Anda di halaman 1dari 30

STUDI PERBANDINGAN KEKUATAN TIPE JACKET

PLATFORM TRIPOD KONVENSIONAL DAN MODIFIKASI


DENGAN MELAKUKAN KONFIGURASI BRACING
TERHADAP BEBAN GEMPA

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh:

Mohammad Aditya

104116022

FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS PERTAMINA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................ iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 3
1.3. Batasan Masalah ................................................................................................................... 4
1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................................................. 4
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................................................ 4
BAB II .................................................................................................................................................... 6
2.1. Struktur Jacket Platform ...................................................................................................... 6
2.2. Penentuan Konfigurasi Jacket ............................................................................................. 7
2.3. Korelasi Jumlah Kaki dan Konfigurasi Jacket .................................................................. 9
2.4. Penentuan Dimensi Bracing ................................................................................................. 9
2.5. Pembebanan Struktur ........................................................................................................ 10
2.6. Desain Beban dan Parameter Lingkungan ....................................................................... 10
2.7. Analisis Inplace.................................................................................................................... 14
2.8. Analisis seismic .................................................................................................................... 14
BAB III................................................................................................................................................. 20
3.1. Diagram Alir Perancangan ................................................................................................ 20
3.2. Timeline Pengerjaan ........................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 23

Universitas Pertamina - i
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1. Faktor Konfigurasi Bracing dan Jumlah Kaki ...................................................................... 2
Tabel 2. 1. Faktor Konfigurasi Bracing dan Jumlah Kaki ...................................................................... 9
Tabel 2. 2. Koefisien Bentuk ................................................................................................................ 12
Tabel 2. 3. Koefisien Geser dan Koefisien Inersia ............................................................................... 13
Tabel 3. 1. Timeline Pengerjaan Tugas Akhir...................................................................................... 22

Universitas Pertamina - ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1. MBH Wellhead Platform (HCML, 2018) ........................................................................ 2


Gambar 1. 2. Meliwis Platform (Santos (Madura Offshore) PTY. LTD., 2018) .................................. 3
Gambar 2. 1. Jacket Platform dengan Bagian-Bagiannya (McClelland & Reifel, 1986) ..................... 7
Gambar 2. 2. Pola konfigurasi Sistem Jacket (Chakrabakti, 2005) ....................................................... 8
Gambar 2. 4. Daerah Aplikasi dari Stream Function, Stokes V, dan Teori Gelombang Linear
(American Petroleum Institute, 2000) ................................................................................................... 11
Gambar 2. 5. Marine Growth (Tawekal, 2011) ................................................................................... 13
Gambar 2. 6. Gerakan Gempa di Bawah Struktur Platform (Dawson, 1983) ..................................... 17
Gambar 2. 7. Grafik Respon Spektrum (American Petroleum Institute, 2000) .................................. 18
Gambar 3. 1. Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir .......................................................................... 20

Universitas Pertamina - iii


Universitas Pertamina - iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Perencanaan bangunan lepas pantai tumbuh dengan cepat seiring meningkatnya kebutuhan
minyak dan gas di seluruh dunia. Struktur bangunan lepas pantai diperlukan untuk mendorong
pengambilan minyak dan gas di dasar laut. struktur jacket paltform adalah salah satu jenis
struktur yang paling banyak digunakan untuk metode pengambilan dan pemanfaatan
hidrokarbon di laut. Ada lebih dari 6700 jacket platfotm yang beroperasi di seluruh dunia dan
30%-nya beroperasi lebih dari 20 tahun (Nabavian & Morshed, 2010).

Untuk keperluan pengambilan dan pemanfaatan hidrokarbon di perairan yang relatif


dangkal, seperti di Perairan Indonesia, biasanya digunakan bangunan lepas pantai tipe jacket
platform. jacket platform mempunyai tiga struktur utama, yaitu jacket, deck, pile, dan topside.
Berdasarkan API RP 2A WSD, jenis pembebanan yang harus dipertimbangkan dalam
perancangan struktur bangunan lepas pantai meliputi beban mati, beban hidup, beban
lingkungan, dan beban gempa. beban gempa sangat memengaruhi keberlangsungan struktur di
daerah zona aktif gempa.

struktur bangunan lepas pantai nemiliki hubungan antara struktur dan tanah yang
ditanamkan melalui pile. Tanah pada waktu tertentu dapat bergetar karena energi dari
pergerakan lempeng bumi. Struktur lepas pantai melakukan pengambilan minyak dan gas di
kedalaman yang cukup jauh di bawah seabed sehingga jacket platform menyatu dengan getaran
gempa di dasar laut. Gempa yang terjadi akan menyebabkan getaran pada jacket platform dan
ini adalah hal yang akan dianalisis dalam bagian analisis seismic (American Petroleum Institute,
2014).

Analisis seismic yang dilakukan terdiri dari dua bagian yaitu strength level earthquake
(SLE) dan ductility level earthquake (DLE) (American Petroleum Institute, 2014). SLE
bertujuan untuk memastikan suatu platform memiliki kekakuan yang sesuai dalam usaha
menghindari kerusakan yang signifikan akibat gempa. selain itu, struktur direncanakan mampu
menahan gempa kuat dimana struktur akan berespon plastis (ductile). Ketika struktur sudah
melewati batas leleh, struktur didesain tidak runtuh dengan menggunakan prinsip daktilitas.
Oleh karea itu, dibutuhkan analisis DLE. SLE dan DLE memiliki nilai periode ulang
berdasarkan lokasi jacket platform dan faktor keamanan berdasarkan API RP 2EQ.

Inti kekuatan struktur jacket platform terletak pada struktur rangkanya. Kekuatan platform
juga tergantung pada jumlah kaki, bracing dan ukuran dimensinya. Suatu jacket platform
dengan konfigurasi bracing tertentu mungkin saja memiliki kekuatan yang cukup untuk
menahan beban gelombang, arus dan angin pada kondisi operasi, namun belum tentu
mempunyai respon yang baik terhadap beban gempa yang terjadi pada dasar laut tempat
penetrasi struktur kakinya (El-Reedy, 2012).

