Anda di halaman 1dari 13

LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN

HYDRAZINE
 
Rumus Molekul : N2H4                                                                                 
Massa Molekul : 32,05 Dalton
1. PENANDA PRODUK
NOMOR REGISTER CAS : 302-01-2
NOMOR HS : 2825.10.0000
NOMOR UN : 2029
 
Sinonim dan nama dagang
 
Anhydrous hydrazine, Diamine; Diamide; Hydrazine base; Levoxine, Oxytreat 35
 
2. SIFAT KIMIA DAN FISIKA
a. Keadaan fisik : Cairan berasap, bertekstur seperti minyak,
higroskopik, tidak berwarna, berbau seperti
amonia
b. Titik beku : 2 °C
c. Titik didih : - 9°C

d. Titik nyala : 38 °C
e. Suhu minimum dapat terbakar sendiri : 270 °C
f. Tekanan uap : 14,4 mmHg pada 20 °C
g. Kerapatan uap : 1,1 pada 15 °C (udara = 1)
h. Berat jenis : 1,004 pada 25 °C
i. Ambang bau : 3,0 bpj
j. Indeks refraksi : 1, 4698 pada 22,3 °C; 1,4644 pada 35 °C
k. Kelarutan : Dapat bercampur dengan air; larut dalam
metanol, etanol, propanol, isobutanol, dan
hidrokarbon, tidak larut dalam kloroform dan
eter
 
3. ELEMEN LABEL BERDASARKAN GHS
a. Penanda Produk : (mencakup informasi tentang nama senyawa atau
komposisi kimia penyusun produk dan/ atau nama
dagang serta nomor pengenal internasional seperti
Nomor Registrasi CAS, Nomor UN atau lainnya).
b. Identitas Produsen/Pemasok : (mencakup nama, nomor telepon dan alamat lengkap
dari produsen/ pemasok bahan kimia)
c. Piktogram Bahaya :

d. Kata Sinyal : "BAHAYA"


e. Pernyataan bahaya :  Cairan dan uap mudah menyala
 Fatal jika terkena kulit
 Toksik jika tertelan dan terhirup
 Menyebabkan luka bakar pada kulit dan
kerusakan mata yang parah
 Dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit
 Diduga menyebabkan kanker
 Diduga menyebabkan kerusakan genetik
 Sangat toksik bagi kehidupan akuatik
f. Pernyataan kehati-hatian (hanya :  Gunakan alat pelindung diri seperti yang
memuat sebagian dari pernyataan dipersyaratkan
kehati-hatian yang ada)  Jauhkan dari sumber nyala seperti panas/
percikan/ nyala api – dilarang merokok
 Basuh tangan dengan saksama sesudah
menangani bahan ini
 Pakaian kerja yang terkontaminasi tidak
diperbolehkan dibawa keluar dari tempat kerja
 Jika tertelan : basuh mulut. Jangan
merangsang muntah
4. PENYIMPANAN
Simpan di luar atau dalam gedung yang terpisah. Sediakan  perlindungan terhadap kebakaran dan
sistem pengendali tumpahan yang sesuai dengan tingkat bahaya bahan. Pisahkan dari bahan yang
tidak boleh dicampurkan seperti asam, bahan oksidator, dan oksida logam. Penyimpanan yang
normal di bawah nitrogen.
 

5. PENGGUNAAN
Sebagai bahan kimia antara pada pabrik kimia/ pertanian, serat filter anti oksidan, zat pereduksi
dalam pembuatan derivat hidrazin, bahan bakar roket, sebagai katalis polimerisasi dan produk
farmasi.
 
 
6. STABILITAS DAN REAKTIVITAS
a. Stabilitas   Dapat menyala bila terkena udara.
b. Peruraian yang berbahaya Hasil peruraian pada pemanasan berupa oksida
nitrogen.
c. Polimerisasi Tidak terjadi polimerisasi.
d. Kondisi untuk dihindar   Hindarkan panas, nyala api, percikan dan sumber
api lain.
Hindarkan penghirupan bahan atau produk hasil
pembakaran. Jauhkan dari tempat persediaan air
dan saluran pembuangan air limbah.
e. Inkompatibilitas Tidak dapat dicampurkan (incompatible) dengan
bahan pengoksidasi, bahan mudah terbakar,
garam-garam logam, oksida logam, senyawa
sianida, senyawa halogen, senyawa peroksida,
dan logam-logam.

