Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LANDASAN TEORI


1.1.1 Sifat Koligatif Larutan
Sifat koligatif menggambarkan sifat larutan yang tidak bergantung
terhadap jenis zat terlarut melainkan bergantung kepada banyaknya
partikel zat terlarut dalam larutan. Sifat koligatif terbagi atas sifat kologatif
larutan elektrolit dan non elektrolit. Pembagian tersebut dikarenakan
jumlah zat terlarut pada larutan elektrolit lebih banyak daripada non
elektrolit akibat adanya ion-ion yang terurai. Apabila suatu larutan murni
ditambahkan zat terlarut seperti gula, maka akan terjadi perubahan sifat
larutan tersebut. Perubahan yang terjadi meliputi penurunan tekanan uap,
kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis. Perubahan
sifat tersebut bergantung kepada jumlah partikel yang dilarutkan dalam
larutan (Rusdiani, dkk. 2017).
1.1.2 Titik Beku dan Penurunan Titik Beku
Titik beku larutan merupakan temperatur pada waktu larutan
setimbang dengan pelarut padatnya. Titik beku larutan juga dapat
dikatakan sebagai suhu pada waktu tekanan uap larutan sama dengan
tekanan uap pelarut padat murni. Jika jumlah partikel zat terlarut dalam
suatu larutan semakin banyak, maka titik beku larutan akan semakin
menurun. Titik beku dari suatu larutan pasti lebih rendah daripada titik
beku pelarut murninya. Titik beku larutan dapat diperhatikan pada saat
kristal-kristal pertama kali tercipta yang menunjukan kesetimbangan
dengan larutan. Pada pelarut encer, penurunan titik beku berbanding lurus
dengan banyaknya molekul dari zat yang dilarutkan dalam massa tertentu
pelarut (Putri, dkk., 2016).
1.1.3 Kalorimeter
Kalorimeter merupakan alat yang dipakai dalam penentuan
kapasitas kalor, kapasitas kalor laten, dan kapasitas kalor jenis. Wadah dari
kalorimeter tercipta dari logam yang dilapisi oleh bahan isolator guna
mencegah lenyapnya kalor dari wadah menuju ke lingkungan. Prinsip
kerja dari kalorimeter adalah mengukur perubahan suhu dan perkiraan
kapasitas kalor, walaupun umumnya kapasitas tersebut dapat dihiraukan.
Jumlah dari banyaknya kalor yang dilepas oleh air panas akan sebanding
dengan banyaknya kalor yang diterima air dingin dan kalorimeter
(Noviyanti & Hufri, 2020).
1.1.4 Sifat Fisika dan Kimia Asam Asetat
Sifat fisika dari asam asetat di antaranya; (1) mempunyai berat
molekul sebesar 60,05 g/mol, (2) mempunyai densitas sebesar 1,049
g/cm3, (3) mempunyai titik didih sebesar 118,1ºC, (4) mempunyai titik
beku sebesar 16,6ºC (Dewi & Farera, 2011). Asam asetat atau CH 3COOH
mempunyai wujud cairan tidak berwarna atau kristal (Gunawan dkk.,
2012). Sifat kimia dari asam asetat yaitu asam asetat cair merupakan
pelarut polar (protik hidrofilik), mempunyai konstanta dielektrik sedang
sebesar 6,2 yang dapat melarutkan senyawa polar dan non polar dan
bersifat korosif terhadap sejumlah logam (Aziz dkk, 2018).
1.1.5 Sifat Fisika dan Kimia Naftalena
Naftalena atau C10H8 mempunyai beberapa sifat fisika di antaranya;
(1) berwujud kristal padat dan berwarna putih, (2) dapat berubah wujud
dengan menyublim, (3) tidak larut dalam pelarut air atau bersifat polar, (4)
daya hantarnya kurang baik, (5) bersifat non magnetik, (6) mempunyai
titik didih sebesar 218ºC, (7) titik leleh 80,26ºC. Sifat kimia dari naftalena
yaitu bersifat volatil atau mudah menguap walaupun pada bentuk padatan
dengan uapnya yang dihasilkan bersifat mudah terbakar. Naftalena
merupakan salah satu kelompok senyawa PAH dominan yang terkandung
pada minyak bumi (Fitritda dkk., 2020).
1.2 TUJUAN
1.2.1 Menentukan tetapan penurunan titik beku molal suatu pelarut.
1.2.2 Menentukan Mr senyawa atau zat terlarut non elektrolit.
BAB II

METODE PERCOBAAN

II.1 ALAT

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan adalah tabung, tabung Y,


termometer, termometer, gelas arloji dan gelas ukur.

II.2 BAHAN

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan adalah air, es batu, asam


asetat glasial, naftalena, zat X, dan NaCl.