Universitas Pertamina - 1
Jumlah kaki dan kofigurasi bracing pada jacket platform berkontribusi pada kekuatannya.
keduanya juga memiliki kemampuan untuk menahan dari segala kerusakan yang diakibatkan
oleh pembebanan dan memiliki korelasi yang membentuk tabel faktor kecenderungan
kegagalan pada bracing untuk memberikan nilai pada jumlah kaki (Tabel 1.1.) (El-Reedy,
2012).
Tabel 1. 1. Faktor Konfigurasi Bracing dan Jumlah Kaki

Jumlah kaki
bracing
3 4 6 8
K and Diamond 10 8 6 5
Diagonal 7 6 4 3
X 5 4 2 1
Unknown 10 7 5 4
Sumber: El-Reedy (2012)

Meskipun demikian, teknologi eksplorasi minyak dan gas bumi di lepas pantai terus
berkembang. Struktur Jacket platform tripod banyak memiliki perubahan bentuk model dari
bentuk kakinya. Tipe jacket platform tripod banyak bermunculan. Salah satu jacket platform
yang sudah dimodifikasi memiliki struktur termodifikasi yang tahan terhadap beban gempa.
jacket platform tersebut bernama MBH wellhead platform (Gambar 1.1.).

Gambar 1. 1. MBH Wellhead Platform (HCML, 2018)

Universitas Pertamina - 2
Berangkat dari latar belakang tersebut, dibutuhkannya analisis perilaku untuk mengetahui
tingkat kegagalan dalam sebuah jacket platform tripod dari sistem konfigurasi bracing. bracing
yang akan digunakan seperti K-bracing, X-bracing, dan diagonal bracing guna untuk
mengetahui konfigurasi bracing mana yang optimal sesuai dengan lokasi studi. Selain itu,
mengetahui perbandingan besarnya kekuatan jacket platform tripod konvensional dengan
jacket platform tripod yang sudah mengalami perubahan. jacket platform tripod konvensional
yang akan dianalasis bernama meliwis platform (Gambar 1.2.).

Gambar 1. 2. Meliwis Platform (Santos (Madura Offshore) PTY. LTD., 2018)

lokasi studi yang dipakai sebagai uji perbandingan memakai lokasi di Madura yang dimana
tempat Meliwis platoform berada. Tulisan judul tugas akhir agar sesuai dengan bahasannya,
sebagai berikut:

STUDI PERBANDINGAN KEKUATAN TIPE JACKET PLATFORM TRIPOD


KONVENSIONAL DAN MODIFIKASI DENGAN MELAKUKAN KONFIGURASI
BRACING TERHADAP BEBAN GEMPA

1.2. Rumusan Masalah


Universitas Pertamina - 3
Rumusan masalah yang terdapat pada tugas akhir ini adalah:

1. Bagaimana melakukan pemodelan dan analisis struktur anjungan lepas pantai dengan bantuan
software?
2. Bagaimana prosedur dari analisis struktur anjungan lepas pantai?
3. Bagaimana hasil dari analisis perbandingan kekuatan jacket platform tripod konvensional dan
modifaksi terhadap beban gempa?
4. Bagaimana jika mempertimbangkan konfigurasi bracing untuk mendapatkan nilai efektif di
lokasi studi kasus?

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. pemodelan struktur jacket platform memakai MBH wellhead platfrom dan Meliwis platform.
2. Pemodelan struktur MBH wellhead platform memakai data metocean dan data gampa yang
dimiliki oleh Meliwis platform.
3. Ada tiga macam model yang akan dianalisa. yaitu, diagonal bracing, K- bracing, dan X-
bracmg.
4. Analisis inplace saat kondisi operating dan storm.
5. Analisis seismic pada dua kondisi pembebanan gempa SLE (Strength Level Earthquake)
dengan memakai peiode ulang 200 tahun dan DLE (Ductility Level Earthquake) dengan
memakai periode ulang 2000 tahun.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari tugas akhir ini adalah:

1. Melakukan pemodelan dan analisis struktur anjungan lepas pantai dengan bantuan software
SACS 12.0.
2. Memahami prosedur analisis struktur yang terdiri dari analisis inplace dan seismic terhadap
anjungan lepas pantai.
3. Mendapatkan nilai perbandingan kekuatan jacket platform tripod konvensional dan modifaksi
terhadap beban gempa.
4. Mempertimbangkan konfigurasi bracing untuk mendapatkan nilai kekuatan terbaik dengan
lokasi studi kasus pada kedua platform tersebut.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari perancangan pada tugas akhir ini adalah memberikan informasi untuk
mendapatkan desain jenis jacket platform yang lebih tahan terhadap gempa. Selain itu,
mendapatkan jenis bracing yang sesuai pada kondisi operasi, storm, dan seismic. Setelah itu, kita
dapat menyimpulkan jacket platform yang paling optimal pada jacket platform tripod di lokasi
studi.