Hidrazin dengan :
 Asam nitrat : Reaksi hebat.
 Asbestos : Dapat terbakar dengan sendirinya bila terabsorbsi.
 Bahan mudah terbakar : Dapat terbakar dengan sendirinya bila terabsorbsi.
 Disianofurazan : Dapat terjadi ledakan.
 Dietil seng : Dapat terbentuk senyawa-senyawa yang mudah meledak.
 2,4-Dinitroklorobenzena : Reaksi hebat yang eksotermik.
 Fluor : Dapat terjadi pembakaran.
 Gelas : Dapat merusak bahan.
 Hidrogen peroksida : Dapat terjadi pembakaran.
 Kadmium klorat : Dapat terjadi ledakan.
 Kadmium nitrat : Dapat terjadi ledakan.
 Klor : Dapat terjadi pembakaran.
 Kain : Dapat terbakar dengan sendirinya bila teradsorbsi.
 Kalium : Dapat terjadi ledakan.
 Kalium dikromat : Dapat terjadi ledakan.
 Karet : Dapat merusak bahan.
 Katalis logam : Terjadi peruraian yang hebat.
 Kayu : Dapat terbakar dengan sendirinya bila teradsorbsi.
 Senyawaan kromat : Dapat terjadi ledakan.
 Logam alkali dan amonia : Dapat membentuk senyawa-senyawa yang mudah meledak.
 Magnesium nitrat : Dapat terjadi ledakan.
 Merkuri(II) klorida : Dapat terjadi ledakan.
 Merkuri(II) oksida : Dapat terjadi ledakan.
 Oksida nitrat : Dapat terjadi ledakan.
 Oksigen cair : Dapat terjadi pembakaran.
 Natrium : Dapat terjadi ledakan.
 Natrium dikromat : Dapat terjadi ledakan.
 Nikel : Terjadi peruraian yang hebat.
 Nikel perklorat : Dapat terbentuk senyawa-senyawa yang mudah meledak.
 Bahan-bahan organik : Dapat terbakar dengan sendirinya bila teradsorbsi.
 Bahan pengoksidasi : Dapat terjadi ledakan.
 Platinum : Terjadi peruraian yang hebat.
 Perak klorida : Dapat terjadi ledakan.
 Seng amida : Dapat terbentuk senyawa-senyawa yang mudah meledak.
 Senyawa Titanium : Dapat terjadi ledakan.
 Tanah : Dapat terbakar dengan sendirinya bila teradsorbsi.
 Tembaga klorat : Dapat terjadi ledakan.
 Tembaga(I) oksida : Reaksi hebat.
 Tetryl : Dapat terjadi ledakan.
 Timah klorida : Bereaksi membentuk suatu senyawa, jika dipanaskan dapat terjadi
peruraian yang disertai ledakan.
 Udara : Dapat menyala.

