Anda di halaman 1dari 17

TUGAS TERSTRUKTUR

PENANGANAN KELAHIRAN ANAK BABI

OLEH :

NUR BAITI

1809511052

18-B

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat-
Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaian tuga ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun judul tugas ini berjudul “ PENANGANAN KELAHIRAN
ANAK BABI ’’. Penulis menyadari bahwa paper ini belum sempurna, namun
penulis merasa gembira dan bangga apabila tulisan ini berguna dan bermanfaat
bagi pembaca dan dengan kerendahan hati penulis mengharapkan segala kritik
dan saran yang membangun demi penyempurnaan paper ini. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.

Denpasar, Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1......................................................................................................................
Latar Belakang
.....................................................................................................................
1
1.2........................................................................................................................................Tujuan
............................................................................................................................................2
1.3....................................................................................................................................... Manfaat
............................................................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................3
BAB III...........................................................................................................................................9
METODE.......................................................................................................................................9
BAB IV..................................................................................................................10
HASIL DAN PEMBAHASA........................................................................................................10
BAB V...........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................12
2.1.................................................................................................................................... Kesimpulan
...........................................................................................................................................12
2.2......................................................................................................................................... Saran
...........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ternak babi adalah salah satu ternak yang dapat menunjang kebutuhan
masyarakat akan protein hewani, walaupun ternak babi ini hanya bisa di konsumsi
oleh sebagian dari masyarakat, oleh karena itu produksi ternak babi perlu di
tingkatkan. Ternak babi merupakan komoditas yang memiliki potensi besar untuk
dikembangkan karena mempunyai sifat-sifat menguntungkan, yaitu mampu
mengubah bahan makanan menjadi efisien, mempunyai siklus reproduksi yang
pendek, dan bersifat prolific (beranak banyak) berkisar 8-14 ekor dalam setiap
kelahiran, dengan rata-rata dua kali beranak pertahunnya, lebih cepat tumbuh, dan
cepat dewasa. Sihombing (2006) ternak babi juga merupakan ternak pemakan segala
yang termasuk di dalamnya limbah pertanian, limbah industri, dan lain sebagainya
yang tidak lagi digunakan oleh jenis ternak lain.
Ternak babi juga mempunyai potensi besar dalam penyediaan daging secara
nasional, ditinjau dari jumlah populasi ternak babi di Indonesia sebesar 6.710.758
ekor dengan jumlah pemotongan 3.092.420 ekor dan produksi daging sebanyak
225.905 ton pada tahun 2007. Ternak babi mempunyai sumbangan produksi daging
sebesar 10,93%.Sulawesi Utara merupakan daerah yang memproduksi daging babi
keempat terbanyak Setelah Bali, Sumatra Utara, dan NTT.Berdasarkan statistik
peternakan dan kesehatan hewan (2011), total pemotongan ternak babi di Sulawesi
Utara adalah 12,15% dari total pemotongan ternak babi di Indonesia.
Ternak babi yang dilahirkan mempunyai bobot badan yang tidak merata atau
tidak seragam, dengan demikian anak babi yang mempunyai bobot badan rendah akan
mempengaruhi penampilan ternak babi sampai pada penyapihan. Pond and maner
(1974) menyatakan, anak babi yang mempunyai bobot badan rendah erat hubungan
dengan ketahanan hidup.Penampilan ternak babi yang baik akan meningkatkan
produktivitas ternak dan sebaliknya penampilan produksi yang buruk akan
menurunkan produktivitas ternak. Babi yang dihasilkan oleh suatu peternakan babi
akan mempunyai performans yang baik apabila manajemen pemeliharaan yang
digunakan juga baik. Manajemen pemeliharaan babi harus disesuaikan dengan
periode masa pertumbuhan babi, dari manajemen pemilihan bibit, pemberian paka,

