Pendekatan Spices DAN Problem Based Learning (PBL) : Pendahuluan
Pendekatan Spices DAN Problem Based Learning (PBL) : Pendahuluan
PENDEKATAN SPICES
DAN
PROBLEM BASED LEARNING (PBL)**
PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan proses pengembangan kreativitas berpikir yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa serta dapat meningkatkan dan mengkonstruksi
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan dan pengembangan yang baik
terhadap materi perkuliahan (1).
Berbagai metoda pembelajaran telah dikembangkan sejak dahulu kala yang dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu metoda pembelajaran yang berbasis Teacher
Centered atau dikenal sebagai traditional approaches dan metoda pembelajaran yang berbasis
Student Centered atau dikenal sebagai innovative approaches (SPICES approaches). Pemilihan
pendekatan dalam proses pembelajaran ini merupakan langkah pertama dalam penyusunan
kurikulum. Kurikulum adalah suatu dokumen yang berisi tujuan pendidikan, keluaran yang
dikehendaki, isi/materi yang harus dikuasai oleh peserta didik yang berupa pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku, metoda pembelajaran, cara evaluasi, sumber daya manusia yang
terlibat, sarana dan prasarana, pengaturan waktu dan jadwal pembelajaran (2). Berbagai metoda
pembelajaran yang telah dikembangkan sejak dahulu kala misalnya kuliah satu arah, kuliah
interaktif, praktikum, latihan ketrampilan, Question Based Learning, Problem based Learning,
Problem solving Learning dan sebagainya.
Pada kesempatan ini akan dibahas secara singkat tentang 2 kelompok pendekatan
pembelajaran tersebut yaitu pendekatan Inovatif (SPICES)/ Student Center Learning dan
pendekatan Traditional (Teacher Centered Learning) serta salah satu metoda pembelajaran yaitu
Problem Based Learning (PBL).
** Disajikan pada acara Pelatihan Pendidikan di Program Pendidikan Ilmu Komputer STMIK
Bidakara, Jakarta 21 Februari 2009
2
S tudent-centered Teacher-centered
P roblem- based Information gathering
I ntegrated Discipline-based
C ommunity-based (C onsummer-based) Hospital-based
E lective Standard program
S ystematic Apprenticeship-based
those facts to think and solve problems. Paul (13) menyatakan bahwa : knowledge exists only in
minds that have comprehended and justifiued it through thought. Knowledge is something we
must think our way to, not something we can simply be given. Knowledge is produced by
thought, evaluated, refined, maintained and transformed by thought. Knowledge can be acquired
only through thought. The educational phylosophy underlying educational goals, standards, and
objectives should be based on an accurate and full conception of the dependence of knowledge on
thought.
Jelaslah bahwa pembelajaran yang seharusnya adalah pembelajaran yang dapat memicu
atau merangsnag kegiatan berpikirnya mahasiswa untuk dapat terlaksananya tahap pertama proses
pembelajran, yaitu perolehan pengetahuannya mahaiswa sendiri. Pada saat ini mahaiswa
memperoleh pengetahuannya melalui kuliah yang diberikan staf akademik yang merupakan
metode tradisional secara turun temurun. Melalui kuliah tersebut staf pengajar memberikan
pengetahuannya berorientasi pada hasil pembelajaran staf akademik. Jadi sebenarnya yang
mengalami pembelajaran saat ini hanyalag staf akademik, sedangkan mahasiswa hanya meniru
dan menghapal pengetahuan tersebut.
DEFINISI
Problem Based Learning (PBL) merupakan metoda pembelajaran berdasarkan pada
prinsip penggunaan kasus (masalah) sebagai titik pangkal untuk mendapatkan dan
mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang baru (HS. Barrows, 1982). Pengertian lain dikemukan
oleh Albanese dan Mitchel (1993) PBL adalah metoda instruksional yang ditandai oleh
penggunaan masalah pasien sebagai konteks untuk mahasiswa mempelajari kemampuan
memecahkan masalah dan mendapatkan pengetahuan tentang ilmu-ilmu dasar kedokteran dan
klinik.
SEJARAH
Sejarah PBL sebenarnya telah dimulai pada tahun 1920 ketika itu Celestine Freinet,
seorang guru SD yang baru kembali dari Perang Dunia I kembali kekampung halamannya di
sebuah pedesaan di Barsur-loup di bagian tenggara Perancis. Ia menderita cedera yang serius dan
menyebabkannya tak bisa bernafas panjang. Ia sangat ingin mengajar kembali di SD tetapi ia tida
5
sanggup untuk bersuara keras dan lama. Sebagai gantinya ia menggunakan metoda lain
menggantikan metoda tradisional yang biasanya dianut ketika itu. Ia meminta murid-muridnya
untuk belajar mandiri dan ia hanya memfasilitasi saja. Inilah awal pertama cikal bakal PBL
diperkenalkan. Sejarah PBL modern dimuali pada awal tahun 1970 di Mc Master University
Faculty of Health Science di Kanada. Sejak itu PBL dipakai secara luas di banyak negara.
MENGAPA PBL ?