 
7. INFORMASI DAN TAKSIKOLOGI
a. Data Toksisitas :
LD50                 tikus – oral                               60    mg/kg
LD50                 tikus – intraperitoneal               59    mg/kg
LD50                 tikus – intravena                       55    mg/kg
LD50                 mencit – oral                             59    mg/kg
LD50                 mencit – intraperitoneal             62    mg/kg
LD50                 mencit – intravena                    57    mg/kg
LD50                 kelinci – kulit                             91    mg/kg
LD50                 marmut – kulit                         190    mg/kg
LC50                 tikus – terhirup                         34    mg/m3
LC50                 tikus – terhirup                       570    bpj/4 jam
LC50                 mencit – terhirup                    252    bpj/4 jam
b. Data Mutagenik :  
Mutasi pada mikroorganisme – Salmonella
typhimurium 120 µg/pelat (-S9)  
Mutasi pada mikroorganisme – Escherichia
coli  4300 µmol/L (+S9)
Mutasi pada mikroorganisme – Escherichia  
coli  5700 µmol/L (-S9)
Sistem pengujian mutasi lainnya – Escherichia  
coli 800 pmol/tabung
DNA adduct  – Escherichia coli 10 µmol/L  
Sistem pengujian mutasi lainnya – Bacillus
subtilis 10 mmol/L
Mutasi dalam mikrooranisme – Haemophilus  
influenzae 2 mmol/L (-S9)
Mutasi dalam mikroorganisme – mikroorganisme  
lainnya 70 µg/L (-S9)
Mutasi dalam mikrooranisme – Saccharomyces
cerevisae  200 mmol/L (-S9)
Transformasi morfologis – hati manusia 80 µg/L
Transformasi morfologis – sel manusia jenis lainnya
35 mg/L
Uji Inhibisi DNA – sel HeLa manusia 50 µmol/L
Uji Kerusakan DNA – hati tikus 3 mmol/L
Uji Sintesis DNA tak-diatur – paru tikus 250 µg/L
Uji Inhibisi DNA – oral tikus 60 mg/kg
Uji Inhibisi DNA – oral mencit 200 mg/kg
Mutasi dalam sel somatik mamalia – limfosit mencit
1 mmol/L
Transformasi morfologis – ginjal tupai 80 µg/L
Uji Kerusakan DNA – sel telur tupai 250 µg/L
Uji Sintesis DNA tak-diatur – paru tupai 250 µg/L
Uji Kerusakan DNA – limfosit mamalia 95 ppm
c. Data Karsinogenik :
GHS : Kategori 2
IARC : Grup 2B. Bukti pada manusia tidak cukup.
Bukti pada hewan cukup.
NTP : Diantisipasi sebagai karsinogen pada
manusia.
EU : Kategori 2.
ACGIH : A3 – Karsinogen pada hewan.
 
d. Data Iritasi/Korosi : Data tidak tersedia
 
e. Data Teratogenik : Data tidak tersedia
 
f. Data Tumorigenik :
TDLo        tikus – oral 900 mg/kg selama 2 tahun,
secara kontinyu
TDLo        mencit – oral 1951 mg/kg selama 2
tahun, secara kontinyu
TDLo        mencit – intraperitoneal 400 mg/kg
selama 5 minggu, terputus-putus
TCLo        tikus – terhirup 5 bpj/6 jam selama 1
tahun, terputus-putus
TCLo        mencit – terhirup 1 bpj/6 jam selama 1
tahun, terputus-putus
TCLo        marmut – terhirup 1 bpj/6 jam selama 1  
tahun, terputus-putus
TC           tikus – terhirup 1 bpj/5 jam selama 1
tahun, terputus-putus
TC           mencit – terhirup 1 bpj/6 jam selama 1
tahun, terputus-putus
TC           marmut – terhirup 5 bpj/6 jam selama 1
tahun, terputus-putus
 
g. Data Efek Reproduktif :
TDLo            tikus betina hamil – kulit 50 mg/kg
selama 9 hari secara kontinyu
TDLo        tikus betina hamil – intraperitoneal 100
mg/kg selama 6 – 15 hari secara kontinyu
TDLo        tikus betina hamil – intraperitoneal 50
mg/kg selama 6 – 15 hari secara kontinyu
TDLo        tikus betina hamil – intraperitoneal 30
mg/kg selama 7 – 9 hari secara kontinyu
TDLo        tikus betina hamil – subkutan 80 mg/kg
selama 11 – 20 hari secara kontinyu
TDLo        mencit betina hamil – intraperitoneal 48
mg/kg selama 6 – 9 hari secara kontinyu
TDLo        mencit betina hamil – intraperitoneal 80
mg/kg selama 6 – 9 hari secara kontinyu
TCLo        tikus betina hamil – terhirup 4 mg/m3/2
jam selama 7 – 20 hari secara kontinyu
TCLo        tikus betina hamil –terhirup 1 mg/m 3/24
jam selama 1 – 14 hari secara kontinyu
TCLo        tupai jantan – terhirup 1000 bpj/6 jam
selama 1 tahun, secara kontinyu
 
h. Efek Lokal :
Korosif     : melalui paparan terhirup, kulit,
mata, tertelan.
 
i. Organ Sasaran :
Sistem kekebalan (menyebabkan kepekaan),
susunan saraf pusat, hati, ginjal.
 