1
perkawinan, kesehatan dan lain-lain. Maka dari pada itu, manajemen pemeliharaan
sangat menentukan kuantitas maupun kualitas babi yang dihasilkan.
Usaha beternak babi mempunyai dua tujuan yaitu untuk menghasilkan daging
dan untuk memperoleh keuntungan maksimum. Usaha ternak babi diusahakan petani
sebagai sumber pendapatan mereka (Kojo at al, 2014).Anak babi yang lahir umumnya
mempunyai bobot badan tidak seragam yaitu ada yang mempunyai bobot badan yang
tinggi, ada yang rendah yaitu lebih kecil satu kg sampai lebih besar dua kg hal ini
dapat mempengaruhi ketahanan hidup anak babi. Anak babi dilahirkan dengan bobot
badan yang tinggi dapat kesempatan hidup sampai di sapih. Sebaliknya yang
mempunyai bobot badan rendah tidak akan bertahan hidup. Hal ini mungkin di
sebabkan persaingan dalam menyusu dari anak babi itu sendiri. Anak babi yang
mempunyai bobot badan tinggi lebih mendapatkan kesempatan untuk memperoleh air
susu dari pada yang bobot badan rendah. Salah satu faktor penting yang perlu
diperhatikan dalam pemeliharaan ternak babi adalah masalah pakan. Hal ini
disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan ternak babi sangat tergantung
pada pakan yang diberikan dan biaya untuk penyediaan pakan pada usaha beternak
babi dapat mencapai 80% dari total biaya yang dibutuhkan (Sihombing, 1997). Usaha
peternakan babi relatif mudah dikembangkan, daya reproduksi tinggi dan cepat
menghasilkan daging yang berkualitas. Peningkatan konsumsi daging babi oleh
masyarakat berdampak positif terhadap usaha peternakan babi.
1.2. Tujuan
Tujuan dari karya tulis ini yaitu agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan
mempelajari tentang pemeliharaan ternak babi periode starter atau anakan dengan
mengetahui perlakuan khusus
1.3. Manfaat
Manfaat dari karya tulis ini yaitu agar mahasiswa/I dapat mengetahui dan
mempelajari tentang pemeliharaan ternak babi periode stratee atau anakan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pertambahan berat badan (PBB) perlu kita ketahui karena pertambahan bobot
badan dari anak babi sangat berpengaruh pada waktu akan di sapih. Biasanya faktor
yang mempengaruhi pertambahan borot badan adalah produksi air susu induk, jumlah
anak yang dilahirkan, pemeliharaan induk yang sedang menyusui, kualitas ransum
yang diberikan, dan keturunan/genetik dari ternak babi itu sendiri.

Pond and Maner (1974) menyatakan, jumlah anak babi sekelahiran (litter size)
yang tinggi dengan bobot lahir yang rendah juga akan mempengaruhi mortalitas anak
babi selama menyusu. Perkembangan juga anak babi sangat tergantung pada
kemampuan anak babi mengkonsumsi air susu pada induk babi selama laktasi.
Mortalitas anak babi sangat mempengaruhi berkembangnya suatu usaha peternakan,
penampilan produksi anak babi tidak lari dari angka mortalitas, baik pada waktu
ternak baru di lahirkan sampai pada saat anak babi akan di sapih.

Usaha ternak babi sudah lama dikenal dan dikembangkan oleh masyarakat
pedesaan.Jenis bangsa babi yang sering dikembangkan oleh petani peternak adalah
jenis babi Landrace dan babi Duroc (Nuryasa, 2015). Faktor produksi yang
digunakan petani peternak babi dalam mengembangkan usahanya diantaranya :

1. Kandang
2. Tenaga kerja
3. Pakan

Perubahan faktor produksi tersebut berpengaruh terhadap produksi ternak babi.


Kandang merupakan hal yang sangat penting dalam menujang keberhasilan usaha
peternakan babi (Sinaga dan Martin, 2010).Kandang merupakan tempat menampung
ternak babi yang dibuat di sekitar rumah (Mengu et al. 2017).Kandang dalam
penelitian ini dibagi dua macam yakni kandang induk dan kandang starter.