Universitas Pertamina - 4
Universitas Pertamina - 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Struktur Jacket Platform

Salah satu struktur yang biasa digunakan pada bangunan lepas pantai adalah struktur tetap atau
disebut fixed platform. Struktur ini terpancang pada dasar laut. Terdapat lima tipe yaitu tipe jacket,
minimal platform, gravity based structure, jackup, dan compliant tower. Salah satu yang lazim
digunakan adalah tipe jacket (jacket platform). Tipe struktur ini banyak digunakan baik dalam
operasi pengeboran, produksi, dan flare support. Untuk mencapai kestabilan terhadap beban-beban
lingkungan yang mengenainya terdapat kaki-kaki yang menahan strukturnya. Struktur ini memiliki
tiga hingga delapan kaki. Struktur jaket terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu jacket, deck, dan
pondasi atau tiang (Tawekal, 2011).
a. Jacket
Jacket merupakan bagian bawah pada struktur yang berfungsi menopang struktur bagian atas.
Jacket selain untuk penopang juga berfungsi melindungi tiang baja yang ada di dalamnya.
Jacket berupa pipa baja berbentuk tubular dengan ukuran tertentu sesuai dengan tiang baja yang
akan dilindungi didalamanya. Pada jacket terdapat beberapa komponen struktur. Komponen-
komponen struktur jacket tersebut adalah sebagai berikut:
• Jacket leg
Jacket leg atau kaki-kaki jacket. Kaki-kaki ini berupa pipa baja tubular.
• Bracing
Bracing ini merupakan pengkokoh dan pengaku kaki jacket. Bracing ini terdapat di elevasi-
elevasi tertentu dengan berbagai jenisnya. Terdapat bracing berbentuk N, K, X, dan V.
Bracing dengan jacket leg dihubungkan oleh joint.
• Komponen tambahan
Komponen tambahan yang lazim terdapat pada jacket platform adalah conductor guide,
riser, riser guard, boatlanding, padeye, dan mudmat. Pada jacket yang digunakan untuk
produksi biasanya terdapat struktur- struktur tambahan seperti boatlanding, konduktor dan
penahannya, riser, walkways, dan lain-lain. Sedangkan jaket untuk flare support lebih
sederhana karena hanya menopang tiang flare saja.
b. Deck
Struktur bagian jacket berikutnya adalah deck yang merupakan bagian atasnya struktur jaket.
Struktur jacket biasanya mampu menopang 2-3 deck dengan berbagai macam peralatan operasi
di atasnya. Deck merupakan bagian yang difungsikan sebagai tempat peralatan operasional
sesuai fungsinya. Pada drilling platform terdapat peralatan drilling, pada production platform
terdapat fasilitas produksi, storage room, fasilitas operasional lain, dan pada flare platform deck
hanya berisi tiang flare saja.
c. Pondasi
Struktur bagian berikutnya adalah pondasi. Pondasi ini biasanya berupa tiang (pile). Tiang ini
dipancangkan ke dasar laut dengan diselubungi oleh jaket. Sebagai pondasi, tiang ini mampu
untuk meneruskan seluruh gaya luar yang terjadi pada struktur ke dalam tanah.

Universitas Pertamina - 6
Gambar 2. 1. Jacket Platform dengan Bagian-Bagiannya (McClelland & Reifel, 1986)

2.2. Penentuan Konfigurasi Jacket

Jacket adalah tiang-tiang yang membungkus dan menahan pile agar tetap pada posisinya. Jacket
juga berfungsi melindungi pompa-pompa, sumur pengeboran dll. Jacket dipasang mulai dari garis
mudline sampai dek (Tawekal, 2011). Bracing vertikal, horizontal dan diagonal jacket yang
menghubungkan kaki-kaki jacket dan membentuk sistem kekakuan jacket. Sistem jacket
meneruskan gaya-gaya yang bekerja pada platform ke sistem pondasi. Berikut adalah pola
konfigurasi bracing:
1. Pola K-bracing
Pola ini mempunyai jumlah titik pertemuan batang (joint) yang lebih sedikit sehingga
mengurangi jumlah biaya pengelasan. Tetapi, pola ini tidak mempunyai bentuk simetris dan
sistem redundansi. Pola K-bracing digunakan untuk lokasi yang tidak membutuhkan
kekakuan tinggi dan tidak ada gaya seismik.
Universitas Pertamina - 7
2. Pola V-bracing
Seperti halnya dengan tipe 1 (Gambar 2.1.), tipe ini mempunyai joint yang lebih sedikit dan
tidak mempunyai sistem redundansi. Selain itu, pola ini tidak mempunyai sistem transfer
beban yang baik dari satu level ke level lainnya sehingga membutuhkan batang horizontal
yang besar. Pola ini jarang digunakan.
3. Pola N-bracing
Seperti halnya dengan tipe 1 dan Tipe 2 (Gambar 2.1.), tipe ini tidak mempunyai sistem
redundansi sehingga kegagalan buckling pada salah satu batang tekan akan dengan cepat
menyebabkan kegagalan pada batang lain dan menyebabkan struktur collapse (runtuh). Tipe
ini tidak dianjurkan untuk digunakan.
4. Pola Plus X-bracing
Pola ini adalah yang paling banyak digunakan untuk struktur lepas pantai di lokasi yang tidak
dalam. Pola ini mempunyai bentuk simetri, redundansi, dan daktilitas yang cukup.
Kekurangan dari pola ini hanya pada jumlah joint yang lebih banyak dan bentuk cabang V
pada sisi transversal akan menyebabkan ukuran horizontal bracing yang lebih besar.
5. Pola X-bracing
Pola ini mempunyai kekakuan horizontal, daktilitas, dan redundansi yang tinggi. Jumlah titik
pertemuan (joint) dan batang yang dibutuhkan lebih banyak sehingga membutuhkan lebih
banyak pengelasan. Pola ini banyak digunakan untuk struktur lepas pantai di laut dalam dan
didaerah gempa yang membutuhkan kekakuan dan daktalitas yang tinggi untuk mengurangi
periode goyangan alami struktur.

Gambar 2. 2. Pola konfigurasi Sistem Jacket (Chakrabakti, 2005)


Universitas Pertamina - 8
2.3. Korelasi Jumlah Kaki dan Konfigurasi Jacket
Jumlah kaki dan konfigurasi jacket berkontribusi pada kekuatan platform. Selain itu, hal
terpenting kemampuannya untuk mempertahankan platform tersebut dari kerusakan dan masih
aman dari storm condition. Misalnya, platform berkaki tiga dengan K-bracing yang rusak akibat
beban-beban yang diterima dalam pembebanan yang sama memiliki penurunan kekuatan yang
signifikan dibandingkan dengan kerusakan platform berkaki delapan yang memiliki X-bracing.
Jumlah kaki meningkatkan penyaluran beban utama sedangkan bracing memberikan sambungan
untuk mengokohkan platform tersebut (El-Reedy, 2012).