Ada beberapa alasan mengapa PBL digunakan dalam proses pembelajaran di perguruan
tinggi yaitu
1. Seorang lulusan tidak dapat menaggulangi masalah yang dihadapinya hanya dengan
menggunakan satu disiplin ilmu. Ia harus mampu menggunakan dan memadukan ilmu-
ilmu pengetahuan yang telah dipunyai atau mencari ilmu pengetahuan yang
dibutuhkannya dalam rangka menanggulangi masalahnya.
Melalui PBL yang diawali dengan pemberian masalah pemicu kepada mahasiswadapat
menerapkan suatu model pembelajaran secara spiral (spiral learning model) dengan
memilih konsep dan prinsip yang terdapat dalam sejumlah cabang ilmu, sesuai kebutuhan
masalah. Dengan diberi sejumlah masalah pemicu, diharapkan sebagian besar/seluruh
materi cabang ilmu dicakup.
2. Integrasi antara berbagai konsep/prinsip/informasi cabang ilmu dapat terjadi
3. Kemampuan mahasiswa untuk secara terus menerus melakukan “up-dating” /
pengembangan pengetahuannya tercapai
4. Perilaku sebagai seorang “ life long learner” dapat tercapai
5. Langkah-langkah PBL yang dilaksanakan melalui diskusi kelompok dapat menghasilkan
sejumlah ketrampilan sebagai berikut
a. ketrampilan penelusuran kepustakaan
b. ketrampilan membaca
c. ketrampilan/kebiasaan membuat catatan
d. kemampuan kerjasama dalam kelompok
e. ketrampilan berkomunikasi
f. keterbukaan
g. berpikir analitik
h. kemandirian dan keaktifan belajar
i. wawasan dan keterpaduan ilmu pengetahuan
6. Dapat mengimbangi kecepatan informasi atau ilmu pengetahuan yang sangat cepat.
6
LANGKAH-LANGKAH PBL
Setelah mahasiswa menerima skenarion/masalah pemicu, masing-masing mahasiswa
perlu membaca dengan cermat seluruh masalah pemicu. Setelah selesai, selanjutnya dalam
kelompok (yang sudah disusun oleh pengelola) melakukan langkah implementasi PBL yang
terdiri atas 12 langkah (Brenda)
1. Clarification and definition of the problem
2. Analysis of the problem
3. Development of Hypothesis (ses) / plausible explanations
4. Identification and characterization of the knowledge needed
5. Identification of what is already known
6. Identification of appropriate learning resources
7. Collection of new information/knowledge
8. Synthesis of old and new information, and understanding of it by application to the
problem
9. Repetition of all or some of the previous steps as necessary
10. Identification of what was not learned
11. Summary of what was learned and if possibe
12. Testing the understanding of the knowledge by its application to another problem.
RUJUKAN
1. Tim Kerja Direktorat Pembinaan Akademik dan kemahasiswaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (2005) Tanya jawab seputar unit
pengembangan materi dan proses pembelajaran di perguruan tinggi.
2. Grant J. (2006). What is curriculum? Definition and Standards, Principles of curiculum
design, Association for The Study of Medical Education, 3-9
3. Grant J. (2006). Steps in Curriculum Design, Principles of curiculum design, Association
for The Study of Medical Education, 17-27
4. Soepardi, E (2008), New Paradigm in Medical Education, Seminar On the 12 Roles of
Medical Teacher.
5. Kemp. J.E., (1977)., Instructional Design, A plan for unit and course Development,
California: Fearon-Pitman Publishers.
6. Guiber J.J., (1977), Educational Handbook for Health Personnel, Gneva, Switzerland.
7
7. Rose C, and Nicholl M.J. (1997). Accelerated Learning for the 21st Century, Ther six
step plan to unclock Your Master- mind.
8. Departement Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (1983-
1984), Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V, Buku IIA Dasar Ilmu
Pendidikan.
9. Ballard B and Clanchy J. (1984) Study abroad, A manual for Asian Students Logman
Malaysia.
10. Utomo T, dan Ruijter KK., (1989), Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan, Jakarta
PT Gramedia.
11. Fraser K (1996) Student Centered Teaching, The Development and Use of conceptual
frameworks, HERDSA
12. Ewan C.E., (1984). Teaching Skills Development manual
13. Paul R (1990), Critical thinking handbook: 4th - 6th grades: Foundation for Critical
Thinking. Sanoma State University.
14. Albanese MA, Mitchell S (1993) : Problem based learning : A Review of literature on its
outcome and implementation issues. Acad med 68: 52-81
15. Barrows, H.S., and Tamblyn, RM (1980), Problem Based Learning. An approach to
medical education, New York: Springer Publishing Company
16. David T, Patel L, Burdett K, Rangachari P (2003) : The origin and history of Problem
Based Learning , Problem Based Learning In Medicine, 1-3
17. Muay TS, Chhem R, (2003) , Problem-Based Learning: An Introduction, SGH
Proceding: 12: 1: 45-49
18. Brenda , LA (1986), Changes in Education for national Health manpower for the twenty-
first century, Mc Master University and from the world health oragization publication,
Manila