Selain itu juga, untuk meningkatkan produktivitasnya, perlu diketahui


mengenai tatacara pemeliharaan sesuai dengan tahapan umurnya. Terlebih untuk babi
yang baru lahir, karena sejak lahir hingga berumur 10 hari, anak babi sangat sensitif
dalam menghadapi lingkungan yang berat sehingga angka kematiannya cukup tinggi,
terutama jika pemeliharaannya kurang baik. Demikian setelah induk babi melahirkan

3
anak dengan segera lepaskan lapisan tipis yang membungkus tubuhnya dengan
sehelai kain kering. Dengan demikian anak babi menjadi kering dan mencegahnya
dari kedinginan. Lepaskan sesegera mungkin setiap cairan yang mengganggu lobang
hidung dan mulut. Apabila anak babi tidak dapat bernafas secara bebas, pegang kedua
kaki belakang dengan kepala ke bawah dan ayunkan perlahan untuk mempercepat
pelepasan cairan dari lobang hidung. Juga, dengan mengurut pelan-pelan pada bagian
dadanya dan mengisap keluar cairan dari lobang hidung dapat merangsang
pernafasan.

Tiga hari pertama setelah beranak merupakan masa kritis, sebab anak babi
sangat peka terhadap berbagai bahaya. Tanpa bulu-bulu yang cukup untuk melindungi
tubuhnya, anak-anak babi sangat peka terhadap udara dingin. Kemungkinan terinjak
atau terhimpit oleh induk, atau kelaparan bila produksi susu induk jelek sehingga anak
kekurangan gizi dan lemah. Perhatikan baik-baik anak-anak babi ini bila menjerit
lapar. Perhatikan dan periksa puting susu atau ambing induknya: bila terasa sangat
panas atau sangat dingin, segera panggil dokter hewan untuk dibedah. Setelah 3 hari
pertama masa kritis berlalu, anak-anak babi akan menjadi lebih baik. Pada masa
setelah kelahiran (post farrowing), adalah penting mengarahkan anak-anak babi
sampai ke ambing supaya mendapatkan konsumsi kolostrum.

Ternak muda memiliki kemampuan untuk menyerap antibodi secara langsung


ke dalam aliran darah untuk beberapa jam pertama setelah lahir. Kemampuan tersebut
kemudian akan berkurang karena penambahan usia, dan terutama setelah cairan
pertama tertelan. Oleh karena itu penting bahwa semua anak-anak babi harus dapat
menyusui kolostrum yang kaya antibodi. Dalam kandang besar, praktik perlakuan
yang baik adalah mengumpulkan anak babi yang pertama lahir, dan membatasi
mereka di daerah ‘creep feeder’ supaya akses ke ambing anak-anak babi yang lahir
kemudian tidak terhalang.

Kadang-kadang, satu atau lebih anak babi yang lahir dari seperindukan ada
yang lemah dan kelihatannya tidak hidup. Periksa bagian tali pusar dan apabila ada
gerakan atau denyutan pada bagian pangkal pusar, masih ada kemungkinan untuk
menghidupkan anak babi kembali dengan pernafasan buatan. Prosedur berikutnya
yang umum dilakukan dalam 24 jam setelah lahir, dan sering segera setelah beranak
telah ditentukan. Seluruh prosedur umunya dilakukan pada waktu yang sama.