Oleh sebab itu, diperlukan pertimbangan jumlah kaki dan sistem bracing pada kemungkinan
kegagalan. Jumlah kaki dan sistem bracing harus diidentifikasi untuk menyajikan kriteria nilai
faktor kegagalan berdasarkan jumlah kaki dan sistem bracing (Tabel 2.1.).
Tabel 2. 1. Faktor Konfigurasi Bracing dan Jumlah Kaki

Jumlah Kaki
Bracing
3 4 6 8
K and Diamond 10 8 6 5
Diagonal 7 6 4 3
X 5 4 2 1
Unknown 10 7 5 4
Sumber: El-Reedy (2012)

2.4. Penentuan Dimensi Bracing


Gaya-gaya yang bekerja pada member bracing pada dasarnya berupa gaya aksial. Prilaku dari
member bracing menyerupai balok kolom (Tawekal, 2011). Dalam menentukan dimensi dari
member bracing, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam buku SI-7173 perncenaan bangunan
lepas pantai antara lain:

• Diameter bracing ditentukan berdasarkan nilai rasio kelangsingan. Rasio kelangsingan


(kL/r) didefinisikan sebagai panjang efektif kolom dibagi radius girasi penampang (r).
Dalam desain nilai kL/r diambil 60 s/d 90.
• Pengecekan punching shear yang terjadi antara bracing dan jacket legs. Pada beberapa
kasus, besarnya punching shear yang terjadi dapat menentukan pemilihan diameter
bracing.
• Untuk diameter bracing ≥ 18 in, digunakan ketebalan dinding berdasarkan standar untuk
pipa tubular. Jika diameter bracing ≥ 27 in dapat digunakan ketebalan 1/2 in, dan untuk
diameter 30 s/d 36 in, dapat dimulai dengan ketebalan 5/8 in.
• Nilai D/t diusahakan bernilai antara 19 s/d 90. Untuk D/t ≤ 19 kemungkinan tidak ada
dipasaran karena kesulitan pembuatan. Untuk baja A-36 dimana rasio D/t bernilai sekitar
90 dapat menimbulkan masalah buckling.
250
• Pengecekan efek hidrostatik dilakukan jika D/t > kedalaman perairan. 1/3 , dimana h adalah

kedalaman perairan.

Universitas Pertamina - 9
2.5. Pembebanan Struktur
Beban yang diterima struktur berdasarkan API RP2A-WSD dapat berupa beban-beban seperti
di bawah ini:

1. Beban mati
Beban mati struktur adalah berat struktur itu sendiri dengan semua perlengkapan yang
permanen dan perlengkapan struktur yang tidak berubah selama beroperasi. Beban mati terdiri
dari:
a. Berat platform di udara.
b. Berat perlengkapan yang permanen.
2. Beban hidup
Beban hidup antara lain adalah beban yang mengenai struktur dan berubah selama struktur
beroperasi. Beban hidup terdiri dari:
a. Beban perlengkapan pengeboran dan perlengkapan produksi yang bisa dipasang dan
dipindahkan dari platform.
b. Berat dari tempat tinggal, heliport, dan perlengkapan penunjang yang bisa dipasang dan
dipindahkan dari platform.
c. Berat dari suplai kebutuhan dan benda cair lainnya yang mengisi tangki penyimpanan.
d. Gaya yang mengenai struktur selama operasi seperti pengeboran, penambatan kapal, dan
beban helikopter.
e. Gaya yang mengenai struktur dari penggunaan crane di atas deck.
3. Beban lingkungan
Beban lingkungan yang mengenai struktur dikarenakan fenomena alam seperti angin, arus,
gelombang, gempa bumi, salju, es, dan pergerakan kerak bumi. Beban lingkungan juga
termasuk didalamnya variasi tekanan hidrostatis dan gaya angkat pada setiap elemen karena
perubahan elevasi muka air yang disebabkan oleh perubahan gelombang dan pasang surut.
4. Beban konstruksi
Beban konstruksi dihasilkan dari beban-beban saat fabrikasi, loadout, transportasi, dan
instalasi.
5. Beban dinamis
Beban dinamis ini disebabkan adanya gaya seperti gelombang, angin, gempa bumi, dan getaran
mesin serta gaya akibat benturan kapal pada struktur dan pengeboran.

2.6. Desain Beban dan Parameter Lingkungan

Pada perencanaan struktur anjungan lepas pantai, terdapat desain beban yang nantinya akan
digunakan pada struktur dengan memperhatikan parameter lingkungan. Beberapa parameter
lingkungan tersebut adalah:

Universitas Pertamina - 10
1. Gelombang
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air laut dengan arah tegak lurus permukaan
laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Parameter-parameter penting dalam gelombang
adalah:
a. Panjang gelombang (L)
b. Tinggi gelombang (H)
c. Periode gelombang (T)
d. Kedalaman perairan (h)
Parameter yang lain, seperti kecepatan serta percepatan partikel air, cepat rambat dan panjang
gelombang dapat diturunkan dari teori gelombang, dimana terdapat beberapa teori gelombang
antara lain:

a. Teori gelombang Linear (Airy)


b. Teori gelombang Stokes 5th
c. Teori gelombang Stream Function
Dari beberapa teori gelombang tersebut, dilakukan pemilihan teori gelombang dengan suatu
diagram yang diperoleh dari hasil membandingkan kecepatan partikel air, percepatan, tinggi
gelombang, dan panjang gelombang yang dihitung dari teori gelombang yang sering digunakan.
Pada Gambar 2.4. merupakan diagram daerah aplikasi dari Stream Function, Stokes 5th, dan
Linear yang telah dimodifikasi oleh API RP2A-WSD.