j. Kondisi Medis yang Diperburuk oleh
Paparan : Gangguan pada sistem pernafasan, kulit
dan alergi.
 
k. Data Tambahan
Alkohol dapat meningkatkan efek toksik
hidrazin.
8. EFEK TERHADAP KESEHATAN
a. Terhirup   
 Paparan Jangka Pendek : Uap dapat menyebabkan iritasi berat pada saluran
pernafasan disertai sakit tenggorokan, batuk, nafas
pendek dan edema paru yang tertunda. Gejala lain dapat
meliputi perasaan gembira atau gelisah yang berlebihan,
tremor, pusing, mual dan koma. Dosis rendah dapat
menyebabkan depresi pada susunan saraf pusat.
Hemolisis sel darah merah, anemia, kerusakan paru, hati
dan ginjal serta perubahan pada lemak otot jantung, juga
telah dilaporkan dapat terjadi. Pada hewan, telah terjadi
kegelisahan atau keletihan, anoreksia, muntah, diare,
penurunan berat badan dan kolaps pada kardiovaskular.
Hewan yang bertahan hidup hingga 1 – 2 hari seringkali
mengalami hipoglisemia, nekrosis hati dan/atau
kegagalan ginjal.
 Paparan Jangka Panjang : Paparan di industri terhadap hidrazin sekali seminggu
selama 6 bulan menyebabkan letargi, tremor, demam,
muntah, diare, sakit perut, feses berwarna hitam,
inkoherensi, pembesaran hati dan ginjal, pendarahan
usus, dan pelunakan hati serta nekrosis. Terdapat cairan
di dalam rongga dada, edema paru dan bronkitis. Telah
dilaporkan terjadinya peningkatan kadar bilirubin dan
kreatinin, serta hematuria dan proteinuria. Kematian
terjadi 20 hari setelah paparan terakhir. Hasil otopsi
menunjukkan adanya radang trakea yang parah, paru
yang terisi eksudat, pembesaran ginjal dengan nekrosis
tubular yang parah, pendarahan interstisial dan radang,
kerusakan hati dengan daerah fokal mikroskopik berupa
nekroskopik dan degenerasi granular sitoplasmik, serta
pembesaran jantung disertai degenerasi serat otot dan
hiperemia. Studi pada hewan menunjukkan terjadinya
penurunan selera makan, penurunan berat badan, mudah
lelah, kelemahan, penekanan hitungan eritrosit, nilai
hematokrit dan konsentrasi hemoglobin, anemia, serta
kerusakan pada paru, hati dan ginjal. Efek reproduktif
telah dilaporkan terjadi pada hewan. Tumor pada hidung,
sebagian besar jinak, telah terjadi pada tikus dan
tupai. Terdapat laporan mengenai terjadinya adenoma
paru pada mencit, adenoma karsinoma tiroid pada tikus
dan adenoma jinak pada tiroid tupai.
b. Tertelan   
 Paparan Jangka Pendek : Dapat menyebabkan iritasi berat disertai kerusakan
tenggorokan, kerongkongan dan gangguan viseral.
Absorbsi dapat menyebabkan efek sebagaimana halnya
pada paparan melalui terhirup jangka pendek. Tertelan
sebanyak sesuap hingga secangkir menyebabkan muntah
mendadak dan pingsan. Korban terlihat memerah namun
tidak demam. Manik mata korban berdilatasi namun
reaktif terhadap cahaya. Setelah pengobatan, korban
memperlihatkan kekerasan yang sporadis dan pupil
menyimpang ke arah kanan; memori dan gerakan sadar
bersifat normal, namun terjadi ataksia, ketidakmampuan
untuk menulis atau merasakan getaran, serta nistagmus
lateral ke kanan.
 Paparan Jangka Panjang : Marmut yang diberikan dosis 0,07 mg/kg/hari dalam air
  minum memperlihatkan efek alergi, perubahan kimiawi
tubuh, dan gangguan pada fungsi hati. Degenerasi lemak
pada hati dan degenerasi pada ginjal telah terjadi pada
hewan. Efek reproduktif telah dilaporkan terjadi pada
hewan. Tumor paru dan hati dilaporkan telah terjadi pada
tikus, serta tumor paru, hati dan kelenjar susu telah
dilaporkan terjadi pada mencit.