II.3 CARA KERJA

II.3.1 Persiapan

Tabung disiapkan dengan diisi menggunakan air dan es batu. Tabung


yang sudah diisi, kemudian ditambahkan NaCl tiga hingga empat sendok. Tabung
kemudian diaduk untuk meratakan panas. Sebanyak 20 mL asam asetat glasial
dimasukan ke dalam tabung Y yang telah dipasang termometer dengan
diposisikan termometer berada di tengah larutan. Suhu awal dari asam asetat
dicatat. Tabung Y kemudian dimasukan ke dalam tabung yang sudah diisi oleh
air, es batu, dan NaCl. Suhu larutan kemudian dapat dicatat setelah stopwatch
dinyalakan pada waktu 2,5; 5; 7,5; 10; 15; 20; dan 25 menit sambil diaduk.
Setelah dicatat, Tf asam asetat dapat ditentukan.

II.3.2 Penentuan tetapan penurunan titik beku molal

Asam asetat yang terdapat pada tabung Y di percobaan II.3.1 ditunggu


hingga berbentuk cairan kembali. Sebanyak 1,28 g Naftalena kemudian dilarutkan
ke dalam tabung Y yang berisi asam asetat glasial cair. Tabung Y kemudian
dimasukan ke dalam tabung yang sudah diisi oleh air, es batu, dan NaCl. Suhu
awal dari larutan dicatat. Suhu larutan kemudian dapat dicatat setelah stopwatch
dinyalakan pada waktu 2,5; 5; 7,5; 10; 15; 20; dan 25 menit sambil diaduk.
Setelah dicatat, Tf larutan dan harga Kf dapat ditentukan.

II.3.2 Penentuan Mr Zat X

Asam asetat dan Naftalena yang terdapat pada tabung Y di percobaan


II.3.2 ditunggu hingga menjadi cair dan suhu awalnya dicatat. Sebanyak 1,00 g zat
X yang telah ditimbang dan ditaruh pada gelas arloji dilarutkan ke dalam tabung
Y yang berisi asam asetat glasial cair dan naftalena. Tabung Y kemudian
dimasukan ke dalam tabung yang sudah diisi oleh air, es batu, dan NaCl. Apabila
es batu dalam tabung sudah mencair, tabung dapat ditambahkan dengan es batu
kembali. Suhu awal dari larutan dicatat. Suhu larutan kemudian dapat dicatat
setelah stopwatch dinyalakan pada waktu 2,5; 5; 7,5; 10; 15; 20; dan 25 menit
sambil diaduk. Setelah dicatat, Tf, ∆Tf, dan Mr Zat X dapat ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, T., Johan, M. E. G., & Sri, D. (2018). Pengaruh jenis pelarut, temperatur
dan waktu terhadap karakterisasi pektin hasil ekstraksi dari kulit buah naga
(Hylocereuspolyrhizus). Jurnal Teknik Kimia, 24(1), 17-27.

Dewi, T. K., & Farera, V. (2011). PENGARUH TEMPERATUR, WAKTU


PEMASAKAN DAN KONSENTRASI ASAM ASETAT PADA PROSES
PEMBUATAN PULP DARI ECENG GONDOK. Jurnal Teknik Kimia, 17(7).

Fitrida, A., Novianty, R., Saryono, S., Awaluddin, A., & Pratiwi, N. W. (2020).
OPTIMASI PERTUMBUHAN ISOLAT FUNGI INDIGEN Penicillium sp.
LBKURCC153 PENDEGRADASI NAFTALENA MENGGUNAKAN
GLUKOSA SEBAGAI KOSUBSTRAT PADA MINIMAL MEDIUM. Jurnal
Inovasi Pendidikan dan Sains, 1(1), 20-25.

Gunawan, A., Sihotang, D. E., & Thoha, M. Y. (2012). Pengaruh waktu


pemasakan dan volume larutan pemasak terhadap viskositas pulp dari ampas
tebu. Jurnal Teknik Kimia, 18(2).
Noviyanti, M., & Hufri (2020). Rancang bangun set eksperimen kalorimeter
digital dengan pengindera sensor termokopel dan load cell berbasis arduino
uno. PILLAR OF PHYSICS, 13(1).

Permatasari, R. E., Yuanita, L., & Suyono. (2014). Implementasi Model


Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sifat Koligatif Larutan. Jurnal
Pena Sains, 1(2), 11-18.

Putri, R. T., Fadiawati, N., & Tania, L. (2016). Alat Penentuan Titik Beku
Larutan: Modifikasi Sistem Pendingin. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Kimia, 5(3).

Rusdiani, S., Suhendar, D., & Sudiarti, T. (2017). Perbandingan sifat koligatif
campuran larutan garam (NaCl, KCl, dan Na-Benzoat) dengan air zamzam
berdasarkan berat jenisnya. al-Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan, 4(1), 9-
16.

LANCAR, KELAR UYE!!!!!

Anda mungkin juga menyukai