Gambar 2. 3. Daerah Aplikasi dari Stream Function, Stokes V, dan Teori Gelombang Linear
(American Petroleum Institute, 2000)
Universitas Pertamina - 11
2. Angin
Gaya angin pada struktur terjadi karena adanya gesekan udara dengan permukaan struktur dan
adanya perbedaan tekanan di depan dan di belakang struktur. Berdasarkan API RP2A-WSD,
perhitungan gaya angin yang terjadi pada struktur dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut:
1
𝐹𝐹 = 𝜌𝜌𝑉𝑉 2 𝐶𝐶𝑠𝑠 𝐴𝐴 (2.1)
2
Dimana:
𝐹𝐹 : Gaya angin (lb)
𝜌𝜌 : Massa jenis udara (slugs/ft2)
𝑉𝑉 : Kecepatan angin (ft/s)
𝐶𝐶𝑠𝑠 : Koefisien bentuk
𝐴𝐴 : Luas objek (ft2)
Menurut API RP2A-WSD, pada Tabel 2.2. merupakan nilai dari koefisien bentuk yang
digunakan dalam perhitungan gaya angin.

Tabel 2. 2. Koefisien Bentuk

Bentuk Cs
Beams 1.5
Sides of building 1.5
Cylindrical section 0.5
Overall platform projected area 1
Sumber: American Petroleum Institute (2000)

Kecepatan angin rata-rata (V) pada elevasi z dengan durasi waktu satu jam dapat didekati
dengan persamaan sebagai berikut:
𝑧𝑧 𝑟𝑟
𝑉𝑉(1ℎ𝑟𝑟, 𝑧𝑧) = 𝑉𝑉(1ℎ𝑟𝑟, 𝑧𝑧𝑅𝑅 ) × � � (2.2)
𝑧𝑧𝑅𝑅
dimana,
𝑉𝑉(1ℎ𝑟𝑟, 𝑧𝑧𝑅𝑅) : Kecepatan angin rata-rata selama 1 jam pada elevasi acuan
𝑧𝑧𝑅𝑅 : Elevasi acuan (33 ft)
1
= untuk angin yang berhembus kencang
𝑟𝑟 ∶ � 33
1
= untuk angin yang berhembus terus − menerus
8
3. Arus
Arus dapat terjadi karena adanya pasang surut dan gesekan angin pada permukaan air.
Kecepatan arus bekerja pada arah horizontal dan memiliki kecepatan yang bervariasi
tergantung kedalamannya. Besar dan arah arus pasang surut di permukaan biasanya ditentukan
berdasarkan pengukuran di lokasi.

Universitas Pertamina - 12
4. Koefisien hidrodinamis
Terdapat dua koefisien hidrodinamis yaitu koefisien geser atau drag coefficient (Cd) dan
koefisien inersia atau inertia coefficient (Cm). Berdasarkan API RP2A – WSD, nilai kedua
koefisien yang digunakan terdapat pada Tabel 2.3.
Tabel 2. 3. Koefisien Geser dan Koefisien Inersia

Cd Cm
Inplace
Smooth surface 1.05 1.2
Rough surface 0.65 1.6
Fatigue
Smooth surface 0.8 2
Rough surface 0.5 2
Seismic
Smooth surface 1.05 1.2
Rough surface 0.65 1.6
Sumber: American Petroleum Institute (2000)
5. Marine growth
Struktur yang terbenam di dalam air akan mengalami penambahan luas area melintang
akibat adanya marine growth. Marine growth ditimbulkan oleh organisme laut yang menempel
pada struktur (Tawekal, 2011). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2. 4. Marine Growth (Tawekal, 2011)

Oleh karena itu, marine growth struktur dimodifikasi menjadi:

𝐷𝐷 = 𝐷𝐷𝑐𝑐 + 2𝑡𝑡 (2.3)

Dimana:
𝐷𝐷 : Diameter (m)
𝐷𝐷𝑐𝑐 : Diameter sesungguhnya (m)
𝑡𝑡 : Ketebalan (m) POSISI TIDAK RAPIH
Penambahan luas melintang ini mengakibatkan gaya gelombang yang diterima oleh struktur
menjadi lebih besar.

Universitas Pertamina - 13
2.7. Analisis Inplace
Analisis inplace merupakan analisis statis linear pada anjungan lepas pantai. Struktur akan
dianalisis sebagai sebuah struktur lengkap terhadap berbagai kondisi pembebanan yang mungkin
terjadi. Pada analisis inplace ini, terbagi dalam dua kondisi pembebanan yang terjadi, yaitu:

1. Kondisi operating
Pada kondisi ini, struktur beroperasi secara normal dengan menerima seluruh beban kerja yang
ada, beban lingkungan yang terjadi seperti beban gelombang, arus, dan angin dengan periode
ulang 1 tahun.
2. Kondisi storm
Saat kondisi storm, struktur juga menerima seluruh beban kerja yang ada serta beban
lingkungan dengan periode ulang 100 tahun.

Terdapat beberapa output yang akan dihasilkan dari analisis inplace ini dengan standar pengecekan
berdasarkan API RP2A-WSD, di antaranya:

1. Rasio tegangan member


Rasio tegangan atau unity check merupakan nilai dari perbandingan gaya yang diberikan
dengan tahanan nominal yang dimiliki struktur. Unity check pada kondisi operating disyaratkan
bernilai unity check (UC)<1, sementara pada kondisi storm batasnya dinaikkan 33.33% menjadi
unity check (UC)<1,33. Semua member baik tubular maupun non-tubular akan ditampilkan
nilai unity check-nya.
2. Joint punching shear check
Sambungan yang akan ditinjau pada analisis ini hanya sambungan pada member tubular saja
dengan hasil unity check pada joint can. Untuk kondisi operating disyaratkan bernilai unity
check (UC) < 1 dan pada kondisi storm bernilai unity check (UC) < 1,33.
3. Safety factor pile
Pile memiliki kapasitas tertentu dalam menahan beban aksial yang terjadi. Nilai safety factor
(SF) pile merupakan rasio antara kapasitas aksial pile dengan beban maksimum yang terjadi.
Safety factor untuk kondisi operating disyaratkan bernilai safety factor (SF) ≥ 2 dan kondisi
storm bernilai safety factor (SF) ≥ 1,5.