c. kontak dengan mata   


 Paparan Jangka Pendek : Konsentrasi uap yang rendah dapat menyebabkan iritasi
yang tertunda disertai penglihatan kabur, luka bakar,
gatal-gatal, pembengkakan dan lakrimasi. Paparan yang
berat dapat menyebabkan kebutaan sementara yang
bertahan hingga 24 jam. Kontak langsung dengan cairan
dapat menyebabkan luka bakar yang parah dan luka
kornea yang permanen.
 Paparan Jangka Panjang : Paparan berulang atau terus menerus dapat
menyebabkan gatal-gatal, luka bakar dan radang selaput
ikat mata.
d. Kontak dengan kulit   
 Paparan Jangka Pendek : Uap dapat menyebabkan iritasi, kemerahan, nyeri, gatal,
dan pembengkakan. Kontak dengan cairan dapat
menyebabkan luka bakar yang dapat menembus kulit.
Dermatitis sensitisasi dapat terjadi pada individu yang
telah terpapar sebelumnya. Absorbsi dapat terjadi melalui
kulit yang utuh dan dapat menyebabkan efek yang serupa
dengan yang dilaporkan dalam paparan melalui terhirup
jangka pendek. Efek reproduktif telah dilaporkan terjadi
pada hewan.
 Paparan Jangka Panjang : Paparan berulang atau terus menerus dapat
menyebabkan pelepuhan eritema atau dermatitis eksema.
Absorbsi melalui kulit dapat menyebabkan efek
sebagaimana halnya pada paparan melalui terhirup
jangka panjang. Paparan berulang dapat menyebabkan
pemekaan pada kulit. Sebagaimana dievaluasi oleh
RTECS, pemberian monohidrat kepada mencit melalui
kulit menyebabkan peningkatan yang signifikan secara
statistik mengenai terjadinya tumor karsinogenik pada
paru.

9. ANTIDOTUM
Data tidak tersedia
10. INFORMASI EKOLOGI
a. Perilaku dan Potensi Migrasi di Lingkungan : Data tidak tersedia
 
b. Data Ekotoksisitas :
 Toksisitas pada Ikan :
LC50 (Mortalitas) 1000 mg/L selama 96 jam – Ictalurus punctatus (Channel catfish)           
 Toksisitas pada Invertebrata :
EC50 (Immobilisasi) 190 mg/L selama 48 jam – Daphnia pulex (Kutu air)
 Toksisitas pada Alga
Fotosintesis 210000 mg/L selama 1 tahun – Plectoma boryanum  (ganggang hijau-biru)
 Toksisitas pada Lainnya
LC50 (Mortalitas) 2120 mg/L selama 96 jam – Ambystoma sp.  (Salmandera)
 
11. KONTROL PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI
a. Batas paparan :
1 bpj (1,3 mg/m3) OSHA TWA (kulit)
0,01 bpj (0,013 mg/m3) ACGIH TWA (kulit)
0,03 bpj (0,04 mg/m3) NIOSH ceiling 120 menit yang direkomendasikan
b. Metode Pengambilan Sampel : Data tidak tersedia
c. Metode/ prosedur pengukuran paparan :
Bubbler; Reagensia; Spektrofotometri Cahaya Tampak (Visible); NIOSH III # 3505
d. Ventilasi :
Sediakan peralatan penyedot udara atau sistem ventilasi proses tertutup. Pastikan sesuai
dengan batas paparan yang ditetapkan.
e. Alat pelindung diri :
 Respirator :
Respirator dan konsentrasi
maksimum penggunaan berikut
dikutip dari NIOSH dan/atau OSHA.
Peralatan pelindung penafasan
harus disertifikasi oleh
NIOSH/MSHA.
 Pada konsentrasi berapa saja
yang terdeteksi
o Alat pernafasan serb
a lengkap jenis apa saja
dengan pelindung wajah
penuh yang dioperasikan
sesuai dengan tekanan
yang dibutuhkan atau
mode tekanan-positif
lainnya.
o Respirator dengan
pasokan udara jenis apa
saja dengan pelindung
wajah penuh yang
dioperasikan sesuai
dengan tekanan yang
dibutuhkan atau mode
tekanan-positif lainnya
dikombinasikan dengan
peralatan pasokan udara
penyelamatan yang
terpisah.
 Tindakan penyelamatan
o Alat pernafasan serb
a lengkap jenis apa saja
yang sesuai.
 Untuk konsentrasi yang tidak
diketahui atau seketika/
langsung berbahaya terhadap
kehidupan atau kesehatan
o Respirator dengan
pasokan udara jenis apa
saja dengan pelindung
wajah penuh yang
dioperasikan sesuai
dengan tekanan yang
dibutuhkan atau mode
tekanan-positif lainnya
dikombinasikan dengan
peralatan pasokan udara
penyelamatan yang
terpisah.
o Alat pernafasan
serba lengkap jenis apa
saja dengan pelindung
wajah penuh.