4
 Memotong tali pusar
Tali pusar adalah organ yang sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan fetus selama kebuntingan tetapi menjadi suatu bagian yang tidak
diperlukan dan merupakan daerah yang berbahaya untuk masuknya infeksi setelah
anak babi lahir. Dengan demikian, tali pusar harus dipotong dengan cara sederhana
seperti berikut:
a. Ikat tali pusar kira-kira 2 cm dari pangkal dengan seutas benang steril
untuk meyakinkan tidak ada bahaya karena pendarahan melalui arteri
tali pusar.
b. Potong tali pusar dengan gunting atau pisau di bawah ikatan.
c. Oleskan ditempat pemotongan tali pusar dengan yodium tincture keras
untuk mencegah infeksi atau sakit pada tali pusar.
 Memotong gigi
Anak babi lahir dengan empat pasang gigi atau delapan gigi tajam, dua pasang
pada tiap rahang disebut gigi “hitam”, gigi “jarum” atau gigi “serigala”. Meskipun
gigi tersebut cukup penting pada anak babi, namun gigi tersebut harus dipotong
karena lebih banyak menimbulkan kerugian daripada keuntungannya bagi peternak.
Alasan mengapa dilakukan pemotongan gigi adalah sebagai berikut:
a. Gigi sangat efektif menyebabkan luka pada ambing induk dan mengakibatkan
induk menolak untuk menyusui anak-anaknya
b. Apabila anak babi berkelahi untuk merebut satu puting susu atau bermain
sesamanya, gigi dapat menyebabkan luka pada muka dimana luka tersebut
dapat merupakan jalan masuknya penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme
Salah satu tujuan dari peternakan babi adalah memaksimumkan anak babi
dapat hidup. Pemotongan gigi harus tidak menghasilkan gigi yang hancur
dibawah garis gusi dan harus dilakukan secara higienis. Pemotongan gigi
biasanya dilakukan oleh satu orang seperti berikut:
1. Pegang kuat anak babi dengan satu tangan dimana tiga jari menahan
rahang dan ibu jari menekan dari belakang leher dengan arah
berlawanan
2. Masukkan jari telunjuk pada satu sisi dari mulut persis dibelakang gigi
“jarum” mendekati ujung lidah
3. Dengan alat pemotong gigi atau alat pemotong kuku biasa, potong gigi
diatas gusi. Penting unuk menghindari pemotongan gigi sampai

5
dasarnya, jangan membuat sudut yang tajam atau berberigi yang dapat
menyababkan luka pada gusi dan lidah.
 Memotong ekor
Menggigit ekor adalah suatu masalah yang sering terjadi dihampir semua
peternakan babi, maka secara rutin dilakukan pemotongan ekor anak babi baru lahir.
Panjang ekor yang dipotong dapat dari ujung hingga pangkal ekor. Tetapi biasanya
cukup untuk memotong dua pertiga hingga tiga perempat dari ekor. Pendarahan yang
semakin sedikit terjadi apabila beberapa alat yang digunakan tumpul. Pada umumnya,
perhatian khusus harus diberikan terhadap kesehatan dan kebersihan selama
melakukan pemotongan ekor di usaha peternakan.
 Mendapatkan kolostrum
Segera setelah pemotongan gigi, letakkan kembali anak babi bersama
induknya agar anak babi dapat menusu atau memperoleh air susu pertama (kolostrum)
yang mengandung daya tahan tubuh yang tinggi. Penyerapan kolostrum adalah kritis
untuk kehidupan anak babi yang baru lahir sebagimana fungsinya yang merupakan
sumber utama kekebalan melawan penyakit pada masa awal kehidupan. Hal yang
perlu dicatat bahwa secara bertahap terjadi perubahan kolostrum menjadi air susu
pada dua ke tiga hari periode transisi. Apabila ada anak babi yang lemah, harus
diberikan kesempatan yang baik untuk menyusu dengan mengarahkan anak-anak babi
ke ambing induk.
 Penyuntikan zat besi
Zat besi di dalam tubuh anak babi sangat terbatas, padahal zat itu sangat
esensial untuk pembentukan hemoglobin, yaitu pigmen dalam sel darah merah yang
bertanggung jawab membawa oksigen ke seluruh tubuh. Defisiensi zat besi ini
menyebabkan anemia, yaitu suatu penyakit yang lazim terjadi pada anak-anak babi
yang dipelihara dalam kandang. Kadar zat besi di dalam air susu induk sangat sedikit,
karena itu sangat perlu menambahkan zat besi pada anak babi yang baru lahir.
Penambahan ini dapat diberikan melalui oral atau dengan injeksi.
Anemia pada anak babi menyusu merupakan masalah yang telah lama
diketahui secara baik oleh para peternak maju. Hal ini terjadi disebabkan oleh
kekurangan zat besi dimana plasenta dan ambing tidak efisien memindahkan mineral
tersebut. Penambahan zat besi untuk mengatasi kekurangan zat besi pada anak babi
yang tidak bersentuhan dengan tanah dapat diberikan baik melalui mulut maupun
disuntikkan.