Dalam pengerjaannya, analisis inplace dilakukan dengan bantuan software SACS, dengan
menganggap bahwa struktur dan pile mempunyai kekakuan linear dan tanah mempunyai kekakuan
non-linear. Beban lingkungan yang bekerja dianggap sebagai beban statis dan dikombinasikan dari
8 arah mata angin.

2.8. Analisis seismic


tidak konsisten penulisan sesimik
Jacket platform yang berada pada daerah yang memiliki aktivitas seismik, dibutuhkan suatu
analisis respon struktur yang diakibatkan oleh genpa bumi atau aktivitas seismik. Analisis seismic
merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan struktur terhadap gerakan tanah
(ground motion). Gerakan tanah yang diakibatkan oleh getaran seismic, meliputi percepatan,

Universitas Pertamina - 14
kecepatan, dan perpindahan. Ketiga getaran tersebut akan teramplifikasi, sehingga menimbulkan
gaya dan perpindahan yang dapat melebihi kekuatan yang ditahan oleh struktur. Nilai besarnya
gerakan tanah tersebut menjadi parameter utama dalam analisis seismic. Berdasarkan API RP2A-
WSD, suatu lokasi dengan aktivitas gempa yang rendah dengan percepatan pergerakan efektif
horizontal tanah lebih kecil dari 0.05 G, tidak perlu dilakukan analisis seismic.

2.8.1. Prosedur
Sebagaimana pernyataan ISO 19901-2 yang juga pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan
API RP 2A WSD, ada dua prosedur yang harus dilakukan dalam perencanaan struktur
bangunan lepas pantai untuk mengantisipasi fenomena gempa yaitu:

1. Strength Level Earthquake (SLE) (periode ulang 200 tahun)


Tinjauan struktur platform yang telah didesain berdasarkan Ultimate Limit State (ULS)
dengan kekuatan dan kekakuan tertentu agar hanya sedikit atau tidak mengalami kerusakan
akibat pergeseran lempeng dasar laut dalam periode gempa 200 tahunan. Tegangan yang
diizinkan terhadap struktur umumnya diidentikkan dengan tegangan leleh materialnya.

2. Ductility Level Earthquake (DLE) (periode ulang 2000 tahun)


Setelah melakukan tinjauan SLE maka selanjutnya dilakukan tinjauan struktur platform
dengan kekuatan dan kekakuan tertentu agar tidak mengalami kerusakan akibat gempa
dalam periode gempa 2000 tahunan. Struktur platform bisa saja mengalami sedikit
kerusakan dari tinjauan DLE namun kerusakan struktur tidak mengakibatkan struktur
runtuh (collapse). Tegangan yang diizinkan terhadap struktur umumnya lebih tinggi dari
tegangan lelehnya sehingga tidak terjadi kerusakan parah pada strukturnya. Umumnya
prosedur ini dalam menanggulangi aktivitas gempa tidak diperhatikan jika titik operasinya
berada pada zona pasif gempa dan tipe struktur kaki jacket lebih dari delapan karena alasan
efisiensi ekonomis (American Petroleum Institute, 2000).

2.8.2. Dinamika Struktur – Respon Terhadap Beban Seismik


Lempeng kerak bumi akan selalu bergerak sehingga pergerakan ini akan menyebabkan
tanah bergetar karena ‘dipercepat’ sebagai dampak dari pelepasan energi saat lempeng kerak
bumi bergerak (Rachman, Drehem, & Ghiffari, 2016)
Dalam memahami dinamika struktur pada respons terhadap beban seismik, perlu diketahui
besaran frekuensi natural dan modus getar sistem untuk keperluan analisis namun sebelumnya
Hukum Newton juga perlu diketahui prinsip utamanya agar memudahkan pemahaman analisis
berikutnya. Berikut tiga prinsip utamanya (Octavia, 2019):

a. Hukum Newton I

∑ 𝐹𝐹 = 0 (2.3)
Dimana:
Σ: Jumlah Tidak Rapih, pindahkan
F: Gaya (N)
persamaan dibawah paragraf
Universitas Pertamina - 15
Setiap benda (massa) akan mempertahankan keadaan diam (sifat inersia) atau bergerak
lurus beraturan, kecuali ada gaya yang bekerja untuk mengubahnya.

b. Hukum Newton II

∑ 𝐹𝐹⃗ = 𝑚𝑚
��⃗𝑎𝑎⃗ (2.4)
Dimana:
Σ: Jumlah Tidak Rapih, pindahkan
F: Gaya (N)
M: Massa (Kg) persamaan dibawah paragraf
a: Percepatan (m/s2)

Sebuah benda dengan massa (M) mengalami gaya resultan (F) akan mengalami percepatan
(a) yang arahnya sama dengan arah gaya, dan besarnya berbanding lurus terhadap F dan
berbanding terbalik terhadap M.

c. Hukum Newton III

𝐹𝐹⃗ 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 = −𝐹𝐹⃗ 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 (2.5)


Dimana:
𝐹𝐹⃗ 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 = gaya aksi (N) Tidak Rapih, pindahkan
𝐹𝐹⃗ 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = gaya reaksi (N)
persamaan dibawah paragraf
Untuk setiap aksi selalu ada reaksi yang sama besar dan berlawanan arah: atau gaya dari
dua benda pada satu sama lain selalu sama besar dan berlawanan arah.
Sebagai ilustrasi paling sederhana, lihat Gambar 2.6., saat struktur platform dikenai beban
seismik, tanah di dasar struktur yang terpancang akan mengalami gerakan (ground motion)
yang mempengaruhi struktur pada titik 1&5 hingga 4&8. Secara simbol matematis,
perpindahan horizontal akibat gerakan tanah pada titik 1&5 dan 4&8 dapat disimbolkan dengan
U1 dan U4. Berdasarkan prinsip Hukum Newton II, hakikatnya gaya lateral gempa (F1) terhadap
struktur titik 1&5 juga memberikan dampak pada struktur titik 4&8 berupa percepatan (Ü) pada
struktur (M) karena seolah-olah terdapat gaya F4 akibat gempa sebesar M4Ü1 dan begitu juga
yang terjadi pada titik 3&7 (M3Ü1) dan 2&6 (M2Ü1) (Dawson, 1983).