Pelindung Mata :
Gunakan  kacamata  keselamatan yang tahan pecahan yang dilengkapi dengan
pelindung wajah. Jangan gunakan lensa kontak ketika bekerja dengan bahan
kimia ini. Sediakan kran air pencuci mata untuk keadaan darurat dan semprotan
air deras di sekitar lokasi kerja.
 
 Pakaian :
Gunakan pakaian pelindung tahan bahan kimia yang sesuai
 
 Sarung Tangan :
Gunakan sarung tangan tahan bahan kimia yang sesuai.
 
 Sepatu : Data tidak tersedia
12. TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA
a. Jika terhirup : Jika aman untuk memasuki area, jauhkan korban
  dari paparan. Gunakan masker berkatup atau
peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan
buatan (pernafasan keselamatan). Pertahankan
suhu tubuh korban dan istirahatkan. Segera
bawa ke dokter.
Catatan untuk dokter  : pertimbangkan pemberian
oksigen

b. Jika tertelan : Jangan dirangsang untuk muntah atau


  memberikan minum kepada korban yang tidak
sadar. Jika terjadi muntah, jaga posisi kepala
agar lebih rendah dari pinggul untuk mencegah
aspirasi. Jika korban tidak sadar, palingkan posisi
kepala ke samping. Segera bawa ke dokter.
Catatan untuk dokter  : pertimbangkan
pembilasan lambung.
c. Jika terkena mata : Basuh mata segera dengan air yang banyak atau
  menggunakan larutan garam fisiologis, sambil
sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah
hingga tidak ada bahan kimia yang
tertinggal. Segera bawa ke dokter.

d. Jika terkena kulit : Lepaskan segera pakaian, perhiasan dan sepatu


  yang terkontaminasi. Cuci bagian yang terkena
dengan sabun atau deterjen lunak dengan air
yang banyak hingga tidak ada bahan kimia yang
tertinggal (setidaknya selama 15-20
menit). Segera bawa ke dokter jika diperlukan.

13. TINDAKAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN


a. Bahaya ledakan : Bahaya kebakaran besar. Uapnya lebih berat dari udara.
dan kebakaran Uap atau gasnya dapat menyala pada jarak tertentu dari
sumber nyala dan api dapat menyorot balik. Bahaya ledakan
besar. Campuran uap dengan udara dapat meledak pada
suhu diatas titik nyala. Hidrazin bersifat mudah menyala.
b. Media pemadam : Busa tahan alkohol, karbon dioksida, bahan kimia kering,
air.
Bila terjadi kebakaran besar : Gunakan busa tahan alkohol
atau dengan menyemprotkan air yang banyak
c. Tindakan pemadaman : Pindahkan kemasan dari lokasi kebakaran jika dapat
  dilakukan tanpa risiko. Bendung untuk pembuangan lebih
  lanjut. Jangan menyebarkan bahan yang tumpah dengan
menyemprotkan air bertekanan tinggi. Dinginkan kemasan
dengan menyemprotkan air yang banyak hingga api benar-
benar padam. Jaga agar posisi jauh dari ujung tangki.
Segera tinggalkan tempat jika terdengar bunyi dari
peralatan pengaman ventilasi atau perubahan warna
apapun pada tangki yang diakibatkan kebakaran.        
Untuk kebakaran yang terjadi pada tangki, kereta api atau
truk tangki : Radius evakuasi 800 meter (1/2 mil).
 