6
Dalam air susu induk kandungan zat besinya sangat rendah dan anak babi
yang lahir menyimpan zat besi dalam jumlah yang terbatas dimana biasanya hanya
mencukupi kebutuhan dari satu minggu setelah lahir. Pada waktu lahir, dalam tubuh
anak babi mengandung kira-kira 40 – 50 mg zat besi, disimpan terutama dalam hati,
dimana anak babi mulai mengguankannya segera setelah lahir. Secara rata-rata anak
babi membutuhkan 7 mg zat besi setiap hari pada minggu pertama setelah lahir,
sedangkan air susu induknya hanya dapat memberikan 1-2 mg per hari kepada tiap
ekor anaknya. Dengan demikian, anak babi akan kehabisan simpanan zat besi dan
anemia akan timbul setelah satu minggu. Apabila tidak teramati, perkembangan
anemia dan resiko kematian akibat mencret, radang paru-paru dan penyakit menular
lainnya akan meningkat.
Anemia bukanlah masalah yang serius apabila ternak babi dipelihara di luar
kandang atau dilepas. Anak-anak babi selalu kontak dengan tanah, yang secara alami
kaya akan sumber zat besi yang diperlukan. Akan tetapi, anak babi yang dipelihara
selamanya dalam kandang dapat mengalami kekurangan zat besi kecuali diberi
tambahan sebelum cadangan atau simpanan zat besi habis dipergunakan. Penyuntikan
zat besi (dan ikatan lain) biasanya dianjurkan diberikan ketika babi berumur tiga hari,
tetapi hasil yang memuaskan dapat diperoleh jika anak babi disuntik sewaktu-waktu
pada minggu pertama setelah lahir. Penyuntikan cairan zat besi secara menyakinkan
dapat mempertahankan hemoglobin pada taraf yang sangat tinggi, tetapi dapat
menyebabkan luka pada tempat penyuntikan,
 Penimbangan pada umur 3 minggu
Sangat dianjurkan menimbang anak babi sebab hal ini menjadi indikator
tentang kemampuan induk mensuplai air susu, karena berat anak babi (litter) pada
umur 3 minggu semata-mata tergantung pada penampilan induk babi akan
kemampuannya menghasilkan dan memberi makan anak-anaknya.
 Kastrasi atau kebiri
Kastrasi adalah suatu pengambilan bagian kelamin utama dari pejantan, dan
yang terbaik dilakukan pada waktu anak babi berumur dua minggu. Pada umur ini,
anak babi dengan mudah ditangani; shok dan gangguan pertumbuhan sangat minim;
dan kesempatan luka terkena infeksi sangat kurang karena tempat atau kandang
menyusu lebih bersih daripada kandang ternak babi sapihan. Kastrasi anak babi
dilakukan terutama untuk mencegah individu yang tidak diinginkan dari gambaran
dirinya sendiri, fasilitas pemberian makan secara bersama, dan juga untuk tatalaksana