Universitas Pertamina - 16
Gambar 2. 5. Gerakan Gempa di Bawah Struktur Platform (Dawson, 1983)

Selain itu dengan mengacu prinsip Hukum Newton I dapat diketahui bahwa tinjauan titik
4&8 dan seterusnya memiliki sifat inersia sehingga titik tersebut cenderung atau ‘berusaha’
diam terhadap percepatan tanah di dasar. Kecenderungan diam inilah terdiri dari gaya inersia,
gaya redaman, dan gaya kekakuan akibat gaya eksternal (gempa). Berdasarkan prinsip Hukum
Newton III, karena aksi berupa gempa yang menyebabkan reaksi kecenderungan diam atau
massa untuk mempertahankan kondisi semula (sifat inersia) maka secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:

M4 Ü 1 = −M4 Ü 4 − C�U̇ 4 − U̇ 1 � − K(U4 − U1 ) (2.6)

M3 Ü 1 = −M3 Ü 3 − C�U̇ 3 − U̇ 1 � − K(U3 − U1 ) (2.7)

M2 Ü 1 = −M2 Ü 4 − C�U̇ 2 − U̇ 1 � − K(U2 − U1 ) (2.8)

Dimana:
Mn : Massa titik n (kg)
𝐾𝐾: Kekakuan (N/m)
Tidak Rapih
𝐶𝐶: Redaman (N.s/m)
Un : Perpindahan titik n (m)
̇Un : Kecepatan titik n (m/s)
Ü n : Percepatan titik n (m/s2)
Persamaan di atas adalah persamaan umum untuk sistem yang ideal terhadap tiap titik
struktur platform akibat beban seismik. Ruas kiri adalah gaya eksternal berupa gaya lateral
gempa sedangkan ruas kanan menyatakan gaya inersia, gaya redaman, dan gaya kekakuan yang
menandakan reaksi mempertahankan kondisi semula.

Universitas Pertamina - 17
Sebuah spektrum respons menggambarkan respons maksimum untuk gerakan tanah dari
serangkaikan gelar tunggal osilator kebebasan memiliki periode alami yang berbeda tetapi
tingkat yang sama dari redaman internal. Spektrum respons dari rekor percepatan gempa
tertentu sebenarnya properti itu gerakan tanah, dinyatakan dalam bentuk respons maksimum
sederhana (derajat kebebasan tunggal) struktur.

2.8.3. Analisis Respon Spektrum


Metode analisis respons-spektrum adalah salah satu dari dua metode yang umum
diterapkan pada analisis seismik berdasarkan sistem derajat kebebasan banyak (multi degree of
freedom). Sebuah respons-spektrum menggambarkan respons maksimum akibat gerakan tanah
dari serangkaikan sistem derajat kebebasan tunggal (single degree of freedom) yang memiliki
perbedaan periode alami namun besaran redaman internal dan gaya penggetarnya adalah sama.
Sebagaimana persamaan umum dinamika struktur terhadap suatu sistem yang ideal maka
respons sistem yang ditinjau dapat berupa percepatan, kecepatan, atau perpindahan.
Data spektrum ini terdiri dari data spektrum percepatan (SA), spektrum kecepatan (Sv),
dan spektrum perpindahan (SD). Gambar 2.7. menunjukkan grafik respon spektrum dengan
nilai damping ratio 5% (American Petroleum Institute, 2000).

Gambar 2. 6. Grafik Respon Spektrum (American Petroleum Institute, 2000)

Penerapan metode tersebut akan dilakukan pada software SACS dengan melakukan
beberapa tahapan, yaitu:
1. Analisis statis terhadap struktur dengan menggunakan beban-beban statis yang diterima
oleh struktur.
2. Analisis dinamis untuk mendapatkan mode shape dari pemodelan struktur.
3. Analisis respon spektrum untuk menentukan respon struktur terhadap gempa yang terjadi.
4. Kombinasi pembebanan antara beban statis dengan beban dinamis pada struktur.
5. Pengecekan terhadap kekuatan member-member struktur anjungan lepas pantai

Universitas Pertamina - 18
Universitas Pertamina - 19
BAB III
KONSEP PERANCANGAN

3.1. Diagram Alir Perancangan


Diagram alir menunjukkan proses yang dilakukan dalam perancangan dari awal sampai akhir
hingga diperoleh suatu kesimpulan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan
perancangan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

UC Analisis inplace cuman


yang tidak memenuhi saja
yang bisa lanjut??