 
d. Produk pembakaran : Data tidak tersedia
yang berbahaya
 
14. TINDAKAN PENANGANAN TUMPAHAN/ BOCORAN
Cara penanggulangan tumpahan/ bocoran jika terjadi emisi:
a. Di tempat kerja :  Hindarkan panas, nyala api, percikan dan sumber api lain. Jangan
  sentuh bahan yang tumpah. Hentikan kebocoran jika dapat
  dilakukan tanpa risiko. Kurangi uap dengan menyemprotkan air.
 Tumpahan sedikit : Serap dengan menggunakan pasir atau bahan
lain yang tidak dapat terbakar. Kumpulkan bahan yang tumpah
ke dalam wadah yang sesuai untuk pembuangan.
 Tumpahan banyak : Bendung untuk pembuangan lebih lanjut.
Isolasi daerah bahaya dan orang yang tidak berkepentingan
dilarang masuk.

b. Ke udara : Data tidak tersedia


b. Ke air : Jauhkan dari tempat persediaan air dan saluran pembuangan air
limbah.
d. Ke tanah : Data tidak tersedia
 
15. PENGELOLAAN LIMBAH
Sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
 

16. INFORMASI TRANSPORTASI


a. Pengangkutan Udara IATA/ ICAO : Data tidak
tersedia
b. Pengangkutan Laut IMDG : Data tidak tersedia

17. INFORMASI LAIN


Nomor RTECS :  MU7175000
Nomor EINECS : 206-114-9P

18. PUSTAKA
 ---------------, (2004), Buku Tarif Bea Masuk Indonesia, Indonesian Customs Tariff
Book,  Departemen Keuangan RI, Direktorat Jendral Bea dan Cukai, Jakarta, hal. 178
 Budavari, S., et. al. (ed.), (2001), The Merck Index - An Encyclopedia of Chemicals , Drugs,
and Biologicals,  13th ed., Merck And Co. Inc., New Jersey, p. 851
 Hartanto, Huriawati, (ed.), (2002), Kamus Kedokteran DORLAND, 29th ed., EGC, Jakarta
 IMO (International Maritime Organization), (2000), IMDG Code (International Maritime
Dangerous Goods Code), 2000 Ed, vol. 1 and 2, IMO Publication, London.
 IPCS, (1998), Chemical Safety Training Module, Suppl. I, The Finnish Institute of
Occupational Health, Helsinki
 Lewis, Richard J., Sr., (1999), Sax’s Dangerous Properties of Industrial Materials, 10th ed., A
Wiley-Interscience Publication, John Wiley & Sons, Inc., Toronto, pp. 1981-1984
 OHS011040, Hydrazine, anhydrous, MDL Information Systems, Inc., 1997, pp.1-13
 Proctor, N.H. and J.P. Hughes., (1978),  Chemical Hazards of the Workplace , J.B. Lippincott, 
Philadelphia,  p. 284
 Ramali, Ahmad, dr. Med., dan Pamoentjak, K. St., (1998), Kamus Kedokteran,  Penerbit
Djambatan, Jakarta
 Sax, N. Irving and Lewis, Richard J., Sr, (1987), Hazardous Chemicals Desk Reference, Van
Nostrand Reinhold, New York, p. 538
 The Dutch Institute for the Working Environment and the Dutch Chemical Industry
Association, (1991), Chemical Safety Sheets, Samson Chemical Publishers, Netherland, p. 368
 U.S. National Library of Medicine, National Institutes of Health, Hazardous Substances Data
Bank, Department of Health & Human Services, Rockeville Pike, Bethesda MD 20894,
2004, http://www.toxnet.nlm.nih.gov
 Urben, P.G., (1999), Bretherick’s Handbook of Reactive Chemical Hazards , 6th ed., vol.1,
Butterworth – Heinemann Ltd., Oxford, p. 1672
 http://www.kelair.bppt.go.id/sib3popv25/B3/Hidrazin.htm
 
PENYUSUN
Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya
Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan
POM

Anda mungkin juga menyukai