7
praktis lainnya. Tujuan dari pengebirian adalah untuk memperbaiki karkas, akan
tetapi kenyataan secara keseluruhan memperlihatkan bahwa pertumbuhan babi jantan
hampir sama bila tidak lebih cepat daripada babi kebiri pada umur pasar yang sama,
dan dengan efisiensi penggunaan makanan dan kualitas karkas yang lebih baik.
Apabila seekor babi akan dikastrasi, kita tidak hanya harus
mempertimbangkan umurnya, tetapi juga kesehatan dan kemampuan dari ternak
terhadap kondisi cekaman (stress). Melakukan kastrasi adalah suatu operasi yang
sederhana tetapi hal ini dapat menimbulkan bahaya apabila seseorang tidak
mempertimbangkan kondisi ternak dan ligkungannya. Kastrasi dapat berhasil pada
setiap musim, akan tetapi paling baik melakukannya apabila keadaan cuaca
menyenangkan, dipilih hari yang cerah, sejuk, hindarkan cuaca dingin, basah atau
beruap.
Anak babi yang baru lahir tidak mampu mengatur suhu tubuhnya sebelum
umur 2-3 hari, tambahan panas diberikan selama keaadaan dingin atau cuaca buruk.
Salah satu cara umum yang dilakukan untuk menanggulanginya adalah menggunakan
lampu (250watt) yang digantung. Hal ini berguna untuk memberi kehangatan dan
menarik perhatian anak babi agar  menjauhi induk apabila tidak sedang menyusu.
Bola lampu digantung kira-kira 70-76 cm dari lantai, disesuaikan dengan
pertumbuhan anak babi.
Anak babi tumbuh dengan cepat dari sejak lahir. Kebutuhan makanannya akan
meningkat dengan bertambahnya umur. Air susu dari induk akan menurun setelah
puncak produksi yang dicapai kurang lebih tiga minggu setelah beranak, sehingga
pemberian zat makanan dan ransom anak babi yang lezat dan disukai anak babi sangat
diperlukan. Memberi makanan ke anak babi pada waktu menyusu baik dimulai pada
umur kira-kira satu minggu. Hal ini memberi jaminan bahwa anak babi
mengkonsumsi makanan penguat yang cukup sebelum produksi air susu dari induk
mulai menurun. Anak babi yang dibiasakan untuk memakan ransom kering sebelum
disapih adalah menguntungkan baik untuk proses pencernaan dan tingkah laku
makannya. Pembentukkan lebih awal kemampuan bakteri dari pencernaan makanan
yang bukan susu akan memperkecil cekaman penyapihan dan dari segi tingkah laku
hal tersebut sangat baik karena telah mengetahui bahwa makanan kering adalah untuk
dikonsumsi.
Kebanyakan peternakan intensif diluar negeri menyapih anak seperindukan
pada rataan umur empat sampai enam minggu. Biasanya anak babi yang disapih pada

8
umur dua bulan, induk akan mengalami kondisi yang menurun dimana pada banyak
kejadian tidak mau untuk segera dikawinkan kembali setelah penyapihan anak-
anaknya. Apabila penyapihan dilakukan lebih awal dari 56 hari, seekor induk dapat
beranak kira-kira empat sampai lima kali dalam dua tahun, diman induk biasanya
birahi pada hari ketiga sampai hari ketujuh setelah penyapihan.

BAB III

METODE

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah babi induk Hasil
Persilangan keturunan Landrace,Yorkshire, dan Duroc dengan bobot badan berkisar
antara 100-108 kg. setelah induk beranak, anak babi tersebut di jadikan bahan untuk
di teliti. Kandang yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah kandang babi
bunting, kandang induk babi beranak. Dan juga di penelitian ini menggunakan
Prosedur analisis atau teknik mengolah data yang digunakan adalah teknik
pengumpulan data sekunder. Teknik pengumpulan data sekunder merupakan data
yang didapatkan secara tidak langsung. Teknik pengumpulan data sekunder didapat
dari pengumpulan data dan informasi tentang pemeliharaan ternak babi.