Gambar 3. 1. Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir


Universitas Pertamina - 20
Berdasarkan diagram alir adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengerjaan tugas
akhir ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan referensi dan sumber teori
yang diperlukan dalam pengerjaan tugas akhir ini yang bertujuan untuk lebih memahami
tentang konsep analisis struktur pada jacket platform yang akan ditinjau.
2. Pengumpulan Data Awal
Sebelum melakukan perancangan struktur, dilakukan pengumpulan data awal yang
dperoleh dari perusahaan PT. HCML dan PT. Santos (Madura Offshore) berupa data jacket
platform, data lingkungan, dan data pembebanan.
3. Perhitungan Pembebanan
Dalam perhitungan pembebanan ini mengacu pada rekomendasi yang diberikan API
RP2A-WSD dan dilakukan berdasarkan data metocean yang sudah didapatkan sebelumnya
seperti pasang surut, tinggi gelombang, periode gelombang, arus, kecepatan angin, kondisi
tanah, dan data lainnya yang dibutuhkan dalam perhitungan pembebanan.
4. Pemodelan Struktur
Pemodelan dilakukan berdasarkan desain struktur dengan bantuan software SACS 12.0
yang meliputi pembuatan model geometri, pendefinisian member properties, memasukkan
beban-beban yang bekerja pada struktur.
5. Analisis Inplace
Melakukan analisis statis inplace terhadap struktur dengan tujuan untuk memperoleh data
member stress, joint punching shear, dan UC (unity check) pada member serta safety factor
pada pile. Analisis inplace dilakukan pada dua kondisi pembebanan yaitu saat kondisi
operating dengan beban lingkungan periode ulang 1 tahun dan kondisi storm dengan beban
lingkungan periode ulang 100 tahun.
6. Analisis Seismik
Melakukan analisis seismik untuk mengetahui kekuatan dan respon struktur terhadap
gerakan tanah (ground motion), dimana pada analisis ini dilakukan pada dua kondisi yaitu
strength dengan periode ulang 200 tahun dan ductility dengan periode ulang 2000 tahun.
7. Unity Check (UC)
Pada tahapan ini akan dilakukan pengecekan kembali terhadap prosedur analisis struktur
yang sudah dilakukan sebelumnya, dimana hasil yang didapatkan apakah sudah sesuai
dengan standar yang ada dalam perancangan dan analisis.
8. Hasil dan Kesimpulan
Setelah semua tahapan dilakukan dan sesuai dengan standar yang ada, maka dapat diambil
beberapa hasil yang dapat disimpulkan dari analisis yang sudah dilakukan dalam
pengerjaan tugas akhir ini.

Universitas Pertamina - 21
3.2. Timeline Pengerjaan
Pengerjaan tugas akhir ini dilakukan setelah pengajuan seminar proposal ini diterima kurang
lebih selama dua bulan dari bulan Juni hingga Juli. Dalam pengerjaan tugas akhir ini terdapat
beberapa kegiatan yang dilakukan untuk mendukung pengerjaan tugas akhir ini dengan timeline
sebagai berikut.
Tabel 3. 1. Timeline Pengerjaan Tugas Akhir
Juni Juli Agustus September
No. Kegiatan
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 Studi literatur
2 Perhitungan beban struktur
3 Pemodelan struktur
4 Analisis inplace
5 Konfigurasi bracing analisis inplace
6 Re-design jika tidak memenuhi UC
7 Analisis seismic
8 Re-design jika tidak memenuhi UC
9 Penyusunan laporan akhir
10 Sidang akhir
11 Perbaikan hasil sidang akhir

12 Pengumpulan laporan akhir

Universitas Pertamina - 22
Universitas Pertamina - 23
DAFTAR PUSTAKA
American Institue of Steel Construction. (1989). Manual of Steel Construction 9th. Chicago.
American Petroleum Institute. (2000). API RP-2A WSD. Washington D. C.: API Publishing Services.
American Petroleum Institute. (2014). API RP 2EQ - Seismic Design Procedures and Criteria for
Offshore Structures. Washington D. C.: API Publishing Services.
American Petroleum Institute. (2014). API RP-2A WSD. Washinton D. C.: API Publishing Services.
Barltrop, N., & Adams, A. (1991). Dynamics of Fixed Marine Structures - Third Edition. London:
Butterworth-Heinemann Ltd.
Chakrabakti, S. K. (2005). Handbook of Offshore Engineering. USA: Elsevier.
Dawson, T. H. (1983). Offshore Structure Engineering. USA: Prentice-Hall.
El-Reedy, M. A. (2012). Offshore Structures: Design, Construction and Maintenence. Waltham,
USA: Gulf Professional Publishing.
Gumilang, F. (2008). Analisis Inplace, Seismik, Fatigue dan Plastic Collapse pada struktur Ajungan
Lepas Pantai Tipe Jacket Empat Kaki. Digilib Institiut Teknologi Bandung.
HCML. (2018). EPCI for MDA & MBH Fields Development. Retrieved from
http://open_jicareport.jica.go.jp/pdf/11685823_10.pdf
International Organization for Standardization. (2007). ISO 19901-2. Geneva.
McClelland, B., & Reifel, M. D. (1986). Planning and Design of Fixed Offshore Platforms. Newyork.
Nabavian, M., & Morshed, A. (2010). Extending life of fixed offshore installations by integrity
management: A structural Review. Abu Dhabi, UAE: Society of Petroleum Engineers.
Octavia, B. (2019, December 6). Materi Hukum Newton. Retrieved from Zenius.net:
https://www.zenius.net/blog/23205/materi-hukum-newton-12-dan-3-beserta-contoh-soalnya
Puskar, F. J., Aggrwal, R. K., Cornell, C. A., Moses, F., & Petrauskas, C. (1994). A Comparison of
Analytically Predicted Platform Damage to Actual During Hurricane Andrew. Offshore
Technology Conference. Houston, TX: OTC Paper 7473.
Rachman, D. M., Drehem, B. M., & Ghiffari, B. (2016). Analisis Seismik, Kelelahan, dan Load Out
pada Az-Zuhud Well Head and Production Platform. Surabaya: ITS, Jurusan Teknik
Kelautan.
Ramadhan, F. A., Habib, M. A., & Mustofa, J. H. (2017). Analisis Seismik, Kelelahan dan Load Out
pada Leigen Z-10 Wellhead Platform. Jurusan Teknik Kelautan, ITS.
Santos (Madura Offshore) PTY. LTD. (2018). Jacket General view Meliwis WHP. Madura. Retrieved
from www.wikipedia.com
Tawekal, R. L. (2011). Perencanaan Bangunan Lepas Pantai. Bandung: ITB Press.

Universitas Pertamina - 24

Anda mungkin juga menyukai