent Lall.(2005). Dasar-
dasar Rekayasa Transportasi Jilid I.
Jakarta: Erlangga.
Saputro, T.L., Putri, A.P., Suryaningsih, A.,
Putri, Z.S., dan Salahuddin, M., 2018.
Kajian Simpang Tiga Tak Bersinyal
Kariangau KM. 5,5 Kelurahan Karang
Joang Balikpapan Utara Menggunakan
Permodelan Vissim menjadi Simpang
Bersinyal. Jurnal Teknologi Terpadu,
6(1), 36-43.
Ansusanto, J. D., dan Tanggu, S. 2016. Analisis
Kinerja Dan Manajemen Pada Simpang
Dengan Derajat Kejenuhan Tinggi.
Dinamika Rekayasa, 12(2), 79-86.
Bina Marga, 1997, Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI), Badan Penerbit
Pekerjaan Umum, Jakarta.
Haryadi, D., Tajudin, I., dan Muchlisin., 2017,
Modul Pembelajaran Traffic Micro-
Simulation Program PTV. VISSIM 9,
Laboratorium Transportasi dan Jalan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 1993, Tentang
Prasarana dan Lalu Lintas Jalan.
Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009,
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 96
Tahun 2015, Tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas.
Faisal, R., Sugiarto., dan Syara, A., 2017.
Simulasi Arus Lalu Lintas Pada Segmen
17

Anda mungkin juga menyukai