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Anak babi yang baru lahir tidak mungkin tahan hidup tanpa memperoleh air
susu yang cukup dan temperatur lingkungan yang memadai (Sihombing, 2006). Anak
babi yang berumur 1-10 hari, anak babi yang lemah saat dilahirkan langsung di tuntun
keputing induk agar mendapat putting yang air susunya lancer sedangkan anak babi
yang kuat berdiri langsung didekatkan pada induk dengan sendiri nya mencari puting
susu yang air nya lancar. Hal ini sesuai dengan pendapat prasetya (2012) bahwa, anak
babi yang kuat akan memperoleh puting yang air susunya lancar, tetapi sebaliknya
yang lemah akan terdesak dan akan memperoleh puting yang jelek yang air susunya
sedikit. Oleh sebab itu anak yang lemah atau kecil mendapatkan susu yang paling
sedikit maka anak tersebut menjadi lebih kecil maka dengan itu perlu diberikan susu
atau makanan tambahan bagi anak selama menyusui. (Sinaga,2010)

Anak babi umur 3 – 10 hari mengalami masa kritis. Sangat sensitif dan tidak
berdaya menghadapi lingkungan yang berat, anak babi mudah kedinginan, anak babi
banyak mati tertindih dan anak babi mati lemas ( Yudhie, 2009). Anak babi pada
waktu lahir belum mempunyai sistim pengaturan suhu tubuh yang baik. Anak babi ini
tidak mampu mengatasi dirinya terhadap panas atau dingin yang berlebihan. Suhu
udara ikut menaikan kematian anak babi pada umur 2 – 3 hari, karena anak babi yang
kedinginan dan menggigil pergerakannya menjadi lamban sehingga lebih mudah
ditindih oleh induknya. Meskipun demikian, telah diketemukan bahwa di negara –
negara tropik angka kematian anak babi karena ditindih induknya dapat dikurangi
dengan memberikan panas pada anak babi setelah lahir selama beberapa hari (Yudhie,
2009).

10
Penanganan anak babi yang harus dilakukan yaitu segera setelah anak keluar
dari tubuh induk dan segera melepas lapisan tipis yang membungkus tubuhnya dengan
kain kering untuk menghindari kedinginan pada anak babi. Lepaskan sesegera
mungkin setiap cairan yang mengganggu lobang hidung dan mulut. Apabila anak babi
tidak dapat bernafas secara bebas, pegang kedua kaki belakang dengan kepala ke
bawah dan ayunkan perlahan untuk mempercepat pelepasan cairan dari lobang
hidung. Juga, dengan mengurut pelan-pelan pada bagian dadanya dan mengisap keluar
cairan dari lobang hidung dapat merangsang pernafasan (Yudhie 2009). Salah satu
atau lebih anak babi yang lahir dari seperindukan akan memungkinkan lemah,
sehingga periksa bagian tali pusar dan apabila ada gerakan atau denyutan pada bagian
pangkal pusar, masih ada kemungkinan untuk menghidupkan anak babi kembali
dengan pernafasan buatan. Prosedur berikutnya yang umum dilakukan dalam 24 jam
setelah lahir, dan sering segera setelah beranak telah ditentukan.

Untuk pemotongan gigi taring anak babi yang baru lahir harus dilakukan
dengan segera setelah lahir untuk menjaga agar tidak melukai ambing susu induk,
dengan menggunakan tang pemotong ini harus hati-hati agar tidak kena gusi / lidah,
pemotongan ekor dapat dilakukan bila diperlukan untuk kebersihan dan menghindari
perkelahian (Sinaga,2010)

Menyediakan kandang beranak lengkap dengan terali besi. Terali ini semacam
kurungan yang sempit, hanya cukup untuk seekor induk dan hanya bisa berdiri,
bergerak maju dua langka dan mundur dua langkah, dan juga ada sedikit ruangan
untuk rebahan lalu berdiri lagi, hal ini dilakukan untuk membatasi ruang gerak induk,
supaya mengurangi resiko ada anak yang mati karena tergencet induk (Partodihardjo,
1982). Anak babi yang di pelihara terkurung akan menyebabkan anemia cepat muncul
karena pesediaan Fe dalam babi cukup rendah dan juga Fe dalam susu cukup rendah,
ciri anak babi yang kekurangan Fe ini terlihat pucat, lemah, bulu berdiri dan bernafas
cepat oleh sebab itu 48-72 jam zat besi harus diberikana dengan cara disuntik dengan
iron dextran kedalam otot leher atau paha. Dari penyakit Anemia sendiri dapat
menyebabkan kematian tiba-tiba.

Tingkat mortalita anak-anak babi prasapih merupakan salah satu factor


penentu yang sering kali menjadi suatu masalah yang serius dalam budidaya ternak
babi. Walaupun Hutton (1989) berpendapat bahwa periode kritis bagi anak-anak babi

11
terjadi pada umur lepas sapih, tetapi ternyata pada periode menyusui (suckling period)
nasib anak-anak babi juga rawan. Untuk meminimalisir stress, suhu kandang anak
lepas sapih hendaknya 27-28o C dan ukuran kandang 0,3 m2 /ekor. Pakan dianjurkan
ransum dengan kadar protein kasar20%. Jumlah anak yang disapih menunjukan belum
terpenuhinya standart sapih untuk anak babi. Faktor- faktor yang mempengaruhi
rendahnya jumlah anak yang disapih yaitu, tingginya angka kematian anak babi pra
sapih yang disebabkan oleh faktor rendahnya produksi susu induk, dan pengaruh
lingkungan (Budiari, 2011).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

2.1. Kesimpulan
Simpulan hasil laporan ini bahwa ternak babi merupakan ternak penghasil
daging yang sangat efisien dan produktif. Ternak babi memiliki nilai ekonomi yang
cukup tinggi sebagai ternak yang dikonsumsi masyarakat untuk memenuhi salah satu
sumber protein hewani. Pemeliharaan ternak babi dengan manajemen yang baik
dengan beberapa perlakuan khusus untuk tujuan tertentu dalam suatu perternakan,
akan memproduksi hasil yang baik, sehingga usaha peternakan babi yang diinginkan
selalu dikembangkan dan berkelanjutan.
2.2. Saran
Semoga pembuatan karya tulis ini dapat menjadi bahan acuan dan referensi
bagi para pembaca, khususnya mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

12
DAFTAR PUSTAKA

Partodiaharjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta Lopez,
H., L. D. Satter, and M. C. Wiltbank.2004. Relationship between level of milk
production and estrous behavior of lactating dairy cows. Anim. Reprod. Sci. 89:209–
223.
Sihombing D.T.H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Zuhriyah A. 2009. Manajemen Kelahiran Anak Babi Yang Baru Lahir. Gramedia Pustaka.
Jakarta.
D Yudhie. 2009. Manajemen Ternak Babi. Diakses tanggal 14 oktober 2015 pada
http://yudhiestar.blogspot.com/2009/12/manajemen-ternak-babi.html
Aritonang dan Ginting. 1989. Teknik Beternak Babi di Indonesia. Jakarta (ID): PT Rekan
Anda Setiawan. Hal 29-34
Budiari. 2011. Pemberian susu skim mengurangi kematian anak pra sapih.
http://bali.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?
option=com_content&view=article&id=97:pemberian-susu-skim-mengurangi-angka-
kematian-anak-babi-pra-sapih&catid=39:jurnal&Itemid=72 (Diakses 12 ktober 2015).
Kerta Besung, I.N. (2019) Manajemen Penanganan Anak Babi Perkuliahan Manajemen dan
Kesehatan Babi, FKH, UNUD
Sampurna L.P. (2018) Menyusun Ransum dan Pemeliharaab Babi. Fakultas Kedokteran
Hewan, UNUD

13

Anda mungkin juga menyukai